Modifikasi Alat Pengupas Kulit Dan Pemotong Buah Nanas Tipe Manual

Lampiran 1. flowchart penelitian

Mulai

Merancang bentuk Mata Pisau

Menggambar dan menentukan
dimensi Mata Pisau

Persiapan bahan dan alat

Mengukur bahan yang akan
digunakan

Memotong bahan yang
digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar

Merangkai Alat
Pengujian Mata Pisau


Tidak

Layak
Ya

Pengukuran parameter

a

37

38

a

Analisis Data/Perhitungan

Data:

1. Kapasitas alat

2. Analisis
ekonomi

Selesai

Lampiran 2. Spesifikasi alat
1. Dimensi
Panjang

= 30 cm

Lebar

= 30 cm

Tinggi

= 107 cm

2. Bahan

Mata pisau

= Stainless steel

Batang penopang

= besi

Rangka

= Besi siku

Alas

= politetrafluoroetilen (PTFE)

3. Diameter mata pisau
Mata pisau 1

= 7,5 cm


Mata pisau 2

= 10 cm

Mata pisau 3

= 11 cm

4. Tenaga

= manual

39

Lampiran 3. Analisis ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P)

= Rp. 3.000.000


2. Umur ekonomi (n)

= 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S)

= Rp. 300.000

4. Jam kerja

= 5 jam/hari

5. Produksiatauhari

= 722,85buah/hari

6. Biaya operator

= Rp. 6071/hari


7. Biaya perbaikan

= Rp. 216/jam

8. Bunga modal dan asuransi

= Rp. 96.000/tahun

9. Jam kerja alat per tahun

= 1500 jam/tahun ( asumsi 300
hari efektif berdasarkan tahun 2015

2. Perhitungan biaya produksi
a.

Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
Dn= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)

dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P

= Harga awal (Rp)

S

= Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)

N

= Perkiraan umur ekonomis (tahun)

n

= Tahun ke-n

i


= Tingkat bunga modal (%/tahun)

40

41

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir
Tahun Ke
0
1
2
3
4
5

(P-S)
(Rp)
2.700.000
2.700.000

2.700.000
2.700.000
2.700.000

(A/F,7,5%,n) (F/P, 7,5%, t1)
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722

1,075
1,15563
1,2423
1,3355
1,4356

Dn
(Rp/tahun)
499.810,500

537.298,612
577.594,962
620.927,370
667.467,864

2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Februari7,5% dan Asuransi 2%
I

=

i(P)(n+1)
2n

dimana:
i

= Tingkat bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun)

P


= Harga awal (Rp)

N

= Perkiraan umur ekonomis (tahun)

I =

(9,5%)Rp .3.000.000 (5+1)
2(5)

= Rp. 171.000/tahun
3. Biaya Pajak
Pajak = 2% x P
dimana:
2% = Ketetapan nilai pajak
P

= Harga awal (Rp)
= 2% x Rp.3.000.000
= Rp. 60.000/tahun

42

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun
1
2
3
4
5

Dt
(Rp)
499.810,500
537.298,612
577.594,962
620.927,370
667.467,864

I
(Rp)/tahun
96.000
96.000
96.000
96.000
96.000

Pajak
(Rp/tahun)
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000

Biaya tetap
(Rp/tahun)
655.810,50
693.289,61
733.594,96
776.927,37
823.467,86

b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =

=

1,2%(P−S)
100
1,2%(Rp .3.000.000−Rp .300.000)
100 jam

= Rp. 324/jam
2. Biaya operator
Diperkirakan upah operator untuk mengupas nanas per 50 buah adalah
sebesar Rp. 4.000. Sehingga diperoleh biaya operator:
Jumlah produksi per hari = 722,85buah
Biaya operator per hari

=

722,85 buah
50 buah

x Rp. 4.000

= Rp. 57.828/hari
= Rp. 11.565,6/jam
Total biaya tidak tetap = Rp. 11.781,5/jam

43

Maka, untuk menghitung biaya total yaitu:
Biaya Total = Biaya Tetap (Rp/tahun) + Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Tabel perhitungan biaya total tiap tahun

Tahun

Biaya tetap
(Rp)/tahun

1
2
3
4
5

655.810,50
693.289,61
733.594,96
776.927,37
823.467,86

Biaya tidak
tetap
(Rp)/tahun
11.781,5
11.781,5
11.781,5
11.781,5
11.781,5

Biaya total
(Rp)tahun
511.592,00
549.080,11
589.376,46
632.708,87
679.249,36

c. Biaya pengupasan nanas
BT

Biaya pokok = [ Wt x k]
BP = Biaya pokok (Rp/kg)
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
k

= Kapasitas kerja alat (Kg/jam)

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5

BT
(Rp/tahun)
511.592,00
549.080,11
589.376,46
632.708,87
679.249,36

Wt
(jam/tahun)
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500

k
(kg/jam)
146,74
146,74
146,74
146,74
146,74

BP
(Rp/buah)
2,32
2,49
2,67
2,87
3,08

Lampiran 4. Break even point
S

=

FC + P
SP - VC

dimana:
S

=

Sales variabel (produksi) (Kg)

FC =

Fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)

P

Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.

=

VC =

Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)

SP =

Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

Biaya tidak tetap

= Rp. 11.781,5/jam

Kapasitas produksi = 146,74 kg/jam
Maka, VC

=Rp. 11.781,5/jam: 146,74 kg/jam
= 80,288/kg

SP

= Rp.15.000/kg(asumsi buah nenas tanpa kulit di lapangan)

Tabel Perhitungan BEP
Tahun
FC
(Rp/tahun)
1
655.810,50
2
693.289,61
3
733.594,96
4
776.927,37
5
823.467,86

Vc
(Rp/kg)
11.781,5
11.781,5
11.781,5
11.781,5
11.781,5

Sp
(Rp/kg)
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000

S
(Kg/tahun)
203,7628
215,4105
227,9307
241,3942
255,8548

Produksi mengalami titik impas (break even point) saat mesin menghasilkan
santan sebanyak:
Tahun 1

=

203 Kg/tahun

Tahun 2

=

215 Kg/tahun

Tahun 3

=

228 Kg/tahun

Tahun 4

=

241 Kg/tahun

Tahun 5

=

256 Kg/tahun
44

Lampiran 5. Net present value
NPV = PWB - PWC
dimana:
PWB = Present worth of benefit
PWC = Present worth of cost
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkanatau layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Maka,
Investasi

= Rp. 3.000.000

Nilai akhir

= Rp. 300.000

Keuntungan dari suku bunga bank

= 7,5%

Keuntungan dari suku bunga coba-coba = 9,5%
Umur alat

= 5 tahun

Penerimaan dari tiap Kg

= Rp. 15.000/kg

Kapasitas alat

= 146,74 kg/jam

Penerimaan

= 146,74 kg/jam x Rp. 15.000/Kg
= Rp. 2.201.100/jam

Pendapatan

= Penerimaan×jam kerja
= Rp.2.201.100/jam x 1500 jam/tahun
= Rp. 3.301.650.000/tahun

Pembiayaan

= BTT x Jam kerja per tahun
= Rp. 11.781,5/jam x 1500 jam/tahun
= Rp. 17.672.250/tahun

45

46

PWB (present worth of benefit) 7,5%
Pendapatan

= Rp. 3.301.650.000/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 3.301.650.000/tahun (4,0459)
=Rp. 13.358.145.735

Nilai akhir

= Rp. 300.000 (P/F, 7,5%, 5)
=Rp. 300.000 (0,6966)
=Rp. 208.980

PWB

= Rp. 13.358.145.735 + Rp. 208.980
= Rp. 13.358.354.715

PWC (present worth of cost)7,5%
Pembiayaan

= Rp. 17.672.250/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 17.672.250/tahun (4,0459)
= Rp. 71.500.156,28

PWC

= Rp. 3.000.000+ Rp. 71.500.156,28
= Rp. 74.500.156,28

NPV 7,5%

= PWB - PWC
= Rp. 13.358.354.715 – Rp. 74.500.156,28
= Rp. 13.283.854.558,72

PWB (present worth of benefit) 9,5%
Pendapatan

= Rp. 3.301.650.000/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp. 3.301.650.000/tahun (3,8397)
=Rp. 12.677.345.505/tahun

Nilai akhir

= Rp. 300.000 (P/F, 9,5%, 5)
=Rp. 300.000 (0,6352)

47

=Rp. 190.560/tahun
PWB

= Rp. 12.677.345.505/tahun + Rp. 190.560/tahun
= Rp. 12.677.536.065/tahun

PWC (present worth of cost) 9,5%
Investasi

= Rp. 3.000.000

Pembiayaan

= Rp. 17.672.250/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp. 17.672.250/tahun(3,8397)
=Rp. 67.856.138,33/tahun

PWC

= Rp. 3.000.000 + Rp. 67.856.138,33
= Rp. 70.856.138,33

NPV 9,5%

= PWB - PWC
= Rp. 12.677.536.065- Rp. 70.856.138,33
= Rp. 12.606.679.927

Jadi, besarnya NPV 7,5% adalah Rp. 13.283.854.558,72 dan NPV 9,5% adalah
Rp. 12.606.679.927 Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.

Lampiran 6. Internal rate of return
Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV
= X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan
menggunakan rumus berikut :
X

IRR = p% + X+YX (q% - p%) (positif dan negatif)
atau
X

IRR = q% + X- Y X (q% - p%) (positif dan positif)
dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Discount rate diharapkan (p)

= 7,5%

Discount rate diprediksi (q)

= 9,5%

Karena keduanya positif, maka digunakan persamaan
IRR

= q% +

X
X−Y

= 9,5% +

(q% - p%)
13.283.854.558,72

Rp.13.283.854.558,72 - Rp. 12.606.679.927

= 9,5 % + 19,61659 (2%)
= 9,5% + 39,23318%
= 48,73%

48

(9,5% - 7,5%)

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Diameter Nenas di Lapangan
-

Mata Pisau Diameter 7,5 cm

Ulanga
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

-

Berat Awal
(gr)
800
850
700
800
850
780
750
750
800
780

Berat Akhir
(gr)
390
410
320
400
420
360
350
340
400
310

Diameter
(cm)
9,3
9,2
9
9,8
9,6
9,8
9,5
9,7
9,,2
10,2

Keliling
(cm)
32
34
32,5
34
33
32
31,5
32
31
31

Diameter
(cm)
11,8
11,7
11,6
11,7
11,7
11,3
11
11,5
11
11,4

Keliling
(cm)
40,2
38,5
39
39
39,5
38
39,5
38
39,5
38,2

Mata Pisau Diameter 10 cm

Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berat Awal
(gr)
1500
1450
1300
1350
1350
1200
1450
1400
1350
1500

Berat Akhir
(gr)
800
710
680
670
660
630
740
720
680
800

49

50

-

Mata Pisau Diameter 11 cm

Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berat Awal
(gr)
1800
1550
1850
1580
1400
1550
1700
1700
1550
1580

Berat Akhir
(gr)
950
800
960
810
750
760
840
800
800
830

Diameter
(cm)
12,2
12,3
12
12
12,6
12,4
12,2
12,1
12,2
12,3

Keliling
(cm)
41,5
40,8
42,5
40,5
40,5
40,5
40,5
40
41
40,5

Lampiaran 8. Gambar buah nanas

Buah nanas sebelum dikupas

Buah nanas setelah kedua ujung dipotong sebelum dikupas

Buah nanas setelah dikupas

51

52

Buah nanas setelah dikupas

Kulit nanas hasil pengupasan

Kulit nanas hasil pengupasan

Lampiran 9. Gambar alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press manual

Tampak depan

Tampak samping kanan

Tampak samping kiri

53

54

Tampak belakang

Tampak atas

Mata pisau

Lampiran 10. Gambar Teknik Tampak Depan

55

Lampiran 11. Gambar Teknik Tampak Samping

56

Lampiran 12. Gambar Teknik Tampak Ata

57

Lampiran 13. Gambar Teknik Mata Pisau I

58

Lampiran 14. Gambar Teknik Mata Pisau II

59

Lampiran 15. Gambar Teknik Mata Pisau III

60

DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. dan Daryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, jakarta
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-PRESS, Jakarta.
Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daryanto., 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering.
Graha Ilmu, Jakarta.
Febrianti, D. 1996. Analisis Sistem Produksi Nenas di Kebun dan Pabrik pada
Industri Pengalengan Nenas (Studi Kasus pada PT. X, Lampung Tengah,
Propinsi Lampung). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB.
http:atauataurepository.ipb.ac.idataupdf[diakses tanggal 4 oktober 2013]
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian Dari Aspek
Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Irfandi, 2005. Karakteristik Morfologi Lima Populasi Nanas (Ananas comosus L.)
Merr. http:atauataurepository.ipb.ac.idataupdf[diakses tanggal 4 oktober
2013]
Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Murniati, E. 2010. Sang Nanas Bersisik Manis di Lidah. Penerbit SIC, Surabaya.
Nastiti, D., Sriwulan P., Farid R. A. 2008. Analisis Finansial Agribisnis Pertanian.
Kalimantan Timur : BPTP.
Nasution, I.S., Munawar, A.A. dan Nalirah, 2010. Efisiensi penggunaan alat
pengupas nenas (Ananas comosus L) tipe rumah tangga berdasarkan
cultivar lokal di provinsiAceh. Jurnal Rona Teknik Pertanian. Vol. 2 No.1
hal: 105-113. Universitas Syiah Kuala , Banda Aceh.
Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Nanas (Ananas comosus).
Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS.
Jakarta
Purmono,I., 2008. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi agribisnis nanas
(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera
Utara). Jurnal Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Redaksi Agromedia. 2009. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul
Indonesia. Penyunting: M.Topan Nixon, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rosmina, 2007.Optimasi BAatauTDZ dan NAA untuk perbanyakan masal nenas
(Ananas comosus L. (Merr) Smooth Cayenne melalui teknik In-Vitro.
http:atauataurepository.ipb.ac.idataupdf[diakses tanggal 4 oktober 2013].

35

36

Rukmana, R. 1996. Nenas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, B. B., 2014. Kematangan Produk dan indeks panen.
httpwww.e-bookspdf.orgview. [diakses tanggal 19 April 2014].
Satuhu, S. 1996. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sinulingga, N., 2015. Alat Pengupas Kulit Nanas Tipe
http://repository.usu.ac.id [diakses tanggal 12 Februari 2015]

Manual.

Smith, H. P. Dan L. H. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani.
GajahMada University Press, Yoyakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Sugijono, 2013. Penetapan frekuensi penggunaan pisau potong menggunakan
PLC Schneider Twido TWD20DTK. Jurnal Teknik Elektro Vol.9 No. 1
hal: 1-9. Politeknik Negeri Semarang, Semarang.
Sularso dan K. Suga. 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sunarjono, H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surdia, T., dan Saito, S. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita,
Jakarta
Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilakukan padaJanuari 2015 di Laboratorium Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalahnanas,
baja siku, plat besi,baut danmur,mata pisau dari bahanstainless steel.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las,
mesin bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi,palu, tang, mesin tekuk las,
kunci pas, ring dan kamera.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat
pengupas

kulit

nanasini.Kemudian

dilakukan

perancangan

bentuk

dan

pembuatanatauperangkaian komponen-komponen alat. Setelah itu, dilakukan
pengujian alat dan pengamatan parameter.
Komponen Alat
Alat pengupas kulit nanas ini mempunyai beberapa komponen
pentingyaitu:
1. Rangka alat
Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya, yang terbuat dari besi. Alat ini memiliki dimensi dengan panjang
30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 54 cm.

21

22

2. Mata Pisau
Mata pisau dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter 7,5 cm, 10 cm dan
11 cmyang berfungsi untuk mengupas kulit dan buah nanas. Mata pisau
terbuat dari stainless steel.
3. Tuas Penekan Mata Pisau
Tuas Penekan mata pisau ini berfungsi untuk menggerakkan mata pisau
menuju nanas yang akan dikupas kulitnya.
4. Holding (gagang penahan)
Berfungsi sebagai penahan mata pisau.
5. Pegas
Berguna untuk mengembalikan posisi tuas penekan dan ring mata pisau ke
posisi semula.
6. Alas alat
Alas alat terbuat dari polimer yaitu Politetrafluoroetilen (PTFE) atau
dalam bahas sehari-hari disebut dengan Teflon. Berguna sebagai alas dari
alat.
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Pembuatan alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pengupas dan pemotong
nanasini yaitu :
1.

Dirancang bentuk alat pengupas kulit nanas.

23

2.

Digambar serta menentukan ukuran alat pengupas kulit nanas.

3.

Dipiilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengupas kulit
nanas.

4.

Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik alat

5.

Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6.

Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat.

7.

Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.

8.

Dirangkai komponen-komponen alat pengupas kulit nanas.

9.

Diroll plat stainless steel berbentuk lingkaran dengan diameter yang
bervariasi sebagai mata pisau yang akan digunakan pada alat

10. Dipasang mata pisau pada tuas penekan mata pisau.
b. Persiapan bahan
1.

Disiapkan nanas yang akan diuji sebanyak 30 buah.

2.

Bahan siap untuk dikupas.

Prosedur Penelitian
Untuk mata pisau sebelum diasah
1. Menyiapkan bahan yang akan dikupas sebanyak 10 buah.
2. Menimbang berat bahan sebelum dikupas
3. Memotong kedua ujung bahan untuk mempermudah pengupasan
4. Meletakkan bahan pada alas alat
5. Mengatur posisi mata pisau diameter 7,5 cm agar sejajar dengan bahan
6. Melakukan pengupasan dan pemotongdengan menekan tuas penekan mata
pisau

24

7. Menghitung waktu pengupasan
8. Menimbang berat bahan setelah dikupas
9. Melakukan pengamatan parameter.
10. Perlakuan yang sama dilakukan untuk mata pisau diameter 10 cm dan
diameter 11 cm .
Untuk mata pisau setelah diasah, prosedur diatas dilakukan sama untuk ketiga
mata pisau.
Parameter yang Diamati
Kapasitas alat
Kapasitas alat dilakukan dengan menghitung banyaknya nanas yang telah
terkupas (buah) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan
berlangsung (jam). Kapasitas alat dapat dihitung dengan persmaan
KA=

Produk yang dihasilkan
waktu

kg/jam

Analisis ekonomi
1. Biaya pengupas kulit nanas
Perhitungan biaya pengupas kulit nanas dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (2).
a. Biaya tetap
Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metoda Sinking Fund). Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (3).

25

2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (4).
3. Biaya pajak
Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai
awalnya
4. Biaya gudang atau gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %,
rata-rata diperhitungkan 1 % dari nilai awal (P) pertahun.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan (5).
2. Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari
gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
2. Break even point
Manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan
agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini
income yangdiperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan produksi titik impas (BEP)
maka dapat dihitung berdasarkan persamaan (7).

26

3. Net present value
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode
analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah
kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk
diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (8), dengan
kriteria :
- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan

dan

tidak

layak

untuk

dilaksanakan

serta

dikembangkan.
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan
IRR.

Hal

ini

dapat

dihitung

berdasarkan

persamaan

(9).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengupas Kulit Dan Pemotong Buah Nanas Sistem Press Manual
Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas sistem press manual
adalah alat yang dirancang untuk mengupas kulit dan buah nanas dengan metode
pengupasan semi mekanis dimana pengoperasian alat ini menggunakan tenaga
manusia. Alat ini mempunyai dimensi panjang 30cm,lebar 30 cm dan tinggi 54
cm.
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi
alat. Pada alat ini bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah
besi, baja stainless steel, dan politetrafluoroetilen (teflon). Diusahakan bahan
yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga
diusahakan perolehan bahan yang mudah untuk menjaga kesinambungan bahan
baku serta mendapatkan waktu yang efisien dalam proses waktu mengerjakannya.
Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi biaya
produksi apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar.
Alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press manual ini memiliki
tiga komponen utama yaitu rangka alat, ring mata pisau, dan tuas penekan mata
pisau. Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan pegas dengan diameter 1,4 cm
dengan panjang 10 cm berfungsi untuk mengembalikan ring mata pisau dan tuas
penekan kembali ke posisi semula. Holding (gagang penahan) berfungsi untuk
penahan mata pisau.
Mata pisau pada alat ini terbuat dari bahan stainless steel berbentuk
silinder dan terdapat sebanyak tiga buah dengan dimensi yang berbeda-beda serta

27

28

terdapat 4 buah sisi didalam tiap mata pisau dimana diameter tiap-tiap mata pisau
yakni 7,5 cm, 10 cm, dan 11 cm. Ketebalan tiap-tiap mata pisau yakni 1 mm, 2
mm dan 3 mm. Tinggi tiap-tiap mata pisau yakni 10,4 cm, 6 cm dan 6 cm.
Pemasangan mata pisau dilakukan dengan sistem bongkar pasang pada holding
(gagang penahan) dengan menggunakan baut sebanyak empat buah yang
berhubungan langsung dengan tuas penekan. Penggunaan baut sebanyak empat
buah bertujuan agar mata pisau terkunci dengan kuat agar tidak ada gaya yang
terjadi di kedua sisi penahan mata pisau pada saat pengoperasian sehingga mata
pisau diharapkan bekerja dengan sempurna. Pemasangan dengan sisitem bongkar
pasang ini bertujuan agar mudah dalam pergantian mata pisau yang satu dengan
yang lain. Mata pisau terhubung dengan tuas penekan yang terbuat dari besi plat
dengan tebal plat 5 mm dan panjang diagonal 44 cm dan panjang vertikal 33 cm.
Tuas penekan ini yang nantinya akan menggerakkan mata pisau menuju bahan.
Prinsip Kerja Alat Pengupas Kulit Nanas Sistem Press Manual
Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas ini bekerja dengan prinsip
menggerakkan tuas penekan mata pisau pada nanas yang terlebih dahulu dipotong
kedua ujungnya. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, bahan baku
berupa nanas diletakkan diatas alas alat sejajar dengan arah mata pisau. Tuas
penekan mata pisau digerakkan dengan cara ditekan secara manual menuju bahan.
Pemilihan Buah
Tidak semua jenis buah nanas dapat dikupas menggunakan alat ini karena
beberapa faktor yaitu ukuran nanas dimana tidak semua nanas memiliki ukuran
yang sama, bentuk nanas dimana bentuk nanas dipengaruhi oleh varietas nanas itu
sendiri. Murniati (2010) menyatakan di Indonesia pada umumnya hanya

29

dikembangkan dua golongan nanas yakni golongan Cayenne dengan ciri-ciri :
daun halus, berduri sampai tidak berduri, ukuran besar, silindris, mata buah agak
datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan rasa agak masa dan golongan
Queen dengan ciri-ciri : daun pendek dan daun berduri tajam, buah berbentuk
lonjong mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna kuning
kemerah-merahan, rasanya manis. Buah nanas yang dikupas pada alat ini adalah
buah nanas varietas cayenne yang sudah matang. Menurut Santoso (2014) kriteria
buah untuk pengalengan yang sesuai untuk dikupas adalah buah dengan tingkat
kematangan antara 20 % - 90 % mata nanas telah berwarna kuning.
Pengukuran diameter buah dilakukan langsung di lapangan. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada lampiran 1. Pengukuran diameter buah ini
bertujuan untuk menentukan diameter mata pisau yang sesuai untuk dibuat. Pada
penelitian ini nanas yang diukur adalah nanas yang berasal dari Kota Sipahutar,
Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Proses Pengupasan
Proses pengupasan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini adalah
dengan terlebih dahulu memotong kedua ujung kulit nanas. Bahan yang telah siap
selanjutnya diletakkan sejajar dengan arah mata pisau, kemudian tuas penekan
digerakkan dengan cara ditekan menuju nanas hingga kulit nanas terkupas. Buah
nanas yang terkupas langsung terbagi empat sedangkan kulitnya terbelah dua.
Seluruh pengoperasian alat ini dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia. Data hasil pengupasan dengan jumlah nanas 10 buah masingmasing mata pisau dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

30

Tabel 2. Data Pengupasan dan Pemotongan Buah Nanas dengan 3 Variasi
Diameter Mata Pisau
Diameter mata
pisau (cm)

Berat
awal (kg)

Berat setelah
dikupas (kg)

11
10
7,5

16,26
13,85
7,86

8,30
7,09
3,70

Berat kulit
(kg)
6,42
5,61
3,28

Berat
Bonggol (kg)

Berat
hilang (kg)

0,62
0,53
0,38

0,92
0,62
0,5

Dari penelitian yang telah dilakukan pada sepuluh buah nanas untuk mata
pisau diameter 11 cm dengan berat awal 16,26 kg diperoleh berat hasil setelah
dikupas sebesar 8,30 kg (51,05 % dari berat awal), berat ampas (berat kulit dan
bonggol) 7,04 kg (43,30 % dari berat awal) dan berat yang hilang sebesar 0,92 kg
(5,65 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 10 cm dengan berat awal
13,85 kg diperoleh hasil setelah dikupas sebesar 7,09 kg (51,20% dari berat
awal), berat ampas sebesar 6,14 kg (44,33 % dari berat awal) dan berat yang
hilang sebesar 0,62 kg (4,47 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 7,5
cm dengan berat awal bahan 7,86 kg diperoleh hasil kupasan 3,70 kg (47,07 %
dari berat awal), berat ampas 3,66 kg (46,56 % dari berat awal) dan berat yang
hilang sebesar 0,5 kg (6,3 % dari berat awal).
Pada mata pisau tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar diameter pisau
maka akan semakin besar juga berat hasil nanas setelah dikupas yang diperoleh.
Hal ini dipengaruhi oleh besarnya diameter nanas yang akan dikupas. Rata-rata
diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 11 cm
adalah sebesar 12 cm, sedangkan rata-rata diameter nanas yang dikupas
menggunakan mata pisau dengan diameter 10 cm adalah sebesar 11 cm dan ratarata diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 7,5
cm adalah sebesar 9 cm. Semakin besar selisih diameter nanas yang akan dikupas
maka akan semakin besar berat ampas yang mengakibatkan berat hasil setelah
dikupas menjadi semakin sedikit.

31

Berat bahan yang hilang sebagian besar diakibatkan oleh kehilangan
kandungan air dalam nanas pada saat proses pengupasan nanas tersebut akibat
tekanan dari alat, kemudian pada saat proses pengeluaran bahan dari dalam mata
pisau dan saat proses penimbangan dimana terdapatnya selang waktu yang
mengakibatkan juga kandungan air nanas keluar. Selain itu tingkat kematangan
nanas juga akan mempengaruhi banyaknya berat bahan yang hilang, karena jika
semakin matang nanas akan semakin tinggi kandungan airnya dan teksturnya juga
semakin lunak, oleh sebab itu tekanan alat pada nanas akan menyebabkan banyak
air yang keluar dari dalam nanas dan akibatnya semakin besar juga berat bahan
yang hilang dan demikian juga sebaliknya.
Kapasitas Alat
Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam
menghasilkan suatu produk (Kg, buah) persatuan waktu (jam). Dalam penelitian
ini kapasitas alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya buah nanas yang
dikupas dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan. Kapasitas
alatdapat dilihat dari Tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kapasitas alat mata pisau
Diameter
Jumlah
Waktu pengupasan
mata
nanas
rata-rata per buah
pisau(cm)
(buah)
(detik)
11
10
25,74
24,38
10
10
7,5
10
23,59

Total
waktu
(menit)
4,290
4,063
3,931

Kapasitasalat
(kg/jam)
139,86
147,71
152,67

32

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.Umumnya

setiap

investasi

bertujuan

untuk

mendapatkan

keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Biaya pemakaian alat
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 3), diperoleh biaya untuk
mengupas kulit nanas berbeda tiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan nilai
biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun
berbeda juga. Diperoleh biaya pengupasan kulit nanas sebesar Rp. 2,32/kg pada
tahun pertama, Rp. 2,49/kg pada tahun ke-2, Rp. 2,67/kg pada tahun ke-3,Rp.
2,87/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 3,08/kg tahun ke-5.
Break even point
Menurut Waldiyono (2008), analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap
nol. Manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

33

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
(Lampiran 4)diperoleh break event point sebesar Rp. 203,7628/kg pada tahun
pertama, Rp. 215,4105/kg pada tahun ke-2, Rp. 227,9307/kg pada tahun ke-3,Rp.
241,3942/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 255,8548/kg tahun ke-5.
Net present value
Net present value (NPV)adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal
dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh
(Lampiran 5) pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga
7,5% adalah Rp. 13.283.854.558,72. Hal ini berarti usaha ini layak untuk
dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
-

NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

-

NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak
menguntungkan

-

NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.

Internal rate of return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 48,73% (Lampiran
6). Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi
48,73%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini
tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka
keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pada alat pengupas kulit dan buah nanas mata pisau dengan
diameter 11 cm, 10 cm dan 7,5 cm berturut-turut adalah 139,86 kg/jam,
147,71 kg/jam dan 152,67 kg/jam.
2. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam mengupas kulitdan memotong
buah nanas dengan alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press
manual ini tiap tahunnya adalah Rp. 2,32/kg pada tahun pertama, Rp.
2,49/kg pada tahun ke-2,Rp. 2,67/kg pada tahun ke-3,Rp. 2,87/kg pada
tahun ke-4 danRp. 3,08/kg tahun ke-5.
3. Produksi mengalami titik impas (break even point) saat mesin
menghasilkan santan sebanyak:Tahun 1 = 203 Kg/tahun, Tahun 2=215
Kg/tahun, Tahun 3= 228 Kg/tahun ,Tahun 4= 241 Kg/tahun, Tahun 5=
256 Kg/tahun
4. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah

Rp.

13.283.854.558,72yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
5. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 48,73%.
Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi dan bentuk mata
pisau karena ukuran diameter nanas yang berbeda.

2.

Perlu dilakuakn modifikasi alat agar alat lebih mudah dan praktis untuk
digunakan.

34

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Nanas
Tanaman nanas berasal dari Amerika Tropis, yakni Brazil, Argentina, dan
Peru.Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia, terutama di sekitar
katulistiwa antara 30o LU dan 30o LS. Di Indonesia, tanaman nanas sangat
popular dan banyak ditanam di tegalan dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Daerah penghasil nanas yang terkenal ialah Subang, Bogor, Riau, Palembang,
Blitar, dan lain sebagainya (Sunarjono, 2000).
Salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di
Indonesia adalah provinsi Sumatera utara. Provinsi Sumatera Utara menempati
urutan ketiga sebagai sentra produksi nanas terbesar di Indonesia. Jumlah
produksi nanas Sumatera utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 144.000 ton
dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen
(Purmono, 2008).
Botani nanas
Tanaman nanas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali.
Daunnya berurat sejajar pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas
(kearah ujung daun).Nanas tergolong dalam familiBromeliaceae yang bersifat
terestial (tumbuh di tanah dengan menggunakan akarnya). Nanas merupakan
tanaman herbal yang dapat hidup dalam berbagai musim. Tingginya 50-150 cm,
terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul pada roset akar
dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun bentuk
pedang tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm ujung lancip menyerupai duri,
tepi berduri temple yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih berwarna
5

6

hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat
rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya bulat panjang berdaging
berwarna hijau jika masak warnanya menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak,
asam sampai manis.
Nanas dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Devisi

: Spermatophyte

Kelas

: Angiosperme

Ordo

: Bromeliales

Famili

: Bromiliaceae

Genus

: Ananas

Species

: Ananas comosus (L) Merr

(Sunarjono, 2000)
Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100
sampai 200 bunga, bentuk silinder, dengan panjang buah sekitar 20,5 cm dengan
diameter 14,5 cm dan beratnya sekitar 2,2 kg. Kulit buah keras dan kasar, saat
menjelang panen warna hijau buah mulai memudar. Menyatakan bahwa diameter
dan berat buah nanas

semakin bertambah sejalan pertambahan umurnya,

sebaliknya untuk tekstur buah nanas, semakin tua umur buah maka teksturnya
akan semakin lunak (Rosmina, 2007).
Buah nanas pada kondisi kriteria 2 – 4 biasanya dipanen untuk tujuan
pengalengan dan sebagai bahan buah segar untuk pasar yang jauh. Buah
yang ranum ditunjukkan oleh kriteria 6 – 7 sudah ada bau aromatik baik
digunakan untuk buah segar pada pasar lokal (dekat dengan pusat produksi).

7

Untuk kepentingan pemenuhan pasar yang sangat jauh, buah biasanya
dipanen pada kondisi kriteria 1 bahkan kadang-kadang kriteria 0. Buah pada
kondisi ini akan mencapai tingkat pemasakan optimal setelah 2 – 3 minggu
pemanenan pada kondisi ruang simpan biasa (Santoso, 2014).
Jenis-jenis nanas
Tanaman nanas memiliki banyak jenis, namun jenis yang paling banyak
dibudidayakan ada empat, yaitu :
1. Cayenne
Jenis yang paling banyak ditanam di dataran tinggi ditunjukkan untuk
pengalengan. Jenis ini heterozigot. Pada mulanya hanya terdiri dari satu tipe,
namun sekarang sudah bertambah macamnya karena mutasi.jenis smoothceyenne
daunnya tidak berduri, batangnya cukup panjang 20 – 50 cm, jumlah daunnya
antara 60 – 80, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, sedangkan
bagian bawah daun berwarna hijau abu-abu keperakan, tangkai buah 7,5 – 15 cm,
rata-rata berat buah 2,5 kg. Bagian pangkal buah membesar, biasanya tidak
berbiji. Warna buah matang hijau sampai hijau kekuningan, rasanya agak masam.
2. Queen
Merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah. Jenis ini
banyank ditanam di Australia dan di Afrika Selatan. Buahnya lebih kecil daripada
cayenne. Ukuran buahnya 0,9 – 1,3 kg. Daunnya berduri tajam. Warna buah tua
kuning sampai kemerahan, pada umumnya rasanya manis.
3. Singapore Spanish
Jenis ini banyak ditanam di Semenanjung Malaya untuk dikalengkan.
Daunnya berjumlah sekitar 50 helai, berat buahnya 1,6 – 2,3 kg.

8

4. Cabezona
Merupakan jenis triploid, banyak ditanam di Puerto Rico untuk konsumsi
ekspor (Ashari, 1995).
Berdasarkan bentuk daun dan buah, tanaman nanas dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi. Namun di Indonesia
pada umumnya hanya dikembangkan dua golongan nanas sebagai berikut.
a. Golongan Cayenne
Ciri-cirinya : daun halus, berduri sampai tidak berduri, ukuran besar,
silindris, mata buah agak datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan
rasa agak masam.
b. Golongan Queen
Ciri-cirinya : daun pendek dan daun berduri tajam, buah berbentuk lonjong
mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna kuning
kemerah-merahan, rasanya manis.
(Murniati, 2010).
Pengupasan
Pada umumnya nanasdiminati untuk dikonsumsi segar, akan tetapi
diperlukanwaktu yang lama dalam pengupasan kulit luar nanastersebut.
Penggunaan buah-buahanhasil pengolahan minimal menjadi trenpenelitian pada
saat ini, walaupun pengolahan minimal akan mempercepat umur simpan
produk(Nasution, dkk, 2010).
Manfaat nanas
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah
buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai

9

macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa
buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas.
Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah
nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa
protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan
daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga
Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat
penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir
dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati
dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau
diekstrasi cairannya untuk pakan ternak (Prihatman, 2000).
Buah nanas berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi dua golongan yakni:
buah nanas konsumsi segar dan olahan atau buah kalengan. standar buah olahan
kandungan airnya 78.6 -86.4%, abu 0.28 -0.48%, Padatan Terlarut Total (PTT)
8.20 -18.30%, kandungan asamnya 0.64 -1.18%. Buah konsumsi segar Padatan
Terlarut Total diatas 12% dan kandungan asam 0.5 -0.6%.
Menurut (Rukmana, 1996) Kandungan gizi buah nanas segar setiap 100
gram bahan yakni sebagai berikut :

10

Tabel 1.Kandungan gizi buah nanas segar setiap 100 gram bahan
Kandungan Gizi
Komposisi
Kalori
52.00
Protein
0.4
Lemak
0.20
Karbohidrat
16.00
Fosfor
11.00
Zat Besi
0.30
Vitamin A
130.000
Vitamin B1
0.08
Vitamin C
24.00
Air
85.30
Bagian dapat dimakan (Bdd)
53.00

Satuan
kal
gram
gram
gram
gram
gram
S.I
mgram
mgram
gram
%

Tipe ideal buah nanas olahan bentuk buah silindris panjang dengan ukuran
yang sesuai dengan kaleng, mata dangkal, pematangan dari ujung sampai pangkal
serempak, warna daging buah kuning seragam, hati buah yang kecil, serat sedikit,
aroma yang kuat, bobot buah tanpa mahkota 1.2 kg, nisbah bobot buah tanpa
mahkota 1.2 kg, nisbah bobot buah atau bobot tanaman 0.75 dan nisbah gula dan
asam sesuai (Irfandi, 2005).
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi
alat. Pada alat ini bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah
besi, baja stainless steel, dan Politetrafluoroetilen (teflon). Diusahakan bahan
yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga
diusahakan perolehan bahan yang mudah untuk menjaga kesinambungan bahan
baku. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi
biaya produksi apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar
(Sinulingga, 2015).

11

Logam
Baja tahan karat
Baja tahan karat atau stainless steel sendiri adalah paduan besi dengan
minimal 12% kromium.

Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan

pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom
yang terjadi secara spontan. Tentunya harus dibedakan mekanisme protective
layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal seng dan
cadmium) ataupun cat. Pada dasarnya untuk membuat baja yang tahan terhadap
karat, krom merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk
mendapatkan baja yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan
beberapa zat-zat berikut :
-

Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan
korosi pitting dan korosi celah.

-

Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium
atau niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang
mengalami proses sensitasi.

-

Penambahan kromium bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan
membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi
temperatur tinggi.

-

Penambahan nikel bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi
dalam media pengkorosi netral dan juga meningkatkan keuletan dan
mampu bentuk logam.
(Amanto dan Daryanto, 1999).

12

Besi
Bijih besi merupakan bahan baku dalam pembuatan besi yang dapat
berupa senyawa oksida, karbonat dan sulfida serta tercampur dengan unsur lain
misalnya silikon. Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah persentase
besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya merupakan besi oksida atau besi
karbonat yang dinamakan batu besi spat. Biji besi terdiri atas oksigen dan
atombesi yang berikatan bersama dalam molekul.
Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit
(Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida
dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga
merah karat. Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak, namun seiring dengan
bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini
mulai berkurang, karena jumlahnya tetap (Amanto dan Daryanto, 1999).
Politetrafluoroetilen
Sifat mekaniknya hampir sma seperti polietien bermassa jenis tinggi.
Temperatur deformasi termal pada 4,6 kgfataucm2 adalah 120ºC dapat digunakan
untuk waktu lebih lam pada 90 sampai 260ºC. Ketahanan panasnya sekitar 288ºC.
Kristalinitasnya hilang bila melewati 300ºC, dan kekuatan tariknya berkurang
sangat cepat. Perubahan volume karena suhu dapat diamati. Mengenai sifat
kimianya, zat ini hanya diserang secara bertahap oleh logam alkali dan oleh gas
fluor yang tinggi konsentrasinya, tetapi tidak pernah diserang oleh asam sulfat
panas dan soda kaostik panas berkonsentrasi tinggi karena merupakan resin
terkuat. Karena tak larut dalam pelarut maka kemampuan pemprosesannya jelek.

13

Ketahanan

melar

dan

ketahanan

abrasi

tak

selalu

menguntungkan

(Surdia dan Saito, 2005).
Mekanisme pembuatan alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha
tani bergantung
untuk

terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan

pembuatannya.

Dalam

pembuatannya

terdapat

kecenderungan

konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan
mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan
dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau
kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk
pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani
dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Ring mata pisau terbuat dari baja tahan karat (Stainless steel), proses
pembentukannya menggunakan sistem pengerolan. Pengerolan merupakan proses
pembentukan yang dilakukan dengan menjepit pelat diantara dua rol. Rol tekan
dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan pelat. Pelat
bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di bawah
garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan.
Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini maka

14

terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak melewati rol pembentuk
dengan kondisi pembengkokan yang sama maka akan menghasilkan radius
pengerolan yang merata.
Ketajaman pisau berkurang jika sering digunakan. Frekuensi penggunaan
pisau bergantung pada berapa kali telah digunakan dan pada ketebalan benda yang
dipotong.Untuk memotong benda tebal pisau akan tumpul setelah digunakan
misalny100 kali. Untuk memotong benda yang tipis pisau akan tumpul setelah
digunakan misalnya 1000 kali. Pisau yang tumpul jika dipaksa untuk memotong
akan menghasilkan pemotongan yang tidak memuaskan seperti : irisan yang tidak
lurus, ukuran yang tidak presisi, dan efisiensi bahan yang rendah. Jika benda yang
dipotong memiliki ketebalan yang sama maka mudah dalam menentukan kapan
waktunya pisau harus diganti karena telah tumpul (Sugijono, 2013).
Penyatuan komponen dilakukan dengan menggunakan baut sebagai
pengikat. Baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap,
sambungan

bergerak,

maupun

sambungan

sementara

yang

dapat

dibongkarataudilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan
pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut
pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk bautbaut penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat
permesinan yang lain (Sularso dan Suga, 2002).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha, Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

15

dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alatataumesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
HA.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas alat =

produk yang dihasilkan (buah)
waktu (jam)

....................................(1)

Analisis Ekonomi
Menurut Soeharno (2007) analisis ekonomi digunakan untuk menentukan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.
Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga
keuntungan alat dapat diperhitungkan.Sedangkan menurut Nastiti,et al.(2008)
untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut aspek
biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran
kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi,
harga, upah, dan suku bunga.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar.
Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak
sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Darun, 2002).
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya
yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok

dimana :

 BT 
=
 wxk  ................................................................................(2)

16

BP = Biaya pokok (Rp/kg)
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
k

= Kapasitas kerja alat (Kg/jam)

Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
1.

Biaya penyusutan (metode garis lurus)

Dn= (P-S) (A/F, i, N) (F/P, i, n-1) ...............................................................(3)
dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P

= Harga awal (Rp)

S

= Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)

N

= Perkiraan umur ekonomis (tahun)

n

= Tahun ke-n

i

= Tingkat bunga modal (%/tahun)

Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :
I=

i(P)(n+1)
2n

………………………………………………......................(4)

dimana :
i = total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)
2.

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesinmesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa
biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai
awalnya.

17

3.

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 - 1%, rata-rata
diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan alat sebagai sumber
tenagapenggerak.Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =

1,2% (P-S)
1000 jam

……………......................………….....……. (5)

Biaya operator = BO = Wt x Uop ...........................................................(6)
Dimana :
Uop = Upah operator per jam (Rp/jam)
BO = Biaya operator per tahun (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
Biaya karyawan atau operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji
pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).
Break even point
Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan
proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang
dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas
maka usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas
akan memperoleh keuntungan.
Menurut Waldiyono (2008), manfaat perhitungan titik impas (break even
point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan

18

dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada
kondisiini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan.Analisis titik impas juga digunakan untuk :
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi.
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi(kesamaan)