Pengukuran Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Pada Operator Pabrik Gambir PT. Ganpati Trading

(1)

PENGUKURAN POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) PADA

OPERATOR PABRIK GAMBIR PT. GANPATI TRADING

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

PENTA NURTANIAN SINAGA 080423090

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TYME, atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Ganpati Trading Sidikalang.

Pelaksanaan Tugas Sarjana merupakan pengalaman yang berharga, dimana saya dapat memperoleh pelajaran yang banyak dari perusahaan secara langsung. Tugas Sarjana merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri Ekstensi, Fakultas Teknik Univesitas Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu “ Pengukuran Postur

Kerja Dengan Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Pada Operator Pabrik Gambir PT. Ganpati Trading”.

Penulis berupaya menyempurnakan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amin

Universitas Sumatera Utara Penulis


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Poerwanto, Msc., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan waktunya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas sarjana ini.

3. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas sarjana ini.

4. Bapak Pimpinan PT. Ganpati Trading yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan riset tugas sarjana pada perusahaan tersebut.

5. Seluruh staf dan karyawan PT. Ganpati Trading yang bersedia memberikan masukan-masukan mengenai pabrik.

6. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material dan doa, serta abang dan kakak yang saya sayangi.

7. Herwandi, Marulitua, Mia, Sukma, Hafis, Evi, Erni dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.


(6)

8. Bang Mijo, kak Dina, bu Ani, bang Rido, bang Kumis dan kak Rahma yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis berupaya menyempurnakan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara Penulis


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... i i KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Pembatasan Masalah ... I-4 1.6. Asumsi- Asumsi ... I-5 1.7. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-1 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2


(8)

DAFTAR ISI ( Lanjutan )

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-4 2.6. Proses Produksi ... II-5 2.6.1. Standad Mutu Bahan / Produk ... II-5 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-6 2.6.3. Uraian Proses ... II-8 2.6.3.1. Uraian Proses Produksi Gambir ... II-9 2.6.3.1.1. Bahan Baku ... II-9 2.6.3.1.2. Proses Penimbangan ... II-10 2.6.3.1.3. Proses Pencincangan ... II-10 2.6.3.1.4. Proses Pengeringan ... II-11 2.6.3.1.5. Proses Penggilingan ... II-14 2.6.3.1.6. Proses Penimbangan ... II-15 2.6.1.3.7. Pengepakan ... II-15 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-17 2.8. Utilitas ... II-18 2.9 “ Safety and Fire Protection”... II-18 2.10. “ Waste Treatment” ... II-19 2.11. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-20


(9)

DAFTAR ISI ( Lanjutan )

BAB HALAMAN

2.12. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-23 2.12.1. Tenaga Kerja ... II-23 2.12.2. Jam Kerja ... II-25 2.13. Sistem Informasi ... II-26 2.14 Teknologi ... II-26

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1 3.1.1. Defenisi Ergonomi ... III-2 3.1.2. Sejarah Ergonomi... III-6 3.1.3. Tujuan Ergonomi ... III-9 3.1.4. Penerapan Ergonomi ... III-9 3.1.5. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi ... III-11 3.1.6. Kapasitas Kerja ... III-14 3.2. Antropometri ... III-19 3.2.1. Defenisi Antropometri ... III-19 3.2.2. Data Antropometri... III-20 3.2.3. Pengukuran Antropometri ...

3.2.1.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh ... III-23


(10)

DAFTAR ISI ( Lanjutan )

BAB HALAMAN

3.2.4. Aplikasi Data Antropometri Dalam Desain ... III-25 3.3. Beban Kerja ... III-26 3.3.1. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ... III-32 3.3.1.1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal ... III-32 3.3.1.2. Beban Kerja Karena Faktor Internal ... III-33 3.3.2. Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-34 3.4. Keluhan Muskuloskeletal ... III-35 3.4.1. Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal ... III-37 3.4.2. Pengukuran Penyebab Keluhan Muskuloskeletal ... III-38 3.4.3. Langkah- Langkah Mengatasi Keluhan

Muskuloskeletal ... III-39 3.5. Rapid Entire Body Assessment (REBA) ... III-40 3.5.1. Defenisi REBA ... III-40 3.5.2. Langkah- Langkah Metode REBA ... III-45 3.5.3. Perhitungan REBA ... III-51 3.5.3.1. Perhitungan Skor A ... III-52 3.5.3.2. Perhitungan Skor B ... III-53 3.5.3.3. Perhitungan Skor C ... III-54 3.5.3.4. Perhitungan Skor REBA ... III-54 3.5.3.5. Perhitungan REBA Action Level ... III-55


(11)

DAFTAR ISI ( Lanjutan )

BAB HALAMAN IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi Penelitian... IV-1 4.2. Metode Penelitian ... IV-1 4.3. Data Penelitian ... IV-1 4.3.1. Jenis Data Yang Dikumpulkan ... IV-1 4.3.2. Sumber Data Penelitian ... IV-2 4.3.3. Instrumen Pengumpulan Data ... IV-2 4.3.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-2 4.4. Pengolahan Data... IV-3 4.5. Analisa Pemecahan Masalah ... IV-3 4.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-4

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Metode Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Primer ... V-1 5.1.2. Data Sekunder ... V-2 5.2. Pengolahan Data ... V-4 5.2.1. Analisa Sikap Kerja dengan Metode REBA ... V-4 5.2.1.1. Posisi Kerja Kegiatan Mengangkat Daun Gambir ke Truk ... V-5


(12)

5.2.1.2. Posisi Kerja Menimbang Daun Gambir ... V-22 5.2.1.3. Posisi Kerja Proses Cutting ... V-33 5.2.1.4. Posisi Kerja Proses Drying ... V-49 5.2.1.5. Posisi Kerja Mengeluarkan daun gambir dari jendela

blower ... V-61

5.2.1.6. Posisi Kerja Memasukkan daun gambir ke dalam mesin penggiling ... V-73

5.2.1.7. Posisi Kerja Proses Packing... V-85

VI ANALISA DAN EVALUASI ... VI-1

6.1. Analisa ... VI-1 6.2. Evaluasi ... VI-6

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja Pada PT. Ganpati Trading ... II-24 2.2. Pembagian Jam Kerja Untuk Karyawan Kantor ... II-25 2.3. Pembagian Shift Untuk Karyawan Pabrik... II-25 3.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,

Suhu Tubuh dan Denyut Jantung ... III-35 3.2. Skor Bagian Leher (Neck) ... III-47 3.3. Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk) ... III-47 3.4. Skor Bagian Kaki (Legs) ... III-48 3.5. Skor Beban (Load/Force) ... III-48 3.6. Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arms) ... III-49 3.7. Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arms) ... III-50 3.8. Skor Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-50 3.9. Skor Genggaman (Coupling) ... III-51 3.10. Skor Aktifitas (Activity) ... III-51 3.11. Tabel A ... III-52 3.12. Tabel B... III-53 3.13. Tabel C... III-54 3.14. REBA Action Level ... III-55 5.1. Uraian Kegiatan Kerja Operator ... V-4


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Gambir Powder ... II-6 2.1. Pohon Gambir ... II-8 2.3. Daun gambir dijemput dari lahan masyarakat ... II- 9 2.4. Situasi Pabrik Setelah Selesai Proses Produks i ... II-10 2.5. Struktur Organisasi PT.Ganpati Trading... II-22 3.1. Konsep Dasar Dalam Ergonomi ... III-12 3.2. Pergerakan Leher ... III-46 3.3. Pergerakan Batang Tubuh ... III-47 3.4. Pergerakan Kaki... III-48 3.5. Pergerakan Lengan Atas... III-49 3.6. Pergerakan Lengan Bawah ... III-49 3.7. Pergerakan Pergelangan Tangan... III-50 4.1. Diagram Flow Penelitian ... IV-6 5.1. Posisi kerja I Mengangkat daun gambir ke truk ... V-5 5.1. Posisi kerja II Mengangkat daun gambir ke truk ... V-9 5.1. Posisi kerja III Mengangkat daun gambir ke truk ... V-13 5.1. Posisi kerja IV Mengangkat daun gambir ke truk ... V-17 5.1. Posisi kerja I Menimbang daun gambir ... V-21 5.1. Posisi kerja II Menimbang daun gambir... V-25 5.1. Posisi kerja III Menimbang daun gambir ... V-29 5.1. Posisi kerja I Proses cutting ... V-33


(15)

DAFTAR GAMBAR ( Lanjutan )

GAMBAR HALAMAN

5.1. Posisi kerja II Proses cutting ... V-37 5.1. Posisi kerja III Proses cutting ... V-41 5.1. Posisi kerja IV Proses cutting ... V-45 5.1. Posisi kerja I Drying ... V-49 5.1. Posisi kerja II Drying... V-53 5.1. Posisi kerja III Drying ... V-57 5.1. Posisi kerja I Mengeluarkan daun gambir dari jendela blower... V-61 5.1. Posisi kerja II Mengeluarkan daun gambir dari jendela blower ... V-65 5.1. Posisi kerja III Mengeluarkan daun gambir dari jendela blower ... V-69 5.1. Posisi kerja I Proses Penggilingan ... V-73 5.1. Posisi kerja II Proses Penggilingan ... V-77 5.1. Posisi kerja III Proses Penggilingan ... V-81 5.1. Posisi kerja I Packing ... V-85 5.1. Posisi kerja II Packing ... V-89 5.1. Posisi kerja III Packing... V-93 5.1. Posisi kerja IV Packing ... V-97 5.1. Posisi kerja V Packing ... V-101


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Mesin Produksi LAMPIRAN 2 Peralatan


(17)

ABSTRAK

PT.Ganpati Trading adalah suatu perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan daun gambir. Perusahaan ini memproduksi barang setengah jadi untuk diolah kembali untuk dijadikan berbagai kegunaan seperti pewarna kain, obat- obatan, kosmetik, pelunak kulit, dan lain- lain.

Perusahaan ini beroperasi dengan menggunakan mesin/peralatan yang semi modern. Pekerjaan dilakukan secara manual untuk mengangkat daun gambir kedalam truk, proses penimbangan, memasukkan daun gambir kedalam mesin cutting, memasukkan daun gambir ke mesin pengering, memasukkan daun gambir ke mesin penggiling, menimbang dan mempacking daun gambir tersebut kedalam karung untuk dikirim ke Medan.

REBA adalah metode yang berguna dalam pengukuran resiko pada pemindahan material secara manual. Untuk mengetahui gangguan postur tubuh yang terjadi pada karyawan maka dipergunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh. Metode ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan dan sebagainya.

Dari hasil pengamataan yang telah dilakukan terdapat beberapa posisi kerja yang tidak ergonomis. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan metode kerja oleh perusahaan.


(18)

ABSTRAK

PT.Ganpati Trading adalah suatu perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan daun gambir. Perusahaan ini memproduksi barang setengah jadi untuk diolah kembali untuk dijadikan berbagai kegunaan seperti pewarna kain, obat- obatan, kosmetik, pelunak kulit, dan lain- lain.

Perusahaan ini beroperasi dengan menggunakan mesin/peralatan yang semi modern. Pekerjaan dilakukan secara manual untuk mengangkat daun gambir kedalam truk, proses penimbangan, memasukkan daun gambir kedalam mesin cutting, memasukkan daun gambir ke mesin pengering, memasukkan daun gambir ke mesin penggiling, menimbang dan mempacking daun gambir tersebut kedalam karung untuk dikirim ke Medan.

REBA adalah metode yang berguna dalam pengukuran resiko pada pemindahan material secara manual. Untuk mengetahui gangguan postur tubuh yang terjadi pada karyawan maka dipergunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh. Metode ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan dan sebagainya.

Dari hasil pengamataan yang telah dilakukan terdapat beberapa posisi kerja yang tidak ergonomis. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan metode kerja oleh perusahaan.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(MSDs). Keluhan ini dirasakan pada bagian- bagian otot skeletal yaitu meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah, apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal.

Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tersebut diawali dengan postur kerja yang kurang ergonomis, oleh karena itu perlu dianalisa tingkat beban musculoskeletal disorders (MSDs) yang diakibatkan postur kerja yang ada pada saat ini khususnya pada anggota badan bagian atas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA), yang merupakan suatu metode penelitian dengan menginvestigasi gangguan pada anggota tubuh bagian atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, batang tubuh dan ditambah dengan penganalisaan terhadap keseimbangan kaki dan massa beban kerja yang ditanggung.


(20)

Penelitian terhadap postur kerja untuk menginvestigasi keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) telah dilakukan sebelumnya. Penelitian

terhadap postur kerja lebih banyak dilakukan untuk pekerjaan yang dilakukan secara manual dan lebih cocok untuk kerja dengan beban angkat. Penelitian Lynn Mc Atamney dan Nigel Corlett pada tahun 1993, menyajikan sebuah metode survey untuk menginvestigasi keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) terhadap tubuh bagian atas berdasarkan analisis postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Studi pendahuluan yang telah dilakukan ini, menemukan adanya keluhan rasa sakit pada punggung, oleh karena itu diperlukan pengukuran terhadap postur kerja dari operator dibagian tersebut sebagai tindakan awal dalam identifikasi terhadap resiko timbulnya keluhan muskulokeletal yang pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Proses pembuatan gambir di PT. Ganpati Trading terdiri dari rangkaian kegiatan yang melibatkan para operator berdasarkan fungsinya masing- masing. Berdasarkan pembahasan dengan pihak manajemen PT. Ganpati Trading diketahui bahwa kebanyakan operator yang bekerja pada bagian pengangkatan daun gambir menyatakan keluhan sakit pada bagian punggung.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang ada di PT. Ganpati yaitu keluhan tentang posisi tubuh yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan sakit pada bagian tubuh operator, sehingga masalah-masalah tersebut dapat menimbulkan kerugian


(21)

terhadap perusahaan dan karyawan. Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang sudah dijabarkan diatas maka penulis menilai postur kerja dari operator saat melakukan pekerjaan dengan menggunakan metode REBA.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Mendapatkan penilaian postur kerja operator. b. Mendapatkan skor akhir penilaian postur kerja.

c. Mendapatkan kategori tindakan dari hasil penilaian postur kerja. d. Melakukan perbaikan fasilitas kerja dan postur kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis :

a. Dapat menjadi sarana pembelajaran dan pematangan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama menjalani perkuliahan.

b. Dapat melihat dan menerapkan secara nyata suatu konsep ilmu dilapangan kerja nyata.

c. Menambah wawasan dan pengalaman pada bidang industri sehingga dapat memahami dan mengetahui berbagai macam aspek kegiatan perusahaan.


(22)

d. Memperoleh pengetahuan yang berguna untuk terjun kedunia kerja kelak setelah mahasiswa menyelesaikan perkuliahan.

2. Bagi departemen:

a. Mempererat kerjasama antara Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

b. Menjadi literatur yang akan semakin memperkaya penerapan ilmu keteknik-industrian di lapangan kerja nyata serta menjadi bahan literature bagi penelitian oleh departemen maupun mahasiswa dikemudian hari.

3. Bagi perusahaan:

a. Perusahaan akan lebih dapat melihat kondisi perusahaan dari sudut pandang mahasiswa/pendidikan.

b. Masukan untuk perbaikan lebih lanjut untuk mengatasi postur kerja yang tidak ergonomis.

4. Bagi masyarakat umum:

a. Menambah wawasan bagi yang berminat terhadap pengukuran postur kerja dari operator.

1.5. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian ini, sehingga hasil yang diperoleh dapat benar- benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


(23)

a. Analisis hanya dilakukan terhadap operator yang bekerja pada bagian pengolahan tepung gambir.

b. Analisis masalah dibatasi hanya pada metode REBA.

c. Pembahasan hanya dilakukan terhadap operator yang mengalami keluhan pada bagian tubuh.

1.6. Asumsi -Asumsi

Pekerja yang diamati bekerja dalam kondisi wajar, artinya pekerja berada dalam kondisi stamina yang baik, tidak berada dalam tekanan serta menguasai prosedur pekerjaannya.

a. Seluruh mesin dan peralatan produksi yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam keadaan baik.

b. Jumlah bahan baku yang tersedia cukup memenuhi untuk kebutuhan kegiatan produksi.

1.7. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan dalam mempelajari laporan tugas sarjana ini, maka sistematika penulisan tugas sarjana ini disusun dalam beberapa bab sebagai berikut :


(24)

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan secara singkat sejarah perusahaan tempat dilakukannya penelitian yang terdiri dari sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, serta organisasi dan manajemen.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Menampilkan dengan jelas kajian kepustakaan yang dipergunakan untuk mendukung penyelesaian yang muncul dalam penelitian.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan penelitian yang meliputi tempat dimana penelitian akan dilakukan, kapan akan dilakukan, bahan yang digunakan, peralatan yang dipakai, rancangan yang digunakan, pelaksanaan kegiatan, variable yang diamati, pengukuran variable, serta metode analisis atau teknik analisis yang sesuai.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi data hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti di lokasi penelitian sebagai bahan untuk melakukan


(25)

pengolahan data sehingga pemecahan masalah dapat dilaksanakan.

BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dengan membandingkan data yang diperoleh dengan teori yang mendasari hal tersebut. Dan dilakukan evaluasi hasil penelitian yang diperoleh tersebut.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Ganpati Traiding merupakan Perusahaan Milik Asing (PMA) yang bergerak dibidang industri manufaktur pengolahan gambir.

Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2007, perusahaan ini berpusat di India. Perusahaan ini mempunyai beberapa cabang di Indonesia yakni Sumatera Barat di daerah Lubuk Arai, Batu besurek, Paya Kumbuh, Riau, Penen, Teluk Bayur dan Sumatera Utara yang berada di Medan, Sidikalang Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat.

Pemilik dari keseluruhan pabrik gambir ini adalah Mr.Sendif Agelwal. Seluruh karyawan pabrik PT. Gandapati Traiding telah terdaftar di dinas tenaga kerja dan sudah mendapat asuransi JAMSOSTEK.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT.Ganpati Traiding merupakan perusahaan asing yang bergerak di bidang pengolahan gambir yang ada di Indonesia. Seluruh produk jadi maupun setengah jadi dari pabrik dieksport langsung ke India.


(27)

2.3. Lokasi Perusahaan

Pada dasarnya lokasi perusahaan yang paling ideal adalah lokasi dimana unit

cost dari proses produksi dan distribusi akan rendah, sedangkan harga dan volume

penjualan produk akan mampu menghasilkan keuntungan yang sebesar- besarnya. Persoalan dimana suatu perusahaan didirikan merupakan suatu hal yang penting dan bukanlah hal yang mudah diselesaikan karena kekeliruan yang dibuat tidaklah mungkin dengan segera dapat dikoreksi tanpa kehilangan investasi yang sudah terlanjur ditanamkan serta tambahan modal / investasi yang harus dikeluarkan kembali untuk mencari alternative lokasi di tempat lain.

PT. Ganpati Trading yang berlokasi di Jl. Runding KM. 6,5 Sidiangkat Sidikalang Dairi seluas 1135 m. Dimana lokasi bangunannya dibatasi oleh :

Sebelah timur : pemukiman penduduk Sebelah selatan : pemukiman penduduk Sebalah barat : pemukiman penduduk Sebelah utara : pemukiman penduduk

Lokasi perusahaan tersebut dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Mudah dijangkau

Lokasi PT. Ganpati Trading Indonesia berada di pinggir jalan, sehingga dapat dilalui oleh alat transportasi dengan mudah.

2. Dekat dengan lokasi bahan baku

Lokasi dekat dengan lokasi bahan baku sehingga memperlancar proses produksi. 3. Kemudahan mendapat tenaga kerja


(28)

Lokasi yang berdekatan dengan pemukiman penduduk membuat mudah bagi PT Ganpati untuk mendapat tenaga kerja sebagai operator.

2.4. Daerah pemasaran

Perusahaan ini khusus memproduksi gambir untuk dikirim ke negara India, yakni New Delhi, Bombai, dan lain- lain. Karena gambir ini akan diolah kembali untuk dijadikan berbagai kegunaan seperti pewarna kain, obat-obatan, kosmetik, pelunak kulit, dan lain- lain. PT. Ganpati Trading tidak menjual gambir ini di Indonesia. Tidak banyak Propinsi di Indonesia yang mampu menjadikan komoditasnya menjadi komoditas unggulan yang mampu mendominasi pasar dunia. Salah satunya adalah Sumatera Uarat dengan tanaman gambir. Tanaman Gambir atau uncaria gambir roab merupakan komoditas unggulan propinsi Sumatera Utara yang mampu memasok 90 persen kebutuhan pasar dunia dengan tujuan utama ke India, Pakistan, Singapura, Thailand dan Malaysia.Dari data tahun 2005 Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Uarat total luas areal tanaman gambir di Sumatera Barat adalah 19.658 dengan Daerah penghasil utama tanaman ini di adalah Kabupaten Pakpak bharat seluas 13.558 Ha dan sisanya tersebar di delapan kabupaten lainnya di Sumatera Utara. Realisasi ekspor gambir pada tahun 2003 mencapai US$.668,523 kemudian meningkat sebesar 44,6 % pada tahun 2004 menjadi US$.967,000 (bisnis-18 Okt 2005). dan pada tahun 2005 total nilai ekspor sebesar USD.622,460.00 dengan pencapaian produksi sebesar 13.249 Ton. Untuk ekspor, gambir dikirim melalui Medan, sedangkan untuk pasaran dalam negeri dikirim ke Jakarta. Nilai ekspor komoditas yang diekspor ke India, Singapura, dan Pakistan ini 1.808.503 dollar Amerika. Bila gambir yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan


(29)

baku perekat kayu lapis didalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis yang berkapasitas 5000-6000 m3/bulan. Hal ini akan masih tetap terlalu sedikit dibanding kebutuhan pabrik kayu lapis dan papan partikel yang ada di Pulau Sumatra. Dan gambir dapat diolah didalam negeri menjadi bentuk yang lain dari sekarang, seperti bentuk biskuit dan tepung gambir sesuai dengan permintaan pasar dunia. Negara India saja membutuhkan gambir sebanyak 6000 ton pertahun. Terlihat bahwa prospek luar negeri masih terbuka.

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

PT. Ganpati Traiding memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya seperti pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan pemenuhan kebutuhan pembangunan bagi daerah.

Saat ini PT. Ganpati Trading cabang Sidikalang memiliki 19 orang karyawan. Hal ini merupakan suatu peluang kerja bagi penduduk desa Sidiangkat. Dimana peluang tenaga kerja ini telah mengurangi pengangguran yang berada di daerah tersebut. Dan masyarakat sangat menerima pembangunan perusahaan ini dengan sangat baik.

Seluruh tenaga kerja di perusahaan ini telah terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan telah mendapatkan asuransi JAMSOSTEK. Jadi perusahaan sangat menjamin kebutuhan hidup tenaga kerja dan keamanan nya. PT. Ganpati Traiding telah memberikan dampak positif dalam bidang ekonomi yaitu menjadi sumber pendapatan bagi tenaga kerja, pemerintah daerah dan negara. Pabrik ini tidak menghasilkan limbah yang bisa merugikan dan membahayakan masyarakat. Karena pabrik ini sama sekali tidak memiliki limbah. Bahan baku atau daun gambir ini dibeli dari masyarakat daerah


(30)

Pak-pak Bharat yang tentu saja menjadi sumber penghasilan dalam keluarga mereka. Masyarakat Pak- Pak Bharat keseluruhan adalah petani gambir. Sehingga apabila tidak ada yang membeli daun gambir maka mereka tidak akan mempunyai penghasilan tetap.

2.6. Proses Produksi

Proses produksi dapat dinyatakan sebagai serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sekumpulan masukan (input) menjadi sekumpulan keluaran (output) yang memiliki pertambahan nilai (added value). Pengolahan ataupun perubahan yang terjadi disini bisa secara fisik maupun non fisik, dimana perubahan tersebut bisa terjadi terhadap bentuk, dimensi, maupun sifat-sifatnya. Mengenai pertambahan nilai yang dimaksudkan disini adalah nilai dari keluaran yang “bertambah” dalam pengertian fungsional (kegunaan) dan atau nilai ekonomisnya.

Dalam pelaksanaannya proses produksi akan berkaitan erat dengan pengelolaan faktor- faktor seperti tenaga kerja, modal berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dan sebagainya untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien.

2.6.1. Standard Mutu Bahan/ Produk

PT. Ganpati Trading memproduksi gambir mempunyai kualitas yang sama karena pengolahannya hanya untuk membuat daun-daun gambir menjadi tepung gambir.


(31)

Gambar 2.1. Gambir Powder

2.6.2. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses pengolahan tersebut adalah murni daun gambir, dan tidak ada campuran. Proses produksi ini adalah untuk mengubah daun- daun gambir menjadi tepung (powder) gambir. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama Uncaria gambir Roxb. Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih.


(32)

Gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan. Di Sumatra kegiatan penanaman ini sudah mengganggu kawasan lindung. Hampir 95% produksi dibuat menjadi produk ini, yang dinamakan betel bite atau plan masala. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya coklat kehitaman. Gambir (dalam perdagangan antar negara dikenal sebagai gambier) biasanya dikirim dalam kemasan 50kg. Bentuk lainnya adalah bubuk atau “biskuit”. Nama lainnya dalah

catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu). Kandungan yang utama dan

juga dikandung oleh banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin dan turunan dihidro- dan okso-nya. Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi negara jerman, dan juga sebagai pewarna cat, pakaian Umumnya, gambir dikenal berasal dari Sumatera Utara. Terutama dari Kabupaten Pakpak Bharat. Sebagai sentra penghasil gambir, Kabupaten Pakpak Bharat merupakan lokasi yang strategis dan cocok untuk investor perkebunan. Harga jualnya di tingkat petani per kg adalah IDR 5.000 hingga IDR 20.000; di pasaran ekspor harganya berkisar dari USD1,46 hingga USD2,91. Ekspor gambir juga menunjukkan pertumbuhan yang baik. Gambir dapat dipanen 2 hingga 4 kali dalam setahun selama 15 tahun sejak pertama dipanen tetapi seperti komoditi unggulan lainnya diberbagai daerah, Tanaman gambir di Sumetera Utara juga mengalami masalah klasik yaitu terjadi


(33)

fluktuasi harga ditingkat petani yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani.(hn.Humas.PPHP). Contoh dari daun gambir dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.2. Pohon gambir

Klasifikasi ilmiah tanaman Gambir Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Uncaria Spesies : U. gambir Nama binomial : Uncaria gambir

2.6.3. Uraian Proses

PT. Ganpati hanya mengubah daun-daun gambir menjadi tepung (powder) gambir.


(34)

2.6.3.1. Uraian Proses Produksi Gambir 2.6.3.1.1. Bahan Baku

Bahan baku utama dari pengolahan gambir adalah murni daun gambir dan tidak mempergunakan bahan lain sebagai penolong ataupun tambahan. Sumber bahan baku ini diperoleh dari masyarakat di daerah Pakpak Bharat. Di daerah ini penghasilan masyarakat adalah bertani gambir. Rata-rata setiap rumah tangga mempunyai lahan gambir antara 2Ha-5 Ha. PT. Ganpati Trading membeli daun gambir sebanyak rata- rata 15 ton/hari dan 200 ton/bulan. Sumber bahan baku diperoleh dari daerah Pakpak Bharat yakni Sibande, Salak. Daerah lain seperti Aceh Tenggara, dan di Kabupaten Dairi yang terdapat di daerah Parongil. Bahan baku tersebut dijemput dengan menggunakan mobil truk pengangkut barang sebanyak dua kali sehari. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.3.


(35)

2.6.3.1.2. Proses Penimbangan

Bahan baku yang telah sampai di pabrik dibongkar dari dalam karung dan ditimbang kembali di lantai pabrik. Penimbangan ini berfungsi untuk mengetahui total jumlah bahan baku yang akan diolah. Bahan baku tersebut berupa daun- daun segar yang baru dipetik oleh petani gambir. Daun- daun segar tersebut selanjutnya disortir untuk memisahkan dahan-dahan gambir yang tercampur dengan bahan baku tersebut, dan untuk memudahan proses pengolahan seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Proses penimbangan dan pembongkaran

2.6.3.1.3. Proses Pencincangan (Cutting)

Daun-daun gambir segar yang sudah selesai ditimbang selanjutnya dicincang dengan menggunakan mesin cutting. Para operator bekerja secara manual memasukkan bahan baku kedalam mesin cutting. Para operator memindahkan dan mengangkat bahan baku tersebut dengan menggunakan garpu modifikasi dan sekop modifikasi. Jumlah operator dalam proses ini adalah 6 orang. Seluruh operator menggunakan alat pelindung


(36)

yaitu masker, sarung tangan, tutup kepala dan sepatu boot. Seluruh operator bekerja dengan team. Karena dalam hal ini mereka diupah dengan sistem borongan. Semakin banyak gambir yang diproduksi maka semakin tinggi upah operator tersebut.

Operator harus bekerja dengan cepat agar mereka dapat menyelesaikan pengolahan bahan baku tersebut dalam waktu satu hari. Apabila bahan baku tersebut tidak selesai hari itu juga, maka pekerjaan mereka akan menumpuk untuk keesokan harinya. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Proses Cutting

2.6.3.1.4. Proses Pengeringan (Drying)

Dalam proses ini 2 orang operator memasukkan daun- daun gambir yang sudah dicincang kedalam oven atau mesin pengering. Mesin ini bekerja secara otomatis. Pada proses inilah daun gambir dikeringkan dengan menggunakan blower. Daun gambir yang


(37)

sudah dikeringkan tersebut keluar dalam keadaan kering melalui jendela diujung oven. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.6,Gambar 2.7, Gambar 2.8, dan Gambar 2.9.

Gambar 2.6 Daun gambir dimasukkan ke dalam mesin oven


(38)

Gambar 2.8 Daun gambir dikeringkan ke dalam blower


(39)

2.6.3.1.5. Proses Penggilingan (Powder)

Daun kering yang keluar dari oven tersebut dikumpulkan oleh operator dengan menggunakan sekop panjang. Operator memasukkan daun- daun tersebut ke dalam mesin- mensin penggiling. Daun- daun kering dimasukkan kedalam mesin penggiling dan keluar dalam bentuk tepung (powder). Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.9, dan Gambar 2.10.


(40)

2.6.3.1.6 Proses Penimbangan

Setelah daun gambir digiling di dalam mesin penggiling dan menjadi tepung, tepung gambir tersebut ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan berat 35 Kg/Karung. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.12 Tepung gambir ditimbang dengan berat 35 kg/karung

2.6.3.1.7. Pengepakan (Packaging)

Tepung- tepung gambir yang telah ditimbang dimasukkan kedalam karung dengan berat 35 Kg/Karung dan disusun sebelum diangkut ke Medan dengan menggunakan mobil truk pengangkut barang. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.13, Gambar 2.14, dan Gambar 2.15


(41)

Gambar 2.13 Tepung gambir dipacking ke dalam karung


(42)

Gambar 2.15. Tepung gambir dikirim ke kota Medan untuk di eksport

2.7. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam proses produksi harus sesuai dengan standard yang sudah ditetapkan dan selama pemakaian harus dirawat secara rutin untuk memastikan bahwa setiap mesin dan peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan.


(43)

2.8. Utilitas

Utilitas yang digunakan adalah :

1. Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga.

2. Bengkel, berfungsi sebagai tempat perbaikan mesin dan peralatan yang rusak. 3. Genset, berfungsi sebagai pembantu cadangan listrik.

2.9. “Safety & Fire Protection”

PT. Ganpati Trading merupakan perusahaan yang sangat mementingkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dari para karyawannya, hal ini dibuktikan dengan mewajibkan setiap operator yang bekerja terutama yang berada dilantai produksi untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, kaca las, sepatu boot, dan baju pelindung.

Dalam hal pencegahan kebakaran, PT. Ganpati Trading telah menyediakan beberapa tabung pemadam kebakaran pada beberapa lokasi pabrik yang dinilai rawan kebakaran. Penempatan dari tabung pemadam kebakaran ini diatur agar mudah dijangkau oleh para karyawan sehingga apabila terjadi kebakaran maka karyawan dengan mudah dan cepat dapat melakukan pemadam terhadap kebakaran sebelum api menyebar ketempat lain.

Salah satu contoh penempatan tabung pemadam kebakaran dapat dilihat pada Gambar 2.16.


(44)

Gambar 2.16. Tabung Pemadam Kebakaran

2.10. “ Waste Treatment”

PT. Ganpati Trading tidak menghasilkan limbah produksi, karena proses produksi ini hanya untuk mengolah daun gambir menjadi tepung atau powder. Limbah yang dihasilkan hanya berupa sisa bahan bakar generator berupa oli kotor dan oli tersebut dapat dimanfaatkan untuk membersihkan karat mesin. Jadi semuanya bisa digunakan untuk keperluan perusahaan. Sampah –sampah sisa pemotongan dahan gambir langsung dikumpulkan dan dibakar di halaman pabrik, sehingga kondisi pabrik setelah selesai produksi selalu dalam keadaan bersih. Jadi dapat dikatakan bahwa PT. Ganpati Trading tidak menghasilkan limbah yang dapat membahayakan masyarakat.


(45)

Gambar 2.17. Situasi pabrik setelah selesai proses produksi

2.11. Struktur Organisasi Perusahaan

` Organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang tersusun atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relative terus- menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama, atau secara lebih sederhana dapat juga didefenisikan sebagai kumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan mereka melakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut.

Dalam proses pencapain tujuan tersebut, penetapan tugas- tugas yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana tugas- tugas itu dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan dimana keputusan harus diambil merupakan suatu hal yang sangat penting untuk direncanakan.

Pembagian tugas (disertai uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab) harus mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut:


(46)

1. Beban tugas harus berimbang

2. Kejelasan hubungan antara bagian- bagian 3. Motivasi kerja

4. Kepemimpinan

Metode pembagian tugas memunculkan 4 jenis hubungan kerja dalam organisasi yaitu:

1. Hubungan garis (hubungan lini atau komando)

Dalam hubungan garis, bawahan hanya akan mengenal seorang atasan. Bawahan tersebut hanya akan menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya yang seorang itu.

2. Hubungan fungsional

Hubungan fungsional apabila pembagian tugas dilakukan menurut fungsi- fungsi maka akan terbentuk hubungan fungional. Seorang bawahan mempunyai banyak atasan, sesuai dengan banyaknya uraian fungsi tugasnya. Secara umum hubungan ini sangat sukar dilakukan dengan murni, karena adanya persyaratan- persyaratan berat yang harus dipenuhi, seperti tingkat spesialisasi dan keterampilan yang tinggi, pemahaman dan kesadaran yang tinggi atas rencana kerja, jadwal serta target pekerjaan.

3. Hubungan staf

Hubungan staf yaitu seorang atau sekelompok ahli betugas hanya memberikan saran atau nasehat kepada atasan.


(47)

4. Hubungan campuran

Dewasa ini secara umum lebih sering dijumpai hubungan- hubungan campuran dalam suatu organisasi, seperti campuran hubungan lini- fungsional-staf, hubungan lini- fungsional dan hubungan fungsional staf.

Struktur organisasi PT. Ganpati Trading adalah berdasarkan organisasi campuran yaitu lini dan staf, dimana pada hubungan staff terdapat seorang atau sekelompok ahli yang berfungsi untuk memberikan saran atau nasehat kepada atasan. Secara lebih sederhana struktur organisasi PT. Ganpati Trading dapat dilihat pada gambar 2.18

Branch Manager

Head Office

Tata Usaha

OPERATOR

Asisten Teknik

Team Security

Gambar 2.18. Struktur Organisasi PT. Ganpati Trading

Keterangan :

= Hubungan Fungsional

= Hubungan Staf

Sumber : PT Ganpati Trading Asisten Pengolahan


(48)

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Ganpati Trading dibagi atas 3 golongan, yaitu: 1. Staff

2. Pegawai

3. Karyawan harian tetap

Adapun keuntungan dari organisasi ini adalah :

1. Rasa solidaritas yang tinggi karena para karyawan saling mengenal

2. Garis kepempinan berjalan secara tegas , tidak mungkin terjadi simpang siur karena pimpinan langsung berhubungan dengan bawahan.

3. Kesatuan perintah terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.

2.12. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.12.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Ganpati terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung ini meliputi semua tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses pembuatan produk, seperti pekerja dibagian produksi. Sedangkan tenaga kerja tidak langsung meliputi semua karyawan/ tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan pembuatan produk seperti bagian administrasi, keamanan dan lain- lain.

Penempatan jabatan terhadap seorang karyawan dilakukan pihak manajemen perusahaan dengan menganut “ the right man on the right place”. Sebelum diputuskan jabatan bagi seorang karyawan maka terlebih dahulu dilakukan pertimbangan yang matang dari pihak manajemen. Hal ini berlaku baik untuk promosi jabatan ke jenjang


(49)

yang lebih tinggi, demosi jabatan yang lebih rendah ataupun mutasi posisi kebidang lain yang posisinya sama.

Bahan pertimbangan yang digunakan perusahaan dalam penempatan jabatan yaitu :

1. Data umum tentang karyawan

2. Catatan keterampilan khusus yang dimiliki karyawan 3. Riwayat perjalanan karir karyawan dalam perusahaan.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Ganpati Trading

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Branch Manager 1

2 Head Office 1

3 Asisten Pengolahan 1

4 Asisten Teknik 1

5 Tata Usaha 1

6 Karyawan / operator 15

8 Security 1


(50)

2.12.2. Jam Kerja

Dalam menjalankan aktifitasnya, PT. Ganpati Trading memiliki ketentuan jam kerja sebagai berikut :

1. Jam kerja untuk karyawan kantor/administrasi dan proses produksi dibagi dalam 3 bagian seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pembagian Jam Kerja Untuk Karyawan Kantor

Kegiatan Jam Kerja

Kerja aktif 08.00-12.00 WIB

Istirahat 12.00-13.00 WIB

Kerja aktif 13.00-16.40 WIB

Sumber : PT. Ganpati Trading

2. Jam kerja untuk karyawan yang berhubungan dengan kemanan pabrik dibagi dalam 3 shift dengan cara kerja bergiliran seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Pembagian Shift Untuk Karyawan Pabrik

Shift Jam Kerja

Shift I 07.00-15.00 WIB

Shift II 15.00-23.00WIB

Shift III 23.00-07.00WIB


(51)

2.13. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mengambil, mengirimkan, menyimpan, mengemballikan, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam beberapa proses. Informasi bahan baku diperoleh dari masyarakat setempat dan berdasarkan survey yang dilakukan ke setiap daerah. Sistem informasi pasar juga didapatkan dari buku, majalah, internet dan dari pengetahuan umum.

2.14. Teknologi

Teknologi yang digunakan pada PT. Ganpati Trading secara umum adalah teknologi semi otomatis. Namun untuk bagian packing dan penimbangan yang digunakan masih manual. PT. Ganpati Trading memiliki mesin yang dirancang khusus untuk pengolahan gambir dan diimport dari negara India.

Teknologi otomatis biasanya ditunjukkan oleh mesin–mesin yang dapat berkerja sendiri. Manusia berfungsi untuk menghidupkan mesin dan mengawasi kegiatan. Selebihnya semua pekerjaan dikerjakan oleh mesin. Teknologi yang bersifat semi-otomatis ditunjukkan oleh mesin–mesin yang berkerja tetapi masih memerlukan manusia untuk mengoperasikannya. Teknologi jenis ini terlihat pada bagian mesin

cutting, oven templest, mesin drying dan mesin penggiling. Pada proses cutting

manusia berperan untuk memasukkan daun gambir kedalam mesin cutting. Pada proses pengeringan, manusia berperan untuk memasukkan daun gambir kedalam mesin drying. Kemudian daun gambir kering keluar dari jendela blower dan dikumpulkan oleh manusia dengan menggunakan sekop. Daun gambir tersebut dimasukkan ke dalam


(52)

mesin penggiling oleh manusia. Dan daun gambir tersebut digiling menjadi tepung gambir oleh mesin penggiling. Sedangkan untuk proses penimbangan dan proses packing dilakukan secara manual dengan menggunakan karung dan jarum.

Penyediaan utilitas yang mencakup listrik, air dan angin pada PT. Ganpati Trading termasuk baik. Karena perusahaan memiliki cadangan bila terjadi pemadaman listrik.

Faktor keselamatan kerja dan fasilitas yang disediakan perusahaan sudah cukup bagus. Seperti kacamata, helm, sarung tangan, dan sepatu boot. Namun para pekerja belum menaati sepenuhnya sehingga kecelakaan kerja terkadang masih bisa terjadi.


(53)

BAB

III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi

Salah satu dari faktor penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat industri yang hidup di negara maju adalah banyaknya orang yang hidup dalam lingkungan fisik yang merupakan hasil budi daya manusia (man made). Hal ini akan kontras sekali dengan kehidupan masa lampau disaat kebanyakan dari mereka masih hidup dalam lingkungan alam yang asli (natural environment). Perubahan waktu walaupun secara perlahan- lahan telah merubah manusia dari keadaan primitive/tradisional menjadi manusia yang berbudaya/ modern.

Tujuan pokok manusia untuk selalu mengadakan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai adalah untuk memudahkan dan mengenakkan operasi penggunaannya. Disiplin keilmuan lahir dan berkembang sekitar pertengahan abad 20 ini yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya dikenal kemudian dengan nama ergonomi.

Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja.


(54)

kerja. Ergonomi dapat diterapkan kapan saja dalam putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja, istirahat, maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan sehat, aman dan nyaman.

Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.

Untuk dapat menerapkan ergonomi secara benar dan tepat, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail. Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni agar apa yang akan diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan manfaat yang besar kepadanya.

3.1.1. Defenisi Ergonomi

Beberapa pengertian ergonomi menurut para ahli sebagai berikut :

1. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi- informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.1

2. Ergonomi atau ergonomics (bahasa inggrisnya) berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa


(55)

negara Eropa Barat. Di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Factors

Engineering atau Human Engineering.2

3. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu "ergon" berarti kerja dan "nomos" berarti aturan atau hukum. Jadi secaras ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa Negara seperti Skandinavia menggunakan istilah

"Biotechnology" sedangkan di negara Amerika menggunakan istilah "Human Engineering" atau "Human Factor Engineering". Namun demikian kesemuanya

membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.3

4. Asal muasal konsep ergonomi dimulai ketika masyarakat primitive membuat alat dari batu yang digunakan untuk memotong hewan sebagai makanan (Kamal,2004). Kenyataan selanjutnya konsep ergonomi diterapkan pada dunia industri. Revolusi yang dicetuskan sekitar tahun 1900-an. Orang bernama F.W. Taylor dan Franc serta Lilian Gilbreth mengawali menyebut kata “ergonomits”. Taylor memberikan prinsip bahwa hal itu sangat baik dan terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan kerja. Frank dan Gilbreths memfokuskan pada studi gerak dalam melakukan tugas kerja di industri sehingga memiliki gerakan kerja yang ekonomis dan mapan (=nyaman). Mereka menganjurkan agar saat bekerja tidak menggunakan otot pada kedua tangan bersamaan, berposisi simetris dan bergerak pelan (=statik) serta berbagai gerakan yang berlebihan harap dikurangi agar tenaga lebih optimal

2

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jakarta : Penerbit Guna Widya, Edisi Pertama. Cetakan keempat 2008

3


(56)

dan efisien. Sejak 12 Juli 1949, ergonomi adalah suatu interdisiplin ilmu untuk menyelesaikan problem masyarakat kerja. Kemudian,pada 16 Februari 1950 istilah ergonomi diadopsi menjadi disiplin ilmu yang digunakan dalam berbagai kehidupan (Edholm and Murrel, 1977 dikutip David J.Oborne, 1982).4

Ergonomics is the application of scientific information about human being (and scientific methods of acquiring such information) to the problem of design

(Pheasant, 1988)

Selanjutnya untuk lebih memahami pengertian ergonomi, perlu ditampilkan definisi-defenisi ergonomi dari beberapa ahli ergonomi terdahulu. Secara umum definisi-definisi ergonomi yang ada membicarakan masalah-masalah hubungan antara manusia pekerja dengan tugas-tugas dan pekerjaannya serta desain dari objek yang digunakannya . Pada dasarnya kita boleh mengambil definisi ergonomi darimana saja, namun demikian perlu kita sesuaikan dengan apa yang sedang kita kerjakan. Di bawah ini ditampilkan beberapa defenisi ergonomi yang berhubungan dengan tugas, pekerjaan dan desain.

Ergonomic is the study of human abilities and characteristics -which affect the design of equipment, system and job (Corlett & Clark, 1995)

Ergonomic is the ability to apply information regardinghuman characters, capacities, and limitations to the design of human task, machine system, living spaces, and environment so that people can live, work and play safely, comfortably and efficiently (Annis & McConville, 1996)

4

Gempur Santoso, 1999, Ergonomi manusia, peralatan dan lingkungan, Cetakan pertama, Prestasi Pustaka, Jakarta,Hal:3


(57)

Ergonomic design is the application of human factors, information to the design of tools, machines, systems, tasks, jobs and environments for productive, safe, comfortable and effective human functioning (Manuaba, 1998)

Apabila kita hanya mencermati definisi-defmisi tersebut secara sepintas, maka ruang lingkup ergonomi terasa sempit, karena hanya membicarakan antara manusia dengan tugas dan pekerjaannya. Namun demikian, apabila kita lebih dalam mencermatinya, maka ruang lingkup ergonomi akan sangat luas dan mencakup segala aspek, tempat dan waktu. Dengan demikian, ergonomi dapat diterapkan pada aspek apa saja, dimana saja dan kapan saja. Sebagai ilustrasi, bahwa sehari semalam kita mempunyai 24 jam dengan distribusi secara umum adalah 8 jam di tempat kerja, 2 jam di tempat rekreasi, olahraga dan lingkungan sosial serta selebihnya (12 jam) di rumah. Sehingga penerapan ergonomi tidak boleh hanya terfokus pada 6 jam di tempat kerja dan melupakan 16 jam lainnya. Untuk dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik, maka siklus ke-24 jam tersebut harus menjadi perhatian dalam kajian ergonomi.

Dari uraian tersebut maka selanjutnya kita dapat mendefinisikan ergonomi sebagai berikut : "Ergonomi adalah ilmu seni, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik".

Sedangkan yang dimaksud dengan kualitas hidup hidup manusia pekerja, sesuai yang ditetapkan oleh organisasi perburuhan internasional (ILO), secara umum adalah sebagai berikut:


(58)

1. Work should respect the workers 'life and health

2. Work should leave the worker with free time for rest and leisure

3. Work should enable the worker to serve society and achieve self-fulfillment by developing his personal capacities

Dengan demikian pencapaian kualitas hidup manusia secara optimal, baik di tempat kerja, di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga, menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi.

3.1.2. Sejarah Ergonomi

Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut :

1. C.T. Thackrah, England, 1831.

Thackrah adalah seoarang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada di lingkungan kerja


(59)

dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).

2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen modern. 3. F.B. Gilberth, U.S.A., 1911

Gilberth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam analisa gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya

Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana

postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), England, 1918.

Badan ini didirikanm sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem kerja berulang (repetitive work system) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu perusahaan listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne, Chicago.


(60)

Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

Masalah operational yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga

(display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu

dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi

Pembentukan masyarakat peneliti ergonomi (The Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang ergonomi pada tahun 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Disamping itu patut diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The


(61)

3.1.3. Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

4. Memperbaiki perfomans kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja,

accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang

berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.

5. Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors) manusia adalah manusia bukan mesin.5

3.1.4. Penerapan Ergonomi

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain). Hal ini dapat meliputi perangakat keras

5


(62)

seperti perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, pegangan alat kerja

(workholders), sistem pengendali (controls), jendela (windows), dan lain-lain. Masih

dalam kaitan dengan hal tersebut adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan Iain-lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel mungkin sesuai dengan kemampuan pemrosesan informasi oleh manusia.

Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan poster kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat.


(63)

Penerapan ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.

3.1.5. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya.

Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi.

Dalam kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan menyebabkan stress.

Kemampuan kerja seseorang sangat ditentukan oleh :

1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi) ; meliputi faktor usia, jenis kelamin,

antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb.

2. Physiological Capacity (Kemampuan Fisiologis); meliputi kemampuan dan daya

tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera, dsb.

3. Psycological Capacity (Kemampuan Prikologis); berhubungan dengan


(64)

4. Biomechanical Capacity (Kemampuan Bio-mekanik); berkaitan dengan

kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang. Secara ringkas konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas tersebut dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3.1.


(65)

Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas bergantung pada :

1. Task and Material Characteristics (Karakteristik Tugas dan Material);

ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja, dan sebagainya.

2. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat,

kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.

3. Enviromental Characteristics; berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu

dan kelembaban, bising dan getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.

Performansi atau tampilan seseorang sangat bergantung kepada rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan, sehingga bila:

1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akari terjadi penampilan akhir berupa : ketidaknyamanan, "Overstress", kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan tidak produktif.

2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan sseseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa:

"understress", kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.

3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.


(66)

3.1.6. Kapasitas Kerja

Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah dikemukakan, maka perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya.

Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah laku, kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi (Manuaba, 1998).

1. Umur

Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60 tahun tinggal mencapai 50% dari orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti oleh penurunan; VO2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan

sesuatu, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. Dengan demikian pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang (Astrand & Rodahl, 1977, Gradjean, 1993, Genaidy 1996 dan Konz, 1996).

2. Jenis Kelamin

Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki. Menurut Konz (1996) untuk kerja fisik wanita mempunyai VO2 max


(67)

15-30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut menyebabkan lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kabar Hb darah lebih rendah daripada laki-laki. Waters & Bhattacharya (1996) menjelaskan bahwa wanita mempunyai maksimum tenaga Delativ sebesar 2,4 L/menit, sedangkan pada laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0 L/menit. Disamping itu, menurut Priatna (1990) bahwa seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki. Akibatnya pekerja wanita akan memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca panas. Dari uraian tersebut jelas bahwa, untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi, maka harus diupayakan pembagian tugas antara pria/wanita sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan masing-masing.

3. Antropometri

Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat digunakan untuk mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.

4. Status Kesehatan dan Nutrisi

Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisien kerja. Dalam melakukan


(68)

pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu. Perlu keseimbangan antara intake energi dan output yang harus dikeluarkan. Nutrisi yang adekuat saja tidak cukup, tetapi diperlukan adanya tubuh yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh organ tubuh. Menurut Suma'mur (1982) dan Grandjean (1993) bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama bekerja adalah sangat penting. Sebagai contoh adalah pemberian snack atau makanan ringan dan the manis setiap 1,5-2 jam setelah kerja terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dibandingkan dengan hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam istirahat.

5. Kesegaran Jasmani

Hairy (1989) dan Hopkins (2002) menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya. Selanjutnya Nala (2001) mengatakan bahwa komponen kesegaran jasmani yang disebut biomotorik meliputi 10 komponen utama, yaitu : kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi. Dalam setiap aktivitas pekerjaan, maka setiap tenaga kerja dituntut untuk memiliki kesegaran jasmani yang baik sehingga tidak merasa cepat lelah dan performansi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup lama.

6. Kemampuan Kerja Fisik

Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode


(69)

waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik (untuk pekerjaan yang memerlukan kekuatan) sampai beberapa jam (untuk pekerjaan yang memerlukan ketahanan). Menurut Hairy (1989) dan Genaidy (1996) bahwa komponen kemampuan kerja fisik dan kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan kardiovaskuler.

Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah tenaga maksimum yang digunakan oleh suatu group dibawah kondisi yang ditetapkan. Kekuatan otot biasanya ditetapkan setelah beberapa putaran kerja (10). Terdapat 2 macam kekuatan otot yaitu : kekuatan otot statis dan dinamis. Kekuatan otot statis tidak termasuk beberapa gerakan selama pengerahan tenaga fisik. Kekuatan otos statis juga dikenal sebagai kontraksi volunteer maksimum atau kekuatan DelativeD yaitu tenaga maksimum yang digunakan untuk suatu group otot setelah percobaan tunggal (single trial). Sedangkan kekuatan otot dinamis memerlukan pengerahan selama proses gerakan. Kekuatan otot dinamis adalah beban maksimum yang ditangani oleh seseorang tepat waktu atau beberapa kali tanpa istirahat diantara repetisi (contoh : 10 repetisi) untuk pekerjaan yang diinginkan (Genaidy, 1996). Menurut Soeharno (1993) dan Nala (2001) bahwa kekuatan otot merupakan kemampuan otot-otot skeletal atau otot rangka untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban, menahan atau memindahkan beban sewaktu melakukan aktivitas atau pekerjaan. Pada umumnya komponen kekuatan otot ini dapat diukur dengan menggunakan alat seperti dynamometer. Dengan demikian jelas bahwa kekuatan otot sangat menentukan penampilan seseorang dalam setiap aktivitas pekerjaan yang dilakukan.


(70)

Ketahanan Otot

Ketahanan otot adalah kemampuan spesifik group otot untuk terus dapat melakukan pekerjaan sampai seseorang tidak mampu lagi untuk mempertahankan pekerjaannya. Ketahanan otot dapat diukur dalam waktu bertahan (maksimum lamanya waktu selama seseorang mampu mempertahankan suatu beban kerja secara terus menerus). Daya tahan otot pada prinsipnya dapat dilatih dan dikembangkan sejak usia dini sampai usia 20 tahun. Daya tahan otot mencapai kemampuan maksimum pada usia 25-30 tahun (Konz, 1996).

Ketahanan Kardiovaskuler

Ketahanan Kardiovaskuler adalah suatu pengukuran kemampuan sistem kardiovaskuler dengan melakukan pekerjaan secara terus menerus sampai terjadi kelelahan. Ketahanan kardiovaskuler dapat ditentukan dengan beban maksimum dan sub-maksimum. Untuk beban maksimum, ketahanan kardiovaskuler diketahui sebagai konsumsi Oa max (VO2 max) atau tenaga Delativ maksimum. VC>2 adalah jumlah

maksimum oksigen yang seseorang dapatkan selama kerja fisik sambil menghirup udara (Astrand & Rodahl, 1977). Menurut Nala (2001) bahwa ketahanan kardiovaskuler adalah suatu kemampuan tubuh untuk bekerja dalam waktu lama tanpa kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Ketahanan kardiovaskuler umumnya diartikan sebagai ketahanan terhadap kelelahan dan kemampuan pemulihan setelah mengalami kelelahan. Ketahanan kardiovaskuler yang tinggi dapat mempertahankan performansi atau penampilan dalam jangka waktu yang relative lama secara terus menerus.


(71)

3.2. Antropometri

Dalam proses desain/perancangan produk baru, pekerjaan dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, maka diperlukan beberapa pengetahuan dasar mengenai karakteristik otot dan kerangka manusia terutama dimensi dan kapasitasnya. Hal ini berkaitan dengan pemikiran bahwa didalam mendesain suatu produk maka harus berorientasi pada production friendly, distribution friendly, installation friendly, operation friendly dan maintenance friendly.

3.2.1. Defenisi Antropometri

Istilah antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan Iain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

1. Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dll)

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), dan sebagainya

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan Iain-lain.


(72)

4. Perancangan lingkungan kerja fisik

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90% -95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Dalam beberapa kasus tertentu ada beberapa produk, misalnya kursi mobil, yang dirancang secara fleksibel, dapat digerakkan maju mundur dan sudut sandarannya bisa dirubah untuk menciptakan posisi yang nyaman. Rancangan produk yang dapat diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka akan berbeda-beda. Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh tertentu jarang sekali akan memakainya. Kemampuan penyesuaian suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya, terutama untuk produk-produk yang berorientasi ekspor.

3.2.2. Data Antropometri

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh


(73)

manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut, antara lain :

1. Umur.

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun sedangkan wanita 17,3 tahun; meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan, seperti penurunan tinggi badan yang diakibatkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang

(interveriebral discs).

2. Jenis kelamin.

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh laki-laki dan wanita. Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (etchnic).

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Variasi diantara beberapa suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama karena


(74)

meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara yang lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.

4. Posisi tubuh (posture).

Sikap (posture) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh sebab itu posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran. 5. Cacat tubuh

Data antropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dll).

6. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Misalnya pada waktu musim dingin maka manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam harus mempunyai pakaian khusus.

7. Kehamilan (pregnancy)

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.


(75)

3.2.3. Pengukuran Antropometri

Dalam kaitan dengan posisi tubuh maka dikenal 2 maoam pengukuran tubuh manusia, yaitu pengukuran dimensi struktur tubuh/ (structural body dimension) dan pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension).

3.2.3.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap legal sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan

"static anthropometry". Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain

meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th, 50-th dan 95-th percentile.

Jenis pengukuran ini biasanya dilakukan dalam dua posisi yaitu posisi berdiri dan posisi duduk.

3.2.3.2. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.


(76)

dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini disebut juga dengan "dynamic anthropometry".

Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja, misalnya perancangan kursi mobil dimana posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengemudikan kemudi, tangkai pemindah gigi, pedal dan juga jarak antara dengan atap mobil maupun dashboard harus menggunakan data "dynamic anthropometry".6

1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin, beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari devisi ini adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipelihara serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.

3.2.4. Aplikasi Data Antropometri Dalam Desain

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana tnaupun produk yang sangat kompleks, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Dalam kaitannya dengan antropometri, Annis & McConvile (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam 2 devisi utama, yaitu :

2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.

Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data antropometri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut Sutartman

6

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jakarta : Penerbit Guna Widya, Edisi Pertama. Cetakan keempat 2008


(77)

(1972) bahwa mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.

Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normal-cacat, dan sebagainya. Tetapi kita sering hanya mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat menggunakannya. Contoh 1 : Orangtua mungkin tidak sekuat dan sesehat, secerdas dan setajam

orang yang lebih muda. Kita sadar bahwa orangtua mempunyai banyak pengalaman dan kemampuan, tetapi kita jarang memperhitungkan mereka saat mendesain alat atau stasiun kerja, sehingga mereka tidak dapat bekerja secara optimal.

Contoh 2 : Tinggi meja kerja yang didesain hanya berdasarkan rata-rata tinggi tenaga kerja, maka orang yang pendek akan selalu mengangkat bahu dan leher, sedangkan orang yang tinggi akan membungkukkan punggung waktu kerja pada ketinggian meja yang sama.

2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai keterbatasan baik fisik maupun mental.


(1)

7. Nama mesin : Generator 2 Nissan Diesel Type : GS 40 MB

NR : 194 384/14204 AC : 3 PH Gen Fungsi : Sebagai power Tegangan : 415 V

Kuat arus : 223 A Jumlah : 1 unit Piston : 8 slinder Saklar : 600 ohm

KVA : 160

KW : 128

Tahun : 2007


(2)

Gambar 7. Generator 2 Nissan Diesel Type GS 40 MB 8. Nama mesin : Compressor

Fungsi : Sebagai alat bantu dan serba guna. Dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Compressor

9. Nama mesin : Tabung Oksigen dan Trafo las

Fungsi : Sebagai alat bantu untuk perbaikan misalnya terjadi kerusakan dan untuk pengelasan


(3)

(4)

Lampiran 2

Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan untuk proses produksi adalah :

1. Garpu modifikasi , untuk manarik dan mengumpulkan daun gambir. 2. Sekop modifikasi, untuk wadah mengangkat tepung gambir

3. Sengso, untuk memotong kayu bakar

4. Keranjang rotan, untuk wadah mengangkat daun gambir

4. Timbangan, untuk menimbang daun gambir dan tepung gambir Contoh dapat dilihat pada Gambar 10.


(5)

Lampiran 3

Tugas dan Tanggungjawab

1. Branch Manager

a. Memimpin dan mengelola semua faktor produksi demi kelangsungan perusahaan. b. Menetapkan target, strategi, kebijakan dan tujuan.

c. Meninjau ulang kebijakan manajemen dalam kurun waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk memastikan efektifitas system manajemen yang berkelanjutan.

2. Head office

a. Memastikan adanya tanggung jawab untuk meningkatkan sistem manajemen

b. Memformulasi dan merekomendasikan strategi dan kebijakan keuangan dan pengembangan usaha.

c. Ketetapan dan integritas produk dan jasa yang diberikan oleh perusahaan.

d. Memastikan perusahaan memiliki target yang jelas, sumber daya tersedia dan cukup termotivasi untuk mencapai hasil usaha yang lebih baik.

3. Assisten Pengolahan

a. Menentukan sasaran mutu tahunan yang berhubungan dengan proses pengolahan b. Mengendalikan proses pengolahan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. c. Bertanggung jawab terhadap kebersihan seluruh lingkungan pabrik.


(6)

4. AssistenTeknik

a. Menerima laporan hasil perbaikan reperasi yang diborongkan.

b. Menentukan spare part yang digunakan mesin sesuai dengan standard yang ditetapkan

c. Merencanakan semua peralatan/mesin untuk dipelihara secara rutin.

5. Tata Usaha

a. Merencanakan, mengaarahkan daan mengaawasi kegiatan_kegiatan bidang administrasi dan keuangan.

b. Menyusun rencana anggaran belanja.

c. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada manager.

6. Karyawan

a. Melakukan kegiatan operasional di lantai pabrik. b. Membantu atasan dalam melakukan tugas.


Dokumen yang terkait

Analisis Kelelahan Kerja Dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) Pada Terminal Cargo Polonia Medan

2 46 84

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA).

0 3 12

Analisis Postur Kerja pada PT. XYZ menggunakan Metode ROSA (Rapid Office Strain Assessment)

0 2 7

ANALISA PENILAIAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SISTEM (OWAS), RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT(RULA), RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA), DAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) (Studi kasus: Samidi Glass & Craft, Baki -Sukoharjo.).

0 7 8

STUDI COMPARATIVE PENENTUAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SISTEM (OWAS), RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT(RULA) DAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA).

0 0 7

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT) (Studi Kasus : PT. Makmur Alam Sentosa I Pada Stasiun Rotari).

1 1 6

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT (REBA) DI AREA WAREHOUSE SPAREPART PT. TRAKTOR NUSANTARA JAKARTA.

0 1 11

ANALISIS TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA POIN KERJA CHASSIS AND TIRE DENGAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) DI DEPARTEMEN ASSEMBLY FRAME PT. X (INDUSTRI PERAKITAN MOBIL)

0 1 11

Perbaikan Postur Kerja pada Operator Stasiun Two for One Bawah Menggunakan Metode Reba

0 0 10

ANALISIS POSTUR TUBUH PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN "RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT" PADA PT. STAR MUSTIKA PLASTMETAL - Binus e-Thesis

0 0 11