Pelaksanaan Penelitian Prosedur Analisis Proksimat

22 2. memasukkan sampel analisa ke dalam cawan porselin sekitar 1 gr dan kemudian mencatat bobotnya B; 3. mengabukan dalam tanur 600º C selama 2 jam, tutup cawan tidak sertakan. Mematikan tanur apabila sampel berubah warna menjadi putih keabu-abuan, berarti pengabuan telah selesai, dan mendiamkan selama 1 jam, kemudian mendinginkan dalam desikator sampai mencapai suku kamar bias, dan tutup cawan porselin dipasang; 4. menimbang cawan berisi abu dan mencatat bobotnya C; 5. menghitung kadar abu dengan rumus berikut: Keterangan: Kab. = kadar abu A = bobot cawan porselin gram B = bobot cawan porselin berisisi sampel sebelum diabukan gram C = bobot cawan porselin berisisi sampel setelah diabukan gram

G. Peubah yang Diamati

a. Kecernaan Bahan Makanan Kecernaan zat-zat makanan yang diukur adalah kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Koefesien cerna diukur dengan cara menghitung selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan dengan zat-zat makanan yang terdapat dalam feses, yang berarti adalah jumlah yang tertinggal di dalam tubuh ternak. 23 Menurut Tillman, et al., 1991, kecernaan dihitung berdasarkan bahan kering dengan rumus : jumlah zat dikonsumsi g – jumlah zat dalam feses g Kecernaan = x 100 jumlah zat dikonsumsi g

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diuji normalitas, homogenitas, dan aditivitas untuk memenuhi asumsi-asumsi dari analisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5 dan atau 1 Steel dan Torrie, 1995. V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut:; 1. Penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar berbeda 13, 16, dan 19 tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan kering; 2. Penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar berbeda 13, 16, dan 19 berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan organik.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui level protein yang tepat untuk diberikan pada kambing Boerawa pasca sapih.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

0 6 47

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

2 41 46

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DAN ZEOLIT BERAMONIUM DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING BOERAWA

1 4 31

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN SERAT KASAR KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

3 59 48

Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Ampas Teh Pada Kelinci Persilangan Lepas Sapih

0 7 69

Pengaruh imbangan jerami padi fermentasi dengan konsentrat terhadap kecernaan bahan organik dan bahan kering dalam ransum domba lokal jantan

0 5 48

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN TEPUNG SAMPAH ORGANIK DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 59

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PENGARUH PENGOLAHAN DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN KASAR SECARA IN-VITRO.

0 1 6

Kecernaan Bahan kering dan Nutrien Ransum pada Kambing Peranakan Etawah yang diberi Hijauan beragam dengan Aras Konsentrat Molamik berbeda.

0 2 7