ISTILAH-ISTILAH PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ALQURAN DAN HADIS NABI MUHAMMAD SAW

ISTILAH-ISTILAH PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ALQURAN DAN HADIS NABI MUHAMMAD SAW

Yayuli

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) FAI, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email [email protected]

ABSTRAK

Alquran adalah sumber ilmu pengetahuan yang pertama dan utama. Sebagai wahyu, ia mempunyai fungsi sebagai kitab petunjuk (hudan) dan rahmat bagi seluruh alam. Dengan demikian, Alquran mengandung nilai-nilai, sistem, dan tata cara dan pandangan hidup (the way of life). Tidak hanya masalah akidah, ibadah, dan muamalah yang diatur di dalamnya. Masalah-masalah sosial, politik, budaya, ekonomi, dan pembentukan kepribadian yang agung juga diatur, termasuk di dalamnya tentang pendidikan. Dalam Alquran ditemukan banyak istilah yang berkaitan dengan

pendidikan. Beragam istilah atau term itu, antara lain, ta’lȋm, tarbiyah, tazkiyah, irsyâd, dan lain sebagainya. Penelitian ini ditulis dengan

metodologi bayânȋ, dengan pendekatan metode tafsir maudlu’ȋ, atau deskriptif filosofis.

Kata kunci: pendidikan, ta’lȋm, dan tarbiyah.

Pendahuluan

tepat bila Allah SWT menamakan

wahyu-Nya itu dengan sebutan kitab Tidak terbantahkan lagi, bahwa petunjuk (hudan) 1 , pemberi pelajaran/ Alquran adalah kitab suci yang 2 pengingat (al-Dzikra) , obat (psikhis mengatur segala kehidupan manusia. dan non-psikhis) syifa serta rahmat 3 , Alquran tidak saja menjabarkan dan sebagainya. masalah-masalah ekologi dan Fungsi-fungsi Alquran di atas eskatologi, masalah privat dan menunjukkan, bahwa tidak ada sanksi bagi penjahat, bahkan hal- urusan atau masalah kemanusiaan ihwal keluarga dan negara juga yang tidak diatur Alquran. Ini artinya, diatur. Dengan demikian, sangatlah Alquran tidak saja membicarakan

1. Latar Belakang

1 QS Al-Baqarah/2: 2 dan 185. 2 QS Al-Hijr/15; 9 , Thaha/20: 3 3 QS Al- Isra/17: 82

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 15 Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 15

Secara otentik dan unik, lain yang terkait dengannya. 4 penyebutan atau penamaan ibadah

Selaras dengan itu, untuk dan amaliyah yang terdapat dalam mengamalkan nilai-nilai dan ajaran- Alquran dan hadis menggunakan ajaran Alquran dibutuhkan hadis 5 istilah-istilah tertentu dan khusus. (sunah) sebagai penjelas (tabyin/ Dalam Alquran dan hadis, setiap bayan, tafsir) bagi wahyu Allah itu. istilah mempunyai subtansi dan esensi Tanpa hadis, sulit rasanya seseorang tersendiri dalam konteks teologis, dapat memahami dan mengamalkan sosial, dan budaya, bahkan ideologis. seluruh perintah dan larangan-Nya

Karena itu, tak diragukan lagi, itu.

bahwa penggunaan sebuah istilah

Tepat sekali pendapat Syekh (term) atau bahasa (language) Yusuf al-Qaradlawi dalam buknya terhadap sebuah benda (noun) sangat Kaifa Nata’amamul ma’a al-Sunnah berpengaruh pada pemaknaaan, al-Nabawiyah, yang menyatakan, 7 pemikiran dan kesadaran seseorang. tanpa hadis maka Alquran sulit Penyebutan bagi pelacur dengan dimengerti dan diamalkan. Karena itu sebutan pekerja seks sosial (PSK) Alquran membutuhkan hadis. 6

terasa lebih terhormat dan terlepas dari

Penjelasan di atas membenarkan sanksi moral-sosial, dibandingkan dan menjadi landasan yuridis dan dengan penyebutan pezina oleh filosofis mengapa Alquran dan hadis Alquran maupun hadis.

menjadi sumber segala sumber hukum Penyebutan Dzat Yang dan ilmu dalam Islam. Karena itu Mahakuasa dengan kata Allah

4 QS Al-‘An’am/6: 38.

5 Hadis secara etimologi berarti berita, sesuatu yang baru, kabar, cerita, dan percakapakan, riwayat. Baca Ibrahim Mushthafa dkk, al-Mu’jam al-Wasith, (Dar al--Dakwah: Kairo, tth), Juz I, h. 159 . Istilah

ini diambil dari Alquran, misalnya, pada surah al-Ghasiyah: 1, al-Dluha: 11, dan sebagainya. Secara istilah, hadis adalah segala ucapan/perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baca uraian tentang hal ini, misalnya, pada Abdul Haq bin Saifuddin al-Hanafi ( w. 1052 H), Muqaddimah fi Ushul al-Hadits, (Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1986) h.33. Tahkik oleh Salman al-Husaini al-Nadwi. Lihat pula Abu Hafsh Mahmud bin Ahmad bin Mahmud Thahhan al- Nu’ami, Taysir Ilm al-Hadits, (Maktabah al-Ma’arif li al-nasyr wa al-Tawzi, 2004), h. 17.

6 Yusuf al-Qaradlawi, Kaifa Nata’amamul ma’a al-Sunnah al-Nabiwiyah, (Kairo : Dar al-Shuruq,

7 Khaidar Anwar, Fungsi dan Peranan Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984), h. 56-72.

16 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

SWT, Tuhan, Pangeran, atau yang jelas sekali, bahwa istilah pendidikan lain, tentunya hal tersebut memiliki hanya diperuntukkan bagi manusia. makna, pemikiran, dan kesadaran Semua istilah itu mudah dipahami yang berbeda-beda bagi tiap pemeluk dan dilaksanakan, terntunya karena agama.

terdapat panduan dari hadis-hadis Jika ditelisik lebih dalam, Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya Alquran merupakan

Penggunaan term pada setiap kitab suci yang pertama kali melakukan kegiatan kehidupan manusia, baik

terminologisasi dan klasifikasi keagamaaan, politik, sosial, dan terhadap istilah-istilah yang terdapat sebagainya, pada dasarnya untuk

di dunia ini. Atau dalam bahasa memudahkan orang memahami apa lain, Alquran merupakan kitab suci maksud yang terkandung dalam pertama yang melakukan dekontruksi istilah itu. dan rekontruksi terhadap istilah-

Hal ini terjadi karena istilah istilah kemanusian, sekaligus ke- atau bahasa, selain berperan sebagai Tuhan-an. Sementara hadis menjadi arbiter, ia juga merupakan sebuah tafsir dan penjelas atas istilah-istilah sistem, bentuk, unik, alat komunikasi,

tersebut, baik secara verbal maupun dan linear. 9

dalam bentuk behavior (perbuatan). Dalam kajian Filsafat Ilmu, Misalnya, istilah syahadat, misalnya, Jujun S. Suriasumantri, salat, zakat, shaum Ramadhan, menjelaskan, bahwa bahasa (term) dan haji, adalah istilah-istilah pada dasarnya mengandung tiga pesan khsusus yang mempunyai makna penting, yaitu buah pikiran, perasaan dan praktik perbuatan yang khusus. 10 dan sikap. Hal ini juga selaras Term-term tersebut sebelum pra- dengan pendapat Kneller, seperti Islam mempunyai makna yang dikutip Jujun, bahwa bahasa yang berbeda setelah Islam datang dan digunakan seseorang ini mempunyai

mengislamisasikannya. 8 Demikian fungsi simbolik, emotif, dan afektif. 11 pula halnya dengan istilah Penjelasan Jujun dan Kneller itu pendidikan. Dalam konteks sosial meneguhkan, bahwa kata pendidikan budaya, misalnya, tidak dikenal dalam konteks teologis dan sosiologis pendidikan (akhlak) bagi hewan. mempunyai makna (pemikiran), Atau adab-adab bagi binatang buas sikap, dan simbol, serta kesadaran, memakan mangsanya. Karena itu dan praktik tertentu.

8 Mengenai kajian ini, lihat ‘Udah Khalil Abu ‘Udah, al-Tathawwural-Dalali Bain Lughah al-syi’ir wa Lughah Alquran, (Yordan: Maktabah al-Manar, 1985).

9 Ronald Wardhaugh, Introducation to Linguistic, (New York: Mc Graw Hill Inc, 1972), h. 3-8.

10 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), h. 175.

11 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,hal. 175. Lihat pula George F. Kneller, Introduction to the Philosophy of Education, (New York: John Willey, 1964), h. 28.

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 17

Pendapat di atas selaras dengan Di Dunia Islam pada umumnya apa yang disebutkan ahli Ilmu dan di Indonesia pada khususnya, Alquran Manna Khalîl al-Qaatthan penggunaan dan penerapan istilah dalam kitabnya Mabâhits fî ‘Ulúm pendidikan juga terdapat perbedaan Alqurân. Menurutnya, tidak ada pengertian, implementasi, asas, serta dua istilah dalam Alquran yang tujuan, dan sebagainya. mempunyai arti atau pengertian sama

Secara umum term (lembaga) (tarâduf/

ترادف). 12 Pendapat demikian pendidikan di Indonesia diartikan adalah pendapat mayoritas ulama. dengan kata tarbiyah ( ةيبرت )

Kata khauf dan khasyah, misalnya, atau ta’lîm ( ), meskipun

biasa diterjemahkan dengan arti pada implementasinya terdapat takut. Padahal, keduanya mempunyai metodologi dan praktik yang dimensi teologis dan psikologis yang berbeda-beda. Dua istilah ini berbeda.

digunakan pada lembaga pendidikan

Secara epistemologis dan klasik maupun modern. Beberapa sosiologis, masyarakat Barat dan lembaga pendidikan Islam di Islam mempunyai cara pandang Sumatera Barat, misalnya, dan praktik yang berbeda dalam menggunakan istilah tarbiyah, pendidikan. Karena itu pula, secara sedangkan jam’iyah organisasi epistemologis dan sosiologis kemasyarakatan/ormas) Muham- penggunaan kata pendidikan pada madiyah, Pesantren Darussalam dua peradaban itu juga berbeda. Gontor dan sejumlah pesantren Misalnya, masyarakat Barat sepakat jam’iyah NU lebih memilih istilah

bahwa kata ilmu atau pengetahuan 13 ta’lim. itu sepadan dengan kata knowledge.

Selain dua term di atas, terdapat

Sesuatu disebut knowledge apabila pula istilah ta’dîb ( بيدتأ) sebagaimana ia dapat diindera (empiris) atau logis dipopulerkan oleh cendi-kiawan saja sifatnya. Sedangkan dalam Islam, masyhur Syed Muhammad Naquib istilah tersebut semakna dengan kata 14 (SMN) Al-Attas. Terdapat

‘ilm. Kata ini tidak saja berhubungan pula istilah pendidikan dengan dengan realitas fisik (alam) tetapi menggunakan kata ma’arif dari kata

juga dengan realitas metafisik (Al- ma’rifah ( ةفرعم ).

15 Dan tentunya, ‘Alim).

masih banyak lagi istilah lain seperti

12 Manna Khalîl al-Qaatthanm, Mabâhits fî ‘Ulúm Alqurân, (Mansyúrât al-Nasyr al-Hadîs, tth), h. 204. Bandingkan dengan Khâlid bin Utsmân al-Sabt, Qawâid al-Tafsîr , (Dâr ibn Affân, tth), h. 460-465.

13 Baca Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,

14 Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmi dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas,

(Bandung: Mizan, 1998), h. 174. 15 Istilah ini digunakan oleh lembaga pendidikan ormas NU.

18 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 18 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

atau lainnya.

Uraian di atas menunjukkan, Meskipun demikian, penjelasan bahwa terdapat pemilihan dan komprehensif dan analitis lebih dalam kecenderungan yang tidak sama dalam tetap diperlukan, sehingga pemaknaan menggunakan dan memadankan dan orientasi pendidikan (Islam) tidak istilah pendidikan ke dalam bahasa lepas begitu saja dari makna, maksud, Arab Alquran, maupun hadis.

dan tujuan sebenarnya dengan apa

Dengan kecenderungan yang yang dimaksudkan dalam Alquran berbeda itu pula, boleh jadi, terdapat dan hadis-hadis Nabi SAW. metode dan implementasi dan tujuan

Atas dasar pemikiran atau latar yang berbeda-beda pula dalam praktik belakang itu, penulis menyusun penyelenggaraan pendidikan. Karena tulisan ini dengan tajuk “Term-term itu pula, out put yang dihasilkan juga Pendidikan dalam Perspektif Alquran tidak sama.

dan Hadis Nabi Muhammad Saw” Untuk kepentingan itu pula,

term-term tersebut harus dilacak akar Rumusan dan Batasan Masalah

epistemologis maupun teologisnya Dari paparan sekilas di atas dari Alquran sebagai sumber ilmu ditemukan beberapa rumusan masalah pengetahuan yang pertama dan utama. berikut ini:

a. Apa dan bagaimana penjelasan ta’dib, term-term itu disebutkan dalam

Secara Quranik, kecuali kata

Alquran dan hadis tentang istilah- Alquran. 16 Sedangkan kata ta’dib

istilah pendidikan? ditemukan dalam sejumlah hadis Nabi Muhammad SAW. Ini artinya b. Apa makna atau hakekat secara epistemologis, keempat term

sebenarnya pendidikan dalam tersebut punya landasan teologis dan

perspektif Alquran dan hadis? epeistemolgis sekaligus. Ini artinya

Sesuai dengan rumusan-rumusan Alquran dan hadis betul-betul sangat masalah di atas, maka pembahaasan memberikan apresiasi dan perhatian ini dibatasi pada istilah tarbiyah, terhadap pendidikan manusia.

ta’lim, dan ta’dib dalam perpektif Dengan merujuk akar Alquran dan hadis Nabi SAW epistemologis dan teologis itu pula dan relevansinya dengan praktik pendidikan (Islam) benar-benar pendidikan Islam. berdimensi tauhid, tidak sekular

seperti yang terjadi pada masyarakat Tujuan Penelitian

Barat. Kecenderungan inilah yang Penulisan tema di atas menjadi garis demarkasi atau dimaksudkan,

pertama; untuk

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 19 Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 19

Kedua, menjelaskan dan Karena penelitian ini terkait menggali makna sebenanrnya dengan istilah-istilah pendidikan dari hakekat pendidikan Islam.

yang terdapat pada Alquran dan hadis, Selain itu, narasi Alquran dan hadis maka metode yang digunakan pada tentang term-term pendidikan penelitian ini adalah metode bayan ȋ. dibutuhkan, agar setiap aktivitas Metode bayani adalah suatu penjelasan pendidikan bagaimanapun dan di secara komprehensif terhadap teks manapun tempatnya tetap merujuk (nash) sebagaimana makna yang dan mengacu pada nilai-nilai Alquran terkandung dalam kata itu sendiri maupun hadis-hadis Nabi SAW.

atau makna yang dimaksudkan oleh pengucap atau penulisnya. Metode

Metodologi Penelitian

ini lazim digunakan para mufasir,

Metodologi berasal dari bahasa ushuliyyin, fukaha, dan ahli bahasa Yunani, metha, hodos, dan logos. dalam menjelaskan makna-makna Metha berarti di balik atau di

ayat –ayat Alquran dan hadis. 19 belakang. Hodos berarti melalui,

Seperti disebutkan di muka, melawati atau jalan. Terdapat pula bahwa dalam Alquran dan

pendapat yang menyatakan, bahwa hadis terdapat istilah-istilah kata ini berasal dari kata methodos yang bermacam-macam tentang yang berarti prosedur atau aturan. pendidikan. Bahkan, kata ta’lim

Sedangkan logos berarti ilmu. 17 bersama kata derivasinya, misalnya,

16 Muhammad Fuad Abd al-Baqî, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh Alqurân al-Karîm, (Bandung; CV Diponegoro, tth).

17 John P. Bethel (Ed.), Webster New Collegiate Dictionary, hlm. 529. Baca juga Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h. 109-110. Bandingkan dengan M.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 65.

18 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1954), h. 458. 19 Amin Abdullah, Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi, (Yogyakarta : Suka

Press, 2007), h. 11

20 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 20 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

dengan hal-ihwal sesuatu, proses, dan maka tafsir maudlui 20 dinilai paling karakteristik sesuatu. 23 sesuai untuk menjelaskan istilah-

Penelitian dengan metode ini istilah pendidikan dalam narasi mengharuskan verifikasi tiap-tiap term peradaban Islam.

pendidikan dalam Alquran dan hadis.

Dalam kajian filsafat, metode ini Karena itu dalam pembahasannya, biasa disebut dengan metode analisa ia menggunakan pola pikir induktif bahasa atau kritik bahasa. 21 Menurut (istiqra’i). Data dan fakta penelitian

Ludwig Wittgenstein, pendekatan ini diamati secara empiris, lalu metode ini bersifat netral dalam diolah, disusun, dianalisa, kemudian pengertian tidak memihak pada disimpulkan sebagai kesimpulan yang bersifat umum. salah satu epistemologi, filsafat, atau 24 metafisika, serta beroperasi tanpa

Data-data pada penelitian ini prasangka. Kesimpulan akhir dari adalah fakta-fakta yang terdapat pada pendekatan ini hanya berdasarkan narasi Alquran tentang pendidikan pada penelitian bahasa yang bersifat setelah diolah dan dikaji . Dengan

logis. 22 demikian Alquran, hadis, dan

Metode-metode di atas dalam tafsirnya merupakan data dan sumber

Ilmu Metodologi Penelitian biasa primer 25 penelitian ini. Sedangkan disebut dengan metode deskriptif kamus-kamus bahasa Arab dan filosofis. Metode ini bertujuan untuk sejenisnya merupakan sumber

menjelaskan sesuatu yang terjadi pada skunder. Demikian pula buku-buku masa tertentu. Masalah yang dikaji tentang pendidikan.

20 Tafsir Maudlui adalah tafsir tematik terhadap ayat-ayat Alquran Ia membahas tema-tema tertentu secara tematis. Gaya tafsir ini memadukan dan memusatkan perhatiannya pada ayat-ayat yang serupa

dalam satu masalah pokok Baca Abdullah al-Zubair Abdurrahman Shalih, Tafsir Alquran al-Karim: Mashadiruhu wa Ittijahatuhu,(Rabithah Alam al-Islami, tth), h. 111. Lihat pula M. Baqir Ash-Shadr, Sejarah dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 19930, h. 58.

21 Metode ini di dunia Barat diperkenalkan Ludwig Wittgeinstein (1889-1951). Ia adalah filsuf bahasa kelahiran Austria, yang sebelumnya adalah insyiur teknik. Baca Anton Baker, Metode-metode

Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). 22 Anton Baker, Metode-metode Filsafat,h. 125.

23 Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung: PT Sinar Baru, 1991), h. 52. Lihat pula Taliziduhu Ndraha, Research: Teori Metodologi Administrasi, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1985), h.

105-106.

24 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,h. 120. Bandingkan dengan Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, h. 7.

25 Data primer adalah data yang berkaitan langsung dengan obyek materiil panelitian. Sedangkan data skunder adalah data yang mendukung atau melengkapi data primer. Baca Taliziduhu Ndraha,

Research: Teori Metodologi Administrasi, h. 60.

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 21

PEMBAHASAN

mengacu atau dan diterjemahkan

1. Kajian Teoritis

dengan kata tarbiyah, ta’lim, ta’dîb.

Dalam kamus A Dictionary of Bila ditelusuri lebih lanjut ditemukan Modern Written Arabic, padanan istilah-istilah lain untuk pendidikan, kata pendidikan adalah al-tarbiyah misalnya tahdzîb (

بيذهت) 29 , tazkiyah dan al-ta’lîm. Al-tarbiyah bermakna

30 ( 31 ةيكزت) , siyâsah ( ةسايس) , nashihah sebagai proses belajar-mengajar wa irsyâd (

داشرإو ةحيصن ) 32 , dan (pedagogik), sedang al-ta’lîm punya sebagainya. Karena semua term itu

makna pengetahuan, pengajaran, merujuk kepada Alquran dan hadis- latihan, perintah, bimbingan, dan seni hadis Nabi SAW, maka para ahli

mengajar. 26 pendidikan berpendapat, bahwa

Sedangkan hasil Konferensi setidaknya terdapat tujuh sampai 10 Dunia mengenai Pendidikan Islam di istilah pendidikan dalam perspeketif Makkah, 1971, merumuskan, bahwa Alquran dan hadis Nabi SAW. kata pendidikan sepadan dengan istilah atau konsep ta’lîm, tarbiyah,

2. Istilah-istilah

Pendidikan

dan ta‘dîb. 27 Tetapi, menurut al-Attas

dalam Alquran dan Hadis

sebagaimana dikutip Wan Daud, Para ahli pendidikan yakin, istilah yang tepat justru terdapat pada bahwa secara pedagogis-historis,

istilah ta‘dîb. Alasannya, struktur banyak istilah Alquran dan hadis konsep ta‘dîb sudah mencakup unsur- yang semakna dengan pendidikan. unsur ilmu, instruksi (ta’lîm) dan Beberapa istilah yang semakna dan

pembinaan (tarbiyah). 28 mengandung arti pendidikan, antara Kendati begitu, sejumlah lain: literatur menyebutkan, bahwa istilah

Pertama adalah ta’l ȋm. Menurut pendidikan tidak hanya melulu sebagian ulama, kata pendidikan

26 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (London: George Allen and Unwin Ltd, 1971), hlm. 324 dan hlm. 636.

27 Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmi dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas,

(Bandung: Mizan, 1998), hlm. 174.

28 Wan Daud, The Educational…, hlm. 175. Baca juga al-Attas, ed., Aims and Objectives of Islamic Education, (Jeddah: Universitas King Abdul Aziz/Hodder and Stoughton, 1979), Apendiks B, hlm, 157.

29 Ibn Miskawaih menulis buku tentang pendidikan akhlak dengan member judul buknya “Tahdzîb al-Akhlaq wa Tathirul,al-Aghrâq.” Libat Ibn Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlaq wa Tathirul,al-Aghrâq,

(Beirut: Dar al-Maktabah al-Hayah, 1398 H).

30 Al-Sa’dy menjelaskan dalam tafsirnya, Tafsîr al-Sa’dî, bahwa makna wa yuzakkikum ( ويُزكيكم) pada ayat 151 surah Al-Baqarah adalah, Rasulullah SAW mendidik akhlak dan jiwa kalian. Lihat

Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di (w.1376 H), Taisîr al-Karîm al-Rahmâ n fi Tafsîr Kalâm Almanân/ Tafsîr al-Sa’dî, (Muassah al-Risalah, 2000).

31 Lihat Ibn Sina (w.428 H), Siyâsah al-Shibyân wa Tadbîruhum. 32 Baca Al-Ghazali (450-1111 H0, Ayyuhâ al-Walad , (Kairo:Al-Maktabah al-Taufiqiyah, tth).

22 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 22 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

Allah SWT. Pengulangan ini juga Dalam kitab Târîkh al-Tarbiyah menunjukkan bahwa antara satu kata al-Islâmiyah karya Ahmad Syalabi, dengan kata lainnya saling terkait. 35 disebutkan, bahwa lembaga-lembaga

Secara etimologis, kata ta’lîm pendidikan masa awal Islam atau berasal dari kata dasar ‘ilm ( ), pun pra-Islam disebut dengan yang berarti mengetahui sesuatu. lembaga ta’lim dengan sebutan Sedangkan ta’lîm berarti meyakini kuttâb. Pada lembaga tersebut hakekat sesuatu. Orang yang banyak terdapat pengembangan kecakapan mengetahui sesuatu disebut al- intelektual, bakat, akhlak, dan ‘alâmah. Allah SWT disebut al- sebagainya. Ini merupakan lembaga ‘Alîm karena Dialah yang banyak pertama yang muncul di dunia Islam. 36 mengetahui sesuatu dan hakekatnya. Syalabi menyatakan, kuttab adalah

Tampaknya kata ta’lîm tempat pendidikan dan pengajaran mempunyai makna dan pesan yang (ta’lîm) membaca dan menulis. 33 sangat penting dalam Alquran. Pada

Ignaz Goldizer seperti dikutip surah al-‘Alaq, kata ‘allama ( علّم) Syalabi, misalnya, menyebutkan, merupakan kata kerja ketiga setelah bahwa kuttab merupakan lembaga kata iqra ( اقرأ) dan khalaqa (خلق) pendidikan Alquran dan dasar-dasar disebutkan Allah SWT. Selain itu, agama Islam. 34 Dengan demikian, term ini pula yang digunakan Allah boleh jadi kata ta’lim merupakan SWT untuk mengajar dan mendidik embrio kelahiran pendidikan dalam kepada Nabi Adam ‘alaihissalam Dunia Islam.

(AS) tentang berbagai nama, lambang, Dibandingkan dengan istilah atau simbol serta berbagai sifatnya. 37

lainnya, kata ta’l ȋm beserta Ketika menafsirkan ayat 31 derivasinya paling banyak diulang- surah al-Baqarah

ulang dan disebutkan dalam Alquran. al-Maraghi menjelaskan, bahwa Kata ini disebutkan sampai 878 Allah mengajarkan Nabi Adam AS kali. Pengulangan term ini dalam berbagai nama benda dan sifatnya berbagai bentuk dan kesempatan dengan cara sekaligus. Meskipun,

33 Baca Ahmad Syalabi, Târîkh al-Tarbiyah al-Islâmiyah, (Kasyyaf, 1954), h. 20-84. 34 Ahmad Syalabi, Târîkh al-Tarbiyah al-Islâmiyah, (Kasyyaf, 1954), h. 20-84. 35 Khâlid bin Utsmân al-Sabt, Qawâid al-Tafsîr, h.702-705. 36 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 2002), jilid ke-6, h. 416. 37 QS. Al-Baqarah/2:31

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 23 Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 23

sifatnya bertahap (tadarruj). 38 َلوُسَر ُتْعَِس :َلاَق ٍرِماَع ِنْب َةَبْقُع ْنَع

Katsir berpendapat, makna ‘allama َّنِإ « :ُلوُقَـي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللا pada ayat tersebut adalah bahwa ِدِحاَوْلا ِمْهَّسلِب ُلِخْدُي َّلَجَو َّزَع ََّللا

Menukil berbagai riwayat, Ibn

Allah mengajarkan dan memberikan

kepada Nabi Adam AS. 39 .ُهَلِبْنُمَو ،ِهِب َيِماَّرلاَو ،َرْـيَْلا ِهِتَعْـنَص ْنِم ََّلِإ ُّبَحَأ اوُمْرَـت ْنَأَو ،اوُبَكْراَو ،اوُمْراَو

pengetahuan inderawi atau empiris

juga mendeskrisipsikan hal serupa. :ٌث َلَث َّلِإ ِوْهَّللا َنِم َسْيَل .اوُبَكْرَـت ْنَأ

Sejumlah hadis Nabi SAW

Misalnya pada hadis berikut ini:

اوُمِّلَع« :َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللا ىَّلَص َِّللا muhadissin meriwayatkan hadis ،َينِنِس ِعْبَس َنْبا َة َلَّصلا َِّبَّصلا 04 di atas, Ibn Majah dalam Sunan-

Meskipun tidak semua

nya menyebutkan, bahwa hadis ini

merupakan penjelasan surah Al- Dalam beberapa hadis di Anfal:60. 42 Pada ayat tersebut Allah

bawah ini menjelaskan, bahwa kata SWT memerintah kaum muslmim ta’lim terkait dengan ilmu teknik mempersiapkan kekuatan apapun (engeneering) dan lifeskill. Karena itu bentuknya terhadap bahaya musuh- pula, Nabi SAW menilainya sebagai musuh kaum muslimin. sesuatu yang urgen dalam Islam.

Pada tempat lain Allah SWT Apalagi jika hal tersebut berhubungan menjelaskan, bahwa tugas utama dengan jihad (perang) fi sabiLlah.

38 Ahmad bin Musthafa al-Maraghi (w.1371 H), Tafsîr al-Marâghî, (Mesir: Maktabah Mathbaah al-Babi al-Halabi, 1946), jilid I, h. 82.

39 Ibn Katsir (w. 774 H), Tafsîr Alqurân al-‘Azhîm/ Tafsir Ibn Katsîr, (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyah, 1419 H), jilid I, h. 131-132. Tahkik oleh Muhammad Husain Syamsudin.

40 al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, No. 407, bâb: Ma Jâ-a mata Yu’mar al-Shabiy bi al-Shalâh, Juz ke-2, (Meisr: Maktabah al-Babi al-Halabi, 1975), h.. 259.

41 Lihat Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, No. 2513, bab: Fi al-Ram-yi Juz ke-3, (Beirut: al-Maktabah al-’Ashriyah, tth). h. 13. Tahkik oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid. Dengan sanad yang mirip,

hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Nasai. Baca al-Nasai, Sunan al-Nasai, no. 3578, Juz ke-6, h.222. Al-Albani menghukumi hadis ini dlaif. Sementara di tempat lain, misalnya pada riwayat Ibn Majah (Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, No. 2814, juz ke-2, h. 940), hadis ini dinlai al-Albani sebagai hadis sahih.

42 Baca Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, No. 2813, bab: al-Ramyu fi sabilillah, juz ke-2, h. 940. 24 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

Rasulullah SAW diutus kepada umat Zumar. Pada ayat ini Allah secara manusia adalah untuk mengajarkan retoris dan diplomatis bertanya Alquran dan kearifan (hikmah) hidup, kepada manusia,” Apakah sama sehingga tidak tersesat. Seseorang orang-orang yang ‘berpengetahuan” boleh saja mendapatkan pengajaran, dengan orang-orang yang ‘”tidak tapi jika tidak terdidik, maka ia akan berpengetahuan?”(

َنيِذَّلا يِوَتْسَي ْلَه ْلُ dikenal pandai, tetapi karena tidak وُلوُأ ُرَّكَذَتَـي اََّنِإ َنوُمَلْعَـي َل َنيِذَّلاَو َنوُمَلْعَـي ).

tetap tersesat. Bangsa Arab jahiliyah

terdidik oleh wahyu, maka mereka باَبْلَْلا Makna orang berpengetahuan sesat. Demikian pula para filsuf pada ayat ini tentunya bukan tertuju Yunani dikenal orang-orang pandai, pada orang yang berpengetahuan tetapi mereka tersesat karena tidak secara saintis. Lebih dari itu mendapatkan pendidikan dan mereka disebut sebagai orang yang pengajaran wahyu-Nya.

“berpengetahuan” adalah orang-orang

Ibn Katsir mengungkapkan, yang memiliki ilmu penegtahuan dan dahulu bangsa orang Arab adalah jiwa ruhani yang tinggi. Para saintis orang-orang yang berpegang teguh yang tidak memiliki jiwa spiritual, pada agama Nabi Ibrahim AS. Namun maka ilmu mereka tidak tergolong dalam sejarah selanjutnya mereka sebagai orang-orang terdidik. Atau mengubah ajaran tauhid Bapak dalam bahasa Alqurannya mereka para nabi itu dan menggantinya bukanlah golongan ulu al-albâb. dengan kesyirikan. Hal yang sama

Menurut Sayyid Quthb, ilmu juga dilakukan para Ahli al-Kitab. pengetahuan yang benar adalah Untuk mencegah kemadlaratan dan pengetahuan tentang yang Kebenaran kerusakan prilaku mereka, maka (Alhaqq). Ilmu pengetahuan bukanlah

Allah SWT mengutus Nabi SAW. sesuatu yang dirasakan dan diindera Kehadiran rasul terakhir itu untuk saja. Ilmu pengetahuan yang benar mendidik manusia. Mereka dididik adalah ilmu yang membuat pelakunya dan diajar tentang ayat-ayat-Nya dan hanya tunduk kepada Allah SWt

ilmu hikmah. 43 semata. Sementara mereka yang

Dengan penjelasan itu, maka hanya berkutat pada hal-hal yang istilah ta’lȋm tidak hanya berkaitan empiris, maka mereka bukanlah

dengan hal-hal yang inderawi ulama. 44

dan empiris saja, tapi juga terkait Penjelasan Sayyid Quthub ini dengan hal-ihwal spiritual-metafisik mengafirmasikan, bahwa pendidikan (ruhaniyah). Penegasan tersebut yang benar adalah pendidikan yang dapat dilihat pada ayat 9 surah al- dapat mengantarkan seseorang

43 Ibn Katsir (w. 774 H), Tafsîr Alqurân al-‘Azhîm, jilid 8, h. 142. 44 Sayyid Quthub (w. 1385) , Fȋ Zhilâl Alqurân, (Beirut-Kairo: Dar al-Syuruq, 1412 H), jilid ke-5,

h. 3042. Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 25 h. 3042. Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 25

dan patuh kepada Allah SWT semata. tarbiyah berasal kata rabâ ( وبري

Karena itu pula, orang-orang alim - ابر ) atau rabâ ( يبري - ابر ). (ulama) dalam Islam mempunyai Kedua kata ini mempunyai arti yang maqam (kedudukan) yang sangat sama, yaitu perkembangan atau tinggi dan mulia. Bahkan, mereka 46 bertambah (

ةديازلاو ءامنلا ). Dengan

disebut sebagi pewari Nabi SAW. demikian secara etimologis istilah

Menurut Nabi SAW, kehadiran tarbiyah dapat diartikan sebagai ulama merupakan pertanda Allah usaha mengembangkan sesuatu, memberikan petunjuk kepada sehingga bertambah. Sesuatu yang manusia. Sementara hilangnya berkembang itu bertambah. Demikian para ulama adalah tanda kesesatan pula sebaliknya. manusia. Disnilah letak penting

Secara teologis, penggunaan dan agungnya ulama dalam Islam istilah tarbiyah untuk pendidikan sebagaimana dijelaskan Nabi SAW merujuk pada ayat berikut ini: dalam hadisnya berikiut ini:

َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللا َلوُسَر ُتْعَِس “Dan, katakalah: Ya Tuhanku, اًعاَزِتْنا َمْلِعلا ُضِبْقَـي َل ََّللا َّنِإ« :ُلوُقَـي sayangilah mereka berdua (orang

َمْلِعلا ُضِبْقَـي ْنِكَلَو ،ِداَبِعلا َنِم ُهُعِزَتْـنَـي mendidikku (rabbayani) di waktu

tuaku) sebagaimana mereka

اًمِلاَع ِقْبُـي َْل اَذِإ َّتَح ،ِءاَمَلُعلا ِضْبَقِب kecil.” (QS. Al-Isrâ/17: 24). اوُلِئُسَف ، ًلاَّهُج اًسوُءُر ُساَّنلا َذََّتا Dalam Alquran bisa dikatakan,

54»اوُّلَضَأَو اوُّلَضَف ،ٍمْلِع ِْيَغِب اْوَـتْـفَأَف kata ini hanya ditemukan pada tiga

Kedua, tarbiyah. Istilah ini sangat tempat. Satu tempat terdapat pada lazim digunakan para ulama khalaf. ayat di atas. Sedangkan pada tempat Meski demikian, istilah ini tampaknya lain terdapat pada surah al-Baqarah lebih populer dibandingkan istilah- ayat 276 dan surah al-Hajj ayat 5. istilah yang lain.

Pada tiga ayat itu, kata rabbâ pada

45 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, No. 100, bab: Kaifa Yaqbidl al-Ilm, (Dar al-Thuq al-Najah, 1422 H), juz ke-1, h. 31. .Tahkik oleh Muhammad bin Zuhair Nashir al-Nashir.

46 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, jilid ke-4, h. 56. Baca juga Al-Thahir Ahmad al-Zawi, Mukhtar al- Qâmûs, (Riyadl: Dar Alam al-Kutub, 1990), h. 237-238.

47 QS. Al-Isrâ/17: 23 26 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 47 QS. Al-Isrâ/17: 23 26 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

dan menambahkan sesuatu. 48 يِدِلاَو َّنِإ :َلاَق ٍيِشَب َنْب َناَمْعُّـنلا Seperti halnya pada Alquran, ىَّلَص َِّللا َلوُسَر ىَتَأ ٍدْعَس َنْب َيِشَب

kata tarbiyah pada hadis-hadis Nabi

dengan urusan sedekah, zakat, dan ،ٍم َلُغِب ْتَسِفُن َةَحاَوَر َتْنِب َةَرْمَع َّنِإ semacamnya. Dengan demikian نأ ْتَبَأ اَهَّـنِإَو ،َناَمْعُـن :ُهُتْـيََّس ِّنِإَو

SAW lebih banyak berhubungan

konteks kata ini bermula dari masalah

yang dizakatkan atau disedekahkan di ِدِهْشَأ :ْتَلاَق اَهَّـنِإَو ،َوُه ِلاَم َلَضْفَأ Jalan Allah ( fi SabiliLlah). Misalnya .كلىلع ملسو ِهْيَلَع َُّللا ىَّلَص َِّبَّنلا

pertambahan dan pertumbuhan harta

hadis berikut ini:

َّنِإَو ،َبِّيَّطلا َّلِإ َُّللا ُلَبْقَـي َلَو ،ٍبِّيَط Dari sejumlah riwayat itu, dapat

dipahami, bahwa pendidikan adalah

َنوُكَت َّتَح ،ُهَّوُلَـف ْمُكُدَحَأ ِّبَرُـي اَمَك didik dari satu masa ke masa yang

upaya menumbuhkembangkan peserta

lain dan memeliharanya. Dalam tiga ayat diatas disebutkan, bahwa sesuatu

Meskipun begitu, riwayat Ibn dapat tumbuh dan berkembang ketika Hibban berikut ini bisa dijadikan sesuatu itu dipelihara dan dijaga rujukan penggunaan istilah tarbiyah dengan sentuhan kasih sayang, serta untuk pendidikan, walaupun kata berjalan pada asas-asas sunnatullah. tarbiyah dalam hadis tersebut bukan ucapan dari Nabi SAW sendiri.

48 Ibn Manzhur, Lisân al-’Ara, jilid ke-4, h. 54. Bandingkan dengan Al-Thahir Ahmad al-Zawi, Mukhtar al-Qâmûs, h. 237-238. Lihat juga Muslim, Shahih Muslim, no. 1014, bab: Qubul al-Shadaqah

min al-Kasb al-Thayyib, juz ke-2, h. 702. Ibn Majah, Sunan Ibn Majah , no. 661, bab Ma Ja-a fi Fadhl al-Shadaqah, juz ke-3, h.40. Sejumlah imam hadis juga meriwayatkan hadis yang sama.

49 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 1410, bab: Shadaqah min Kasb Thayyib, juz ke-2, h. 108. 50 Ibn Hibban, Abu Hatim Muhammad bin Hibba al-Darimi (w. 354 H), al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibn

Hibban, no. 5107, (Beirut : Muassah al-Risalah, 1988), juz k-11, h. 507. Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 27

Al-Baidlawi menjelaskan, muka, sesuatu itu bertambah, seorang anak diwajibkan mendoakan

apabila ada pengembangan. untuk kedua orang tuanya, karena dari

Allah SWT melarang riba, karena keduanya itu seseorang mendapatkan

di sana terdapat penambahan pendidikan, arahan dan bimbingan

atau pengembangan harta secara dengan penuh kasih sayang. 51

tidak halal. Di sisi lain, Dia Karena itu pula, al-Hazami

memerintah bersedekah, karena berpendapat kata tarbiyah dalam

di sana terdapat pertambahan dan konteks ini mempunyai beberapa

pengembangan pahala dan kasih makna, yaitu: 52 sayang. Mengenai hal ini Sayyid

a. Al-Ishlah ( حلاصلإا). Secara Quthub berpendapat, yang etimologis kata ini berarti

pertama adalah bentuk prilaku

memperbaiki, menyesuaikan, kikir, kotor, dan keserakahan menghilangkan kerusakan, dan

seseorang. Sedangkan yang membaguskan. Dalam Alquran,

kedua adalah wujud perbuatan kata ini sering dipertentangkan

berlapang dada, kesucian, saling dengan

prilaku

destruktif

kerjasama dan menanggung (merusak) dalam berbagai beban orang lain. 56

bentuk. 53 c. Nasya-a ( نشأ) yang berarti Allah SWT pun menyebut

tumbuh. Dalam Alquran term dan merangkaikan amal yang

ini dengan berbagai derivasinya diterima dengan istilah amal

diulang sebanyak 28 kali. 57 saleh. 54 Penjelasan etimologis

Ketika dalam bentuk kata kerja sosiologis ini menegaskan, ( fi’il), kata ini menggunakan bahwa pendidikan mempunyai

istilah ansya-a ( أنشأ) mengikuti fungsi konstruktif dan edukatif.

wazan af ’ala, yaitu dalam bentuk Menurut Ibn Manzhur, seseorang

transitif. Secara umum, istilah

dinilai memelihara sesuatu ini digunakan menggambarkan apabila ia membaguskannya. 55

pertumbuhan atau perkembangan

b. Al-Nama wa al-Ziyadah (ءامنلا 58 sesuatu yang sifatnya fisik. ةدايزلاو). Seperti disebutkan di

51 Nashiruddin Abu Said Abdullah bin ‘Amr bin Muhammad al-Syarazi al-Baidlawi (w.685 H),

Anwâr al-Tanz ȋl wa Asrâr al-Ta’wȋl/Tafsȋr al-Baidlâwȋ , (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-’Arabȋ, 1418 H), jilid ke-3, h. 252.

52 Khalid bin Hamid al-Hazami , Ushûl al-Tarbiyah al-Islâmiyah, (Madinah: Dar Alam al-Kutub,

1420 H), h. 17-18. 53 Lihat QS Al-Baqarah/2: 14, al-Syu’ara/26: 152, al-Hujurat/49:9, dsb.

54 Baca Al-Baqarah/2: 62, al-Furqan/25: 71, al-’Ashr/103:3, dll. 55 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, jilid ke-1, h. 104. 56 Sayyid Quthub, Fȋ Zhilâl Alqurân, jilid ke-1, h. 318. 57 Muhammad Fuad Abd al-Baqî, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh Alqurân al-Karîm, h. 872. 58 Baca QS. Al-’An’am/6: 141, al-Anbiya/21: 11, al-Mu’minun/23: 78, dll.

28 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 28 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

menjelaskan, orang yang disebut urusannya. Term ini didaptasi dari

dengan rabbaniyyun dalam ayat khazanah ilmu siyasah (politik).

tersebut adalah ahli hikmah Misalnya terdapat ungkapan: موقلا

yang ulama atau ulama yang تيبر. Pepatah ini sama makna

ahli hikmah, serta yang santun. dengan perkataan: تنك يأ مهتسس

Tidaklah berhak mengajarkan مهقوف. Artinya saya mengatur

Alquran, kecuali orang yang mereka atau saya menjadi 62 betul-betul fakih.

pemimpin/penguasa mereka. 59 b. Al-Ri’ayah. Istilah ini terkandung

e. Al-Ta’lim ( ميلعتلا). Ibn Manzhur dalam makna tarbiyah, karena menjelaskan, kata al-rabânî

dalam pendidikan terdapat dari kata rabb, yang berarti

kewajiban untuk memelihara tarbiyah. Sedangkan Ibn al-

sesuatu. Orang tua yang mendidik ‘Arabi mengatakan, al-rabânî

anaknya berarti mereka harus berarti al-‘âlim yang mengajari

memelihara dan menjaganya. manusia ilmu pengetahuan sejak kecil sebelum dewasa. Kata itu

suami-istri, dan juga berarti orang yang ilmunya sebagainya disebut sebagai pemimpin dalam, atau orang yang mencari atau pendidik bagi rakyat dan anak-

Penguasa,

ilmu hanya karena berharap ridla anaknya bila mereka memelihara Allah SWT. 60 dan menjaganya dengan bertanggung

jawab. Karena itu Nabi SAW Dari sejumlah makna dan maksud menyebut setiap orang yang mendapat

istilah-istilah di atas, al-Hazami amanah sebagai pemimpin dan ia akan berpendapat, bahwa beberapa istilah dimintai pertanggungjawaban atas Alquran yang semakna dengan apa yang ia pimpin atau dididiknya

pendidikan (tarbiyah), antara lain:

a. Al-hikmah, al-‘ilm, dan al- Seperti disebutkan ta’lim. Pemaknaan demikian sebelumnya, selain term-term di

merujuk pada pemahaman surah atas, pada dasarnya pendidikan juga Ali Imran/3: 79. Mengutip dapat disepadankan dengan term

59 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, jilid ke-1, h. 400. 60 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, jilid ke-1, h. 400. 61 Khalid bin Hamid al-Hazami , Ushûl al-Tarbiyah al-Islâmiyah, h. 18-19. 62 Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsîr, jilid ke-2, h. 57 63 Teks lengkap hadis ini adalah sebagaimana berikut: ٌلوُئْسَم َو ٍعاَر ُماَمِلإا ،ِهِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ،ٍعاَر ْمُكُّلُك

ِلاَم يِف ٍعاَر ُمِداَخلا َو ،اَهِتَّيِعَر ْنَع ٌةَلوُئْسَم َو اَه ِج ْوَز ِتْيَب يِف ٌةَيِعاَر ُةَأ ْرَملا َو ،ِهِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم َوُه َو ِهِلْهَأ يِف ٍعاَر ُلُجَّرلا َو ،ِهِتَّيِعَر ْنَع ِهِتَّيِع َر ْنَع ٌلوُئْسَم َو ِهِدِّيَس. Lihat al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, hadis No. 893, bab: al-Jum’ah fi al-Qura wa

al-Mudun, (Dar al-Thuq al-Najah, 1422 H), juz ke-2, h. 5. Tahkik oleh Muhammad bin Zuhair Nashir

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 29 Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 29

Istilah irsyâd itu semakna dengan هدلاو ىلع دلولا قح يلع ي -ب

64 ءادتها) 65 . Istilah nashihah اعضوم هعضيو ،هبدأو هسا نسي نأ

kata ihtidâ (

itu semakna dengan khalasha ( صلخ), dan istilah tazkiyah dapat bermakna 68

al-nama wa al-ziyadah. 66 Ketiga, ta’dib. seperti dijelaskan 69

ditemukan secara semantik dalam بنلا نأ هنع الله يضر يلع نع--د Alquran. Namun hadis-hadis Nabi اوبدأ : لاق ملسو هيلع الله ىلص

di muka istilah ini memang tidak

tersebut dalam pengertian pendidikan بُح : لاصخ ثلث ىلع مكدلوأ yang sebenarnya. Misalnya hadis- ةءارقو ، هتيب لهأ بحو ، مكيبن

SAW banyak menggunakan istilah

hadis berikut ini:

: َلاَق ِناَمْعُّـنلا ُنْب ُثِراَْلا ْنَع -أ هئايفصأو ْنَع ،ُثِّدَُي ٍكِلاَم َنْب َسَنَأ ُتْعَِس Kendati hadis-hadis ini berderajat

lemah, namun secara matan

ْمُهَـبَدَأ اوُنِسْحَأَو ْمُكَد َلْوَأ اوُمِرْكَأ« sahih berikut ini:

(redaksional) semakna dengan hadis

al-Nashir. Al-Bukhari dalam Shahihnya menyebutkan hadis ini dalam beberapa tempat. Hadis ini juga riwayat Muslim, dan Abu Dawud. Baca Muslim (w.261 H), Shahih Muslim, hadis No. 1829, juz ke-3,

h. 1459, bab: Fadhilah al-Imam al-’Adil wa Uqubah al-Jair, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-’Arabi, tth).

Tahkik oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Abu Dawud (w.275 H), Sunan Abi Dawud, hadis No. 2829, bab: Ma Yalzamu al-Imam min Haqq al-Ri’ayah, (Beirut: al-Maktabah al-’Ashriyah, tth). Tahkik oleh

Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid. 64 Al-Thahir Ahmad al-Zawi, Mukhtar al-Qâmûs, h. 249.

65 Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab, jilid ke-8, h. 581. 66 Al-Thahir Ahmad al-Zawi, Mukhtar al-Qâmûs, h. 277. 67 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, no. 3671, bab: Birru al-Walid wa al-Ihsan il al-Banat, juz ke-2,

h. 1211. 68 Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, Jilid ke-78, h. 58

69 Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin al-Albani (w.1420 H), Silsilah al-ahadits al-Dlaifah wa la-Mawdlu’ah, (Riyadh: Dar al-Ma;arif, 1992), h. Juz k-1, h. 173. Ibn Taymiyah berpendapat hadis

nini sahih dalam makna, ttapi tidak jelas sanadnya. Lihat Ibn Taymiyah Majmu’ah al-Rsail al-Kubra, Juz ke-2, h. 336.

70 Al-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, h. 25. Hadis ini juga diriwaytakan oleh al-Dailami, 1/1/24, dari jalur Ja’far bin Muhammad bin Busain. Al-Albani dalam Silsilah al-Dlaifah wa la-Mawdlu’ah,

menyatakan hadis-hado itu statusnya adalah sangat lemah (dlaif juiddan). jilid ke-5, h. 181

30 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

Secara empiris, hal ini dapat

ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ،َةَرْـيَرُه ِبَأ ْنَع dipahami dan ditelusuri melalui bukti-

bukti historis maupun sosiologis. َِّللا Menurut sejumlah sejarawan,

ُلَمْكَأ« :َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص 71 pendidikan (Islam) semula dalam اًقُلُخ ْمُهُـنَسْحَأ ًناَيمِإ َينِنِمْؤُمْلا bentuk yang sangat sederhana.

Sejumlah hadis di atas dengan Namun, kemajuan peradaban Islam tegas dan lugas menyatakan, bahwa mau tak mau menuntut perubahan kesempurnaan iman seseorang sistem dan bentuk pendidikan. itu ditandai dengan akhlak yang

Pendidikan Islam yang dulunya terbaik. Tanda atau ciri orang yang hanya berupa halaqah ilmiyah di

berakhlak mulia adalah orang-orang masjid-masjid, pada masa selanjutnya yang beradab. Dan inilah tujuan dari berubah dan mengalami transforamsi pendidikan Islam yang sesungguhnya. secara besar-besaran, misalnya,

Bila merujuk pada arti kata dalam bentuk madrasah, majelis dasar kata khalaqa pada hadis dan munazharah, bookstore, zawiyah, dan sebagainya. surah Al-’Alaq: 1-5, maka di sini 72

ditemukan titik temu antara tujuan Secara historis-sosiologis, dan maksud pendidikan Islam dengan proses dan fenomena yang sama

maksud penciptaan manusia, yaitu juga terjadi di Nusantara. Sebelum membentuk manusia yang berakhlak masa kemerdekaan, pendidikan di baik (beradab).

Indonesia lebih bersifat hubungan personal antara guru dengan murid

3. Implementasi Istilah Pen- atau antara musryid dengan murid.

didikan

Mahmud Yunus dalam bukunya Seperti banyak diketahui, pada berjudul “Sejarah Pendidikan Islam

masa modern ini istilah tarbiyah lebih di Indonesia”, dengan jelas dan rinci populer digunakan untuk nama atau menyebutkan, ketika itu, sistem dan nomenklatur (lembaga) pendidikan. bentuk pendidikan lebih didominasi Demikian pula buku-buku yang model pendidikan pesantren atau membahas tentang pendidikan lebih 73 surau.

memilih kata ini sebagai judul atau Setelah terjadi persentuhan pokok bahasan.

antara peradaban Barat dan tuntutan

71 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4682, bab: Ziyadah al-Iman, Juz ke-4, h. 220.. Baca juga al- Tirmidzi, no. 1162, bab: fi Haaq al-Mar-ah ‘ala Zawjiha, juz ke- 3, h. 458.

72 Ahmad Syalabi, Târîkh al-Tarbiyah al-Islâmiyah, h. 20-84. Lihat juga Muhammad Munir Sa’aduddin, Dirasat fi Tarikh al-Tarbiyah ‘inda al-Muslimin, (Beirut: Beirut al-Mahrusah, 1995), hal.

30-100. 73 Baca Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 31 Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 31

maka pendidikan Islam tidak hanya sangat mendasar. 75

dalam bentuk transfer pengetahuan Defenisi operasional istilah saja, tetapi lebih dari itu juga terdapat tarbiyah di atas tentu berbeda dengan tuntutan lain, seperti pengembangan istilah ta’lim. Secara umum seperti fisik, pemberdayaan ekonomi, sosial, tersurat dalam banyak ayat, secara

dan budaya masyarakat. pedagogis dan pragmatis istilah ta’lim Dari sinilah kemungkinan besar lebih menekankan aspek kognitif, istilah tarbiyah dinilai lebih tepat meskipun dalam pendidikan aspek untuk mengartikulasikan pengertian, tersebut adalah aspek pertama dan maksud dan tujuan pendidikan. utama. Namun sayang, aspek ini tidak Sebagaimana dipaparlan di muka, cukup untuk menumbuhkembangkan bahwa kata tarbiyah lebih banyak jiwa dan raga seseorang menjadi mengandung maksud dan tujuan manusia yang saleh seutuhnya. pendidikan itu sendiri.

Nabi SAW pernah mengatakan: 76 Seperti dijelaskan oleh al- Hazami, bahwa pendidikan adalah

usaha mengembangkan manusia ِالله َلِإ ُّبَحَأَو ٌرْـيَخ ،ُّيِوَقْلا ُنِمْؤُمْلا

pada setiap sisi, dari satu tahap ke tahap lainnya, untuk mendapatkan

kebahagian dunia dan akherat. 74 Artinya: Orang mukmin yang kuat

Pengertian serupa juga itu lebih baik daripada mukmin yang dirumuskan oleh al-Zantani. lemah. (HR. Muslim dan Ibn Majah). Menurutnya, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan jiwa

Maksud mukmin yang kuat seseorang, baik aspek ruhani, akal, dalam hadis ini tentunya kuat

jasmani, akhlak, maupun sosialnya. dalam segala hal, baik aspek ruhani, Dengan cara itu, ia akan menjadi psikologis, fisik, pemikiran, maupun pribadi dan anggota masyarakat yang sosial, dan lain-lainnya. Alquran

74 al-Hazami, Ushûl al-Tarbiyah al-Islâmiyah, h. 19. 75 Abdul Hamid al-Zantani, Asas al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Sunnah al-Nabawiyah, (Libya: Dar

al-’Arabiyah li al-Kuttab, 1993), h. 21.

76 Baca Muslim, Shahih Muslim, hadis No. 2664, bab: al-amr bi al-quwwah wa tark al-’ajz, juz

ke-4. Lihat Ibn Majah (w. 273 H), Sunan Ibn Majah, hadis No. 79, bab: fi al-faqr,( Dar Ihya al-Kutub al-’Arabiyah, tth) juz ke-1, h. 31. Tahkik oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Teks lengkap hadis tersebut adalah:

،ٌءْيَش َكَباَصَأ ْنِإ َو ، ْزَجْعَت َل َو ِللهاِب ْنِعَتْسا َو ،َكُعَفْنَي اَم ىَلَع ْص ِرْحا ٌرْيَخ ٍّلُك يِف َو ،ِفيِعَّضلا ِنِمْؤُمْلا َنِم ِالله ىَلِإ ُّبَحَأ َو ٌرْيَخ ،ُّيِوَقْلا ُنِمْؤُمْلا 77 Baca QS al-Nisa/4: 9. ِناَطْيَّشلا َلَمَع ُحَتْفَت ْوَل َّنِإَف ،َلَعَف َءاَش اَم َو ِالله ُرَدَق ْلُق ْنِكَل َو ،اَذَك َو اَذَك َناَك ُتْلَعَف يِّنَأ ْوَل ْلُقَت َلاَف.

32 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37 32 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

keturunannya. 77 pendidikan modern lebih menekankan

Kemajuan tingkat pendidikan aspek materiil. Untuk memperbaiki tidak akan berarti jika tidak dibarengi hal itu, di sinilah letak pentingnya dengan keluhuran akhlak. Karena itu pendidikan dalam pengertian ta’lim. pula, menurut Islam, pendidikan yang

Dengan demikian, pada dasarnya baik itu ditandai dengan kemuliaan pendidikan merupakan sebuah proses akhlak para guru/dosen/mursyid dan yang saling terkait antara unsur ta’lim, muridnya. Di sinilah pentingnya tarbiyah, tazkiyah, irsyad, nasehat, pembinaan adab.

tahdzib, dan ta’dib, dan lain-lainnya. Semua itu menjadi mata rantai satu

ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرَُس ِنْب ِرِباَج ْنَع yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

Dan, istilah-istilah tersebut juga tidak bisa berdiri sendiri, baik dalam

َبِّدَؤُـي ْنََل َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللا ىَّلَص َِّللا tataran konsep maupun implemetasi. َقَّدَصَتَـي ْنَأ ْنِم ٌرْـيَخ ُهَدَلَو ُلُجَّرلا

Kesimpulan

Dari paparan dan pembahasan di Dari Jabir bin Samurah, ia berkata: atas, dapat disimpulkan, bahwa: Rasulullah SAW bersabda,” Pertama, Alquran dan hadis

Hendaklah seseorang mendidik adalah kitab suci yang mengatur anaknya, karena itu lebih baik segala bentuk kehidupan manusia,

daripada ia bersedekah satu sha’ 78 .”

79 tak terkecuali mengenai pendidikan. (HR. Al-Tirmidzî). Karena itu pula, dalam Alquran dan hadis ditemukan banyak

Dalam pendidikan modern, istilah pendidikan. Keduanya pendidikan di Indoensia lebih banyak menggambarkan konsep pendidikan berkutat pada pengembangan aspek Islam yang sesungguhnya. Istilah- kognitif belaka. Sementara aspek istilah pendidikan dalam perspektif ruhani dan psikologis belum banyak Alquran dan hadis mempunyai ditumbuhkembangkan atau pun makna, maksud, dan tujuan yang diperbaiki.

berbeda-beda. Namun, istilah-istilah

Aspek-aspek ruhani, kejiwaan, itu saling berhubungan dan tidak sosial dan lain-lainnya tidak begitu dapat dipisah-pisahkan.

78 1 sha’: 2, 157 Kg. 79 Al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, “Bâb: Mâ Jâ-a fi Adâb al-Walad”, No. 1874, Juz. 7, hlm. 205.

Istilah-Istilah Pendidikan dalam Prespektif...(Yayuli) 33

Kedua, di antara istilah atau term istilah-istilah pendidikan yang pendidikan dalam Alquran dan hadis

termaktub dalam Alquran dan hadis, adalah ta’lim, tarbiyah, hikmah, untuk diturunkan menjadi konsep/ irsyad, dan tazkiyah. Semua istilah teori, dan diimplementasikan dalam tersebut mengandung arti pendidikan. dunia kehdupan sehari-hari. Atau dengan kata lain, pendidikan

Usaha tersebut penting dan harus mengandung unsur-unsur tern- diperlukan, mengingat Pendidikan term itu, baik dari sisi epistemologis. Islam saat ini banyak yang telah metodologis, maupun pedagogis.

kehilangan oreintasi dan tujuan

Pemaknaan pendidikan dalam sebagai institusi atau pranata sosial Alquran dan hadis menjadi utuh Islam. Padahal, Pendidikan Islam jika semua istilah itu dikonsepsikan, punya andil yang sangat besar dalam dirumuskan dan dipraktikkan dalam memengaruhi pikiran dan budaya satu narasi Pendidikan Islam. Dengan manusia, serta peradabannya. begitu maksud tujuan Pendidikan

Dengan usaha tersebut, Islam akan tercapai.

insya Allah tujuan dan maksud penyelengaraan Pendidikan Islam

Rekomendasi

dapat tercapai. Selain itu, Pendidikan

Pendidikan Islam modern Islam akan dapat dijadikan rale model sudah saatnya mengadopsi dan bagi pendidkan lain. mengadaptasi kosnep-konsep dan

Daftar Pustaka

Alquran al-Karim Abd al-Baqî, Muhammad Fuad. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh Alqurân al-

Karîm, (Bandung; CV Diponegoro, tth). Abdullah, Amin. Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi,

(Yogyakarta : Suka Press, 2007). Abdurrahman Shalih, Abdullah al-Zubair. Tafsir Alquran al-Karim:Mashadiruhu

wa Ittijahatuhu,(Rabithah Alam al-Islami, tth) Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, (Beirut: al-Maktabah al-’Ashriyah, tth).

Tahkik oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid. Abu ‘Udah, ‘Udah Khalil. al-Tathawwur al-Dalali Bain Lughah al-syi’ir wa

Lughah Alquran, (Yordan: Maktabah al-Manar, 1985). al-Baidlawi, Nashiruddin Abu Said Abdullah bin ‘Amr bin Muhammad al-

Syarazi. Anwâr al-Tanzȋl wa Asrâr al-Ta’wȋl/Tafsȋr al-Baidlâwȋ, (Beirut:

34 SUHUF , Vol. 29, No. 1, Mei 2017 : 15-37

Dâr Ih yâ al-Turâts al-’Arabȋ, 1418 H), jilid ke-3. Anwar, Khaidar. Fungsi dan Peranan Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1984). Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

Baker, Anton. Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). Bethel, John P. (Ed.), Webster New Collegiate Dictionary. al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, , (Dar al-Thuq al-Najah, 1422 H), juz ke-2.

Tahkik oleh Muhammad bin Zuhair Nashir al-Nashir. al-Ghazali (450-1111 H0, Ayyuhâ al-Walad , (Kairo:Al-Maktabah al-Taufiqiyah,

tth). al-Hazami, Khalid bin Hamid , Ushûl al-Tarbiyah al-Islâmiyah, (Madinah: Dar Alam al- Kutub, 1420 H). Ibn Katsir (w. 774 H), Tafsîr Alqurân al-‘Azhîm/ Tafsir Ibn Katsîr, (Beirut: Dar