PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP.

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL

DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA

KABUPATEN CILACAP

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

MUFLIH MA’MUN

NIM. 1302864

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN INTRUKSIONAL DAN SUPERVISI

PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI

DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Oleh Muflih Ma’ u S.Pd UPI Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas

Pendidikan Indonesia

© Muflih Ma’mun 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL

DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA

KABUPATEN CILACAP

Disusun oleh: MUFLIH MAMUN

NIM. 1302864

disetujui dan disyahkan oleh: Pembimbing,

Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP. 19720321 199903 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP. 19700524 199402 2 001


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri Di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 26 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(5)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang

dan Sidareja Kabupaten Cilacap Muflih Ma’mun

1302864

Keberhasilan mengajar guru dipengaruhi oleh kepala sekolah dan pengawas. Kepala sekolah merupakan pemimpin yang memiliki peran untuk mendukung dan memfasilitasi kebutuhan guru dalam kegiatan pengajaran. Adapun pengawas memiliki peran dan fungsi membina, membimbing, serta meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengajar. Ketika peran dan fungsi kepala sekolah dan pengawas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan berdampak pada efikasi mengajar. Untuk membuktikan hal tersebut, maka penelitian yang mengkaji tentang pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan terhadap 147 guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kepemimpinan instruksional berpengaruh signifikan terhadap efikasi mengajar meskipun rendah pengaruhnya. Hal ini teridentifikasi dari rendahnya hubungan tiga indikator kepemimpinan instruksional terhadap efikasi mengajar yang diukur: defining school’s mission, managing curriculum and instructional programs, dan promote positive learning climate. supervisi pembelajaran juga berpengaruh

signifikan terhadap efikasi mengajar. Bahkah, pengaruh yang ditunjukkan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dari tingginya hubungan antara indikator supervisi pembelajaran dengan efikasi mengajar, yakni: teaching-learning

process, content and pedagogy, serta learning environment. Kepala sekolah sebagai

pemimpin instruksional dalam meningkatkan efikasi mengajar hendaknya tidak hanya berbekal pada pedagogical-knowledge, tetapi harus juga diimbangi dengan kemampuan knowledge- management khususnya dalam coordinating curriculum,

maintain maintain high visibility, promote positive learning climate, communicate the school goals, dan protect instructional times. Bagi supervisor, dalam

meningkatkan efikasi mengajar hendaknya memfokuskan pada planning, assessing

and reporting, social regard for learning, school and community linkages, learning environment, serta personal growth.

Kata kunci: Kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar


(6)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The successful of teaching is influenced by principals and supervisors. The principal is a leader who has the role to support and facilitate the teacher needs in teaching learning activities. Supervisor has the role and function of nurture, guide, and to improve the professional teacher's capability. While it's can properly implemented, it will have an impact on teaching-efficacy. To prove this, a study that examines the influence of instructional leadership and instructional-supervision of the teaching-efficacy needs to be done. This study was conducted on 147 teachers higher public schools in Komda Majenang and Sidareja. The results of research, instructional leadership significantly influence the teaching-efficacy despite the low impact. It's can be identified from the instructional-leadership's indicators that low relations of the teaching-efficacy (defining school's mission, managing curriculum and instructional programs, and promote positive learning climate). Instructional-supervision also significantly influence the teaching-efficacy. Indeed, the effect shown in the high category. This can be explained from the high correlation between three Instructional supervision's indicators with teaching-efficacy (teaching-learning process, content and pedagogy, and learning environment). Principals as instructional leaders in improving the teaching-efficacy should not only armed on-pedagogical knowledge, but must also be balanced with the knowledge- management ability, especially in coordinating curriculum, maintain maintain high visibility, promote positive learning climate, communicate the school goals, and protect instructional times. For supervisors, in improving the teaching-efficacy should be focused on planning, assessing and reporting, social regard for learning, school and community linkages, learning environment, and personal growth.

Key Word: Instructional leadership, instructional supervision, and teaching efficacy


(7)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMAKASIH v

ABSTRAK vi

DAFAR ISI xiii

DAFTAR TABEL x

DATAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

... B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Efikasi Mengajar ... 14

1. Efikasi Mengajar dalam Lingkup Administrasi Pendidikan ... 14

2. Efikasi dalam Kajian Perilaku Organisasi ... 17

3. Pengertian Efikasi Mengajar ... 23

4. Sumber Efikasi Mengajar ... 28

5. Dimensi Efikasi Mengajar ... 32

B. Konsep Kepemimpinan Instruksional ... 33

1. Pengertian Kepemimpinan Instruksional ... 33

2. Ruang Lingkup Kepemimpinan Instruksional ... 40

3. Efektivitas Kepemimpinan Instruksional ... 44

C. Konsep Supervisi Pembelajaran ... 47

1. Pengertian Supervisi Pembelajaran ... 47

2. Tujuan Supervisi Pembelajaran ... 42

3. Prinsip-prinsip Supervisi Pembelajaran ... 55

4. Fungsi dan Sasaran Supervisi Pembelajaran... 56

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 60

E. Kerangka Pikir Penelitian ... 63


(8)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 65

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 66

C. Definisi Operasional Variabel ... 69

D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 71

E. Teknik Pengumpulan Data ... 72

F. Teknik Pengolahan Data ... 77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 90

1. Pengolahan dan Penyajian Data ... 90

2. Analisis Kecenderungan Skor Variabel ... 91

B. Analisis Data dengan Pendekatan SEM ... 101

1. Penyusunan Model SEM ... 101

2. Identifikasi Model ... 103

3. Estimasi Model ... 104

4. Uji Kelayakan Model ... 107

C. Analisis Hasil Pengolahan Data ... 111

1. Uji Hipotesis ... 111

2. Uji Determinasi ... 112

3. Uji Pengaruh antar Variabel ... 113

4. Uji Kekuatan Hubungan antar Variabel ... 114

5. Uji Kekuatan Model ... 118

D. Pembahasan ... 119

1. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Mengajar .... 120

2. Pengaruh Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar... 132

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Maryland Instructional Leadership Framework ... 43

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 67

Tabel 3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 68

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 71

Tabel 3.4 Bobot dan Kriteria Penilaian ... 74

Table 3.5 Kriteria WMS ... 79

Tabel 3.6 Model Pengukuran Persamaan Struktural ... 83

Tabel 4.1 Kriteria WMS ... 91

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Efikasi Mengajar ... 91

Tabel 4.3 Skor Kecenderungan Efikasi Mengajar... 92

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kepemimpinan Instruksional ... 93

Tabel 4.5 Skor Kecenderungan Kepemimpinan Instruksional ... 95

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Supervisi Pembelajaran ... 98

Tabel 4.7 Skor Kecenderungan Supervisi Pembelajaran ... 98

Tabel 4.8 Indikator Variabel Penelitian ... 102

Tabel 4.9 Identifikasi Model Penelitian ... 104

Tabel 4.10 Uji Normalitas Data ... 105

Tabel 4.11 UJi Multikolinearitas Data ... 106

Tabel 4.12 Nilai Loading Factor Indikator ... 107

Tabel 4.13 Uji Validitas Model ... 108

Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Model ... 108

Tabel 4.15 Indeks Kesesuaian Pengujian Model... 111

Tabel 4.16 Uji Signifikansi Variabel ... 112

Tabel 4.17 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 113

Tabel 4.18 Pengaruh Total Antar Variabel ... 114

Tabel 4.19 Hubungan antar Variabel ... 115

Tabel 4.20 Tabel Konsultasi Hubungan ... 116


(10)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sumber Efikasi Mengajar ... 5

Gambar 2.1 Lingkup Kajian Administrasi Pendidikan ... 16

Gambar 2.2 Kapabilitas Individu dalam Teori Sosial Kognitif... 19

Gambar 2.3 Pendekatan Kognisi Sosial pada Perilaku Organisasi ... 20

Gambar 2.4 Organisasi Sebagai Sistem Sosial (Getzel & Guba) ... 22

Gambar 2.5 Kerangka Kepemimpinan Instruksional ... 42

Gambar 2.6 Fungsi Pengawasan dalam Administrasi ... 51

Gambar 2.7 Sasaran Supervisor Pembelajaran ... 58

Gambar 2.8 Kerangka Supervisi Pembelajaran ... 60

Gambar 2.9 Pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Guru .. 62

Gambar 2.10 Kerangka Pikir Penelitian ... 64

Gambar 3.1 Model Struktural Penelitian ... 81

Gambar 4.1 Path Diagram Penelitian ... 103


(11)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Efikasi diri (self-efficacy) merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Albert Bandura (1997) dengan teori kognitif sosial (social cognitive theory) sebagai konstruksinya. Teori kognitif sosial merupakan suatu pendekatan dalam memahami kognisi, tindakan, motivasi, dan emosi individu dengan asumsi bahwa individu memiliki kapasitas untuk melakukan refleksi diri (self-reflection) dan regulasi diri (self-regulation) yang secara aktif membentuk lingkungan sekitarnya. Dalam pandangan teori ini, dimensi kognitif lingkungan, perilaku, dan pribadi saling berkaitan. Individu dalam melakukan aktivitas/pekerjaan tidak semata-mata didorong oleh kekuatan yang berasal dari dalam diri, tetapi juga didorong oleh faktor eksternal melalui serangkaian proses kognisi; simbolisasi, pemikiran ke depan, observasi, pengaturan diri, sampai pada refleksi diri.

Secara harfiah efikasi diri diartikan sebagai “kemujaraban” atau “kemanjuran”. Pengertian tersebut merujuk pada mekanisme efikasi yang di dalamnya memuat aktivitas pengaturan dan refleksi diri (regulation and

self-reflection). Regulasi dan refleksi diri merupakan upaya individu dalam mengatur,

mengontrol, dan menetapkan standar kinerja diri dalam suatu tugas atau pekerjaan. Individu yang memiliki efikasi tinggi memahami kondisi dirinya dengan baik, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri sehingga ia akan mengukur kemampuan diri dengan standar pekerjaan yang dihadapi.

Dalam pengertian yang lebih luas, efikasi diri diartikan sebagai keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Efikasi diri berupaya untuk memahami fungsi individu dalam pengendalian diri, pengaturan proses berpikir, motivasi, kondisi afektif, dan psikologis. Dalam perspektif ini, individu dengan efikasi diri memiliki kemampuan dalam menafsirkan dan menerjemahkan faktor-faktor internal dan eksternal ke dalam tindakan nyata melalui proses pengambilan keputusan


(12)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(decision making) dan perilaku yang ditunjukkan (behavior) serta pemilihan alternatif tindakan.

Efikasi terbentuk dari pengalaman keberhasilan yang dilakukan individu dalam melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya terus-menerus dan di dalamnya memungkinkan individu untuk belajar dari pekerjaan yang dilakukan (mastery

experiences). Efikasi juga dapat terbentuk dari mekanisme pemodelan; melihat

keberhasilan orang lain dalam suatu pekerjaan (vicarious experiences), persuasi verbal dan sosial (verbal and social persuasion), serta kondisi fisik dan mental individu (physiological and emotional states). Adapun dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, efikasi diri dapat terjadi melalui kegiatan pengembangan dan pelatihan yang dilakukan. Ini dikarenakan efikasi diri bukanlah suatu sifat (trait) yang melekat pada individu, tetapi lebih pada kecenderungan perilaku (behavior) dan hal tersebut memungkinkan untuk diubah, diperkuat serta ditingkatkan.

Individu dengan efikasi diri tinggi secara mental dan perilaku menunjukkan kesiapan yang lebih baik dalam bekerja dibandingkan individu dengan efikasi diri rendah. Tekun, ulet, tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa, tidak mudah stres ketika mengalami kegagalan, serta berupaya untuk meningkatkan standar kinerja merupakan indikasi adanya kematangan efikasi diri pada individu.

Secara konseptual, efikasi diri dibagi atas efikasi diri spesifik (specific

self-efficacy) dan efikasi diri umum (general self-efficacy). Efikasi diri spesifik

merujuk pada konsep yang diberikan Bandura yang penggunaannya bayak ditemukan pada disiplin ilmu psikologi. Efikasi diri umum pada prinsipnya merupakan pengembangan atau modifikasi dari efikasi diri spesifik yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai bidang seperti: kesehatan, manajemen, kepemimpinan, pendidikan, sosial, dan disiplin ilmu lainnya.

Dalam pandangan efikasi diri spesifik, keyakinan individu melalui proses kognisi datang dari pekerjaan yang sifatnya stabil/rutin dimana hasil pengalaman keberhasilan hanya dapat digunakan pada pekerjaan-pekerjaan sifatnya spesifik,


(13)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak berlaku pada semua pekerjaan. Sedangkan efikasi diri umum memandang bahwa keyakinan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat berubah (statelike), tidak dipengaruhi oleh kondisi spesifik. Artinya, efikasi diri dapat digunakan pada berbagai bidang pekerjaan, pada kondisi yang berbeda dan keberhasilannya dapat diramalkan/diprediksi sebelum pekerjaan dilakukan. Salah satu bentuk pengembangan efikasi diri umum adalah efikasi mengajar (teaching

efficacy).

Efikasi mengajar merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa mengajar dengan baik. Adanya efikasi diri menunjukkan adanya kematangan psikologis pada diri guru. Guru dengan efikasi diri memiliki tenaga ekstra dalam menggunakan dan memberdayakan sumber-sumber pengajaran secara efektif dan efisien demi keberhasilan siswa dalam belajar. Selain itu, guru dengan efikasi diri juga menunjukkan kematangan secara emosi dengan tidak mudah merasa stres, tahan terhadap tekanan, dan tenang dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

Efikasi mengajar dibagi atas efikasi hasil (outcome efficacy) dan efikasi harapan (expectancy efficacy). Efikasi output merupakan keyakinan guru dalam mencapai target yang diharapkan dalam kegiatan mengajar. Sedangkan efikasi

expectancy merupakan efikasi terhadap situasi mengajar yang lebih spesifik.

Dalam istilah lain, efikasi hasil disebut juga dengan general teaching efficacy (Hoy and Woolfolk, 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy, 2001). Sedangkan efikasi harapan, beberapa ahli menyebutnya dengan personal teaching

efficacy (Gibson and Dembo 1984; Hoy and Woolfolk 1990; Tschannen-Moran

and Woolfolk Hoy 2001). Personal teaching efficacy merupakan individu dalam hal ini adalah guru yang memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa membawa peserta didik belajar dengan baik (Yeo, 2008). Guru yang memiliki tingkat personal teaching efficacy tinggi memiliki kepercayaan bahwa ia memiliki kemampuan cukup atau pengalaman yang memadai untuk mengembangkan strategi-strategi ketika menghadapi hambatan dalam kegiatan pembelajaran. Guru dengan personal teaching efficacy tinggi mencurahkan


(14)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktunya pada upaya pencapaian tujuan, tidak mudah menyerah dan bersikap tabah dalam menghadapi masalah, dan cepat pulih atau bangkit setelah mengalami keterpurukan atau kegagalan dalam mengajar (Bandura dalam Cantrel, dkk., 2003). Sedangkan general teaching efficacy merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki untuk dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan pada saat pembelajaran berlangsung. Guru dengan general teaching efficacy tinggi akan mampu mempengaruhi kondisi peserta didik; motivasi, dan performa peserta didik dalam belajar (Cantrell, 2003).

Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan efikasi mengajar memberikan dampak positif terhadap pencapaian belajar siswa (Rew, 2013; Guo, Piasta, Justice, & Kaderavek, 2010; Caprara, Barbaranelli, Steca, & Malone, 2006; Muijs & Reynolds, 2002; Ross, 1992), sikap positif siswa (Gibson & Dembo, 1984), serta tingkat efikasi siswa (Schunk, 1997; Pintrich & De Groot, 1990; Schunk & Swartz, 1992a, 1992b; Zimmerman & Martinez-Pons, 1990).

Efikasi diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar sudah tidak diragukan lagi. Efikasi diri mempengaruhi secara positif seperti halnya faktor lain seperti: motivasi, kompensasi, reward and punishment, atribusi, penghargaan diri, ketersediaan fasilitas, kepemimpinan, iklim dan budaya sekolah, dan supervisi. Yang membedakan antara efikasi diri dengan faktor yang disebutkan diatas yakni efikasi diri terbentuk dari hasil proses kognisi, perilaku, dan lingkungan yang dilakukan individu.

Efikasi mengajar memandang pengalaman keberhasilan pribadi dan orang lain dalam mengajar, persuasi orang lain dan sosial di lingkungan sekolah, serta kondisi emosi dan fisik pada saat mengajar sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar. Akan tetapi, dalam kajian perilaku organisasi, efikasi mengajar dapat dibentuk, dikembangkan, serta ditingkatkan melalui mekanisme sistem organisasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, pengembangan profesional (professional development), serta melalui peran kepemimpinan (leadership).


(15)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa efikasi mengajar lebih banyak di pengaruhi oleh keberhasilan pribadi guru dalam mengajar. Keberhasilan mengajar yang pernah dicapai guru dijadikan sebagai faktor dalam memperkuat keyakinan kesuksesan guru, bahwa ia bisa mencapai kesuksesan yang sama pada kegiatan mengajar selanjutnya. Hal ini merupakan sesuatu yang kontra produktif dari yang diharapkan. Menurut pandangan peneliti, faktor ideal yang berpengaruh lebih besar terhadap efikasi mengajar adalah faktor kepemimpinan dan supervisi, mengingat guru merupakan bagian dari sistem sekolah yang pada setiap aktivitas pencapaian keberhasilan mengajar dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi.

Gambar 1.1

Sumber Efikasi Mengajar (sumber: hasil studi pendahuluan)

Kepemimpinan merupakan aktivitas mempengaruhi (influences), membujuk (persuasion), mendorong (encourage), dan menggerakkan (actuate) orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan yang diinginkan. Kepala sekolah merupakan pemimpin (leader) bagi dirinya dan orang lain (guru, peserta didik, dan staf) yang membawa pada kebaikan. Kepala sekolah merupakan agen pembaharu (change agent) bagi guru dalam setiap aktivitas di sekolah sekaligus sebagai sumber informasi dan motivasi dalam pekerjaan. Kepala sekolah merupakan orang yang pertama kali dilihat dan dinilai kinerjanya oleh guru.


(16)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Segala aktivitas yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai leader, manager, motivator, dan supervisor bagi guru dan staf akan berdampak pada perilaku, mindset, motivasi, kepuasan, serta komitmen individu di sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang tanggungjawab dalam menyediakan, mendorong, dan membantu guru dalam pelaksanaan tugasnya serta memastikan kegiatan mengajar berjalan dengan baik.

Persuasi verbal kepala sekolah terjadi melalui penggunaan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang dimiliki dalam bentuk instruksi; perintah kepada guru. Kepala sekolah memiliki kekuatan memaksa, mendorong, mengarahkan, serta ‘mengintervensi’ guru untuk melakukan aktivitas yang diinginkan karena disitulah kewenangan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin. Meminjam konsep kepemimpinan situasional, proses persuasi verbal dapat dilakukan melalui aktivitas telling, selling, participating, dan delegating. Persuasi verbal menekankan pada bentuk-bentuk interaksi dan komunikasi yang dilakukan kepala sekolah dengan guru.

Sebagai pemimpin, salah satu tugas dan tanggungjawab kepala sekolah adalah melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui upaya pendayagunaan sumber daya sekolah secara efektif dan efisien. Secara spesifik, tugas dan tanggungjawab sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran meliputi: 1) defining the school mission; frames the school’s goal, communicates the school’s goals, 2) managing the instructional program; coordinating the curriculum, supervises and evaluation instruction, and monitoring student progress, serta 3) promoting positive learning climate; protect instructional time, provide incentive for teacher, provide incentive for learning, promotes professional development, and mantains high visibility.

Deskripsi tugas dan tanggungjawab kepala sekolah diatas sejatinya merujuk pada salah satu model kepemimpinan, yakni kepemimpinan instruksional (instructional leadership).

Kepemimpinan instruksional merupakan model kepemimpinan yang berpengaruh efikasi mengajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(17)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepemimpinan instruksional menjadi salah satu sumber efikasi dalam teori sosial kognitif (Ross, Hogaboam-Gray, & Gray, 2004; Ebmeier, 2003), meningkatkan pembelajaran di kelas melalui guru, dan secara positif berpengaruh terhadap pengetahuan/pemahaman, pelaksanaan mengajar, kompetensi serta efikasi guru secara individu maupun secara kolektif (Blase & Blase, 2000).

Modal utama untuk bisa menjadi pemimpin instruksional adalah pemahaman yang memadai tentang proses pembelajaran beserta muatan konten pembelajaran yang ada di dalamnya (knowledge of peadagogical content) serta pemahaman tentang manajemen berbasis pengetahuan (knowledge based

management), mengingat hampir seluruh aktivitas pemimpin instruksional

difokuskan pada penyediaan dan dukungan terhadap peningkatan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi efikasi mengajar selanjutnya adalah supervisi

(supervision). Supervisi merupakan sumber efikasi pada dalam bentuk vicarious experiences dan verbal persuasion.

Pernyataan tersebut merujuk pada pendapat Robert Mager yang mengatakan bahwa efikasi diri dapat tingkatkan melalui kegiatan pengembangan yang dilakukan organisasi. Hal ini dikarenakan efikasi diri bukanlah sifat (traits), tetapi lebih kepada perilaku dan memungkinkan untuk dibentuk dan ditingkatkan. Bentuk pengembangan kemampuan guru dalam lingkup sekolah dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan, diantaranya melalui diklat, loka karya (workshop), lesson

study, seminar, in house training (IHT), KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), serta supervisi. Dasar kedua yang dipakai oleh peneliti merujuk pada pernyataan Joshua W. Rew yang menyatakan bahwa salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengembangan adalah adanya efikasi diri dalam diri individu.

Supervisi merupakan salah satu media dalam mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar. Melalui supervisi, kemampuan guru diperbaiki, ditingkatkan, dan dikembangkan semaksimal mungkin agar guru menjadi sosok yang profesional sesuai dengan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Kontribusi supervisi terhadap peningkatan kemampuan guru tidak


(18)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diragukan lagi. Bahkan sekarang ini, supervisi menjadi jaminan kualitas pendidikan di sekolah (supervision as quality assurance). Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa efikasi mengajar di sekolah dapat ditingkatkan melalui aktivitas supervisi sebagai upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan-kemampuan guru dalam pelaksanaannya sebagai pendidik.

Pelaksanaan supervisi di sekolah memiliki beragam bentuk/model, tergantung dari kebutuhan sekolah pada aspek mana yang mau perbaiki atau ditingkatkan. Pada masing-masing model memiliki penekanan dan cakupan yang berbeda. Ada yang menekankan pada aspek administratif, kelembagaan, manajerial, akademik, maupun pembelajaran. Model supervisi yang dapat digunakan oleh supervisor diantaranya: 1) supervisi akademik (academic

supervision), 2) supervisi lembaga (school supervision), 3) supervisi administratif

(administrative supervison), 4) supervisi klinis (clinical supervision), 5) supervisi pembelajaran (instructional supervision), 6) supervisi kolektif (collective

supervision), 7) supervisi kolegial (collegial supervision), 8) supervisi kolaboratif

(collaborative supervision), 9) supervisi manajerial (managerial supervision), serta 10) supervisi informal (informal supervision).

Sepuluh model supervisi yang peneliti sebutkan diatas tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Kajian peneliti lebih memfokuskan pada satu model supervisi, yakni supervisi pembelajaran (instructional supervision). Peneliti menjadikan supervisi pembelajaran sebagai faktor yang mempengaruhi efikasi mengajar didasarkan pada beberapa hal, diantaranya: pertama, studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dan diperkuat dengan studi literatur pelaksanaan supervisi di Indonesia, model supervisi yang digunakan supervisor masih terbatas pada supervisi manajerial, akademik, klinis, dan supervisi pembelajaran, kedua supervisi pembelajaran menekankan pada upaya perbaikan mengajar guru, sehingga peneliti menganggap model supervisi ini relevan dengan efikasi mengajar dengan asumsi bahwa pelaksanaan supervisi pembelajaran dapat meningkatkan efikasi mengajar di sekolah, ketiga hasil penelitian menunjukkan


(19)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa sekolah yang menjalankan supervisi pembelajaran dapat membawa dan menunjang pada pengembangan profesional guru (Tyagi, 2010).

Supervisi pembelajaran merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh supervisor kepada guru dalam rangka memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan guru pada kemampuan profesional. Adanya supervisi diharapkan guru dalam mengajar menjadi lebih berkualitas. Supervisi pembelajaran menekankan pada aktivitas-aktivitas guru selama mengajar. Guru dalam supervisi pembelajaran ditempatkan sebagai pendidik profesional yang membantu peserta didik mencapai kematangan berpikir, emosi, bertindak, dan memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Aktivitas utama supervisi pembelajaran memuat tiga hal yakni: 1) aktivitas pengembangan proses pembelajaran; membantu guru dalam menemukan kesulitan belajar siswa, membantu guru meningkatkan kemampuan tampil di depan kelas, mendorong guru senantiasa mencurahkan waktu dan tenaga membantu siswa, membantu guru menilai kemajuan belajar, dan membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, 2) aktivitas pengembangan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran; membantu guru memahami hierarki tujuan pendidikan, membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran, membantu guru menggunakan alat, metode dan model pembelajaran, membantu guru memenuhi kebutuhan siswa, serta membantu guru dalam menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar, serta 3) aktivitas pengembangan, pembinaan dan pendampingan; membantu guru beradaptasi dengan tugas, tanggungjawab, dan lingkungan, membantu guru mendayagunakan kemampuan yang dimiliki, membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangan, mendorong guru pada pencapaian dan kepuasan dalam melaksanakan tugas mengajar.

Efikasi mengajar dapat ditingkatkan melalui program pelatihan dan pengembangan salah satunya melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam bentuk vicarious experiences dan verbal persuasion. Keberhasilan guru lain dalam mengajar baik yang berada di sekolah yang sama maupun sekolah lain oleh supervisor dapat dijadikan sebagai role of model dan menjadikannya sebagai


(20)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

stimulus kesuksesan bagi guru lainnya. Sedangkan persuasi verbal terjadi melalui aktivitas supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk instruksi pengarahan, pembimbingan, pembinaan, dan pendampingan guru.

Supervisor merupakan individu yang memiliki pengetahuan mendalam akan kaidah-kaidah perbaikan dan peningkatan kapasitas mengajar serta memiliki kesanggupan dalam membina, membimbing, dan menghantarkan guru menjadi sosok profesional. Supervisor memiliki fungsi dan tanggungjawab membantu guru memahami permasalahan siswa dan bagaimana pemecahan masalah (evaluative function), menyediakan informasi yang relevan dengan kondisi kekinian dan kebutuhan guru (informative function), serta menjadi tempat ‘curhat’ guru terhadap permasalahan yang dihadapi (counselor function).

Pelaksanaan supervisi pembelajaran merupakan media dalam meningkatkan efikasi guru; memperkuat keyakinan diri guru untuk bisa berhasil dalam mengajar. Persuasi verbal dalam bentuk instruksi; perintah, saran, masukan, rekomendasi kepada guru merupakan cara efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri guru. Instruksi yang diberikan kepada guru merupakan ‘obat penyembuh’ terhadap penyakit kekurangpercayadirian yang dimiliki guru dalam mengajar. Instruksi yang diberikan supervisor bukanlah instruksi biasa, melainkan instruksi yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan dampaknya terhadap perbaikan guru karena instruksi tersebut didasarkan pada hasil kejernihan berpikir, objektif, sistematis, ilmiah, bersifat konstruktif, dan juga berasal dari akumulasi pengalaman keberhasilan seorang supervisor.

Pengalaman keberhasilan guru lain dalam mengajar (vicarious

experiences) juga menjadi informasi yang berharga dengan menjadikannya sebagi role of model bagi guru lain serta sebagai stimulus dalam meyakinkan guru untuk

mencapai keberhasilan yang sama. “Jika guru lain bisa berhasil mengajar dengan baik, mengapa Anda tidak bisa?”

Mengajar merupakan tugas utama seorang guru dimana ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya berlaku sama pada semua guru di sekolah. Hal ini menjadi dasar bahwa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran antara satu


(21)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru dengan yang lainnya tidaklah jauh berbeda, bahkan ada kemungkinan kendala yang dihadapi sama. Hanya ruang lingkup dan penekanan kendalanya yang berbeda sesuai dengan kondisi, karakteristik, bidang studi, dan kemampuan guru serta faktor eksternal. Guru yang sukses mengatasi kendala maupun permasalahan yang dihadapi bisa dijadikan role of model keberhasilan bagi guru lain melalui mekanisme pemodelan. Disinilah arti penting pelaksanaan supervisi melalui peran supervisor sebagai penyedia informasi (informative function) yang relevan bagi guru.

Berdasarkan penjelasan diatas, mendorong peneliti mengkaji lebih mendalam mengenai seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dimunculkan peneliti berkenaan dengan:

1. Bagaimana kondisi Kepemimpinan Instruksional, Supervisi Pembelajaran, dan Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?

2. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?

3. Seberapa besar pengaruh Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah mengkaji pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi


(22)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah untuk:

1. Terdeskripsinya kondisi kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Teranalisannya pengaruh kepemimpinan instruksional terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.

3. Teranalisanya pengaruh supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dengan diadakannya penelitian ini baik secara teoritis maupun praktisi adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritik dari penelitian adalah memberikan kontribusi pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan berkenaan dengan kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dengan dilakukannya penelitian ini baik bagi para peneliti, sekolah, maupun dinas pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti

Memberikan informasi awal untuk selanjutnya dapat dikaji atau diteliti kembali mengenai kepemimpinan instruksional, dan supervisi pembelajaran, serta pengaruhnya terhadap efikasi mengajar guru.

b. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan: 1) dapat dijadikan sebagai informasi dalam upaya perbaikan dan peningkatan efikasi mengajar bagi kepala sekolah dalam merumuskan kegiatan, program, dan kebijakan, 2) dapat dijadikan sebagai alternatif model kepemimpinan bagi kepala sekolah sebagai upaya


(23)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan efektivitas sekolah dengan memfokuskan upaya perbaikan kegiatan belajar-mengajar, serta 3) dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan terhadap mekanisme pelaksanaan supervisi pembelajaran yang selama ini dilakukan agar lebih dapat meningkatkan efikasi guru dalam mengajar.

c. Dinas Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas guru pada aspek efikasi mengajar dan juga peningkatan efektivitas sekolah yang berfokus pada learning outcome melalui penerapan kepemimpinan instruksional di sekolah.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri Di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap” ini diuraikan dalam lima bab berikut:

Bab I Pendahuluan; memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II Landasan Teoritis; memuat konsep, teori, dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dimunculkan peneliti. Pada bab ini dipaparkan konsep dan teori berkenaan dengan kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, serta efikasi mengajar dalam konteks Administrasi Pendidikan. Selain itu, pada bab ini peneliti juga menyajikan hipotesisi penelitian serta kerangka pikir penelitian yang digunakan.

Bab III Metodologi Penelitian; menjelaskan metode penelitian yang digunakan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; menyajikan dan menganalisis data yang diperoleh selama penelitian. Data yang diperoleh tersebut akan


(24)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianalisis secara statistik dan dibandingkan dengan kajian pustaka dan metode penelitian dari penelitian terdahulu yang terdapat pada bab sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran; menyajikan kesimpulan dan beberapa saran yang didasarkan pada hasil analisis di bab empat.

Daftar Pustaka; menyajikan pustaka (buku, jurnal, proceding, dll) yang digunakan peneliti sebagai dasar teori dan kajian terhadap hasil penelitian.

Lampiran; menyajikan beberapa lampiran penting yang terkait dengan penelitian ini.


(25)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Rumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian adalah seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap? Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diperlukan prosedur penelitian yang tepat agar dapat diperoleh hasil penelitian yang relevan. Prosedur penelitian merupakan kaidah, metode, dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti untuk dalam memecahkan suatu masalah penelitian. Atas dasar itulah selanjutnya peneliti menentukan pendekatan dan metode penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang dimunculkan.

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional (correlational research) dengan metode kuantitatif. Pendekatan korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh tingkat hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih dengan menggunakan analisis statistik. Creswell (2011:21) menyatakan bahwa:

Correlational designs are procedures in quantitative research in which investigators measure the degree of association (or relation) between two or more variables using the statistical procedure of correlational analysis. This degree of association, expressed as a number, indicates whether the two variables are related or whether one can predict another.

Penelitian korelasional termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan pendeskripsian terhadap fenomena atau variabel yang dikaji melalui prosedur pengolahan statistik. Creswell & Clark (2014:54) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai berikut:

Quantitative research is a type of research in which the researcher studies a problem that calls for an explanation about variables; decides what to


(26)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

study; asks specific, narrow questions; collects quantifiable data from participants; analyzes these numbers using statistics and graphs; and conducts the inquiry in an unbiased, objective manner.

Metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan oleh peneliti dengan menafsirkan data-data kuantitatif (angka-angka) dari alat yang berupa angket. Karakteristik metode kuantitatif ini seperi yang dikemukakan oleh Creswell, (2011:12-13) adalah sebagai berikut:

o Describing a research problem through a description of trends or a need

for an explanation of the relationship among variables

o Providing a major role for the literature through suggesting the research

questions to be asked and justifying the research problem and creating a need for the direction (purpose statement and research questions or hypotheses) of the study

o Creating purpose statements, research questions, and hypotheses that

are specific, narrow, measurable, and observable

o Collecting numeric data from a large number of people using

instruments with preset questions and responses

o Analyzing trends, comparing groups, or relating variables using

statistical analysis, and interpreting results by comparing them with prior predictions and past research

o Writing the research report using standard, fixed structures and

evaluation criteria, and taking an objective, unbiased approach.

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sejumlah sekolah SMA Negeri yang berada di wilayah Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009:90). Sedangkan menurut Creswell (2011), mendefinisikan populasi sebagai:


(27)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

.. a group of individuals who have the same characteristic. For example, all teachers would make up the population of teachers, and all high school administrators in a school district would comprise the population of administrators. As these examples illustrate, populations can be small or large.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri yang ada di wilayah Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap yang berjumlah 234 guru. Jumlah guru pada masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Populasi Penelitian

No Sekolah Jumlah Guru

1 SMA Negeri 1 Bantarsari 17

2 SMA Negeri 1 Cipari 34

3 SMA Negeri 1 Dayeuhluhur 32

4 SMA Negeri 1 Majenang 70

5 SMA Negeri 1 Patimuan 29

6 SMA Negeri 1 Sidareja 52

Total 234

Sampel penelitian merupakan himpunan bagian (subset) atau sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang dalam penentuannya menggunakan teknik tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Riduwan (2010:10) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.”

Penarikan sampel dalam penelitian menggunakan teknik simple random

sampling, yakni teknik penarikan pengambilan sampel dari anggota populasi yang

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi (Riduwan, 2010:12). Atas dasar tersebut, peneliti selanjutnya melakukan penentuan sampel berdasarkan rumus Taro Yamane sebagai berikut:


(28)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

.

2

d

N

N

n

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah populasi sebesar 234 guru dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 5%. Jadi, berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan sampel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini dengan presisi sebesar 5% adalah sebanyak 147 guru yang tersebar pada enam SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Hasil perhitungan sampel diatas, pada tiap-tiap sekolah adalah dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:

Tabel 3.2

Sebaran Sampel Penelitian

No Sekolah Jumlah

Guru Perhitungan Sampel

Jumlah Sampel

1 SMAN 1 Bantarsari 17 � = . . + = . = . 11

2 SMAN 1 Cipari 34 � = . . + = . = . 21

3 SMAN 1

Dayeuhluhur

32

� = . . + = . = . 20


(29)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Sekolah Jumlah

Guru Perhitungan Sampel

Jumlah Sampel

4 SMAN 1 Majenang 70 � = . . + = . = . 44

5 SMAN 1 Patimuan 29 � =

. . + = . = . 18

6 SMAN 1 Sidareja 52 � = . . + = . = . 33

Sampel Keseluruhan 147

C. Definisi Operasional Variabel 1. Kepemimpinan Instruksional

Kepemimpinan instruksional dapat didefinisikan sebagai upaya kepala sekolah dalam mempengaruhi prestasi para siswa secara tidak langsung dengan menciptakan organisasi-organisasi instruksional di sekolah mereka melalui tindakan partisipatif dan dengan membangun iklim serta budaya sekolah yang ditandai oleh tujuan yang dikomunikasikan secara jelas dan ekspektasi tinggi akan prestasi akademik dan perilaku sosial (Heck, dkk dalam Hoy, 2014:668).

Melengkapi definsi distas, Hallinger (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan instruksional merupakan kombinasi dari keahlian dan karisma yang dimiliki oleh pemimpin. Pemimpin instruksional adalah orang yang memahami secara mendalam tentang kurikulum dan pembelajaran, serta berusaha sebaik mungkin membangun kerjasama dengan guru dalam meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Orientasi kepemimpinan instruksional adalah pada pencapaian tujuan sekolah, memfokuskan pada peningkatan pencapaian akademik siswa, dan memperluas jangkauan misi sekolah dengan melibatkan guru, staf, dan masyarakat sekolah. Pemimpin instruksional dipandang sebagai pembentuk dan pencipta budaya akademik sekolah (culture builders) dan mendorong siswa dalam mencapai standar yang ditetapkan, termasuk juga kepada pada guru.


(30)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun ruang lingkup tugas pemimpin instruksional menurut Hallinger meliputi: (1) Defining the School Mission; Frame the School Goals dan

Communicate The School Goals, (2) Managing the Instructional Program; Supervise & Evaluate Instruction, Coordinate The Curriculum, dan Monitor Student Progress, serta (3) Promoting Positive Learning Climate; Protect Instructional Time, Maintain High Visibility, Provide Incentives For Teachers, Provide incentives for learning, dan Promote professional Development.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan instruksional merupakan aktivitas kepala sekolah yang memfokuskan pada pencapaian tujuan sekolah, pencapaian akademik, proses belajar mengajar, serta perilaku guru dengan menciptakan organisasi-organisasi instruksional di sekolah, membangun kerjasama dengan guru, menciptakan iklim akdemik, serta dan memperluas jangkauan misi sekolah dengan melibatkan guru melalui upaya praktis dalam bentuk pendefinisian misi sekolah, pengelolaan program-program kurikulum dan pembelajaran serta menumbuhkan iklim pembelajaran yang positif di sekolah.

2. Supervisi Pembelajaran

Supervisi pembelajaran merupakan bantuan profesional yang diberikan kepada guru oleh supervisor untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, sehingga guru menjadi lebih mampu dalam menangani tugas pokok membelajarkan siswanya (Suhardan, 2010:16).

Dalam kerangka tugas supervisor, supervisi pembelajaran diartikan sebagai segenap aktivitas supervisor yang memungkinkan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kepada para siswa dengan berupaya sebaik mungkin menyelaraskan kebutuhan personal guru dengan kebutuhan organisasi (Glickman dalam Sharma, 2011).

Definsi yang lebih luas mengenai supervisi pembelajaran diungkapkan oleh Masaong (2013:3) sebagai ”usaha manstrimulir, mengkoordinir, dan membimbing pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan tindakan-tindakan pedagogis yang efektif, sehingga


(31)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka lebih mampu menstimulir dan membimbing pertumbuhan masing-masing siswa agar lebih mampu berpartisipasi di dalam masyarakat yang demokratis.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tiga definsi yang diungkap ahli diatas yakni supervisi pembelajaran merupakan upaya supervisor dalam membimbing dan meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa agar lebih mampu berpartisipasi di dalam masyarakat dengan memfokuskan kegiatanya pada

teaching-learning process, content and pedagogy, serta learning environment.

3. Efikasi Mengajar (Y)

Efikasi diri (self-efficacy) adalah keyakinan pada kapabilitas seseorang untuk mengorganisasikan dan memutuskan serangkaian perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1997). Pengertian yang lebih spesifik mengenai efikasi mengajar diungkapkan oleh Rew (2013:16) yakni “teaching

self-efficacy represents the individual teacher’s belief in his or her capability to

execute certain actions or behaviors that specifically correspond to elements of the teaching profession, such as delivering classroom instruction or improving

student achievement.”

Efikasi mengajar sejatinya pengembangan dari efikasi umum (general

efficacy) yang dikemukakan oleh Bandura (1997) yang diterapkan dalam konteks

pembelajaran di sekolah. Efikasi mengajar dalam pandangan ahli terdiri dari dua bentuk yakni personal teaching efficacy (Hoy and Woolfolk, 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy, 2001) dan general teaching efficacy (Gibson and Dembo 1984; Hoy and Woolfolk 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy 2001). Personal teaching efficacy merupakan individu dalam hal ini adalah guru yang memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa membawa peserta didik belajar dengan baik (Yeo, 2008). Sedangkan general

teaching efficacy merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki

untuk dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan pada saat pembelajaran berlangsung (Cantrell, 2003).


(32)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa efikasi mengajar dapat diartikan sebagai keyakinan guru bahwa dengan kemampuan mengajar yang dimiliki dapat membelajarkan peserta didik dengan baik dan mendorong peserta didik dalam mencapai prestasi dalam belajar yang lebih baik.

D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi penelitian dari tiga variabel yang diteliti (Kepemimpinan Instruksional, Supevisi Pembelajaran, dan Efikasi Mengajar) dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator

Kepemimpinan Instruksional (X1)

Defining School Mission

Frame the School Goals

Communicate The School Goals Managing

Instructional Program

Supervise & Evaluate Instruction Coordinate The Curriculum Monitor Student Progress Promoting Positive

Learning Climate

Protect Instructional Time Maintain High Visibility

Provide Incentives For Teachers Provide Incentives for learning Promote Professional Development Supervisi

Pembelajaran (X2)

Teaching-Learning Process

Diversity Learners

Planning, Assessing and Reporting Content and

Pedagogy

Subject Matters

Social Regard for Learning Learning environment Professional

Development

Professional Growt Learning Environment


(33)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Indikator Sub Indikator

Efikasi Mengajar (Y)

Personal Teaching Efficacy

Planning Implementing Evaluating General Teaching

Efficacy

Classroom Management Mentoring & Motivating

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian menggunakan dua jenis data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer mengandung pengertian data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber utama atau aslinya (Indriantoro & Supomo, 2002:147). Data langsung bisa dalam bentuk hasil wawancara, observasi, diskusi, hasil penilaian, maupun hasil pengisian angket/instrumen.

Data primer pada penelitian ini bersumber dari hasil jawaban yang diberikan responden melalui angket/instrumen yang diberikan. Data primer merupakan informasi tuam dalam pengolahan data penelitian baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif karena melalui data primer inilah peneliti mengkaji, melakukan penafsiran dan juga menarik kesimpulan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan. Pada penelitian ini, guru SMA Negeri yang berada di wilayah Komda Majenang Kabupaten Cilacap merupakan sumber data primer penelitian.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber tidak langsung atau melalui perantara, atau informasi yang dicatat oleh pihak lain (Indriantoro & Supomo, 2002:147). Data sekunder dapat bersumber dari literatur seperti: buku, jurnal, majalah, prosiding, skripsi/tesis/disertasi, surat kabar, dan lain-lain.


(34)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket dalam memperoleh data primer. Angket merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:199). Penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian instrumen dikemukakan oleh Creswell (2014:240), yakni “an instrument is a tool used to gather quantitative data by measuring, observing, or documenting responses to specific items. The instrument may be a test, questionnaire, tally sheet, log, observational checklist, inventory, survey, or assessment instrument.”

Angket yang diberikan berupa angket tertutup dimana peneliti memberikan opsi atau pilihan jawaban dengan menggunakan kaidah skala pengukuran, yakni Skala Likert. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist (Akdon & Hadi, 2005:132). Pengguna angket dalam penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2002: 129):

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab

e. Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Selanjutnya Sugiyono (2012:134) mengatakan bahwa “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam hal ini alasan mengapa peneliti menggunakan skala Likert dalam penyusunan instrumen adalah untuk mempermudah proses pengisian instrumen dan proses pengolahan data yang dilakukan. Bobot dan kriteria yang digunakan peneliti sebagai berikut.


(35)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bobot dan Kriteria Penilaian

Bobot

Kriteria

Kepemimpinan

Instruksional (X1)

Supervisi

Pembelajaran (X2)

Efikasi Mengajar (Y)

5 Selalu melakukan Selalu melakukan Selalu melakukan

4 Sering melakukan Sering melakukan Sering melakukan

3 Kadang melakukan Kadang melakukan Kadang melakukan

2 Pernah melakukan Pernah melakukan Pernah melakukan

1 Belum melakukan Belum melakukan Belum melakukan

3. Pengembangan Instrumen Penelitian

Penggalian data primer penelitian ini menggunakan instrumen angket yang dikembangkan sesuai dengan teori dan konsep yang relevan. Pada penelitian kuantitatif salah satu prosedur yang harus ditempuh oleh peneliti sebelum melakukan penggalian data atau penyebaran instrumen penelitian adalah dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas instrumen adalah proses pengujian terhadap instrumen penelitian untuk melihat kehandalan dan kemampuan instrumen memperoleh data penelitian yang akurat. Sedangkan uji reliabilitas adalah proses pengujian terhadap instrumen untuk melihat sejauh mana instrumen memiliki derajat keajegan atau konsistensi dalam mengukur variabel yang diteliti sehingga dapat digunakan pada lokasi atau sumber data yang berbeda.

a. Uji Validitas Instrumen

Untuk mengetahui kehandalan instrumen yang digunakan, peneliti melakukan uji validitas instrumen sehingga data yang diperoleh dapat menjawab rumusan masalah yang dimunculkan. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Sugiyono (2012 : 75) yang menyatakan bahwa “instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.” Instrumen dikatakan valid apabila nilai rata-rata indikator variabel yang diukur menunjukkan interpretasi data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2014:42) yakni: “valid means that the


(36)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

scores from an instrument are accurate indicators of the variable being measured and enable the researcher to draw good interpretations. That is, the scores should be useful and meaningful measures of the variable of interest.

Pengujian validitas dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai pada setiap item pertanyaan variable dengan probabilitas 5%. Pengujian validitas instrumen adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2001):

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( ) ( 2 2 2 2 i i i i i i i i xy Y Y N X X N Y X Y X N r            Keterangan : xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah responden

i

X = Nomor item ke-i

i X

 = Jumlah skor item ke-i

2 1

X = Kuadrat skor item ke-i

2 i X

 = Jumlah dari kuadrat item ke-i

Y

 = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

2 i

Y = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

2 i Y

 = Toral dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

i iY X

 = Jumlah hasil kali item angket ke-i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap respoden.

Peneliti dalam melakukan uji validitas menggunakan aplikasi IBM SPSS 21 sebagai alat ujinya. Item pertanyaan pada instrument dikatakan valid jika hasil perhitungan yang ditunjukkan pada kolom Corrected Item-Total Correlation ≥ r tabel product moment yakni 0.389 (dk=19-2).

Hasil uji validitas instrumen Kepemimpinan Instruksional (X1) diperoleh beberapa item yang tidak valid, yakni Q4, Q22, Q24, Q25, Q26, Q27, Q28, Q31,


(37)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Q37, dan Q38. Pada uji validitas instrumen Supervisi Pembelajaran (X2) keseluruhan item pertanyaan valid. Sedangkan hasil uji validitas pada instrumen Efikasi Mengajar (Y), item pertanyaan yang tidak valid yakni Q1, Q3, Q13, Q18, Q19, Q22, Q30, Q31, Q32, Q33, Q39, Q47, dan Q48. Selanjutnya item pertanyaan yang tidak valid oleh peneliti dilakukan perbaikan. Hasil uji validitas secara lengkap dengan Program IBM SPSS 21 dapat dilihat pada lampiran 1.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrument dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, tidak bersifat tendensius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama (Arikunto, 2002:154). Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus Cronbach alpha.

Cronbach alpha merupakan kooefisien reliabilitas yang menunjukkan bagaimana

bagian-bagian dari suatu set berkorelasi secara positif satu sama lainnya. Keputusan akan reliabel tidaknya instrument yang digunakan didasarkan pada hasil perhitungan koefisien yang ditunjukkan.

Jika koefisien alpha (α) pengujian lebih besar dari (≥) 0,6 maka instrumen layak digunakan (reliable).

Jika koefisien alpha (α) pengujian kurang dari (≤) 0,6 maka instrumen tidak layak digunakan (tidak reliable).

Rumus yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

b.

   

 

   

 2

2

11 1

1 t

i k

k r


(1)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional dalam meningkatkan efikasi mengajar guru hendaknya tidak hanya berbekal pada kemampuan, pengalaman dan pengetahuan tentang konsep mengajar (pedagogical knowledge) tetapi harus juga meningkatkan kemampuan dan pemahaman dalam mengelola sumber daya sekolah (knowledge based management) yang mendukung efektivitas guru dalam mengajar khususnya kemampuan dalam mengkoordinasikan kurikulum (coordinate curriculum), maintain high visibility, promote positive learning climate, communicate the school goals, serta protect instructional times agar tujuan sekolah dapat dicapai dengan baik.

3. Sebagai professional builder supervisor hendaknya dalam pelaksanaan supervise pembelajaran memfokuskan perbaikan pada: 1) planning, assessing and reporting, 2) social regard for learning, 3) school and community linkages, 4) learning environment, serta 5) personal growth. Selain itu, supervisor sebagai salah satu sumber utama efikasi mengajar hendaknya menjadikan keberhasilan guru maupun pengalaman diri (mastery experiences) dan komunitas profesional seperti KKG/MKKG sebagai media dalam meningkatkan efikasi mengajar guru di sekolah.


(2)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akdon & Hadi, Sahlan. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi

Archibong, F. I. (2012). Instructional Supervision in the Administration of Secondary Education: A Panacea for Quality Assurance. Europan Scientific Journal, Vol. 8, No. 13, hlm. 61-70

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Ashton, P. T., & Webb, R. B. (1986). Making a difference: Teachers sense of efficacy and student achievement. New York: Longman.

Bandura, Albert. (1997). Exercise Of Personal and Collective Efficacy in Changing Societies, dalam Albert Bandura (Editor), Self-Efficacy in Changing Society (hlm. 1-45). UK: Cambridge University Press

Blasé, Joseph & Blasé, Jo. (2000). Effective Instructional Leadership: Teacher’s

perspectives on how principals promote teaching and learning in schools. Journal of Educational Administration, Vol. 38, No. 2, hlm. 130-141. Creswell, John W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th Edition). New York: Pearson

Creswell, John W & Clark, Vicki L. Plano. (2015). Understanding Research: A

Consumer’s Guide (2nd

Edition). New York: Pearson

DeChenne, Sue Ellen & Enochs, Larry. (2010). Measuring the Teaching Self-Efficacy of Science, Technology, Engineering, and Math Graduate Teaching Assistants. Proceeding. Oregon State University

Engkoswara & Komariah, Aan. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Fancera, Samuel F & Bliss, James R. (2011). Instructional Leadership Influence on Collective Teacher Efficacy to Improve School Achievement. Leadership and Policy in Schools, Vol. 10, hlm.349–370.


(3)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fathurrohman, Pupuh & Suryana, AA. (2011). Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Flores, B., & Clark, E. R. (2004). A critical examination of normalistas selfconceptualization and teacher-efficacy. Hispanic Journal of Behavioral Sciences, Vol. 26, hlm. 201-230.

Gavora, P. (2001). Slovak Pre-Service Teacher Self-Efficacy: Theoritical and Research Considerations. The New Educational Review. Vol. 21, No. 2 (2010), hlm. 17-30.

Gibson, S., & Dembo, M. H. (1984). Teacher efficacy: A construct validation. Journal of Educational Psychology, Vol. 76, hlm. 503-511.

Hadjam, M. Noor Rochman & Widhiarso, Wahyu. (2011). Efikasi Mengajar Sebagai Mediator Peranan Faktor Kepribadian Terhadap Performasi Mengajar Guru. Humanitas, Vol. VIII No.1 Januari 2011, hlm. 1-16. Hallinger, Phillip. (2003). Leading Educational Change: reflections on the

practice of instructional and transformational leadership. Cambridge Journal of Education Vol. 33, No. 3. Mahidol University, Bangkok ______________ (2009). Leadership for 21st Century Schools: From

Instructional Leadership to Leadership for Learning. China: he Hong Kong Institute of Education

Hill, Peter W., (2002). What Principals Need to Know About Teaching and Learnin. Dalam Marc S. Trucket & Judy B. Codding, The Principal Challenge: Leading and Managing Schools in an Era Accountability (hlm. 43-75) USA: Jossey-Bass

Hoy, Wayne K & Miskel, Cecil G. (2014). Administrasi Pendidikan: Teori, Riset, dan Praktik (Edisi 9). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

____________________________. (2008). Educational Administration (8th edition). USA; McGraw Hill

Indriantoro, Nur & Supomo, Bambang. (2002). Metode Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:BPFE

Kemdiknas. (2010). Kepemimpinan Pembelajaran: Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: P4TK Kemdiknas


(4)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Klump, Jennifer & Barton, Rhonda. (2007). Building Instructional Leadership.

Principal’s Research Review, Vol. 2 (5), hlm. 1-6.

Kristine A.,Hipp. (1996). Teacher Efficacy: Influence of Principal Leadership Behavior. (Paper). New York: Departement of Educational Leadership, Ball State University

Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi (Edisi ke-10). Yogyakarta: ANDI ___________. (2011). Organizational Behavior: An Evidence Based Approach

(12th edition). USA: McGraw Hill

Maddux, James E. (1995). Self-Efficacy, Adaption, and Adjustment: Theory, Research and Application. New York: Springer

Marzano, dkk,. (2011). Effective Supervision: Supporting the Art and Science of Teaching. USA: ASCD

Masaong, Kadim. (2013). Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawasa sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta

Maryland State Departement of Education. (2005). Maryland Instructional Leadership Framework. Maryland: Balrtmort: Division for Leadership Development

Miller, William C & Vruggink, Elmer. (2010). Needed: A Building-Level Instructional Leader, The Clearing House. A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 56:7, 321-323. UK: Routledge

Moss, Connie M & Brookhart, Susan M. (2009). Advancing Formative Assessment In Every Classroom: A Guide For Instructional Leaders. Virgini:ASCD

Nawawi, Hadari. (1986). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

Palmer, D.H. (2006). Sources of Self-efficacy in a Science Methods Course for Primary Teacher Education Students. Research in Science Education (2006) 36: hlm. 337-353

Plessis, du Pierre. (2013). The Principal as Instructional Leader: Guiding Schools to Improve Instruction. Education As Change Journal, Vol. 17, hal. 79-92.


(5)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahman, Ulfiani. (2013). Efikasi Diri, Kepuasan Kerja, Dan Organizational Citizenship Behavior Pada Guru Man Di Sulawesi. Lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 1 Juni 201, hlm. 1-15

Rew, Joshua W. (2013). Instructional Leadership Practices And Teacher Efficacy Beliefs: Cross-National Evidence From Talis. (Dissertation). Florida State University: Departemen of Educational Leadership and Policy Study

Riduawan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Rifai, Moh. (1982). Supervisi Pendidikan (Jilid 2). Bandung: Jemmars

Rosmiati, Taty & Kurniady, Achmad. (2008). Kepemimpinan Pendidikan dalam Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan (hlm. 121-156). Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Sahin, Semiha. (2011). The Relation Between Instructional Leadership Style and Schoo Culture. Educational Sciences: Theory and Practice Journal, Vol. 11, hlm. 1920-1927.

Schunk, Dale H. (1995). Self-Efficacy and Education. Dalam James E. Maddux, Self-Efficacy, Adaption, and Adjustment: Theory, Research and Application (hlm. 281-300). New York: Springer

Sharma, Sailesh., dkk. (2011). Instructional Supervision in Three Asian Countries-What Do Teacher & Principals Say?. 2nd International Conference on Education and Management Technology, Vol. 13, hlm. 34-38.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

_________ (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suhardan, Dadang. (2006). Supervisi Bantuan Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu

_________ (2010). Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta

Suryana, Asep & Jalaludin. (2013). Value Based Leadership. Bandung: Nurani Press


(6)

Muflih Ma’mun, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Southworth, Geoff. (2002). Instructional Leadership in Schools: Reflections and empirical evidence. School Leadership & Management, Vol. 22, No. 1, pp. 73–91. UK: Routledge

Tesfaw, Tadele Akalu & Hofman, Roelande H. (2014). Relationship between instructional supervision and professional development. The International Education Journal: Comparative Perspectives Vol. 13, No. 1, 2014, hlm. 82-99

Tschannen-Moran, Megan & K. Hoy, Wayne. (1998). Teacher Efficacy: It’s Meaning and Measure. Review of Educational Research, Vol. 68, No. 2, hlm. 202-248

Tyagi, Rajvir Singh. (2010). School-based instructional supervision and the effective professional development of teachers, Compare: A Journal of Comparative and International Education, Vol. Vol. 40, No. 1, hlm. 111-125.

Waite, Duncan. (2005). Rethinking Instructional Supervision: Notes on Its Language and Culture. London: The Falmer Press

Wheatley, K. F. (2005). The case for reconceptualizing teacher efficacy research. Teaching and Teacher Education Journal, Vol. 21, hlm. 1-19

Wijayanto, Setyo Hari. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu

Yeh, Yu-Chu. (2006). The Interactive effects of personal traits and guided

practices on preservice teacher’s changes in personal teaching efficacy.

British Journal of Educational Technology, Vol. 37, No. 4, hlm. 513-526. Yeo, Lay See.,dkk. (2008). Teacher Efficacy In the Context of Teaching Low

Achieving Students. Curr Psychol, Vol.27, hlm.192–204

Zepeda, Sally J & Kruskamp, Bill. (2007). High School Department Chairs-Perspectives on Instructional Supervision. The High School Journal, Volume 90, Number 4, April-May 2007, hlm.44-54

Zimmerman, Barry J. (1997). Self-Efficacy and Educational Development. Dalam Albert Bandura, Self-Efficacy in Changing Society (hlm. 202-231). UK: Cambridge University Press


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP TINGKAT KINERJA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN NIAS.

0 1 26

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI.

0 0 57

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN SUBA.

1 3 64

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG.

0 1 57

PENGARUH FASILITAS PEMBELAJARAN DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP PEMBELAJARAN EFEKTIF DI SMA NEGERI KABUPATEN PURWAKARTA.

0 1 52

PENGARUH SUPERVISI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN SOLOK.

0 1 6

Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi siswa SMA di Manggarai NTT.

0 1 114

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN CILACAP.

0 4 132

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP - repository UPI T ADP 1302864 Title

0 0 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan Instruksional Kepala Madrasah 1. Pengertian Kepemimpinan Instruksional Kepala Madrasah - PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA MADRASAH DAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS TERHADAP PROFESIONALITAS GURU PADA MAN REMBA

0 0 61