Memperagakan Percakapan Mendengarkan Teks

24 Bahasa Indonesia SD Kelas 6 menonton bioskop gratis alias layar tancap. Tapi layar tancap yang satu ini lain. Bioskop rakyat ini hanya menyiarkan pertandingan-pertandingan sepak bola di Germany 2006. Bioskop sepak bola ini sebenarnya adalah wujud dari kebersamaan dari warga RT 0719, Komplek Ciledug Indah II. Saat Piala Dunia 2006 dimulai, tiba-tiba kami mempunyai ide untuk acara nonton bersama warga yang lebih ramai dan asyik daripada nonton sendirian di rumah,” kata Aminudin 186, seorang penggagas acara. Ide spontan Aminudin itu ternyata mendapat apresiasi hangat dari para tetangganya. Terutama yang bermukim di bilangan Jalan Cenderawasih seperti Iwan, John Saragih, Aditya, dan lain-lain. Tanpa dikomando, mereka langsung saling menyumbang segala piranti yang diperlukan. Meski tidak punya filosofi khusus yang rumit, konsep yang mereka bawa patut dipuji. Intinya, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Segala prasarana dan sarana dicari sendiri, tanpa sponsor atau bantuan. Kebetulan saya mempunyai proyektor pinjaman dari teman. Ya, langsung saya bawa ke sini, sedangkan yang lain menyumbang televisi, sound system, tikar, dan perlengkapan lain. Ujar Aminuddin. Bahkan tukang jagung bakar di sebelah ikut menyumbang alat pengeras suara. Awalnya, layar untuk bioskop sepak bola ini menggunakan triplek. Sempat beberapa kali dipakai, tapi hasilnya kurang memuaskan. Kemudian kami mencoba mencari kain putih yang berukuran agak besar. Sayang, susah mencarinya Warga kami tidak ada yang memiliki, cetus Iwan. Mereka tidak kehilangan akal. Sebuah ide brilian muncul. Warga bernama Kastalan menyumbang sprei tempat tidurnya. Saat dicoba, sprei berukuran 2 × 2,2 meter itu ternyata layak pakai. Gambar yang dihasilkan lumayan bagus. Ya, akhirnya seperti ini. Layar yang kita pakai sekarang ini adalah sprei tempat tidur orang, kata Aminudin sambil menunjuk kain persegi empat yang terbentang di depannya. Para penonton pun gembira. Terus terang kami senang dengan acara seperti ini. Menonton bola beramai-ramai sangat menyenangkan. Bagi orang seperti kami, nonton bareng di kafe atau restoran jelas tidak terjangkau. Berbeda dengan di sini. Sudah gratis, meriah lagi,” kata Firman, seorang tukang ojek yang rutin menonton. Berkah tidak Terduga Tidak hanya warga sekitar yang senang dengan kehadiran layar tancap dadakan ini. Sejumlah pedagang yang berada di sekitar lokasi juga diuntungkan. Dalam kadar yang berbeda-beda, sejumlah pedagang mengaku mengalami peningkatan omset. Itu tuh, yang berjualan rokok omsetnya naik berlipat-lipat, tunjuk Aminudin kepada Nyonya Agus, tetangganya yang berjualan rokok dan makanan kecil. Nyonya Agus rupanya agak malu ditunjuk seperti itu. Ada sih, tapi tidak banyak kok, katanya malu-malu. Dia enggan