Metode Analisa Data Kualitas hadis-hadis kemaksuman Nabi Muhammad SAW

d. Syarīf al-Murtaḍá w. 436 H., 37 dengan judul “Tanzīh al-Anbiy ”. Karya ini berisikan tentang perbedaan pendapat dalam kesucian para Nabi dari dosa, kesempurnaan kesucian para Nabi dari dosa kecil dan besar dengan memberikan contoh dari kesucian Nabi Adam as. sampai pada kesucian Nabi Muhammad Saw. namun tidak menjelaskan seluruh para Nabi hanya beberapa Nabi saja serta para Imam yang dianggap suci seperti sahabat ʻAlī, al- asan b. ʻAlī, Abū ʻAbdullah al- usayn b. ʻAlī, Abū al- asan ʻAlī b. Mūsá, dan al- Q im al-Mahdī. e. Fakhr al-Dīn al-R zī w. 606 H., 38 dengan judul “ Iṣmat al-Anbiy ”Ṭ Karya ini berisikan tentang sekilas pendapat-pendapat madzhab dalam hal kemaksuman para Nabi, dan pendapat Fakhr al-D īn al-R zī sendiri mengenai wajibnya kemaksuman para Nabi serta memberikan lima belas dalil dalam pembahasan kemaksuman para Nabi. f. Jaʻfar al-Sub nī, 39 dengan judul “ʻIṣmat al-Anbiy fī al-Qur‟ n al-Karīm”Ṭ Karya ini menjelaskan munculnya teori al- I ṣmah, hakikat arti maksum, apakah kemaksuman itu hasil dari ikhtiar atau karunia Ilahi, dan kemaksuman para Nabi yang terdapat di dalam al- Qur’an, seperti Nabi dam, Nabi Nū , Nabi Ibr hīm, Nabi Yūsuf, Nabi Mūsá, Nabi D wud, Nabi Sulaym n, Nabi yūb, Nabi Yūnus, dan Nabi Muhammad Saw. 37 Syarīf al-Murtaḍá, Tanzīh al-Anbiy Qum: Amīr, 1955, 15. 38 Fakhr al- Dīn al-R zī, ʻIṣmat al-Anbiy Beirūt: D r al-Kutub al-ʻIlmīyah, 1986, 39- 40. 39 Ja ʻfar al-Sub nī, ʻIṣmat al-Anbiy fī al-Qur‟ n al-Karīm Beirūt: D r al-Wal , 2004, Cet. 2, 8. g. Al-Syarbinī, 40 dengan judul “Radd Syubuh t awl Iṣmat al-Nabī fī Ḍaw al- Kit b wal-Sunnah”Ṭ Karya ini menjelaskan secara khusus mengenai kemaksuman Nabi Muhammad Saw. dari segi akal dan fisik, serta penolakan ketidakjelasan kemaksuman Nabi Saw. dari segi akal dan fisik, kemaksuman Nabi Saw. dalam menyampaikan wahyu Allah Swt. serta penolakan ketidakjelasan kemaksuman Nabi Saw. dalam menyampaikan wahyu, kemudian kemaksuman Nabi Saw. dalam berijtihad serta penolakan ketidakjelasan kemaksuman Nabi Saw. dalam berijtihad, dan selanjutnya kemaksuman tingka laku Nabi Saw. serta penolakan ketidakjelasan kemaksuman tingka laku Nabi Saw.. h. Mu ammad ʻAlī al- būnī 1975 M, 41 dengan judul “al-Nubuwwah wal- Anbiy ”Ṭ Karya ini berisikan tentang kenabian dan para Nabi; menjelaskan bahwa kenabian merupakan karunia Tuhan, perbedaan antara al-Nubuwwah dengan al-Mulk, dan kenapa para Nabi itu dari kalangan manusia. Selanjutnya keutamaan dakwah para Nabi; para Nabi berdakwah atas perintah Tuhan dan mereka tidak pernah mengharapkan pahala ataupun imbalan dari risalah yang mereka emban dan sifat-sifat yang mereka miliki seperti al- idq, al- Am nah, al- Tablīgh, al-Faṭ nah, al-Sal mat min al- Uyūb al-Munaffirah, dan al- I ṣmah. Kemudian kemaksuman para Nabi; menjelaskan pengertian Maksum dan makna maksum menurut Syariat dan apakah para Nabi Maksum dari sebelum kenabian atau sesudah kenabian?. Kemudian kisah-kisah para Nabi; 40 Al- Syarbinī, Radd Syubuh t awl Iṣmat al-Nabī fī Ḍaw al-Kit b wal-Sunnah al- Q hirah: D r al- a īfah, 2003, 68-69. 41 Mu ammad ʻAlī al- būnī, al-Nubuwwah wal-Anbiy Beirūt: Maktabah al-Ghaz lī, 1975, J. 3, 56.