Proses Pembuatan Model Alat Pengering Kunyit

(1)

Lampiran 1

Tabel Data Pengukuran Pada Ruang Pengering

Temperatur Pengukuran ( º C ) Waktu

Pengukuran ( Menit )

Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5

Temperatur Dinding (º C )

30 190 180 170 150 140 100

60 115 105 95 75 65 55

90 125 120 115 110 100 60

120 140 130 120 115 105 70

150 150 140 130 120 108 90

180 160 145 135 125 110 80

210 160 145 135 125 110 80

240 160 145 135 125 110 80

270 160 145 135 125 110 80

300 160 145 135 125 110 80

330 160 145 135 125 110 80

360 160 145 135 125 110 80

390 160 145 135 125 110 80

420 160 145 135 125 110 80


(2)

Lampiran 2

Tabel Data Pengukuran Temperatur Pada Cerobong

Waktu Pengukuran ( Menit )

Temperatur Pengukuran ( º C )

Temperatur Dinding ( º C )

30 125 100 60 50 55 90 90 60 120 95 70 150 98 90 180 100 80 210 100 80 240 100 80 270 100 80 300 100 80 330 100 80 360 100 80 390 100 80 420 100 80 450 110 90


(3)

Lampiran 3

Tabel Data Pengukuran Berat Kunyit

Berat Pengukuran ( gram ) Waktu

Pengukuran ( Menit )

Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5

Temperatur Dinding (º C )

0 500 500 500 500 500 -

30 450 440 470 480 490 100

60 420 430 450 460 470 55

90 360 380 410 440 450 60

120 320 310 370 400 420 70

150 280 300 330 380 400 90

180 240 260 290 360 380 80

210 200 220 250 340 360 80

240 160 180 210 320 340 80

270 120 140 190 300 320 80

300 80 100 150 240 300 80

330 40 80 110 180 250 80

360 - - 90 160 210 80

390 - - - 140 160 80

420 - - - 100 120 80


(4)

Lampiran 4

Tabel Data Jumlah Bahan Bakar ( Briket )Yang Digunakan

Waktu Pengukuran ( Menit )

Penambahan Bahan Bakar ( Buah )

Total Bahan Bakar Terpakai ( Buah )

30 3 6 60 3 9 90 3 12 120 4 16 150 4 20 180 4 24 210 4 28 240 4 32 270 4 36 300 4 40 330 4 44 360 4 48 390 4 52 420 5 57 450 5 62


(5)

Lampiran 5

Tabel Pengukuran Kadar Air Kunyit

Kadar Air Kunyit ( % ) Waktu

Pengukuran ( Menit )

Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5

0 92 92 92 92 92

30 82 80 86 88 90

60 76 78 82 84 86

90 64 68 74 80 82

120 56 54 66 72 76

150 48 52 58 68 72

180 40 42 50 64 68

210 32 36 42 60 64

240 24 28 34 56 60

270 16 20 30 52 56

300 8 12 22 40 52

330 0 8 14 28 42

360 - - 10 24 34

390 - - - 20 24

420 - - - 12 16


(6)

Lampiran 6

Tabel Karakteristik Perpindahan Panas Pada Ruang Pengering

Hasil Pengujian Karakteristik

Perpindahan

Panas Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5

L (m) 1 1 1 1 1

y (m) 0,11 0,35 0,58 0,80 0,96

x (m) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

T ( º C ) 160 145 135 125 110

w

T ( º C ) 80 80 80 80 80

Tf ( K ) 393,15 385,65 380,65 375,65 368,15

k 0,0331 0,03261 0,03224 0,03188 0,03134

Pr 0,69 0,691 0,0692 0,0692 0,0694

L

Gr 6

10 181 ,

4  1,187108 4,823108 1,099109 1,378109 L

Ra 6

10 885 ,

2  8,203107 3,337108 7,6059108 9,569108

Nu 22,16 58 88,56 114,15 122,53

hc (W/m2C) 6,6782 5,4043 4,9227 4,549 4 Q (Watt) 14,692 30,7369 39,258 40,941 28,8


(7)

Lampiran 7

Tabel Karakteristik Perpindahan Panas Pada Cerobong

Karakteristik Perpindahan Panas

Hasil Pengujian

L (m) 0,4

y (m) 0,35

x (m) 0,25

θ ( º ) 35

T ( º C ) 100

w

T ( º C ) 80

Tf 363,15 k 0,03098 Pr 0,0694 L Gr 7 10 0776 , 7  L

Ra 4,91107

Nu 49,89

hc (W/m2C) 3,8644 Q (Watt) 6,7627


(8)

KARYA AKHIR

PROSES PEMBUATAN

MODEL ALAT PENGERING KUNYIT

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN

Disusun Oleh:

ALWIN FAHRI GOPA S.

NIM : 025202043

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...v

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan Penulisan...2

1.3. Batasan Masalah ...3

1.4. Metode Pembahasan ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Material ...4

2.2. Karekteristik Bahan Logam ...6

2.3. Bahan Pelat Seng ...11

2.4. Bahan Isolasi ( Bahan Penyekat ) ...13

2.5. Bahan Bakar...15

2.6. Bahan Penyambungan...16

2.7. Alat Perpindahan Kalor...18

2.8. Mekanisme Perpindahan Kalor...19

2.9. Prose Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering...23


(10)

BAB III ALAT DAN BAHAN...27

3.1. Alat...27

3.2. Bahan ...35

BAB IV PROSES PEMBUATAN ALAT PENGERING KUNYIT ...40

4.1. Dimensi Alat Pengering Kunyit ...40

4.2. Bagian Dinding Kiri, Kanan, dan Belakang ...41

4.3. Bagian Dinding Depan...44

4.4. Bagian Pintu...45

4.5 Pelapis Pintu...47

4.6. Rak Pengering...48

4.7. Rel Talam...49

4.8. Pengarah Uap ( Jendela Pengarah ) ...49

4.9. Cerobong...50

4.10. Pengarah Awal ...51

4.11. Ruang Pembakaran ...52

BAB V KESIMPULAN ...54 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1Memasak dengan bahan bakar tradisional ...

Gambar 1.2Kompor dengan sebuah ruang pembakaran ...

Gambar 2.1 Nyala api pada lilin ... Gambar 2.2 Zone pembakaran pada kompor ... Gambar 2.3 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk pada ruangan tertutup dengan ruangan yang terdapat ventilasi udara. Gambar 2.4 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk pada nyala api biru dan kuning... Gambar 2.5 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk dengan diameter panci ... Gambar 3.1 Bom Kalorimeter... Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar... Gambar 3.3 Alat Penimbang... Gambar 3.4 Themo- Animometer dan Thermometer biasa ... Gambar 3.5 Timber Hygrometer... Gambar 3.6 Kompor uji ... Gambar 3.7 Bahan bakar padat ... Gambar 3.8 Arang... Gambar 3.9 Diagram alir Pengujian bahan bakar dengan water boiling ... Gambar 3.10 Autogas Emissi Analyzer... Gambar 3.11 Kotak dialog Autogas analyzer ...


(12)

Gambar 3.12. Kotak Dialog Setup ... Gambar 3.13 Kotak Dialog Manual Meter ... Gambar 3.14 Kotak Dialog Strip Chart ... Gambar 3.15 Kotak Dialog Test Result ... Gambar 3.16 Diagram alir Pengujian emisi gas buang... Gambar 4.1 (a) Grafik nilai HHV bahan bakar pada percobaan bom

kalorimeter ... Gambar 4.1 (b) Grafik nilai LHV bahan bakar... Gambar 4.1 (c) Grafik Qlc bahan bakar... Gambar 4.2 Grafik effesiensi thermal bahan bakar high power (keadaan

normal)... Gambar 4.3 Grafik laju pembakaran bahan bakar (keadaan normal) ... Gambar 4.4 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik bahan bakar (keadaan

normal)... Gambar 4.5 rafik firepower bahan bakar (keadaan normal) ... Gambar 4.6 Grafik effesiensi thermal bahan bakar pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)... Gambar 4.7 Grafik laju pembakaran bahan bakar pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)... Gambar 4.8 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)... Gambar 4.9 Grafik firepower bahan bakar pada high power (temperatur air

sekitar 0ºC) ... Gambar 4.10 Grafik effesiensi thermal bahan bakar pada low power...


(13)

Gambar 4.11 Grafik laju pembakaran bahan bakar pada low power... Gambar 4.12 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik pada low power ... Gambar 4.13 Grafik firepower bahan bakar pada low power... Gambar 4.14 Kadar CO2 tiap-tiap bahan bakar... Gambar 4.15 Kadar CO tiap-tiap bahan bakar... Gambar 4.16 Kadar HC tiap-tiap bahan bakar... Gambar 4.17 Kadar O2 tiap-tiap bahan bakar ... Gambar 4.18 Kadar NOx tiap-tiap bahan bakar ...


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak didaerah tropis yang

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. 

Pada hasil pertanian di indonesia banyak dipengaruhi oleh cuaca dan kondisi alam yang sulit diprediksi oleh banyak pihak. Hal ini menyebabkan banyak produk petani mendapatkan hasil yang tidak bagus, yang akhirnya dapat menurunkan pendapatan para petani.

Berbagai hasil pertanian hanya akan dapat bertahan lama bila dilakukan proses pengawetan. Salah satu proses pengawetan yang umum digunakan adalah dengan cara pengeringan.

Sistim pengering dengan menggunakan energi matahari secara tradisional dengan cara penjemuran di alam terbuka dibawah sinar matahari dimana bahan yang akan dikeringkan diserakkan/dihamparkan dilantai semen atau diatas tikar telah lama digunakan. Dewasa ini sistim pengering tenaga matahari dengan menggunakan kolektor terus dikembangkan. Kelebihan alat ini adalah bahan yang dikeringkan ketika hujan dan malam tiba tidak perlu dipindahkan. Kekurangannya adalah tergantung cuaca, temperatur pengeringan tidak konstan dan sulit dikontrol.


(15)

Peralatan pengeringan dengan energi pemanas listrik biasanya digunakan untuk pengeringan pakaian, kertas dan pada industri tertentu. Kelebihannya adalah praktis dan kekurangannya adalah mahal.

Selain pengeringan dengan sistem tersebut diatas, pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan alat pengering mekanis. penegringan secara mekanik meggunakan peralatan dan sumber energi dengan bantuan energi minyak, gas atau bahan bakar lainnya. Kelebihan alat ini dapat di operasikan tanpa hambatan iklim tetapi kekurangan dengan menggunakan energi bahan bakar yaitu objek pengeringan/pengasapan yang bersentuhan langsung dengan gas asap pembakaran sering terpolusi bau gas asap, karena bahan bakar yang tidak habis terbakar.

Atas dasar permasalahan tersebut diatas, diperlukan pengkajian suatu model tepat guna yang akan digunakan untuk pengeringan hasil pertanian. Pengkajian lebih lanjut terhadap karakteristik distribusi temperatur dan pola aliran fluida pengering/pengasapan untuk mendapatkan sistem dan peralatan pengering/pengasapan dalam arti teknologi relatif murah, mudah dioperasikan dan dapat digunakan untuk berbagai macam pengeringan/pengasapan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengeringkan kunyit (mengurangi kadar air yang ada dalam kunyit), dan membuat alat pengering kunyit yang biayanya tidak terlalu mahal.


(16)

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dibahas adalah mengenai :

1. Perancangan

2. Proses pembuatan

3. Analisa data

Dimana penulis menjelaskan cara membuat model alat pengering kunyit dan proses kerjanya, proses pembuatannya dibahas oleh saudara/rekan Jantua Daut dan analisa data dibahas oleh saudara/rekan M.Dhani Sahputra.

1.4 Metode Pembahasan

Metode Pembahasan yang dilakukan penulis dalam penulisan laporan karya akhir ini adalah:

1. Metode Wawancara

Penulis melakukan Tanya jawab/Konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan informasi tentang topic yang akan dibahas.

2. Metode Kepustakaan

Untuk menambah wawasan, penulis mempelajari buku-buku petunjuk mengenai topik yang akan dibahas tentang pemanas atau karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang di hadapi.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina, dan ada yang bercampurdengan unsur-unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silicon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.

Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci dengan air untuk mengeluarkan kotoran dan terakhir dikeringkan dengan cara dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air.

Selain logam ada yang disebut dengan istilah bukan logam (non metal) dan unsur metaloid (yang menyerupai logam).

Logam dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

1. Logam berat :Besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam dan seng.

2. Logam Ringan :Alumunium, magnesium, titanium, kalsium, Kalium, Natrium, dan Barium.


(18)

4. Logam Tahan Api :Wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium.

Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak merupakam senyawa logam, tetapi merupakan paduan. Logam dan paduannya merupakan bahan teknik yang penting, dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan, dan pesawat terbang.

Sehubungan dengan pemakaiannya pada teknik mesin, sifat logam yang penting adalah sifat mekanis, fisik, dan kimia yang sangat menentukan kualitasnya.

Logam dapat dibagi dalm dua golongan yaitu logam ferro atau logam besi dan logam nonferro yaitu logam bukan besi.

1. Logam ferro (besi)

Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya.

Jenis logam ferro adalah sebagai berikut:  Besi tuang

 Besi tempa  Baja lunak

 Baja karbon sedang  Baka karbon tinggi

 Baja karbon tinggi dengan campuran  


(19)

2. Logam Nonferro

Logam nonferro adalah logam yang tidak mengandung unsure besi (Fe). Logam nonferro antara lain sebagai berikut.

 Tembaga (Cu)  Alumunium (Al)  Timbel (Pb)  Timah (Sn)

2.2 Karakteristik Bahan Logam 1.Sifat Mekanis

Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan beban yang diberikan, baik beban statis atau beban dinamis pada suhu biasa, suhu tinggi maupun suhu dibawah 0°C. beban statis adalah beban yang tetap, baik besar maupun arahnya berubah menurut waktu.

Beban statis dapat berupa beban tarik,, tekan lentur, puntir, geser, dan kombinasi dari beban tersebut. Sementara itu, beban dinamis dapat berupa beban tiba-tiba, berubah-ubah, dan beban jalar. Sifat mekanis logam meliputi kekuatan. Kekenyalan, keliattan, kekerasan, kegetasan, keuletan, tahan aus, batas penjalaran, dan kekuatan stress rupture.


(20)

Bila suatu logam dibebani beban tarik maka akan mengalami deformasi, yaitu perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang dikenakan padanya. Deformasi ini dapat terjadi secara elastis dan secara plastis. Deformasi elastis, yaitu suuatu perubahan yang akan segera hilang kembali apabila beban ditiadakan. Deformasi plastis yaitu, suatu perubahan bentuk yang tetap ada meskipun bebanyang menyebabkan deformasi ditiadakan.

b. Sifat logam pada pembebanan dinamis

Bahan yang dibebani secara dinamis akan lelah dan patah, meskipun dibebani dibawah kekuatan statis. Kelelahan adalah gejala patah dari bahan disebabkan oleh beban yang berubah-ubah. Kekuatan kelelahan suatu logam adalah tegangan bolak-balik tertentu. Sementera itu, batas kelelahan adalah tegangan bolak-balik tertinggi yang dapat ditahan oleh logam itu sampai banyak balikan tak terhingga.

c. Penjalaran

Yang dimaksud dengan penjalaran adalah pertambahan panjang secara terus menerus pada beban yang konstan. Bila suatu bahan mengalami pembebanan tarik terteentu dan tetap maka pertambahan panjangnya mungkin tidak berhenti sampai bahan tersebut patah atau mungkin berhenti tergantung pada besarnya beban tarik tersebut.


(21)

Bila deformasi mempunyai kecepatan regangan yang tinggi maka bahan umumnya akan mengalami patah getas, akibat bahan dikenai beban tiba-tiba. Untuk melihat sifat tersebut dilakukan percobaan pukul, yang dilakukan pada bahan uji dan diberikan tarikan menurut standar yang telah ditentukan.

e. Sifat kekerasan Logam

Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi plastis karena pembebanan setempat pada permukaan berupa goresan atau penekanan. Sifat ini banyak hubungannnya dengan sifat kekuatan, daya tahan aus, dan kemampuan dikerjakan dengan mesin (mampu mesin). Cara pengujian ada yga macam yaitu

- Goresan

- Menjatuhkan bola baja, dan - Penekanan

f. Sifat penekanan

Sifat ini hampir sama dengan sifat tarikan, untuk bahan getas besaran sifat tekanannya cenderung lebih tinggi dari sifat tariknya. Sebagai contoh, besi cor kelabu sifat tekanannya kira-kira empat kali lebih besar dari sifat tariknya.


(22)

Pengujian geser suatu bahan akan sulit dilakukan dengan cara member beban berlawanan pada titik yang berlainan (tidak terletak pada suatu garis lurus dan salah satu arah beban), karena akan terjadi pembengkokan. Yang lebih praktis adalah memberikan beban punter pada sumbu suatu bahan yang berbentuk tabung.

Pada pengujian ini besarnya tegangan geser tidak sama dari permukaan kepusat, tegangan geser di permukaan maksimum dan di sumbu nol.

h. Sifat Redaman Logam

Apabila suatu logam ditarik atau ditekan sehingga terjadi deformasi elastis, kemudian beban tersebut dihilangkan maka energi yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk asal selalu lebih rendah dari energi untuk deformasi elastis, karena penekanan atau tarikan tersebut.

Hal itu terjadi karena adanya tahanan dalam. Tahanan dalam adalah kemampuan logam untuk meredam beban atau getaran tiba-tiba.

i. Sifat Plastis

Sifat plastis adalah kemampuan suatu logam atau bahan dalam keadaan padat untuk dapat diubah bentuk yang tetap tanpa pecah. Sifat itu penting. Sifat itu penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan bentuk suatu logam. Kebanyakan logam pada suhu tinggi mempunyai sifat plastis yang baik dan cenderung bertambah dngan kenaikan suhu. Logam yang tidak plastis pada suhu tinggi disebut getas panas, yaitu mudah retak karena deformasi disebabkan karena adanya suatu beban pada suhu tersebut. Bila gejala ini terjadi pada suhu kamar biasa disebut getas dingin.


(23)

2.Sifat Fisik

Sifat fisik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika, seperti adanya pengaruh panas dan listrik.

a. Sifat karena pengaruh panas antara lain mencair, perubahan ukuran, dan struktur karena proses pemanasan.

b. Sifat listrik yang terkenal adalah tahanan dari suatu bahan terhadap aliran listrik atau sebaliknya sebagai daya hantar listrik.

3.Sifat Pengerjaan atau Sifat Teknologis

Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses pengolahannya.sifat itu harus diketahui lebih dahulu sebelum pengolahan bahan dilakukan. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujiian mampu las, mampu mesin, mampu cor, dan mampu keras.

4.Sifat Kimia

Sifat kimia dari suatu bahan mencakup kelarutan bahan tersebut pada larutan, basa atau garam, dan pengoksidasian bahan tersebut. Hampir semua sifat kimia erat hubungannya dengan kerusakan secara kimia. Kerusakan tersebut berupa gejala korosi. Hal ini sangatt penting dalam praktek. 

2.3 Bahan Pelat Seng (Zn)

Seng adalah logam yang kedua setelah Cu yang diproduksi secara besar sebagai logam bukan besi. Kekuatannya rendah, tetapi titik cairnya juga rendah


(24)

419°C dan hampir tidak rusak diudara biasa, yang dipergunakan untuk pelapisan pada besi. Juga dipergunakan sebagai bahan pelat batere kering dan untuk keperluan percetakan.

Salah satu sifat yang sangat dihargai dari seng ialah ketahanan korosinya terhadap udara luar. Oleh karena itu maka ia banyak dipakai untuk melindungi logam –logam lain, terutama baja, terhadap korosi, atau dipakai untuk logam murni.

Paduan 4%Al-1%Cu-Mg-Zn terutama dipergunakan untuk pengecoran cetak. Dengan paduan ini dapat menghasilkan paduan coran berbentuk rumit, yang umumnya dipakai untk penggunaan yang praktis dan perhiasan pada komponen mobil, perkakas listrik untuk dapur, pegangan untuk mesin-mesin kantor dan sebagainya.

 Massa jenis seng : 7140 kg/m3  Titik Lebur seng : 419 0C  Titik Uap kira –kira 9000C

Sifat – sifat mekanisnya tidak begitu baik, tetapi seng memberikan permukaan yang sangat bagus, umur pakai dari matres – matres tuang semprot sangat panjang, dan ia dapat dikerjakan dengan kecepatan produksi yang tinggi. Juga pekerjaan yang rumit dan berdinding tipis dapat dengan baik dibuatnya. Lebih dari setengah dari produksi tuang semprot seng dipakai di industri mobil ( seperti pompa bensin, panel instrumen, tombol pintu dan sebagainya ).


(25)

Contoh –contoh selanjutnya : siku – siku bagian mesin cuci, pengisap debu, mesin tik, aparatur foto, termasuk dalam proses pembuatan Alat Pengering Kunyit dan lain –lain. Selanjutnya seng itu sebanyak 20 – 30 % dipakai sebagai unsure paduan di dalam logam – logam lain.

Sebagai bahan murni seng banyak dipakai dalam bentuk pelat, untuk talang atap, penutup atap, dan selubung baterai. Untuk penerapan sebagai tutup atap, seng mudah dpakai,karena seng itu mudah untuk disolder atau dipatri. Suatu sifat lain dari seng ialah, bahwa ia merupakan bahan tuang yang baik sekali : terutama untuk penuangan, seng merupakan paduan ringan, dengan 4 % alumunium dan 1 % tembaga.

Gambar 2.1 Pelat Seng


(26)

Bahan isolasi adalah bahan yang menyekat, yang artinya yang tidak mengantar. Bahan isolasi dibedakan menjadi beberapa bahan (penyekat) sebagai berikut.

 Bahan isolasi (penyekat) listrik.  Bahan isolasi (penyekat) suara.  Bahan isolasi (penyekat) getaran.  Bahan isolasi (penyekat) panas.

Pada perancangan alat pengering digunakan triplek (kayu) sebagai bahan penyekat panas, agar panas yang dihasilkan dari pembakaran tidak terbuang. Penyekat panas ini diletakkan di bagian samping kiri dan kanan alat pengering, Bahan penyekat panas hampir tidak boleh mengantar panas. Bahan ini penting artinya dalam konstruksi bangunan dan kostruksi mesin. Bahan penyekat panas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Koefisien panas harus rendah b. Daya tahan lembab (air) yang baik c. Daya tahan suhu yang tinggi d. Massa jenis rendah.


(27)

Gambar 2.2 Bahan Penyekat Panas Triplek

2.5 Bahan Bakar

Bahan bakar terbagi atas tiga jenis diantaranya, bahan bakar padat, bahan bakar cair, bahan bakar gas. Pada proses pengeringan ini bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar batu bara jenis briket.

Jenis-jenis batu bara : a. Batu bara nyala api b. Batu bara tempa c. Batu bara ketel d. Antrasit

Jenis-jenis bahan bakar yang dibuat dari batu bara : a. Kokas


(28)

b. Batu bara tepung c. Briket

Briket dibuat dari batu bara halus. butir halus itu berturut-turut diberi pengerjaan sebagai berikut: pengeringan, pencampuran dengan pek, pemanasan sampai 80 - 90°C, lalu ditempa dalam cetakan. Briket ini sesuai pula dipakai untuk keperluan rumah tangga..

Gambar 2.3 Bahan Bakar (Briket)

2.6 Bahan Penyambungan

Untuk pembuatan/pembentukan model alat pengering ini penyambungan dilakukan dengan cara di pateri (memateri). Memateri adalah menyambung logam dengan menggunakan logam-lumer, sedangkan logam yang akan disambung itu tidak dilumerkan. Jadi titik lumer dari paduan pateri itu harus lebih rendah dari pada titik lumer bagian-bagian yang akan disambungkan


(29)

Gambar 2.4 Proses pematerian

Untuk pekerjaan memateri diperlukan permukaan logam yang bersih dan bebas dari oksid. Untuk keperluan tersebut logam harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mekanis dan sesudah itu oksid yang terjadi setelah dibersihkan dapat dilarutkan dengan menggunakan bahan cairan tertentu. Selain itu bahan cairan tersebut harus dapat mencegah pembentukan oksidasi selanjutnya.

Ketika sedang memateri, paduan pateri itu menyisihkan bahan cairan dan Sesudah itu baru berpadu dengan logam yang akan disambung (lihat tabel 2.1) dengan demikian terjadi suatu sambungan yang biasanya lebih kuat dari pada paduan pateri sendiri.


(30)

Tabel 2.1 Jenis-jenis pateri Jenis pateri paduan pateri Titik

lumer sistim pematrian hal-hal penting 1. nyala api

2. dicelupkan Pateri keras tembaga pateri, perak pateri Diatas 300°C 3. oven sambungan kuat

1. baut pateri (pada kadar timah tinggi)

sambungan tidak kuat, tujuan penyematan mekanis, 2. Nyala api (pada

kadar timah rendah)

penutupan, meyelesaikan yang tidak rata, 3. dicelupkan penghantar listrik dan penyepuhan timah Pateri

lunak Timah pateri

Sampai 300°C

4. oven

(sumber: Beumer B.J.M, Anwir B.S, (penerjemah),“Ilmu Bahan Logam”, Jilid 2, Bhratara, Jakarta, 1994)

2.7 Alat Perpindahan Kalor

Pemindah panas yang khas adalah alat yang dapat memindahkan panas atau energi dari suatu fluida ke fluida yang lain melalui suatu permukaam yang padat. Analisis perubahannya dan perancangannya melibatkan konveksi dan konduksi. Dengankata lain, alat pemindah panas di industrui, terutama industri proses, kebanyakan hanya melibatkan peristiwa konduksi dan konveksi.

Alat pemindah panas tersebut adalah panas penukar (Heat Exchanger = HE).penukar panas dibedakan beberapa jenis yaitu :


(31)

 HE untuk menguapkan ( contoh penguap = evaporator, ketel uap = boiler)  HE untuk mengembunkan ( contoh pengembun = condensor)

Di dalam HE selalu melibatkan dua fluida melalui batasan dibawah ini :  Fluida pendingin dan yang didinginkan

 Fluida pemanas dan yang dipanaskan 

2.8 Mekanisme Perpindahan Kalor

Mekanisme Perpindahan Kalor dibagi menjadi tiga , yaitu :  Perpindahan Kalor Konduksi

 Perpindahan Kalor Konveksi  Perpindahan Kalor Radiasi

a. Perpindahan Kalor Konduksi

Adanya gradient temperatur akan terjadi perpindahan panas. Dalam benda padat perpindahan panas timbul karena gerakan antar atom pada temperatur yang tinggi, sehingga atom-atom tersebut dapat memindahkan panas. Didalam cairan atau gas, panas dihantar oleh tumbukan antar molekul.

Persamaan Dasar Konduksi :

q = -k A dX dT


(32)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas

k = konduktifitas termal

A = luas penampang dT

b. Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau sebaliknya. Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas dan konveksi paksa.


(33)

Pada konveksi pelat akan mendingin lebih cepat

Gambar 2.6 Kovensi Paksa

Adapun persamaan dasar konveksi, adalah :

TW > T

q = h A (Tw – T)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas

h = koefisien perpindahan panas konveksi

A= luas permukaan

Tw = temperatur dinding


(34)

Prinsip Perpindahan kalor Secara Konveksi

Panas yang dipindahkan pada peristiwa konveksi dapat berupa panas laten dan panas sensible. Panas laten adalah panas yang menyertai proses perubahan fasa, sedang panas sensible adalah panas yang berkaitan dengan kenaikan atau penurunan temperatur tanpa perubahan fasa.

c. Perpindahan Kalor Radiasi

Perpindahan panas oleh perjalanan foton yang tak terorganisasi. Setiap benda-benda terus-menerus memancarkan foton secara serampangan didalam arah,waktu, dan energi netto yang dipindahkan oleh foton tersebut, diperhitungkan sebagai panas.

Persamaan Dasar Radiasi :

q = A (T14- T24)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas A = luas permukaan

= tetapan Stefan boltzman T1,T2 = temperatur permukaan


(35)

         

Gambar 2.7 Gabungan Konveksi, Konduksi, Dan Radiasi

2.9 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara sekeliling dan bahan yang dikeringkan. Penguapan ini terjadi karena kandungan air diudara mempunyai kelembapan yang cukup rendah.

Pada saat proses pengeringan, akan berlangsung beberapa proses yaitu: - Proses perpindahan massa, proses perpindahan massa uap air atau

pengalihan kelembapan dari permukaan bahan kesekeliling udara.

- Proses perpindahan panas, akibat penambahan (perpindahan) energi panas terjadilah proses penguapan air dari dalam bahan ke permukaan bahan atau proses perubahan fasa cair menjadi fasa uap.

Kedua proses tersebut diatas dilakukan dengan cara menurunkan Kelembapan relatif udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara sekeliling


(36)

bahan yang di keringkan.perbedaan tekanan ini meneyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan keudara luar. Untuk meningkatkan perbedaantekanan udara antara permukaan bahan dengan udara sekelilingnya dapat dilakukan dengan memanaskan udara yang dihembuskan ke bahan. Makin panas udara yang dihembuskan mengelilingi bahan, maka banyak pula uap air yang dapat di ttarik oleh udara panas pengering.

Energi panas yang berasal dari hasil pembakaran menyebabkan naiknya temperature ruang pembakaran. Karena adanya perbedaan temperatur antara ruang pembakaran dengan lemari pengering, maka terjadi perpindahan panas konveksi alamiah didalam alat pengering. Udara panas didalam lemari pengering mempunyai densitas yang lebih kecil dari udara panas diruang pembakaran sehingga terjadi aliran udara.

Cara perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui apakah aliran fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari garis aliran (streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing-masing partikel fluida mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida tersebut tetap pada urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan dari gerakan laminar, gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag dan tidak teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perpindahan panas konveksi.


(37)

terjadi dengan konduksi molekulardalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan permukaan. Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu oleh banyak sekali pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida melintasi garis aliran. Partikel-partikel iniberperan sebagai pembawa energy dan memindahkan energi dengan cara bercampur dengan partikel fluida tersebut. Karena itu, kenaikan laju pencampuran ( turbulensi ) akan juga menaikkan laju perpindahan panas dengan cara konveksi

Untuk menganalisa distribusi temperatur dan laju perpindahan panas pada peralatan pngeringan, diperlukan neraca energi disamping analisis dinamika fluida dan analisi lapisan batas yang terjadi. Setelah kiat melakukan neraca energi terhadap sistem aliran itu, dan kita tentukan pengaruh aliran itu tehadap beda temperatur dalam fluida maka distribusi temperature dan laju perpindahan panas dari permukaan yang dipanaskan ke fluida yang ada diatasnya dapat diketahui.

Keseimbangan energi panas dapat dilihat dalam rumusan berikut:

Qudout = mudCpdT = Qin = mairLHair

Perpindahn panas konveksi dinyatakan dalm bentuk:

Qkonveksi = hc.A.Dt

Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru yang sangat penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu angka Grashof Gr yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam


(38)

sistem konveksi paksa, didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskositas di dalam sistem aliran konveksi alami.

Grƒ = 2

3 ) ( . v L T Tw

g  

Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T.

Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:

ƒ = C (GrƒPrƒ)m

dimana subscrip f menunjukkan bahwa semua sifat-sifat fisik harus di evaluasi pada suhu film,

Tƒ =

2

Tw

T

Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka Rayleigh:


(39)

BAB III ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Mistar Ukur atau Pita Ukur

Pita ukur ini adalah suatu alat pengukur panjang yang sepanjang pitanya bias digulung masuk kedalam rumah – rumahnya dan mempunyai satuan ukur Metris dan Inggris. Mistar ukur ini dapat dipergunakan untuk pengukuran jarak, bidang lurus dan panjang sekeliling bidang lengkung.

Pembacaan ukuran biasanya dalam satuan Metris dan Inch. Dibawah ini tertulis sedikit tentang pembagian ukuran :

1 foot = 30,480 cm 1 inch = 25,400 mm

1 foot = 304,800 mm 1 meter = 3,281 feet

1 inch = 2,540 cm 1 cm = 0,3937 inch


(40)

2. Ragum

Kegunaan utama dari ragum adalah untuk menjepit benda kerja dengan kuat pada saat dikerjakan. Ragum dibuat dngan besi tuang,dan mulut penjepitnya dilapisi baja keras yang permukaannya dibuat bergigi untuk mendapatkan cekaman yang lebih baik.

Gambar 3.2 Ragum

3. Tang

Tang adalah suatu alat tangan yang sangat banyak jenis penggunaannya serta ukuran ( kapasitas ), terbuat dari bahan baja fungsinya untuk :

a. Membengkokkan, dan menjepit pelat tipis

b. Memotong sisi pelat tipis

c. Memotong kawat


(41)

Gambar 3.3 Tang

4. Bor

Fungsi utama mesin bor adalah untuk membuat lubang pada benda kerja dengan bor sebagai alatnya. Mesin bor ini jalan putaraanya digerakkan oleh motor listrik dan dapat dipergunakan untuk mengebor dengan berbagai macam posisi dengan kedudukan bahan yang tetap.

Disamping itu juga dapat digunakan untuk pekerjaan lain yang berhubungan dengan lubang, seperti mengetap, dengan memasangkan alatnya pada spindle mata bor.


(42)

5. Palu

Palu disebut juga martil atau pukul. Palu adalah alat tanganyang digunakan untuk memukul,dan digolongkan menjadi dua macam paku besi dan paku lunak. Bagian kepala yang berbentuk datar digunakan untuk memukul benda kerja, misalnya untuk pahat tangan, memukul paku , meratakan atau melipat pelat , untuk membentuk pelat, dan sebagainya.

Gambar 3.5 Palu

6. Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong bahan pada ukuran tertentu dan juga memotong bagian – bagian benda kerja yang merupakan kelebihan dari bagian benda kerja yang ditandai.


(43)

Gambar 3.6 Gergaji

7. Rol Siku

Alat ini terdiri dari daun dan blok terbuat dari baja. Rol siku ini digunakan untuk mengindikasi panjang atau ketinggian, menarik garis – garis sejajar dan untuk mengeset benda kerja supaya tegak lurus


(44)

8. Pateri

Pateri adalah menyambung logam dengan menggunakan logam lumer, sedangakn logan yang akan disambung tidak dilumerkan. Jadi titik lumer dari paduan pateri itu harus lebih rendah dari pada titik lumer bagian – bagian yang akan disambung.

Untuk pekerjaan memateri diperlukan permukaan logam yang bersih dan bebas dari oksid. Untuk keperluan tersebut logam harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mekanis dan sesudah itu oksid yang terjadi setelah dibersihkan dapat dilarutkan dengan menggunakan bahan cairan tertentu. Selain itu bahan cairan tersebut harus dapat mencegah pembentukan oksidasi selanjutnya


(45)

9. Gunting Potong

Fungsi gunting adalah merupakan suatu alat yang digunakan untuk memotong lembaran pelat seng yang telah diukur untuk dibentuk.

Gambar 3.9 Gunting Potong

10.Tang Ripet

Tang ripet berfungsi sebagai alat untuk memasang paku tembak ke dinding alat pengering, cara kerjanya paku tembak dipasangakan atau dimasukkan kedalam lubang tang ripet kemudian kedua handle ditekan.


(46)

11.Alat Klem

Alat klem berfungsi sebagai tempat untuk membentuk pelat seng yang diinginkan, baik berupa pembengkokan pelat, melipat pelat dan lain – lain.


(47)

3.2 Bahan

1. Pelat Seng

Pelat seng adalah sebagai bahan dasar pembuatan model alat pengering kunyit. Dimana pelat seng ini berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pengeringan kunyit. Pelat seng yang digunakan untuk membuat model alat pengering kunyit adalah sebanyak 2 lembar.


(48)

2. Teriplek

Teriplek adalah sebagai bahan isolator atau penahan panas, agar panas tidak keluar sehingga effisiensi panas yang terjadi dalam pelat pengering dapat semaksimal mungkin bekerja. Teriplek yang digunakan untuk membuat model alat pengering kunyit adalah sebanyak 1 lembar.

Gambar 3.13 Teriplek

3. Kaca Anti Panas

Kaca anti panas berfungsi agar kondisi kunyit yang mengalami proses pengeringan dapat dilihat dari luar tanpa harus membuka pintu model alat pengering kunyit. Kaca anti panas yang digunakan untuk membuat alat pengering kunyit dengan ukuran 220 mm x 520 mm.


(49)

Gambar 3.14 Kaca Anti Panas

4. Handle

Handle berfungsi untuk memudahkan mengangkat model alat pengering kunyit dan handle pada ruang bakar berfungsi untuk menarik ruang bahan bakar dan memasukkan bahan bakar ( Briket ) kedalam ruang bahan bakar. Handle yang digunakan untuk membuat alat pengering kunyit sebanyak 3 buah. 2 buah dipasang pada badan alat pengering dan handle yang 1 lagi dipasang di ruang bakar atau tempat memasukkan dan mengeluarkan bahan bakar.


(50)

5. Grendle

Grendel berfungsi untuk mengunci pintu alat pengering, agar pintu tertutup rapat sehingga uap panas tidak keluar dari alat pengering. Grendle yang digunakan untuk membuat alat pengering kunyit sebanyak 1 buah.

Gambar 3.16 Grendel

6. Paku tembak

Paku tembak merupakan bahan untuk menempelkan atau menyatuakan antara teriplek dengan pelat dan dapat juga menyambungkan anatra pelat dengan pelat, yang fungsinya agar teriplek tidak lepas dari pelat. Paku tembak yang digunakan sekitar 150 buah.


(51)

7. Thermometer

Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu panas yang ada didalam alat pengering kunyit.


(52)

(53)

BAB IV

PROSES PEMBUATAN ALAT PENGERING KUNYIT

Gambar 4.1 Bagian-bagian alat pengering

Keterangan :

1. Cerobong

2. Pengukur suhu

3. Ruang pengering

4. Ruang pembakaran

5. Rak pengering

6. Jendela pengarah


(54)

4.1 Dimensi Alat Pengering

Gambar 4.2 Dimensi Alat Pengering

4.2 Bagian Dinding Kiri, Kanan, Dan Belakang Bagian dinding alat pengering terbuat dari :

1. Pelat seng dengan tebal 1 mm.

2. Triplek dengan tebal 3 mm.


(55)

manual, 1 lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 870 mm x 1580 mm :

- Lebar : 870 mm

- Panjang : 1580 mm

Kemudian pelat seng dibentuk menjadi 3 bagian untuk dinding bagian samping kiri, kanan dan belakang. Proses pembentukannya dengan cara pelat seng dilipat sedemikian rupa dengan memukul plat seng tersebut diatas mal atau tempat pemukulan pelat seng, pemukulan pelat seng menggunakan balok kayu. Lihat gambar dibawah ini.

500 mm

540 mm

870 mm

Gambar 4.3 Dinding bagian kiri, kanan, Dan belakang

Triplek berfungsi sebagai alat untuk mengisolasi panas agar udara yang ada didalam ruang pengering tidak terlalu banyak keluar, sehingga udara panas dapat tertahan didalam ruang pengering.


(56)

Untuk bagian dinding bagian samping kiri dan kanan, triplek dengan tebal 3 mm pekerjaan yang dilakukan adalah pemotongan triplek dengan menggunakan gergaji potong dengan ukuran yang diperlukan dengan ukuran 540 mm x 870 mm sebanyak 2 buah, lembaran triplek yang pertama untuk melapisi dinding alat pengerig bagian sebelah kiiri, dan lembaran triplek yang kedua berfungsi melapisi dinding alat pengering sebelah kanan.

870 mm

540 mm

Gambar 4.4 Desain Lapisan Pelat Dinding Bagian Kiri Dan Kanan

Untuk dinding bagian belakang triplek dengan tebal 3 mm pekerjaan yang dilakukan adalah dengan pemotongan triplek dengan menggunakan gergaji potong dengan ukuran yang diperlukan dengan ukuran 500 mm x 870 lembaran triplek berfungsi melapisi dinding alat pengering bagian belakang


(57)

870 mm

500 mm

Gambar 4.5 Desin Lapisan Pelat Dinding Bagian Belakang

Pemasangan triplek ke plat seng yaitu dengan menggunakan paku tembak, dipakukan di bagian sudut dan ditengah bagian pelat seng agar teriplek dapat melapisi pelat seng.

4.3 Bagian Dinding Depan

Pelat seng berfungsi sebagai dinding alat pengering, Pekerjaan pertama yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong manual, 1 lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 870 mm x 500 mm. Pada bagian tengah dipotong dengan ukuran 270 mm x 690 mm yang fungsinya sebagai lubang untuk memasukkan talam dan kunyit ke ruang pengering.

Setelah bagian dinding depan selesai, dinding tersebut dipasangkan kebagian dinding bagian kiri dan kanan dengan cara dipatri, patri berfungsi sebagai penyambung anatra pelat .


(58)

870 mm

500 mm

Gambar 4.6Dinding Bagian Depan

4.4 Bagian Pintu

Bahan dasar pembuatan pintu untuk alat pengering adalah pelat seng. Pelat seng berfungsi sebagai pintu atau dinding alat pengering, Pekerjaan pertama yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong manual, 1 lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 720 mm x 420 mm. Pada bagian tengah dipotong dengan ukuran 220 mm x 520 mm yang fungsinya sebagai lubang untuk memasukkan talam dan kunyit ke ruang pengering dan sebagai penutup ruang pengering agar uap panas yang ada pada ruang pengering tidak keluar.


(59)

720 mm

420 mm

Gambar 4.7 Desain Pintu

Pada bagian tengah dipotong fungsinya sebagai tempat pemasangan kaca, agar dapat melihat kebagian dalam ruangan pengering. Kaca yang digunakan adalah kaca tahan panas dengan tebal 3 mm. Dengan ukuran kaca 220 mm x 520 mm.

Pada bagian pintu dipasang besi dengan ukuran 4 mm dengan tinggi 700 mm yang fungsinya sebagai engsel pintu, pembuka dan penutup pintu.

700 mm


(60)

Kemudian dipasang 2 buah pelat di dinding bagian depan yang diletakkan dibagian atas dan bawah. Fungsi pelat tersebut adalah sebagai penahan besi yang yang terdapat pada pintu depan. Dibagian dinding pelat atau pintu alat pengering dipasang grendel atau pengunci pintu

4.5 Pelapis Pintu

Teriplek dipotong dengan ukuran 720 mm x 420 mm, fungsinya sebagai pelapis pintu agar dapat mengisolasi panas agar udara yang ada didalam ruang pengering tidak terlalu banyak keluar, sehingga udara panas dapat tertahan didalam ruang pengering.

720 mm

420 mm

Gambar 4.9 Desain Pelapis pintu


(61)

dinding dibor untuk pemasanagn thermometer. Fungsi thermometer adalah sebagai alat pengukur temperatut panas. Gerendel atau alat pengunci pintu juga dipasangkan menggunakan paku tembak.

4.6Rak Pengering

Fungsi Rak pengering adalah sebagai penampang atau tempat kunyit dikeringkan didalam ruang pengring. Pembuatannya yaitu pelat dipotong sedemikian rupa dengan ukuran 700 mm x 500 mm dengan bentuk segi empat dan talam ini dibuat sebanyak 5 buah.

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 150 mm.


(62)

4.7 Rel Talam

Rel talam berfungsi sebagai penahan talam agar talam terletakdi dalam alat pengering, kemudian mempermudah untuk menarik talam dari dalam ruang pengering. Proses pembuatannya yaitu plat seng dipotong sedemikian rupa dengan ukuran 20 mm x 500 mm. Rel talam ini dibuat 10 buah yang kemudian dipasangkan kedinding sebelah kiri 5 buah dan sebelah kanan dinding dipasang 5 buah. Cara pemasangannya yaitu dengan menggunakan paku tembak dipakukan kebadan alat pengarah uap bagian atas atau jendela pengarah

4.8 Pengarah Uap Atau Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 1 mm. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 470 mm × 120 mm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan.

Pengarah uap bagian atas berfungsi untuk mengarahkan uap yang mengalir dari bawah kebagian – bagian rak didalam ruang pengering. Alat pengarah tersebut adalah seperti jendela kaca nako tapi kaca tersebut digantikan dengan pelat.


(63)

Gambar 4.11 Desain Pengarah Uap Bagian Atas

4.9Cerobong

Pada bagian atas ruang pengering terdapat cerobong, dimensi awal sama dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 500 mm x 500 mm, pada bagian cerobong ini terdiri dari dua bagian yang pertama berbentuk balok dan yang kedua berbentuk prisma segiempat. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk bentangan balok tanpa tutp dan alas kemudian cara peyambungannya dengan cara dipatri, pengerjaan kedua yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk prisma segiempat dengan tinggi prisma 30 cm tanpa tutup dan alas, cara penyambuangannya dengan cara dipatri dan kedua bagian tersebut disatukan dengan cara dipatri juga.


(64)

Gambar 4.12 Desain Cerobong

4.10Pengarah Awal

Pengarah awal dibuat dari pelat seng setebal 1 mm berbentuk V dengan sudut

30o seperti terlihat pada gambar 3.10. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah

pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan prisma segitiga, dengan ukuran pengarah awal seperti pada gambar 3.10 Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat sedemikian rupa dan dipatri sehingga membentuk balok.


(65)

Gambar 4.13 Desain Pengarah Arah Aliran

4.11 Ruang Pembakaran

Ruang pembakaran terbuat dari bahan pelat seng dengan tebal 2 mm. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan balok tanpa tutup, dengan ukuran ruang pembakaran 18 cm × 51 cm × 51 cm. Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat sedemikian rupa dan dipatri sehingga membentuk balok. Kemuadian pada ruang pembakaran ini diperikan tangkai pegangan.


(66)

(67)


(68)

(69)

4.11Pengarah Awal

Pengarah awal dibuat dari pelat seng setebal 2 mm berbentuk V dengan sudut

30o seperti terlihat pada gambar 3.2. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah

pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan prisma segitiga, dengan ukuran pengarah awal seperti pada gambar 3.2 Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat sedemikian rupa dan dipatri sehingga membentuk balok.


(70)

4.12Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 2 mm. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 47 cm × 12 cm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan

4.13 Rak Pengering

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 15 cm kemudian membuat dudukan untuk rak pengering dengan ukuran panjang yang sama.

4.14Cerobong

Pada bagian atas ruang pengering terdapat cerobong, dimensi awal sama dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 51 x 51 cm, pada bagian cerobong ini terdiri dari dua bagian yang pertama berbentuk balok dan yang kedua berbentuk prisma segiempat. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk bentangan balok tanpa tutp dan alas kemudian cara peyambungannya dengan cara dipatri, pengerjaan kedua yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk prisma segiempat dengan tinggi prisma 30 cm tanpa tutup dan alas, cara penyambuangannya dengan cara dipatri dan kedua bagian tersebut disatukan dengan cara dipatri juga


(71)

3.6 Body Alat Pengering

Body alat pengering terbuat dari pelat seng setebal 2 mm.pegerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan ukuran. pada sisi kanan dan sisi kiri bagian luarnya diilapisi dengan papan yang memiliki ketebalan 3 mm. Pada sisi depanpinti dipasang kaca yang mempunyai ketebalan 3 mm.

4.8 Pengarah Uap Atau Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 1 mm. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 470 mm × 120 mm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan.

Pengarah uap bagian atas berfungsi untuk mengarahkan uap yang mengalir dari bawah kebagian – bagian rak didalam ruang pengering. Alat pengarah tersebut adalah seperti jendela kaca nako tapi kaca tersebut digantikan dengan pelat.

470 mm

120 mm


(72)

4.7Rak Pengering

Fungsi Rak pengering adalah sebagai penampang atau tempat kunyit dikeringkan didalam ruang pengring. Pembuatannya yaitu pelat dipotong sedemikian rupa dengan ukuran 270 mm x 500 mm dengan bentuk segi empat dan talam ini dibuat sebanyak 5 buah.

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 150 mm.

500 mm

270 mm


(73)

BAB V KESIMPULAN

1. Konstruksi alat pengering kunyit :

 Rak pengering : 50,5 cm × 7 cm sebanyak 5 buah

 Jarak antar rak : 0,15 meter

 Ruang bakar : 51 cm × 51 cm × 18 cm

 Jendela pengarah : 47 cm × 12 cm

 Pengarah awal : 51 cm × 44 cm kemiringan 30º

 cerobong : 30 cm × 26 cm

2. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu: mistar ukur, ragum, tang, bor, palu, geraji, rol siku, alat pateri, gunting potong, tang ripet,alat klem.

3. Bahan Yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu : pelat seng, teriplek, kaca anti panas, handel, grendel, paku tembak, thermometer.

4. Bahan bakar alat pengering kunyit yang digunakan adalah briket batubara.

5. Bahan yang dikeringkan adalah kunyit, dimana fungsi pengeringan adalah


(74)

DAFTAR PUSTAKA

1. Holman, Jack P.,”Perpindahn Kalor”, Cetakan Keempat, PT.Gelora

Aksara Pratama, Jakarta, 1994

2. Surdia Tata, Saito Shinroku., “Pengetahuan Bahan Teknik”, Cetakan

keenam, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2005

3. Amanto Hari, Daryanto., “Ilmu Bahan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1999

4. Beumer B.J.M, Anwir B.S, (penerjemah),“Ilmu Bahan Logam”, Jilid 2,

Bhratara, Jakarta, 1994

5. Bagyo Sucahyo, ”Pekerjaan Logam Dasar”, PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, 2004

6. G.L.J. Van Vliet, W. Both, “Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan –


(1)

4.11Pengarah Awal

Pengarah awal dibuat dari pelat seng setebal 2 mm berbentuk V dengan sudut 30o seperti terlihat pada gambar 3.2. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan prisma segitiga, dengan ukuran pengarah awal seperti pada gambar 3.2 Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat sedemikian rupa dan dipatri sehingga membentuk balok.


(2)

4.12Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 2 mm. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 47 cm × 12 cm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan

4.13 Rak Pengering

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 15 cm kemudian membuat dudukan untuk rak pengering dengan ukuran panjang yang sama.

4.14Cerobong

Pada bagian atas ruang pengering terdapat cerobong, dimensi awal sama dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 51 x 51 cm, pada bagian cerobong ini terdiri dari dua bagian yang pertama berbentuk balok dan yang kedua berbentuk prisma segiempat. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk bentangan balok tanpa tutp dan alas kemudian cara peyambungannya dengan cara dipatri, pengerjaan kedua yaitu memotong pelat sesuai dengan bentuk prisma segiempat dengan tinggi prisma 30 cm tanpa tutup dan alas, cara penyambuangannya dengan cara dipatri dan kedua bagian tersebut


(3)

3.6 Body Alat Pengering

Body alat pengering terbuat dari pelat seng setebal 2 mm.pegerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan ukuran. pada sisi kanan dan sisi kiri bagian luarnya diilapisi dengan papan yang memiliki ketebalan 3 mm. Pada sisi depanpinti dipasang kaca yang mempunyai ketebalan 3 mm.

4.8 Pengarah Uap Atau Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 1 mm. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 470 mm × 120 mm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan.

Pengarah uap bagian atas berfungsi untuk mengarahkan uap yang mengalir dari bawah kebagian – bagian rak didalam ruang pengering. Alat pengarah tersebut adalah seperti jendela kaca nako tapi kaca tersebut digantikan dengan pelat.

470 mm

120 mm


(4)

4.7Rak Pengering

Fungsi Rak pengering adalah sebagai penampang atau tempat kunyit dikeringkan didalam ruang pengring. Pembuatannya yaitu pelat dipotong sedemikian rupa dengan ukuran 270 mm x 500 mm dengan bentuk segi empat dan talam ini dibuat sebanyak 5 buah.

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 150 mm.

500 mm

270 mm


(5)

BAB V

KESIMPULAN

1. Konstruksi alat pengering kunyit :

 Rak pengering : 50,5 cm × 7 cm sebanyak 5 buah  Jarak antar rak : 0,15 meter

 Ruang bakar : 51 cm × 51 cm × 18 cm  Jendela pengarah : 47 cm × 12 cm

 Pengarah awal : 51 cm × 44 cm kemiringan 30º  cerobong : 30 cm × 26 cm

2. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu: mistar ukur, ragum, tang, bor, palu, geraji, rol siku, alat pateri, gunting potong, tang ripet,alat klem.

3. Bahan Yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu : pelat seng, teriplek, kaca anti panas, handel, grendel, paku tembak, thermometer.

4. Bahan bakar alat pengering kunyit yang digunakan adalah briket batubara. 5. Bahan yang dikeringkan adalah kunyit, dimana fungsi pengeringan adalah


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Holman, Jack P.,”Perpindahn Kalor”, Cetakan Keempat, PT.Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1994

2. Surdia Tata, Saito Shinroku., “Pengetahuan Bahan Teknik”, Cetakan keenam, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2005

3. Amanto Hari, Daryanto., “Ilmu Bahan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1999 4. Beumer B.J.M, Anwir B.S, (penerjemah),“Ilmu Bahan Logam”, Jilid 2,

Bhratara, Jakarta, 1994

5. Bagyo Sucahyo, ”Pekerjaan Logam Dasar”, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004

6. G.L.J. Van Vliet, W. Both, “Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan – Bahan” Jilid 1, Erlangga, diterjemahkan oleh Haroen, Jakarta 1983