Alasan-Alasan Permohonan Uji Materil Undang-Undang

status hukum anak pemohon II yang dilahirkan Pemohon I menjadi anak luar nikah berdasarkan ketentuan norma hukum dalam pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Perkawian, yang secara otomatis berpengaruh terhadap waris dari Pemohon I.

D. Amar Putusan

Amar putusan mengenai judicial review Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 terhadap Pasal 28B ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 28D ayat 1 UUD 1945. Menyatakan bahwa : 1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian; 2. Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya” , bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki- laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya; 3. Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga ayat tersebut harus dibaca, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”; 4. Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan selebihnya; 5. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya yaitu pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019. Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Maria Farida Indrati, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Anwar Usman, Hamdan Zoelva, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Senin, tanggal tiga belas, bulan Februari, tahun dua ribu dua belas dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum oleh sembilan Hakim Konstitusi. yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Maria Farida Indrati, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Anwar Usman, Hamdan Zoelva, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Mardian Wibowo sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh para Pemohon danatau kuasanya, Pemerintah atau yang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili.

E. Penjelasan Putusan

Poin pertama dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46PUU-VIII2010 menerangkan bahwa hakim konstitusi hanya mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian dari beberapa permohonan yang diajukan yaitu mengenai pasal 43 ayat 1 Undang- Undang Perkawinan yaitu “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya” bertentangan dengan hak setiap anak untuk memperoleh perlindungan dan kepastian hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28B ayat 1 UUD 1945, bahwa Pasal 28B ayat 2 menyatakan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dan d iskriminasi” dan dalam pasal 28D ayat 1 menyebutkan “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan huku m”, sehingga dengan dinyatakan bertentangan dan diubahnya pasal 43 ayat 1 Undang-Undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan maka pasal ini tidak lagi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Point kedua dalam amar putusan Mahkamah Konstitusi disebutkan bahwa pasal 43 ayat 1 memang bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya; dalam hal ini sudah jelas pada pasal 43 ayat 1 mengalami perubahan redaksi bahwa hubungan perdata anak dengan bapak biologisnya harus dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan misalnya melalui tes DNA. Poin ketiga dalam amar putusan tersebut menyatakan bahwa tidak memiliki kekuatan hukum mengikat apabila diartikan menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum, ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya sebagaimana