Sistem Pencernaan pada Ternak Ruminansia

Sedangkan zat-zat makanan yang tidak dapat diserap masuk ke dalam usus besar dan akan dikeluarkan melalui anus. Kecernaan bahan pakan tergantung pada gerak laju makanan di dalam saluran pencernaan, sedangkan laju makanan dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Apabila diberikan pakan yang memiliki nilai nutrisi tinggi maka nilai kecernaan zat makanan tersebut akan meningkat Arora, 1996. Menurut Anggorodi 1994, kecernaan dihitung berdasarkan selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang terdapat dalam feses. Zat makanan yang dicerna adalah bagian makanan yang tidak dieksresikan dalam feses. Kecernaan dapat menjadi ukuran tinggi rendahnya nilai gizi suatu bahan pakan Williamson dan Payne, 1993. Kecernaan dapat dihitung berdasarkan rumus Tilman et al., 1998. jumlah zat dikonsumsi g – jumlah zat dalam feses g Kecernaan = x 100 jumlah zat dikonsumsi g Pada umumnya pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang dapat dicerna tinggi, maka akan tinggi pula nilai gizinya. Menurut Sosroamidjojo 1990, nilai gizi makanan antara lain diukur dari jumlah zat-zat makanan yang dapat dicerna. Perhitungan kandungan zat-zat makanan dilakukan sistematis sesuai dengan partisi zat-zat makanan pada ransum dan feses. Partisi pakan dalam analisis proksimat dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Partisi nutrien ransumfeses dalam analisis proksimat. Sumber : Tillman et al., 1998 Protein Kasar PK Air Bahan Kering BK Bahan Organik Tanpa N BOTN Abu Mineral Bahan Organik BO Lemak Karbohidrat Serat Kasar SK Bahan Ekstrak Tanpa N BETN RansumFeses 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan FP Unila dan di Laboratorium Polinela.

B. Bahan Penelitian

a. Kambing Boerawa Kambing Boerawa yang digunakan pada penelitian ini berumur 5--6 bulan dengan bobot sekitar 14 —27 kg dan sebanyak 20 ekor.

b. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum basal yang terdiri dari rumput lapang, rumput gajah, daun dadap, daun mindi, dan lamtoro. Konsentrat yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 7 bahan pakan, yaitu tepung ikan, bungkil kelapa, dedak, onggok, molases, dan premix, serta bahan tambahan limbah hasil pertanian yaitu kulit kopi. 17

c. Air minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Penggantian air minum dilakukan pada pagi dan sore hari.

C. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 buah kandang individu yang terbuat dari kayu berukuran 150 x 100 cm, tempat pakan dan minum pada setiap kandang, timbangan untuk menimbang ransum, alat-alat analisis proksimat, alat-alat kebersihan, dan alat tulis untuk melakukan pencatatan.

D. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK, terdiri atas empat perlakuan, dan lima ulangan sebagai kelompok berdasarkan bobot badan. Masing-masing kelompok terdiri atas 4 ekor kambing Boerawa jantan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan bobot badan sebagai berikut: Kelompok I : 14 – 15 kg; Kelompok II : 17 – 18 kg; Kelompok III : 20 – 21 kg; Kelompok IV : 23 – 24 kg; Kelompok V : 26 – 27 kg. 18 Perlakuan yang digunakan yaitu: R0 : ransum basal; R1 : ransum basal + konsentrat PK 13; R2 : ransum basal + konsentrat PK 16; R3 : ransum basal + konsentrat PK 19. Formulasi ransum basal dapat dilihat pada Tabel 1 dan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Formulasi Ransum basal Komposisi Protein Kasar Formulasi Protein Kasar Ransum Rumput gajah 10.10 80 8.08 Rumput lapang 7.43 5 0.37 Lamtoro 22.71 5 1.14 Mindi 17.84 5 0.89 Dadap 4.02 5 0.20 Jumlah 100 10.68 Sumber: Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak FP Unila 2012

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

0 6 47

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

2 41 46

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DAN ZEOLIT BERAMONIUM DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING BOERAWA

1 4 31

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN SERAT KASAR KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

3 59 48

Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Ampas Teh Pada Kelinci Persilangan Lepas Sapih

0 7 69

Pengaruh imbangan jerami padi fermentasi dengan konsentrat terhadap kecernaan bahan organik dan bahan kering dalam ransum domba lokal jantan

0 5 48

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN TEPUNG SAMPAH ORGANIK DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 59

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PENGARUH PENGOLAHAN DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN KASAR SECARA IN-VITRO.

0 1 6

Kecernaan Bahan kering dan Nutrien Ransum pada Kambing Peranakan Etawah yang diberi Hijauan beragam dengan Aras Konsentrat Molamik berbeda.

0 2 7