Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Menenun sebagai Mata Pencaharian dan Adat

Gambar 5. Proses Menenun Songket

3. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Menenun sebagai Mata Pencaharian dan Adat

Istiadat Suku Sasak, Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk Sade berpendapat, jika wanita Sade belum bisa menenun maka wanita tersebut tidak boleh menikah, maka dari itu, dari kecil para wanita Sade telah diajarkan menenun. Menenun mengandung nilai kebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Menenun adalah salah satu alat untuk penghasilan penduduk Sade. Penduduk Sade sangat jauh dari dunia luar, kalau pun ditanya mengenai nilai sosial bermasyarakat, penduduk desa sade pasti lebih menjaga adat-istiadat mereka agar masa depan anak cucu mereka dapat melanjutkan tradisi atau adat yang diwarisi oleh orang-orang terdahulu mereka nenek moyang. Penduduk desa Sade tergolong sebagai penduduk yang menjunjung tinggi nilai sosial seperti tolong- menolong atau gotong-royong dalam seluruh kegiatan yang ada di Desa Sade. Berdasarkan pada aturan masa lalu seorang gadis Sade belum boleh menikah jika tidak bisa menenun. Keahlian menenun merupakan simbol kemandirian dimana seorang wanita siap untuk berumah tangga. Namun saat ini peraturan tersebut sudah tidak berlaku, tetapi sebagian masih menerapkan pertauran tersebut. Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan menenun pada penduduk Sade meliputi: 1 Nilai sosial, dimana penduduk Sade memiliki jiwa sosial, gotong-royong dan saling membantu. Dapat dilihat ketika pengunjung lokal maupun macanegara yang berkunjung dan ingin mengerti bagaimana cara menenun, penduduk Sade dengan ramah mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mencoba alat tenun. Kemudian penduduk Sade juga saling membantu satu sama lain dalam kegiatan menenun, jika salah seorang anggota keluarga sedang sakit maka kegiatan menenun dapat digantikan dengan wanita lainnya. Maka dari itu, seluruh wanita Sade harus bisa menenun. 2 Nilai pendidikan, dimana dengan mata pencaharian dan adat istiadat penduduk Sade “menenun” ini, membentuk karakter anak sejak dini untuk belajar mandiri dan giat bekerja untuk dapat menjalankan kehidupan. Melatih anak-anak khusunya para wanitagadis agar tidak manja dan dapat atau siap berumah tangga jika sudah tiba waktunya. 3 Nilai persatuan, dimana penduduk Sade tetap menghargai perbedaan yang ada pada tradisi Desa Sade dengan perkembangan zaman saat ini yaitu dengan adanya alat tenun modern dan tidak mencemooh atau bersikap mau menang sendiri. Tetapi sangat menghargai dan tetap menjaga keaslian adat Desa Sade dengan menggunakan alat tenun tradisional. 4 Nilai kejiwaan, dimana penduduk Sade khususnya wanita memahami dan mengetahui pengetahuan murni akan kewajiban menenun, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap karakter atau nilai kependidikan mereka. Nilai lainnya yang terkandung dalam kegiatan menenun adalah: 1 Nilai pendekatan akademik, dilihat dari kegiatan menenun tersebut, nilai akademik dari kegiatan tersebut adalah penduduk Desa Sade memiliki akademik dalam menyelesaikan kain tenun dengan cepat dan baik. Semakin ahli dalam menenun, maka hasil dari menenun akan semakin baik dan menjadikan kain tenun berkualitas. Sampai saat ini kain tenun Desa Sade sangat terkenal dengan kain songketnya kain tenun, produksi kain tenun Desa Sade juga dijual di luar Desa Sade, seperti di pusat oleh-oleh maupun toko-toko di Kota Mataram, dan lain sebagainya. 2 Nilai pendekatan kekeluargaan, nilai kekeluargaan dari menenun sangatlah erat, mengapa? Karena dengan menenun, para wanita dapat membantu orang tua maupun suaminya untuk mencari nafkah. Dengan menenun, para wanita diajarkan untuk dapat bekerja menghasilkan kain yang dapat dijadikan sebagai pakaian dan tidak perlu bekerja diluar rumah desa. Sehingga para wanita Sade dapat menjalankan kewajibannya dirumah. Penduduk Desa Sade juga sangat ramah dan sopan dengan wisatawan, mereka sudah menganggap seperti keluarga sendiri apabila ada wisatawan lokal dari Pulau Lombok sehingga ketika berkunjung, akan sangat disambut bahkan dipersilahkan masuk dan dijamu. Tidak hanya dengan penduduk lokal, tetapi juga luar Lombok bahkan warga asing, mereka sangat menyambut kehadiran para wisatawan. Mereka terlihat sangat senang dengan para wisatawan yang berkunjung, dan dengan sigap mengajak para wisatawan untuk ikut menenun. 3 Nilai pendekatan kejujuran, nilai kejujuran dari menenun adalah hasil dari menenun, kerja keras dalam menenun tidak akan membuat para wanita Sade berlaku curang dalam menjual kain tenunnya. Mereka akan dengan sopan dan ramah dalam menawarkan kain buatannya. Kemudian, mereka memiliki sikap yang sangat loyal, apalagi dengan wisatawan lokal yang juga tinggal di Pulau Lombok. Selain itu, mereka juga sangat ramah dengan wisatawan asing, mereka dengan jujur menjelaskan kesulitan atau kerumitan, dan pekerjaan yang mereka lakukan ketika kunjungan wisatawan asing yaitu bekerja sama satu sama lain, sehingga hasil dari penjualan nantinya di bagi rata dengan guide atau pemandu yang memperkenalkan kain buatan mereka.

4. Prospek Nilai yang Terkandung dalam Menenun sebagai Mata Pencaharian dan Adat