Peranan Obyek Pariwisata Pantai Cermin Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal

(1)

PERANAN OBYEK PARIWISATA PANTAI CERMIN DALAM

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

TESIS

Oleh

MAHYAR NAFIAH

087003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

PERANAN OBYEK PARIWISATA PANTAI CERMIN DALAM

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAHYAR NAFIAH 087003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PERANAN OBYEK PARIWISATA PANTAI CERMIN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Nama Mahasiswa : Mahyar Nafiah

Nomor Pokok : 087003011

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Lic. rer. Reg. Sirojuzilam, SE) Ketua

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Kasyful Mahalli, SE. M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Bachtiar Hasan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 3. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si 4. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si


(5)

 

ABSTRAK

Mahyar Nafiah NIM. 087003011 ”Peranan Obyek Wisata Pantai Cermin dalam Pengembangan Ekonomi Lokal”, di bawah bimbingan Prof. Dr. Lir. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Kasyful Mahalli, SE, M.Si.

Obyek wisata Pantai Cermin merupakan obyek wisata alam yang berada di Kecamatan Pantai Cermin. Obyek wisata Pantai Cermin sudah banyak di kenal oleh wisatan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin ini cukup ramai. Dengan adanya obyek wisata Pantai Cermin ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga aktivitas ekonomi di daerah obyek wisata tersebut dapat meningkat. Namun kenyataan yang di lihat bahwa obyek wisata Pantai Cermin ini belum begitu berperan dalam membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Pantai Cermin berlokasi di Desa Pantai Cermin Kanan dan Desa Pantai Cermin kiri Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan metode net balance, yang artinya penulis tidak menggunakan pengujian hipotesis tetapi hanya mendeskripsikan data-data yang di peroleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data, dan akhirnya analisis dan pembahasan terhadap data.

Dalam penelitian ini ingin melihat bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap obyek wisata Pantai Cermin dan ingin mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pengembangan ekonomi lokal. Namun tidak hanya itu, penelitian ini juga ingin megetahui seberapa besar peran obyek pariwisata Pantai cermin dalam pengembangan ekonomi lokal. Setelah dilakukan penelitian di dapat bahwa obyek wisata Pantai Cermin belum begitu memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengembangan ekonomi lokal, masih banyak variabel-varibel lain yang memiliki peran yang lebih besar dalam pengembangan ekonomi lokal masyarakat.

Kata Kunci : Tanggapan masyarakat terhadap Pantai Cermin, peran obyek wisata Pantai Cermin.


(6)

ABSTRACT

Mahyar Nafiah NIM : 087003011, “The Role of Cermin Beach Tourism Object in Local Economic Development”, uder guiding Prof. Dr. Lir. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Kasyful Mahalli, SE, M.Si.

Cermin Beach tourism object is one of the natural tourist attraction in the coastal district of Cermin Beach. Cermin Beach tourism object already know by both domestic tourists and foreign tourists. The number of tourists visiting the Cermin Beach is quite crowdid. With the object this cermin beach resort is expected to open job opportunities and improving the community income, so that economic activity in the tourist area increases. But the fact that seen the Cermin Beach has not play the job oppurtunities and community income.

This research was conducted in Pantai Cermin Kanan Village and Pantai Cermin Kiri Village at Coastal district Pantai Cermin in Serdang Bedagai Regency Province of North Sumatera. The type of the research was descriptive by using net balance method, in term of the author was not performed hypothesis, but only describes the data wich obtain from the field, then performing interpretation to the data, and finally, the author performed both analysis and study on data.

In this research we could see how the public response to the Cermin Beach and obtaining community response to local economic development. But not only that, this research can also find out how big the Cermin Beach tourism object role in local economic development,after doing the research the Cermin Beach has a significant role in local economic development, there are many other variables that have a major role in local economic development community.

Keywords : The public response to the Cermin Beach, role of Cermin Beach tourism object


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan tesis ini. Penulis tesis penelitian dengan judul Peranan Obyek Pariwisata Pantai Cermin dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, merupakan sebagaian persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister di Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan Tesis ini, Penulis banyak sekali mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, maka dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing tesis.

3. Bapak Prof. Dr. Lic rer reg. Sirojuzilam, SE yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis.


(8)

5. Bapak Bupati Kabupaten Mandailing Natal Amru Daulay, SH selaku pemberi ijin mengikuti sekolah derajat sarjana S2.

6. Orang tua dan adik-adik, dan keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya untuk maju dan berkembang.

7. Pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan tesis ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa bentuk dan penyajian tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun sehingga tesis penelitian ini dapat lebih sempurna dan dapat memberikan manfaat bagi daerah yang di teliti khususnya dan daerah lain umumnya.

Medan, 11 Februari 2010 Penulis,

Mahyar Nafiah NIM.087030011


(9)

RIWAYAT HIDUP

Mahyar Nafiah lahir di Medan Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 02 Januari 1984, anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. H. Ediwarsyah

dan Ibu Hj. Latifah Hanum.

Pendidikan Penulis di mulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 050724 Tanjung Pura lulus tahun 1995, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Stabat lulus tahun 1998, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Stabat lulus tahun 2001 dan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik lulus tahun 2006.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pertamanan, Kebersihan, dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara dengan pangkat Penata Muda (III/a).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR GRAFIK... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II : LANDASAN TEORI... 11

2.1. Peranan Obyek Pariwisata... 11

2.1.1. Pariwisata... 11

2.1.2. Obyek Pariwisata... 14

2.1.3. Peranan... 15

2.1.4. Peranan Obyek Pariwisata... 15

2.1.4.1. Obyek Wisata... 17

2.1.4.2. Prasarana dan Sarana wisata... 17

2.1.4.3. Promosi Obyek Pariwisata... 19

2.1.4.4. Pelayanan Terhadap Wisatawan... 21


(11)

2.2.1. Lokal... 22

2.2.2. Ekonomi... 23

2.2.3. Pengembangan Ekonomi Lokal... 23

2.2.3.1. Pendapatan Masyarakat... 26

2.2.3.2. Lapangan Pekerjaan... 28

2.2.3.3. Perkembangan Aktivitas Ekonomi... 33

2.3. Penelitian Sebelumnya... 34

2.4. Kerangka Pemikiran... 36

BAB III : METODE PENELITIAN... 37

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 37

3.2. Jenis dan Sumber Data... 37

3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 37

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 40

3.4.1. Kuesioner... 40

3.4.2. Wawancara... 40

3.5. Teknik Pengolahan Data... 40

3.6. Defenisi Operasional Variabel... 42

BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN... 44

4.1. Kondisi Kecamatan Pantai Cermin………... 44

4.1.1. Kecamatan Pantai Cermin Secara Geografis……... 44

4.1.2. Kecamatan Pantai Cemin Secara Demografis…….. 45

4.2. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai……….. 48

4.3. PDRB Kecamatan Pantai Cermin………... 50

4.4. Kondisi Kepariwisataan... 53

4.4.1. Kunjungan Wisata………... 53

4.4.2. Aspek Kepariwisataan………... 57

4.4.3. Hotel, Penginapan dan Restoran………... 58

4.4.4. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Golongan Sosial dan Ekonomi Pengunjung…….... 59

4.5. Prasarana dan Sarana... 61

4.5.1. Kebutuhan Prasarana Wisata………... 66

4.5.2. Kebutuhan Sarana Wisata………... 68

4.6. Deskriptif Responden………... 68

4.7. Analisa Data………... 71

4.7.1. Tanggapan Responden terhadap Obyek Wisata Pantai Cermin……….. 72

4.7.2. Tanggapan Responden terhadap Prasarana dan Sarana……... 77

4.7.3. Tanggapan Responden terhadap Promosi Obyek Wisata Pantai Cermin………... 82


(12)

4.7.4. Tanggapan Responden tentang Pelayanan

Terhadap Wisatawan...………….. 87

4.7.5. Tanggapan Responden terhadap Pendapatan Masyarakat…... 92

4.7.6. Tanggapan Responden terhadap Lapangan Kerja... 98

4.7.7. Tanggapan Responden terhadap Perkembangan Aktivitas Ekonomi………... 103

4.8. Tanggapan Masyarakat Terhadap Obyek Wisata Pantai Cermin... 109

4.9. Peranan Obyek Pariwisata Pantai Cermin dalam Pengembangan Ekonomi Lokal…………... 111

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 117

5.1. Kesimpulan………... 117

5.2. Saran………... 118


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek

Wisata Pantai Cermin Tahun 2005 s/d 2008... 8 3.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Tiap Desa Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008... 38 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Rumah Tangga... 38 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel Rumah Tangga... 39 4.1. Jarak dari Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota

Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai... 45 4.2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Tiap Desa

Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008………... 45 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Cermin Berdasarkan

Etnis/Suku Bangsa Tahun 2008... 46 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Cermin Berdasarkan

Pekerjaan Tahun 2008……... 47 4.5 PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2008

(Milyar Rupiah)... 48 4.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai


(14)

Tahun 2006 – 2008 (%)... 49 4.7 PDRB Kecamatan Pantai Cermin Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2008

(Juta Rupiah)... 51 4.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Pantai Cermin

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun 2006 – 2008 (%)……….... 52 4.9 Jumlah Wisatawan Mancanegara melalui 3 (tiga) Pintu

Masuk Tahun 2003 s/d 2007………... 54 4.10 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata

Pantai Cermin Tahun 2005 s/d 2008………... 54 4.11 Banyak Restoran, Rumah Makan, Hotel dan Penginapan

di Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008... 58 4.12 Panjang Sarana Jalan di Kecamatan Pantai Cermin

Tahun 2008... 62 4.13 Rincian Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Pendidikan…………... 69 4.14 Rincian Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Kelompok

Umur…………... 70 4.15 Jumlah Pendapatan Responden... 70 4.16 Analisis Net Balance Tentang Lokasi Obyek Wisata Pantai

Cermin………... 73 4.17 Analisis Net Balance Tentang Prasarana dan Sarana

Wisata Pantai Cermin………... 78 4.18 Analisis Net Balance Tentang Promosi Wisata Pantai Cermin.. 83


(15)

4.19 Analisis Net Balance Tentang Pelayanan Terhadap Wisatawan. 88 4.20 Analisis Net Balance Tentang Pendapatan Masyarakat……… 93 4.21 Analisis Net Balance Tentang Lapangan Kerja……….... 99 4.22 Analisis Net Balance Tentang Perkembangan Aktivitas

Ekonomi...……. 104

4.23 Analisa Net Balance Peranan Obyek Wisata Pantai Cermin... 109 4.24 Analisa Net Balance Pengembangan Ekonomi Lokal... 111 4.25 PDRB Kecamatan Pantai Cermin Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran... 36 4.1 Flowchart Analisis Net Balance Lokasi

Obyek Wisata Pantai Cermin... 76 4.2 Flowchart Analisis Net Balance Tentang Prasarana

dan Sarana Wisata... 81 4.3 Flowchart Analisis Net Balance Tentang Promosi

Obyek Wisata Pantai Cermin... 86 4.4 Flowchart Analisis Net Balance Tentang

Pelayanan Terhadap Wisatawan... 90 4.5 Flowchart Analisis Net Balance Tentang

Pendapatan Masyarakat... 96 4.6 Flowchart Analisis Net Balance Tentang

Lapangan Kerja... 102 4.7 Flowchart Analisis Net Balance Tentang


(17)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

4.1 Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Pantai

Cermin... 56 4.2 Analisis Net Balance Lokasi Obyek Wisata Pantai

Cermin... 77 4.3 Analisis Net Balance Tentang Prasarana dan

Sarana Wisata... 82 4.4 Analisis Net Balance Promosi Obyek Wisata Pantai

Cermin... 87 4.5 Analisis Net Balance Tentang Pelayanan

Terhadap Wisatawan... 91 4.6 Analisis Net Balance Tentang Pendapatan Masyarakat... 98 4.7 Analisis Net Balance Tentang Lapangan Kerja... 103 4.8 Analisis Net Balance Tentang Perkembangan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Daftar Pertanyaan Kuesioner... 121

II Hasil Tanggapan Responden... 141

III Gambar Daerah Penelitian... 148

IV Gambar Peta Kecamatan Pantai Cermin... 153

                           


(19)

 

ABSTRAK

Mahyar Nafiah NIM. 087003011 ”Peranan Obyek Wisata Pantai Cermin dalam Pengembangan Ekonomi Lokal”, di bawah bimbingan Prof. Dr. Lir. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Kasyful Mahalli, SE, M.Si.

Obyek wisata Pantai Cermin merupakan obyek wisata alam yang berada di Kecamatan Pantai Cermin. Obyek wisata Pantai Cermin sudah banyak di kenal oleh wisatan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin ini cukup ramai. Dengan adanya obyek wisata Pantai Cermin ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga aktivitas ekonomi di daerah obyek wisata tersebut dapat meningkat. Namun kenyataan yang di lihat bahwa obyek wisata Pantai Cermin ini belum begitu berperan dalam membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Pantai Cermin berlokasi di Desa Pantai Cermin Kanan dan Desa Pantai Cermin kiri Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan metode net balance, yang artinya penulis tidak menggunakan pengujian hipotesis tetapi hanya mendeskripsikan data-data yang di peroleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data, dan akhirnya analisis dan pembahasan terhadap data.

Dalam penelitian ini ingin melihat bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap obyek wisata Pantai Cermin dan ingin mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pengembangan ekonomi lokal. Namun tidak hanya itu, penelitian ini juga ingin megetahui seberapa besar peran obyek pariwisata Pantai cermin dalam pengembangan ekonomi lokal. Setelah dilakukan penelitian di dapat bahwa obyek wisata Pantai Cermin belum begitu memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengembangan ekonomi lokal, masih banyak variabel-varibel lain yang memiliki peran yang lebih besar dalam pengembangan ekonomi lokal masyarakat.

Kata Kunci : Tanggapan masyarakat terhadap Pantai Cermin, peran obyek wisata Pantai Cermin.


(20)

ABSTRACT

Mahyar Nafiah NIM : 087003011, “The Role of Cermin Beach Tourism Object in Local Economic Development”, uder guiding Prof. Dr. Lir. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Kasyful Mahalli, SE, M.Si.

Cermin Beach tourism object is one of the natural tourist attraction in the coastal district of Cermin Beach. Cermin Beach tourism object already know by both domestic tourists and foreign tourists. The number of tourists visiting the Cermin Beach is quite crowdid. With the object this cermin beach resort is expected to open job opportunities and improving the community income, so that economic activity in the tourist area increases. But the fact that seen the Cermin Beach has not play the job oppurtunities and community income.

This research was conducted in Pantai Cermin Kanan Village and Pantai Cermin Kiri Village at Coastal district Pantai Cermin in Serdang Bedagai Regency Province of North Sumatera. The type of the research was descriptive by using net balance method, in term of the author was not performed hypothesis, but only describes the data wich obtain from the field, then performing interpretation to the data, and finally, the author performed both analysis and study on data.

In this research we could see how the public response to the Cermin Beach and obtaining community response to local economic development. But not only that, this research can also find out how big the Cermin Beach tourism object role in local economic development,after doing the research the Cermin Beach has a significant role in local economic development, there are many other variables that have a major role in local economic development community.

Keywords : The public response to the Cermin Beach, role of Cermin Beach tourism object


(21)

   

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang atau dengan istilahnya pembangunan yang multidimensional. Adapun yang di maksud dengan pembangunan multidimensional adalah pembangunan yang bersifat menyeluruh yaitu apa yang dinamakan dengan pembangunan nasional.

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya atau dengan perkataan lain bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak saja ditujukan untuk mengejar material, akan tetapi ditujukan juga kepada yang bersifat spiritual. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Pada saat ini pemerintah pusat telah memberikan kewenangan yang luas terhadap pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerahnya masing – masing. Ini diperkuat dengan diterbitkannya undang – undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang – undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, ini


(22)

merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Kedua undang – undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah karena adanya pemberian kewenangan dan pembiayaan, yang selama ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat.

Kewenangan di maksud mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaannya yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber - sumber potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa adanya intervensi terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan dapat berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya tercipta pembangunan di daerah.

Pemerintah daerah mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber - sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat

daerah. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah.

Dalam konteks pembangunan daerah yang dapat dikembangkan salah satunya melalui sektor pariwisata. Indonesia menempatkan bidang pariwisata sebagai prioritas untuk pembangunan khususnya di daerah yang memiliki potensi wisata, hal ini


(23)

memungkinkan dengan melihat keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, lautan yang luas dan disertai keadaan alam yang kaya raya dengan hasil tambang, hutan serta pemandangan alam yang indah, latar belakang kehidupan. Indonesia merupakan negara yang banyak mempunyai peninggalan-peninggalan

sejarah yang bernilai tinggi dan dapat dibanggakan, aneka ragam suku dan adat - istiadat, sehingga dapat dijadikan sebagai modal dasar pembangunan parawisata.

Sebagaimana diketahui bahwa pariwisata merupakan suatu industri yang tidak mengeluarkan asap (the smokeless Industry) dan dapat menciptakan kemakmuran, karena dalam bidang parawisata dapat :

1. Membuka lapangan kerja.

2. Menambah pendapatan masyarakat daerah. 3. Menambah devisa negara.

4. Merangsang Pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia. Kebudayaan yang ada di Indonesia dapat tumbuh karena adanya pariwisata.

5. Menunjang gerak pembangunan di daerah. Di daerah pariwisata banyak timbul pembangunan jalan, hotel, restoran, dan lain-lainnya sehingga pembangunan di daerah itu lebih maju.

Karena itu pemerintah mengambil suatu kebijaksanaan untuk mengembangkan pariwisata, sasaran yang ingin di capai dalam pengembangan pariwisata :

1. Menyangkut hal-hal yang bersifat pragmatis seperti perluasan lapangan kerja dan bidang usaha serta meningkatkan devisa negara.


(24)

2. Menyangkut hal-hal yang bersifat ideal seperti memperkenalkan alam dan kebudayaan, memupuk rasa cinta tanah air dan menanamkan jiwa semangat nilai - nilai UUD 1945.

3. Menyangkut masalah peningkatan mutu pelayanan.

Bila dikaitkan dengan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang, pariwisata dapat diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor lainnya, karena tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat menyediakan penginapan (hotel), makanan dan minuman (bar dan restaurant), perencanaan perjalanan (tour operator), pramuwisata (tourist guide), tetapi pariwisata juga memerlukan pula prasarana ekonomi seperti jalan-jalan, jembatan, terminal, lapangan udara, fasilitas olah raga, kantor pos dan telekomunikasi, bank, money changer.

Dari keterangan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan adanya pariwisata akan dapat menimbulkan dampak yang positif dari pembangunan bidang lainnya. Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa pariwisata juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, misalkan peredaran obat-obatan terlarang, masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia seperti seks bebas dan mabuk-mabukan.

Bila diperhatikan dari dampak positif yang diperoleh, sektor pariwisata dapat digunakan sebagai katalisator dalam menggerakkan berbagai kegiatan pembangunan, sehingga dapat diharapkan sebagai sumber devisa negara nomor tiga setelah migas


(25)

dan non migas. Dalam lingkup pembangunan nasional sektor pariwisata memiliki kontribusi berarti dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) utamanya bila dikaitkan dengan sektor hotel dan restoran.

Keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal menjadi penting bila dikaitkan dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri dalam hal perlindungan terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting agar upaya pengembangan pariwisata tidak hanya demi meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga betul-betul memberikan manfaat terutama yang berada di daerah obyek pariwisata yang bersangkutan.

Obyek wisata bahari juga tempat nelayan beraktivitas, maka pengembangan wisatanya juga memberikan manfaat bagi masyarakat nelayan, jangan sampai para nelayan yang secara umum masih mengalami kemiskinan dan ketinggalan itu justru tersingkir karena berkembangnya pariwisata.

Pembangunan pariwisata alam bertujuan mengelola dan mengembangkan sumber daya alami dan hayati bagi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang. Pembangunan pariwisata harus memiliki peran dalam pembangunan ekonomi lokal masyarakat. Terlaksananya pembangunan pariwisata dapat membuka lapangan kerja dan menambah pendapatan masyarakat dari sektor perdagangan maupun jasa, sehebat apapun perkembangan suatu tempat wisata tidaklah ada artinya bagi masyarakat jika tidak dapat mendongkrak sektor ekonomi lokal dari tempat wisata. Masyarakat lokal memiliki peranan penting dalam pariwisata, jika pariwisata


(26)

diletakkan sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan ekonomi dan memakmurkan masyarakat.

Kecamatan Pantai Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai dan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki kekayaan alam berupa pantai yang indah, salah satunya adalah Pantai Cermin. Obyek wisata Pantai Cermin merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan untuk berkunjung. Obyek wisata harus di rancang, di bangun dan dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut.

Pembangunan prasarana wisata harus mempertimbangkan kondisi dan lokasi yang akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik dari obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku


(27)

baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

Masyarakat Pantai Cermin berperan dalam melakukan promosi obyek wisata tersebut, selain promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten serdang Bedagai terhadap obyek wisata tersebut. Selain melakukan promosi masyarakat juga harus memberikan pelayanan terhadap wisatawan. Melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Ramah tamah dalam menerima wisatawan. b. Jujur melayani wisatawan.

c. Kesediaan masyarakat membantu memenuhi kebutuhan wisatawan di obyek pariwisata.

d. Rasa aman yang di peroleh wisatawan, baik terhadap dirinya maupun harta bendanya.

Adanya partisipasi dan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Serdang bedagai dengan masyarakat akan dapat mengembangkan pariwisata tersebut dengan cepat sehingga banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Pantai Cermin untuk menikmati keindahan alam Pantai Cermin. Industri pariwisata berperan dalam mengembangkan ekonomi lokal masyarakat, aktivitas perekonomian daerah akan meningkat di tandai dengan adanya masyarakat yang berjualan atau berdagang, terciptanya industri padat karya yang dapat membuka lapangan kerja yang dapat menciptakan pendapatan bagi penduduk.


(28)

Tabel 1.1 : Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Pantai Cermin Tahun 2005 s/d 2008

No Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Jumlah

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1. 2. 3. 4. 2005 2006 2007 2008 31.250 30.244 36.582 26.502 27,51 26,62 32,20 23,33 4.086 4.223 4.445 4.708 23,39 24,18 25,45 26,96 35.336 34.467 41.027 31.210 24,87 24,26 28,88 21,97

Jumlah 113.578 100 17.462 100 142.040 100

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara

Tabel 1.1 di atas menjelaskan bahwa jumlah pengunjung wisatawan nusantara yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin di tahun 2005 sebanyak 31.250 jiwa (27,51%). Tahun 2006 pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin sebesar 30.244 jiwa (26,62%), terjadi penurunan sebesar 0,89%. Tahun 2007 pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin sebesar 36.582 jiwa (32,20%), terjadi peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,58%, Tahun 2008 pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin sebesar 26.502 jiwa (23,33%), terjadi penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,87%. Pengunjung wisatawan macanegara yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin masih sangat sedikit. Jika di lihat secara keseluruhan jumlah wisatawan mancanegara yang paling banyak berkunjung pada tahun 2008 sebanyak 4.708 jiwa atau sekitar 26,96% pengunjung.


(29)

Total pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara jumlah pengunjung terbesar terjadi pada tahun 2007, jumlah pengunjung tersebut sebesar 41.027 jiwa atau sekitar 28,88% pengunjung. Jumlah pengunjung yang paling sedikit berkunjung ke obyek wisata Pantai Cermin pada tahun 2008, jumlah pengunjung yang berkunjung sebanyak 31.210 jiwa atau sekitar 21,97% pengunjung.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam tesis yang berjudul “Peranan obyek pariwisata pantai cermin dalam perkembangan ekonomi lokal”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah yang ada di atas, Penulis mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini ke dalam suatu perumusan masalah yaitu :

1. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap obyek wisata Pantai Cermin

2. Bagaimanakah peranan obyek pariwisata Pantai Cermin dalam pengembangan ekonomi lokal.

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:


(30)

1. Untuk menganalisis bagaimana tanggapan masyarakat terhadap obyek wisata Pantai Cermin.

2. Untuk menganalisis peranan obyek pariwisata Pantai Cermin dalam pengembangan ekonomi lokal.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Segi ilmu pengetahuan, sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan tentang peranan obyek pariwisata dalam pengembangan ekonomi lokal masyarakat.

2. Segi masyarakat, sebagai masukan kepada masyarakat agar mengetahui apa peranan obyek wisata Pantai Cermin dalam peningkatan taraf ekonomi masyarakat di sekitar obyek pariwisata.

3. Segi pemerintah, sebagai masukan untuk melakukan kontrol dan evaluasi terpadu terhadap perubahan dinamika sosial ekonomi masyarakat serta pengembangan ekonomi lokal masyarakat di Kecamatan Pantai Cermin


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Peranan obyek pariwisata

Pariwisata dapat dipergunakan sebagai katalisator dari kegiatan pembangunan, kepariwisataan merupakan mata rantai panjang yang dapat menggerakkan bermacam - macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Sebelum Penulis menjelaskan lebih lanjut terlebih dahulu berangkat dari beberapa hal berikut ini :

2.1.1. Pariwisata

Menurut Yoeti (1996) kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya musyawarah nasional Touristme ke II di Tretes Jawa Timur, pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya, kata ganti pariwisata yang digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda yang sering pula diindonesiakan menjadi turisme.

Pada waktu pembukaan musyawarah yang diadakan di gedung pemuda Surabaya, Presiden RI pertama Soekarno dalam amanatnya yang disampaikan kepada peserta musyawarah, menanyakan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayan Prijono, perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk menggantikan kata Tourisme. Dalam jawabannya kepada Presiden Ir. Soekarno Prijono memberi penjelasan, bahwa sebagai pengganti kata Tourisme dapat digunakan kata dharmawisata untuk perjalanan antar kota (dalam negeri), sedangkan untuk


(32)

perjalanan antar benua (luar negeri) tepat digunakan kata pariwisata. Pada waktu

itulah diresmikan pengganti kata tourisme menjadi kata pariwisata oleh Presiden Ir. Soekarno dan atas dasar itu pula, pada tahun 1960 istilah Dewan Pariwisata

Indonesia (Depari). Adapun orang yang berjasa mempopulerkan kata pariwisata itu adalah Jendral GPH Jatikusumo yang pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos dan Telekomunikasi dan Pariwisata.

Secara etimologis kata pariwisata yang berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (bahasa belanda) atau tourism (bahasa inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata pari dan wisata.

1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris.

Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain.

Lebih lanjut, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Wisatawan melakukan aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas di buat untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan (Marpaung, 2002). Menurut Murphy dalam Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain)


(33)

yang merupakan akibat dari perjalan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan secara tidak permanen.

Selanjutnya pengertian pariwisata jika di lihat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1 menyatakan : a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri,


(34)

dengan tujuan bukan untuk berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau menikmati suatu obyek yang tidak didapatkannya dari asal tempat tinggalnya.

2.1.2. Obyek Pariwisata

Darmadjati dalam Ediwarsyah (1987) memberi batasan tentang pengertian obyek pariwisata adalah :

“Pada garis besarnya berwujud obyek, barang-barang mati atas statis, baik yang diciptakan oleh manusia sebagai hasil seni budaya, atau yang berupa gejala-gejala alam yang memiliki daya tarik kepada para wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati sehingga terpenuhi rasa kepuasan wisatawan-wisatawan itu, sesuai dengan motif kunjungannya”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 obyek pariwisata adalah pewujudan dari ciptaan Tuhan, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa dan tempat serta keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk kunjungan wisata.

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa yang di maksud obyek pariwisata adalah tempat atau obyek dari hasil ciptaan manusia atau keadaan alam yang dapat menimbulkan daya tarik manusia untuk mengujunginya.


(35)

2.1.3. Peranan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang di miliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Berdasarkan pengertian diatas, di ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan dari :

1. Obyeknya sudah ada akan tetapi masih belum sempurna maka akan dijadikan sempurna, atau yang sedikit dijadikan menjadi banyak, diluaskan atau di perindah.

2. Obyeknya sudah sempurna di pelihara terus menerus untuk diwariskan pada generasi yang akan datang.

2.1.4. Peranan Obyek Pariwisata

Di atas telah dijelaskan pengertian peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan berbagai cara sehingga dapat menjadi keadaan yang lebih baik dari semula atau dijadikan banyak, diluaskan, diperindah atau dipelihara keadaan obyek tetap lestari.


(36)

Bila dihubungkan dengan pengertian obyek pariwisata, maka yang di maksud dengan peranan obyek pariwisata adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas yang harus dilaksanakan manusia untuk memelihara, mengembangkan, meluaskan, memperindah, menambah fasilitas yang ada di obyek pariwisata, dengan tujuan untuk menarik minat orang berkunjung di obyek pariwisata.

Sebelum wisatawan mengunjungi obyek pariwisata, maka perlu mengetahui terlebih dahulu tentang keadaan obyek yang akan dikunjunginya, seperti :

a. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya.

b. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat sementara tinggal di daerah tujuan wisata yang di kunjunginya.

c. Fasilitas tempat makan dan minum yang lengkap dan sesuai dengan selera wisatawan tersebut.

d. Obyek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjungi. e. Aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan di kunjungi. f. Fasilitas perbelanjaan.

Dari keterangan di atas, Penulis mengambil kesimpulan agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi obyek pariwisata yang perlu dikembangkan adalah :

1. Obyek wisata.

2. Prasarana dan sarana wisata 3. Promosi obyek pariwisata 4. Pelayananan terhadap wisatawan


(37)

2.1.4.1. Obyek wisata

Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus di rancang dan di bangun atau di kelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

4. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.

5. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

2.1.4.2. Prasarana dan sarana wisata a. Prasarana Obyek Wisata

Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah


(38)

tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan di kunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan.

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

b. Sarana obyek

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun


(39)

kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

2.1.4.3. Promosi obyek pariwisata

Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko serendah-rendahnya (James.J.Spillane dalam Ediwarsyah 1987). Menurut Mursid (2003) Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Lebih lanjut Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran adalah aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta


(40)

jasa-jasa dari produksi sampai konsumsi dimana termasuk tindakan membeli, menjual, menyelengarakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut, menyimpan benda-benda, serta informasi pasar.

Berdasarkan keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan pemasaran adalah suatu kegiatan usaha perdagangan baik dalam bentuk barang-barang atau jasa, yang dilakukan oleh Si penjual kepada Si pembeli, didalamnya termasuk tindakan memperkenalkan barang-barang dan jasa, menjual, membeli, menstandarisasi dengan tujuan untuk memberi kepuasan antara Si penjual kepada Si pembeli dengan melalui proses pertukaran.

Berdasarkan keterangan di atas di ambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat diperlukan untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.

Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, kerap kali istilah promosi dihubungkan dengan misalnya kepariwisataan, perniagaan yang berarti usaha untuk memajukan kedua bidang tersebut. Karena tujuan promosi adalah :

a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar. b. Untuk meningkatkan penjualan

c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan perusahan tersebut.


(41)

d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa terhadap saingan.

Bila dikaitkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran promosinya adalah obyek pariwista, yaitu dengan cara memaparkan keadaan daya tarik dari wisata tersebut, sarana dan prasarana yang telah tersedia di obyek pariwisata, sehingga menimbulkan keinginan orang untuk berkunjung di obyek pariwisata tersebut.

Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan promosi obyek pariwisata adalah :

1. Agar masyarakat mengetahui bahwa ada obyek paiwisata yang baik untuk di kunjungi.

2. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.

3. Untuk menunjukkan pada wisatawan tentang keadan obyek wisata yang mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan obyek pariwisata lainnya.

4. Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada di lingkungan obyek pariwisata.

2.1.4.4. Pelayanan terhadap wisatawan

Pelayanan berasal dari kata pelayan yang artinya orang yang pekerjaannya melayani orang lain. Dari kutipan di atas, bila dikaitkan dengan pengertian pelayanan terhadap wisatawan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan


(42)

orang untuk membantu atau melayani kepentingan wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau keinginan wisatawan.

Dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan di obyek pariwisata yaitu :

1. Ramah tamah dalam menerima wisatawan.

2. Jujur melayani wisatawan, terutama dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di obyek pariwisata.

3. Kesediaan masyarakat membantu wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya di obyek pariwisata.

4. Rasa aman yang di peroleh wisatawan, baik terhadap dirinya maupun harta bendanya.

2.2. Ekonomi Lokal

Sebelum Penulis menjelaskan pengertian pengembangan ekonomi lokal, terlebih dahulu berangkat dari beberapa hal berikut ini :

2.2.1. Lokal

Pengertian lokal dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan setempat. Namum dalam pengertian lokal yang terdapat dalam definisi pengembangan ekonomi lokal tidak merujuk pada batasan wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan kandungan komponen lokal maupun optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal.


(43)

2.2.2. Ekonomi

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan ό ος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga."

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.

2.2.3. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada pada suatu masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya alam. Pendayagunaan sumber daya tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Untuk mencapai tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif dalam pengembangan ekonomi lokal.


(44)

Menurut World Bank (2001) pengembangan ekonomi lokal sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal.

Menurut Blakely and Bradshaw dalam Suandy (1998) pengembangan ekonomi lokal adalah proses dimana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan

Menurut International Labour Organization ILO (2001) Pengembangan ekonomi lokal adalah proses partisipatif yang mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama dalam perancangan dan pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumber daya lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.

Dari sisi masyarakat, pengembangan ekonomi lokal diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat usahanya guna membangun kesejahteraannya. Kesejahteraan tersebut dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan keselamatan bagi adat istiadat dan agamanya, bagi


(45)

usahanya, dan bagi harga dirinya sebagai manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem masyarakat karena tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut kemandirian.

Dengan demikian, pembangunan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan (capacity of institutions) maupun aset pengalaman (Haeruman, 2001).

Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan tuntutan masyarakat itu di landasi oleh hasrat untuk lebih berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Dalam ekonomi yang makin terbuka, ekonomi makin berorientasi pada pasar, peluang dari keterbukaan dan persaingan pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan ekonominya lemah. Dalam keadaan ini harus di cegah terjadinya proses kesenjangan yang makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang terbuka hanya dapat dimanfaatkan oleh wilayah, sektor, dan golongan ekonomi yang lebih maju. Secara khusus perhatian harus diberikan dengan pemihakan dan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan ekonomi lokal.


(46)

Ada beberapa tujuan dan sasaran yang ingin di capai dalam pengembangan ekonomi lokal masyarakat ini, diantaranya adalah :

1. Terlaksananya upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani dalam suatu proses yang partisipatif.

2. Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholdersecara sinergis. 3. Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya percepatan

pengembangan ekonomi lokal.

4. Terwujudnya peningkatan PAD dan PDRB.

5. Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya pengangguran, menurunnya tingkat kemiskinan.

6. Terwujudnya peningkatan pemerataan antar kelompok masyarakat, antar sektor dan antar wilayah.

7. Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal.

Dalam penelitian ini ada beberapa indikator yang digunakan Penulis untuk mengukur kondisi perekonomian masyarakat dalam berkembangnya ekonomi lokal masyarakat sekitar yaitu : pendapatan masyarakat, lapangan pekerjaan, dan perkembangan aktivitas ekonomi.


(47)

Setiap manusia tidak luput dari tuntutannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tingkat kebutuhan hidup manusia berbeda-beda tergantung pada tersedianya jumlah barang dan jasa yang di peroleh, sedangkan untuk memperoleh barang dan jasa itu ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh (Djoyodikusuma dalam Ediwarsyah 1987) yakni : tingkat hidup ditentukan oleh jumlah dan mutu barang dan jasa yang di pakai, jika seseorang atau sesuatu bangsa dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan memuaskan karena ada tersedia cukup banyak barang dan jasa maka tingkat hidupnya adalah tinggi, dan sebaliknya jika barang dan jasa sangat terbatas jumlahnya maka tingkat hidupnya rendah, jumlah barang dan jasa yang mempengaruhi hidup itu adalah pendapatan.

Menurut Winardi dalam Ediwarsyah (1987) yang di maksud dengan pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil berupa materiil lainnya yang di capai dari pada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Bila di ambil dari pengertian pendapatan perseorangan, lebih lanjut Winardi mengatakan pendapatan perseorangan bersih adalah pendapatan perseorangan yang tersedia untuk konsumsi atau investasi atau tabungan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian pendapatan itu mempunyai aneka ragam, hal ini tergantung orientasi dari permasalahan yang di hadapi, antara lain seperti :

a. Bila di tinjau dari beban biaya yang dikeluarkan dari hasil pendapatan yang di terima, maka pengertian pendapatan itu dapat dibagi atas :


(48)

1. Pendapatan dalam arti revenue, yaitu pendapatan yang belum di kurangi biaya - biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut.

2. Pendapatan dalam arti income adalah pendapatan yang sudah di kurangi dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan itu. Pengertian income itu sendiri di bagi atas dua bagian, yaitu income sebelum di potong pajak dan income sesudah di potong pajak.

b. Bila di tinjau dari cara memperolehnya, maka pengertian pendapatan itu dapat di bagi atas dua bagian, yaitu :

1. Pendapatan yang di peroleh dengan mempergunakan modal. 2. Pendapatan yang di peroleh dengan mempergunakan jasa-jasa.

2.2.3.2.Lapangan pekerjaan

Pengertian pasar kerja adalah seluruh kebutuhan dan persediaan tenaga kerja dengan semua jalan yang memungkinkan penjual tenaga kerja (pekerja) dan pembeli tenaga (majikan) bertemu dan melakukan transaksi (penerimaan, penugasan, pemberhentian, promosi, pemindahan dan sebagainya) (Soeroto, 1983). Dengan demikian pasar kerja mencakup waktu sebelum orang memasuki pekerjaan dan sesudah ada orang ada dalam pekerjaan. Kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong.


(49)

Pengertian tentang pasar kerja tersebut perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi negara atau wialayah yang bersangkutan. Dalam negara maju, yang mempunyai sistem pasaran bebas, sebagian besar dari badan-badan perekonomian sudah terorganisasikan dan hasil sudah memiliki bentuk yang lebih bersifat tetap, sebaliknya sektor informal sedikit. Hal ini menyebabkan sebagian terbesar dari kenagakerjanya terikat dalam pekerja upahan. Keadaan dalam negara berkembang sebaliknya, di dalam negara berkembang lebih banyak usaha-usaha yang belum mempunyai bentuk tetap, keseluruhan usaha semacam ini biasa disebut sektor informal.

Berdasarkan Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan secara umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap berjalannya pasar kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru ini memperlihatkan konsensus dari berbagai pihak terkait mengenai isu-isu yang sebelumnya sangat menimbulkan pertentangan. Dalam Undang-undang tersebut adalah ditetapkannya aturan main mengenai representasi pekerja dalam rangka proses perundingan kolektif.

Namun demikian, ada beberapa bagian yang apabila dijalankan secara kaku justru akan mengurangi fleksibilitas pasar kerja. Dilaksanakan secara kaku maksudnya adalah dilaksanakan tanpa melihat kondisi perusahaan, seperti perusahaan kecil atau rumah tangga, atau jenis usahanya. Kuncinya, aturan main pasar kerja tidak seharusnya menimbulkan distorsi yang besar terhadap keputusan perusahaan mengenai investasi dan penggunaan tenaga kerja. Pengaturan yang berlebihan


(50)

mengenai upah minimum, pekerja kontrak dan outsourcing, serta PHK berpotensi untuk mengurangi fleksibilitas pasar kerja.

Sektor pekerjaan atau lapangan kerja adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja. Dalam analisis ketenagakerjaan pengelompokan sektor pekerjaan biasanya dilakukan sesuai dengan yang terdapat dalam buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai berikut :

1. Pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, Perkebunan) 2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri (termasuk jasa industri) 4. Listrik, gas dan air

5. Bangunan (termasuk instalatir dan tukang gali sumur)

6. Perdagangan (termasuk usaha jual beli, katering, rumah makan, hotel, motel, losmen dan penginapan lainnya)

7. Angkutan, pergudangan dan telekomunikasi (termasuk jasa angkutan, pengepakan, pengiriman dan biro perjalanan)

8. Keuangan (bank, asuransi, usaha persewaan bangunan/tanah, jasa perusahaan dan lembaga keuangan lainnya seperti : Pasar modal, penggadaian, penukaran uang asing dan sebagainya.

9. Jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan, seperti lembaga legislatif, lembaga tinggi negara dan pemerintah, pertahanan keamanan, jasa pendidikan, kebersihan, hiburan, kebudayaan, pembantu rumah tangga dan sebagainya.


(51)

10.Lainnya : Kegiatan/lapangan usaha atau perorangan, badan/lembaga yang tidak tercakup dalam salah satu sektor di atas atau yang belum jelas batasannya seperti tukang beling, pemulung, renternir dan lain-lain

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian status pekerjaan seseorang dapat dibagi kedalam 7 (tujuh) Kelompok, yaitu :

1. Berusaha Sendiri, adalah mereka yang bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

2. Berusaha dengan di bantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

3. Berusaha di bantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan memepekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar. 4. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seorang yang bekerja pada orang lain atau

instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.

5. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha


(52)

rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun borongan. Usaha pertanian meliputi : pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

6. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan.

7. Pekerja keluarga, adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha untuk memperoleh pengahasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji.

Tenaga kerja terbagai atas tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria. Pengelompokan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin ini pada dasarnya agar kualitas produksi bisa terjamin karena adanya kesesuaian antara tenaga dengan jenis pekerjaannya. Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja terbagi atas:

a. Tenaga kerja terdidik/ahli yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian yang di peroleh dari jenjang pendidikan formal seperti dokter, notaris, arsitektur dan sebagainya.

b. Tenaga kerja terampil/terlatih yaitu tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang di peroleh dari pengalaman atau kursus-kursus seperti monitor, tukang las.


(53)

Berdasarkan lapangan pekerjaan tenaga kerja dapat di bagi menjadi beberapa bagian :

a. Tenaga kerja profesional adalah tenaga kerja yang umumnya mempunyai pendidikan tinggi yang menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan khusus, seperti arsitektur, dokter.

b. Tenaga kerja terampil (terlatih) tenaga yang memiliki keterampilan khusus dalam bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan seperti pendidikan menengah plus sampai setara Diploma 3, seperti tenaga pembukuan.

c. Tenaga kerja biasa adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan keterampilan khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti tukang gali sumur.

2.2.3.3. Perkembangan aktivitas ekonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan; kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Aktivitas ekonomi adalah suatu kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan untuk hidupnya. Aktivitas ini dapat dapat terjadi dalam bentuk sektor formal maupun sektor informal. Di daerah wisata banyak terjadi berbagai macam aktivitas ekonomi, seperti berjualan, berdagang, sektor jasa dan lain-lain. Dengan adanya perkembangan pariwisata tentu mempunyai kaitan dengan berbagai aspek aktivitas kehidupan masyarakat khususnya dari segi ekonomi. Apabila di lihat


(54)

dari segi ekonomi bahwa pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain berupa pajak, retribusi, dan sumber devisa bagi negara.

Industri pariwisata dapat meningkatkan perkembangan aktivitas perekonomian daerah tersebut berupa berdagang, berjualan, sektor jasa, industri padat karya yang dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk. Perkembangan pariwisata tidak hanya industri padat karya yang dapat di bangun, banyak aktivitas ekonomi yang dapat di buat di obyek pariwisata tersebut, terutama di sektor informal seperti warung makan, penjual souvenir dan aksessoris, makanan ringan khas daerah dan lain-lainnya.

2.3. Penelitian Sebelumnya

Ediwarsyah (1987), melakukan penelitian yang berjudul “Pegaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap Pendapatan Masyarakat di Lingkungan Obyek Pariwisata (Suatu Penelitian di Kelurahan Kecamatan Girsang Sipanganbolon Kabupaten Dati II Simalungun)”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata mempunyai pengaruh terhadap pendapatan masyarakat di lingkungan obyek pariwisata.

Angela (2004), melakukan penelitian berjudul “Strategi Pengembangan Pariwisata dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karo”. Mengemukakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Karo signifikan di pengaruhi oleh sarana dan fasilitas di lokal obyek pariwsata, sarana komunikasi dan trasnportasi, dan harga jualproduk di lokasi obyek pariwisata. Jumlah kunjungan


(55)

wisatawan pada gilirannya berperan signifikan dalam upaya peningkatan PAD Kabupaten Karo.

Henry (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Lokasi Wisata Theme Park Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Kecamatan Pantai Cermin. Dalam penelitian ini menunjukkan setelah adanya wisata Theme Park masyarakat masih belum merasakan secara signifikan dengan indikasi masyarakat setempat masih kesulitan mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Namun dari segi pengembangan wilayah dengan adanya wisata Theme Park berdampak positif dengan indikasi masyarakat setempat banyak yang bekerja di lokasi wisata Theme Park, masyarakat setempat khususnya ibu-ibu banyak yang berdagang di lokasi wisata Theme Park.

Sutan (2007), melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Potensi Wisata Bahari Kawasan Obyek Pariwisata Pantai Cermin”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa wisata bahari Pantai Cermin merupakan aset yang luar biasa terhadap pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, dengn adanya pastisipasi dari masyarakat memiliki pengaruh positif karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.


(56)

2.4. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka dapat di lihat pada bagan di bawah ini :

Peranan Obyek Pariwisata Pantai Cermin

Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Obyek wisata. 2. Prasarana dan sarana

wisata

3. Promosi obyek pariwisata 4. Pelayananan terhadap

wisatawan

1. Pendapatan masyarakat 2. Lapangan kerja

3. Perkembangan aktivitas ekonomi

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 di atas dapat dikemukan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan obyek pariwisata Pantai Cermin dengan indikator obyek wisata, prasarana dan sarana wisata, promosi wisata, pelayanan terhadap wisatawan. Sedangkan variabel terikatnya adalah pengembangan ekonomi lokal dengan indikatornya adalah pendapatan masyarakat, lapangan kerja, dan perkembangan aktivitas ekonomi. Dapat dijelaskan bahwa peranan obyek wisata Pantai Cermin diharapkan dapat menggerakkan ekonomi lokal masyarakat dengan melihat dari indikator yang terikat dengan ekonomi tersebut.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan peranan obyek pariwisata Pantai Cermin terhadap kondisi ekonomi masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut khususnya kondisi ekonomi mayarakat Pantai Cermin Kanan dan Pantai Cermin Kiri. Apakah dengan adanya obyek wisata di daerah itu mempunyai peran atau kontribusi yang baik pada perekonomian masyarakat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata, Kantor Kecamatan Pantai Cermin dan Kantor Kepala Desa Pantai cermin Kanan dan Kantor Kepala desa Pantai cermin Kiri, serta dari studi kepustakaan yang bersumber dari literatur dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian. Sedangkan data Primer di peroleh langsung dari responden dengan alat pengumpul datanya berupa kuesioner, wawancara.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang akan di pilih dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling ini adalah pengambilan sampel secara random atau secara


(58)

acak tanpa ada perbedaan antara satu responden dengan reponden yang lainnya. Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama di beri kesempatan yang sama untuk di pilih menjadi anggota sampel.

Tabel 3.1 : Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Tiap Desa Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008

No Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga

1 Aras Payung 2.255 496

2 Besar II Terjun 3.878 824

3 Celawan 5.864 1.256

4 Kota Pari 5.563 1.192

5 Kuala Lama 3.835 826

6 Lubuk Saban 2.764 613

7 Naga Kisar 3.726 714

8 Pantai Cermin Kanan 4.110 823

9 Pantai Cermin Kiri 3.685 772

10 Pematang Kasih 1.289 285

11 Sementara 2.013 410

12 Ujung Rambung 2.699 540

Jumlah 41.681 8.777

Sumber data : Kecamatan Pantai cermin dalam Angka 2008

Penelitian dilaksanakan di Desa Pantai Cermin Kanan dan Desa Pantai Cermin Kiri, penelitian dilaksanakan di kedua desa tersebut karena di desa tersebut memiliki potensi obyek pariwisata alam yang paling baik. Pada tahap pengambilan sampel ini dilakukan di dua desa yaitu di Desa Pantai Cermin Kanan dan Desa Pantai Cermin Kiri. Populasi penduduk di kedua desa sebanyak 1.595 rumah tangga.

Tabel 3.2 : Jumlah Populasi dan Sampel Rumah Tangga

No Desa Jumlah penduduk Jumlah Rumah Tangga

Sampel

1 Pantai Cermin Kanan 4.110 823 47

2 Pantai Cermin Kiri 3.685 772 44

Jumlah 7.795 1.595 91


(59)

Jumlah sampel sebanyak 1.595 rumah tangga yang ada di kedua desa, maka untuk mengetahui besarnya jumlah respoden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus dari Frank Lynk dalam Ediwarsyah (1987) :

keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah Populasi

Z : Nilai normal dari variabel (1,96) untuk tingkat kepercayaan 95% P : Harga Patokan tertinggi (0,5)

d : Sampling Error (0,1)

Bila di hitung dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui jumlah responden ke dua desa tersebut sebagai berikut :

n = 90,58 (dibulatkan 91)

R

esponden yang di ambil sebanyak 91 responden, untuk masing-masing desa di ambil sampel sebagai berikut :

Tabel 3.3 : Jumlah Populasi dan Sampel Rumah Tangga

No Desa penduduk Jumlah Jumlah Rumah Tangga Perhitungan Sampel

1 Pantai Cermin Kanan 4.110 823 47

2 Pantai Cermin Kiri 3.685 772 44

Jumlah 7.795 1.595 90,99 91


(60)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, maka teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.4.1 Kuesioner

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan daftar pertanyaan langsung dengan tipe pilihan, kuesioner tipe pilihan ini maksudnya adalah responden hanya diminta untuk memilih salah satu jawaban ataulebih dari sekian banyak jawaban-jawaban atau alternatif yang sudah disediakan.

3.4.2. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik, yang mana wawancara ini merupakan alat pengumpul informasi langsung. Metode wawancara ini digunakan untuk mencari data

atau informasi kepada pihak yang terkait dengan kepariwisataan. Pertanyaan -pertanyaan yang ada di dalam pedoman wawancara harus di pahami sebagai

guidance, sehingga enumerator dapat mengembangkan setiap pertanyaan untuk menggali informasi lebih mendalam.

3.5. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini menggunakan alat statistik diskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau


(61)

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2002).

Menurut Hakim (2001) memberi pendapat bahwa statistik deskriptif adalah ilmu yang berisi metode-metode pengumpulan data guna membuat gambaran yang jelas tentang variasi sifat data, yang pada akhirnya akan mempermudah proses analisis dan interpretasi data. Sugiyono (2002) mengatakan bahwa yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data, melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modul, median, mean, desil, presentil.

Beberapa pendapat di atas, Penulis menggunakan pendekatan analisis deskriptif, dalam penelitian ini digunakan cara menyusun tabel frekuensi serta uraian penjelasan dari data primer hasil penyebaran angket. Tabel frekuensi ini berguna untuk mengetahui distribusi dari tanggapan responden. Hasil tanggapan responden atas angket tersebut berisi lima alternatif tanggapan yaitu :

a. Sangat Setuju a. Setuju

b. Ragu-ragu c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

Hasil tanggapan responden kemudian di analisa dengan cara menghitung persentase dari hasil tanggapan dan kemudian dimasukkan ke dalam kategori sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), yaitu sebagai berikut :


(62)

b. Nilai rata-rata antara 76% - 85% kategori baik c. Nilai rata-rata antara 66% - 75% kategori sedang d. Nilai rata-rata antara 40% - 65% kategori kurang baik e. Nilai rata-rata kurang dari 40% kategori tidak baik

Kemudian hasil tanggapan responden di analisa melalui metode net balance yaitu : poin a + b dijumlahkan dengan alasan bahwa poin a diartikan sangat setuju dan poin b setuju berarti tidak ada keraguan atas tangapan yang diberikan. Pada poin d + e dijumlahkan dengan alasan bahwa poin d diartikan tidak setuju dan e sangat tidak setuju berarti tidak setuju atas tanggapan yang diberikan. Sedangkan untuk poin c diartikan ragu- ragu berarti tidak diperhitungkan dengan alasan bahwa jawaban c dianggap tidak berpihak pada yang baik ataupun yang tidak baik. Kemudian hasil penjumlahan poin a + b dikurangi dengan poin d + e, jika hasil yang di dapat bernilai positif berarti mendukung pernyataan yang diajukan dan jika hasilnya bernilai negatif berarti kurang mendukung pernyataan yang diajukan.

Untuk mendukung hasil penelitian melalui penyebaran angket di lengkapi dengan data dan informasi hasil penelitian serta melalui wawancara yang hasilnya kemudian dituangkan dalam bentuk narasi.

3.6. Defenisi Operasional Variabel

Untuk memenuhi data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka ditetapkan batasan-batasan operasionalnya yang akan digunakan sebagai indikator dari masing -masing variabel yang akan di teliti :


(63)

1. Obyek wisata adalah suatu potensi keindahan alam berupa pantai yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan. Maka keindahan pantai tersebut harus di bangun atau di kelola secara profesional.

2. Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

3. Promosi pariwisata yaitu adanya upaya masyarakat ikut serta untuk mempromosikan pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Pelayanan terhadap wisatawan adalah upaya masyarakat dalam memberikan pelayanan terhadap para wisawatan.

5. Pendapatan masyarakat adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti pangan, sandang, perumahan,dan pendidikan. Dalam hal ini kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dari aspek pariwisata. 6. Sektor pekerjaan atau lapangan kerja akan tercipta dikarenakan adanya

pengembangan obyek pariwisata di daerah tersebut.

7. Aktivitas ekonomi adalah suatu aktivitas manusia dalam bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas ini dapat terjadi dalam bentuk aktivitas di sektor formal maupun dalam bidang sektor informal.


(64)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.Kondisi Kecamatan Pantai Cermin

4.1.1.Kecamatan Pantai Cermin Secara Geografis

Semenjak berdirinya Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2004, Kecamatan Pantai Cermin merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Secara administratif, wilayah Kecamatan Pantai Cermin di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah.

Kecamatan Pantai Cermin terletak pada pesisir barat Pantai Timur Sumatera, beriklim tropis dengan kelembaban 84% dan memiliki curah hujan berkisar 30 mm sampai dengan 340 mm perbulan, dengan periodik tetinggi pada bulan september dan oktober, ketinggian dari permukaan laut 0 meter sampai dengan 3 meter, rata-rata kecepatan udara berkisar 10 m/s dengan tingkat penguapan 3,47 mm/hari, temperatur udara perbulan minimum 24 0C dan maksimum 34 0C dan memiliki panjang garis pantai 21 km dengan kondisi tanah datar.

Kecamatan Pantai Cermin memiliki luas 77,266 km2 atau 4,56% dari luas keseluruhan luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Kecamatan Pantai Cermin memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi jumlah penduduk yang relatif besar yaitu 41.981 jiwa atau dapat diartikan


(65)

kepadatan penduduk 519 jiwa/km2, secara geografis Kecamatan Pantai Cermin terletak pada 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang Selatan dan 980 33” sampai dengan 980 44” Bujur Timur.

Tabel 4.1 : Jarak dari Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai.

Jarak (Km)

Ke Ibu Kota Kabupaten Nama Ke Ibu Kota

Kecamatan Deli Serdang Serdang Bedagai Propinsi Pantai Cermin kanan 0,2 19,1 37,1 45,2

Pantai Cermin Kiri 0,9 19,8 37,8 50,4 Sumber : Profil Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008, Kantor Camat Kecamatan Pantai Cermin

4.1.2.Kecamatan Pantai Cermin Secara Demografis

Tahun 2008 Kecamatan Pantai Cermin berpenduduk sekitar 41.681 jiwa dengan 8.777 kepala keluarga. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan penduduk Kecamatan Pantai Cermin dikemukakan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Tiap Desa Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga

1 Aras Payung 2.255 496

2 Besar II Terjun 3.878 824

3 Celawan 5.864 1.256

4 Kota Pari 5.563 1.192

5 Kuala Lama 3.835 826

6 Lubuk Saban 2.764 613

7 Naga Kisar 3.726 714

8 Pantai Cermin Kanan 4.110 823

9 Pantai Cermin Kiri 3.685 772

10 Pematang Kasih 1.289 285

11 Sementara 2.013 410

12 Ujung Rambung 2.699 540

Jumlah 41.681 8.777


(66)

Tabel 4.2 di atas menujukkan bahwa Kecamatan Pantai Cermin terdiri dari 12 desa, dengan jumlah penduduk 41.681 jiwa dan 8.777 rumah tangga. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Celawan yaitu sebesar 5.864 jiwa atau 14,06%, kemudian Desa Kota Pari memiliki jumlah penduduk sebesar 5.563 jiwa atau 13,34%, Desa Pantai Cermin Kanan memiliki jumlah penduduk sebesar 4.110 jiwa atau 9,86%, Desa Besar II Terjun memiliki jumlah penduduk sebesar 3.878 jiwa atau 9,30%, Desa pantai cermin kiri memiliki jumlah penduduk sebesar 3.685 jiwa atau 8,84%, dan jumlah penduduk terkecil berada di Desa Sementara sebesar 2.013 atau 4,82%.

Selanjutnya dikemukakan jumlah penduduk Kecamatan Pantai Cermin berdasarkan etnis/suku bangsa dalam Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 : Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Cermin Berdasarkan Etnis/Suku Bangsa Tahun 2008

Etnis/Suku Bangsa

Desa Melayu Batak Karo Mandailing Banten Banjar Jawa Minang Tionghoa Aceh

Ujung Rambung - 15 - 14 2 2 1954 - 1054 4

Celawan 1029 58 16 43 - 25 4340 3 51 29

Kota Pari 1032 32 - 153 29 188 2004 - 2276 -

Pantai Cermin Kanan

2743 96 40 85 8 80 488 23 243 10

Pantai Cermin Kiri 1824 227 15 28 - 35 892 32 148 -

Besar II Terjun 2005 - 12 3 - 87 1845 1 - -

Sementara 409 - 226 - - 520 792 - - -

Kuala Lama 1971 443 158 35 10 320 177 - - -

Aras Payung 80 340 55 25 - 1526 195 4 - -

Pematang Kasih 30 8 2 10 - 15 1208 - - -

Lubuk Saban 169 233 1 31 - 641 1072 - - -

Naga Kisar 1160 1628 3 7 - 174 690 1 - -

Sumber data : Kantor Kecamatan Pantai Cermin

Tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang paling besar adalah etnis/suku bangsa melayu dan jawa, dan etnis/suku bangsa yang paling sedikit adalah aceh, minang dan banten. Namun untuk Desa Pantai Cermin Kanan


(67)

dan Desa Pantai Cermin Kiri Jumlah etnis mayoritasnya adalah etnis jawa dan melayu dan etnis minoritasnya adalah etnis karo dan etnis minang. Selanjutnya dikemukakan jumlah penduduk Kecamatan Pantai Cermin berdasarkan pekerjaan dalam Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Kecamatan Pantai Permin Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2008

Jumlah No Pekerjaan

Jiwa %

1 Pegawai Negeri Sipil 244 1,00

2 TNI/POLRI 73 0,30

3 Karyawan 1.181 4,87

4 Wiraswasta 3.100 12,80

5 Jasa 528 2,18

6 Petani 10.454 43,19

7 Nelayan 2.035 8,40

8 Buruh 2.405 9,93

9 Lainnya 4.181 17,27

Jumlah 24.201 100

Sumber : Kantor Kecamatan Pantai Cermin

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas penduduk Kecamatan Pantai Cermin yang bekerja sebagai petani menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 10.454 jiwa atau sebesar 43,19%, peringkat kedua yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 3.100 jiwa atau sebesar 12,80% dan bekerja sebagai buruh sebesar 2.405 jiwa atau sebesar 9,93%, dan bekerja sebagai nelayan sebesar 2.035 jiwa atau sebesar 8,40%, dan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 244 jiwa atau sebesar 1%, yang paling sedikit bekerja sebagai TNI dan POLRI hanya sebesar 73 jiwa atau sebesar 0,30%


(1)

III. Gambar Daerah Penelitian 1. Obyek Wisata Pantai Cermin

Gambar Pintu masuk menuju obyek wisata Pantai Cermin

Kondisi obyek wisata Pantai Cermin


(2)

Kondisi obyek wisata Pantai Cermin


(3)

2.Sarana Jalan

Kondisi jalan menuju Kecamatan Pantai Cermin

Kondisi jalan menuju lokasi obyek wisata Pantai Cermin


(4)

Kondisi jalan di Desa Pantai Cermin Kiri

3.Sarana Kesehatan dan Ibadah


(5)

4. Aktivitas Ekonomi

Gambar sedang terjadinya aktifitas jual beli di Pasar rakyat


(6)

       

IV.Gambar Peta Kecamatan Pantai Cermin

PETA KECAMATAN 

PANTAI

 

CERMIN

 

       SKALA         1 : 100.000 U

LEGENDA  xxxxxx : Batas Kabupaten

: Batas Kecamatan

: Batas Desa

: Jalan Negara

: Jalan Propinsi

: Jalan Kabupaten

: Jalan Perkerasan

: Jalan Tanah

: Rel Kereta Api

: Benteng

: Sungai PETA KECAMATAN 

PANTAI

 

CERMIN

 

       SKALA         1 : 100.000 U

LEGENDA  xxxxxx : Batas Kabupaten

: Batas Kecamatan

: Batas Desa

: Jalan Negara

: Jalan Propinsi

: Jalan Kabupaten

: Jalan Perkerasan

: Jalan Tanah

: Rel Kereta Api

: Benteng