Tujuan Perkawinan untuk Mendapat Keturunan

Selanjutnya mengenai anak, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga mengatur hal itu dengan memberikan kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua melindungi anaknya, termaktub dalam pasal 26 ayat 1 yakni orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak- anak. 38 Oleh karena itu, untuk membentuk keturunan yang sholeh suami maupun isteri bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar, sesuai dengan agama Islam dan mematuhi setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Macam-Macam Anak Dalam Perkawinan

Macam-macam anak menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek tidak disebutkan secara eksplisit akan tetapi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan, jadi dengan demikian dalam Burgerlijk Wetboek terdapat tiga penggolongan anak-anak yaitu: a. Anak sah, yaitu seorang anak yang lahir dalam suatu ikatan perkawinan yang sah atau tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan dan memeperoleh suami sebagai bapaknya pasal 250 KUHPerdata, sehingga suatu ikatan perkawinan dikatakan sah jika dilakukan menurut hukum yang berlaku misalnya anak kandung. Andy Hartanto 38 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 mengatakan: “Apabila suatu perkawinan tidak dilaksanakan menurut hukum, maka dapatlah dikatakan bahwa perkawinan tersebut tidak sah menurut hukum, sehingga akibat dari perkawinan tersebut adalah tidak dilindungi oleh hukum yang berlaku, baik pihak suami- isteri yang terikat perkawinan maupun anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut”. 39 b.Anak yang lahir diluar suatu ikatan perkawinan yang sah dan tidak diketahui atau tidak boleh diakui oleh bapaknya maupun ibu anak luar kawin. Tidak semua anak-anak yang lahir di luar suatu ikatan perkawinan yang sah itu boleh diakui, Adapun anak-anak yang lahir di luar suatu ikatan perkawinan yang sah yang tidak boleh diakui adalah anak-anak yang lahir dalam zina, yaitu anak yang dari perhubungan seorang lelaki dan seorang perempuan, yang salah satu dari mereka atau kedua-duanya berada di dalam perkawinan dengan orang lain. Sedangkan anak-anak yang lahir dari sumbang penodaan darah yaitu anak yang lahir dari perhubungan seorang lelaki dan seorang perempuan, sedangkan di antara mereka terdapat larangan kawin, karena masih sangat dekat hubungan kekeluargaannya pasal 30 KUHPerdata, yang juga termasuk dalam kelompok anak yang lahir diluar suatu ikatan perkawinan yang sah dan tidak diketahui atau tidak boleh diakui oleh bapaknya maupun ibu anak luar kawin. c. Anak yang lahir diluar suatu ikatan perkawinan yang sah tetapi diakui oleh bapaknya atau ibunya Yaitu seorang anak yang dilahirkan oleh kedua orang tuanya yang tidak mempunyai ikatan perkawinan menurut hukum formil akan tetapi kedua orang tuanya mengakui bahwa anak itu anak mereka seperti anak dari nikah di bawah tangan nikah sirri . 39 Andy Hartanto, Kedudukan Hukum dan Hak Waris Anak Luar Ka win Menurut BW . Yogyakarta: Laksbang Press, 2008, h. 1. Sedangkan klasifikasi anak menurut Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam KHI sebagai berikut : a. Anak dalam perkawinan anak sah Adalah anak yang lahir dalam dan akibat perkawinan yang sah. Paling tidak ada dua bentuk kemungkinan anak sah lahir akibat perkawinan yang sah seperti halnya bayi tabung, anak tersebut sah meskipun pembuahannya di luar rahim karna adanya ikatan perkawinan yang sah pasal 99 Kompilasi Hukum Islam, kemudian anak yang lahir dari hubungan di luar nikah namun ketika dalam keadaan hamil orang tuanya menikah atau anak dari kawin hamil pasal 57 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam dan anak yang lahir dalam perkawinan yang sah seperti halnya anak kandung yang memang pembuahannya secara alami. b.Anak luar perkawinan Adalah anak yang hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya saja seperti halnya anak zina, anak dari kumpul kebo, anak hasil perkosaan, anak lian, anak syubhat dan anak nikah bawah tangan sirri , Undang-Undang Perkawinan adalah hukum Islam yang mengatur anak luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya. Adapun pengklasifikasian anak menurut hukum Islam fiqh hanya dibahas mengenai : a. Anak sah Mengenai anak sah dari definisi ayat-ayat al- Qur‟an dan hadis, bahwa anak sah adalah anak yang lahir dari pernikahan yang rukun dan syaratnya sesuai dengan syariat Islam sehingga dapat diberi batasan bahwa anak yang sah adalah anak yang lahir oleh sebab dan di dalam perkawinan yang sah. 40 b.Anak tidak sah anak haram 40 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 288.