Paradigma Penelitian. TINJAUAN HISTORIS PENGANGKATAN PRESIDEN SOEKARNO SEBAGAI WALIYY AL-AMR AL-DARURI BI AL-SYAUKAH OLEH NAHDATUL ULAMA TAHUN 1954

kisah. Notosusanto, 1984. 36 . 1. Heuristik Istilah Heuristik berasal d ari bahasa Yunani “Heuricain” yang berarti mencari Hugiono, 1987: 30 . Louis Gotschalk mengatakan dalam bahasa Inggris “to find” mencari yang berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari dulu baru menemukan. Gotschalk, 1986: 11. Maksudnya dalam rangka mengadakan penelitian tentang suatu masalah, hendaklah mencari atau mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dari sumber yang telah ada maka terdapatlah perbedaan pada masing-masing sumber, langkah ini belum sepenuhnya penulis lakukan untuk mencari sumber yang valid yang berasal dari berbagai lokasi. Langkah ini dibantu dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik perputakaan dan dokumentasi. Perpustakaan atau tempat-tempat lain seperti toko buku dan koleksi milik pribadi. 2. Kritik Kritik dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan sumber, baik dari sisi luar maupun dari sisi dalam. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba sebagai berikut : “Kritik luar berusaha memastikan kesejatian hubungan antara bahan –bahan itu, dari siapa, dan untuk apa dibuat. Apakah bahan tersebut mengenai dokumen, diteliti pula apakah itu asli atau turunan. Kritik dalam berusaha memastikan peristiwa yang dinyatakan dalam bahan. Apakah hubungannya, misalnya antara dokumen dan fakta atau peristiwa yang diterangkan dapat memberi keterangan dokumen yang ada. ” Gazalba, 1981: 115. Dalam tahap kedua ini dilakukan pengujian terhadap literature pokok, kemudian diteliti dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, apakah data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya serta dapat digunakan dalam penulisan ini. Oleh karena itu sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan adalah literatur yang berkaitan dengan masalah Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai waliyy al-amr al-daruri bi al-syaukah pada tahun 1954, yang menjadi obyek penelitian ini. 3. Interpretasi Proses menginterpretasikan data telah diberikan kritik perlu dilakukan proses yang lain yaitu mempersatukan dan meyampaikan pesan agar dapat dipahami, yang mencakup tiga hal: mengatakan, menerangkan, dan menterjemahkan. Dalam langkah ini penulis melakukan penilaian-penilaian terhadap data yang ada secara teliti yang dimaksudkan agar dalam penulisan tidak terdapat kerancuan atau kekeliruan yang fatal terhadap data yang diperoleh. 4. Historiografi Langkah ini merupakan usaha merekonstruksi dari masa lampau berdasarkan fakta yang diperoleh setelah melakukan ketiga proses diatas. Louis Gostchalk mengemukakan bahwa Histiografi adalah proses penulisan sejarah yakni menyatukan di dalam sejarah unsure-unsur yang diperoleh dari rekaman melalui penerapan yang seksama daripada metode sejarah. Gotschalk, 1986 : 143 Dalam penelitian yang akan dilakukan penulis mencoba merekonstruksi dari peristiwa pengangkatan Presiden Soekarno sebagai waliyy al-amr al-daruri bi al- syaukah pada tahun 1954, yang bersumber pada dokumen-dokumen atau tulisan- tulisan yang telah penulis adakan heuristik, kritik, dan interpretasi. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan sejarah banyak sekali yang kurang tepat atau masih rancu. Ini semua disebabkan karena dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan data atau sumber primer sebagai acauan penulisan, tetapi sumber sekunder. B.Variabel Penelitian Suatu variabel terdiri dari satu atau lebih gejala yang mungkin terjadi dari beberapa aspek yang tidak dapat dipisahkan. Aspek atau fungsi tersebut menentukan fungsi variabel sehingga salah satu diantaranya pada variabel yang memiliki lebih dari satu aspek akan mempengaruhi fungsinya terhadap masalah yang akan diselidiki. Pada awal perencanaan kegiatan secara jelas menunjukkan bahwa variabel-variabel yang ada harus dipisahkan untuk membedakan perubahan yang ada. Hal ini bertujuan sebagai strategi untuk memudahkan melihat perbedaan-perbedaan yang mungkin dapat kabur. Variable adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi inti perhatian suatu penelitian. Arikunto, 1989; 78. Menurut Sutrisno Hadi, variable adalah gejala – gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya.Hadi, 1974: 260. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat diberi penjelasan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah suatu yang menjadi obyek suatu penelitian termasuk gejala yang menunjukan variasi –variasi dalam jenis maupun dalam tingkatannya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel tunggal, dan sebagai variabel yaitu pengangkatan Presiden Soekarno Sebagai waliyy al-amr al-daruri bi al syaukah Oleh Nahdatul Ulama Tahun 1954 C.Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Teknik Kepustakaan Menurut Koentjaraningrat studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Koentjaraningrat, 1997: 8. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku –buku untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data dengan teknik kepustakaan adalah memehami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku yang dapat menunjang dan berkaitan erat dengan penelitian yang sedang dibahas. 2. Teknik Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, 1989: 188. Jadi dalam pengumpulan data peneliti tidak terbatas pada literatur-literatur ilmiah, tetapi bisa merujuk pada sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. D.Teknik Analisis Data Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dan karangan para sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran dalam menyelesaikan masalah penelitian. Agar dapat mengungkapkan pokok permasalahan dan menganalisis pokok masalah yang terdapat dalam rumusan masalah, sehingga menjadi karya ilmiah yang sesuai dengan fakta dan layak dipertanggungjawabkan, maka penulis melakukan tahapan-tahapan dalam proses analisis data kualitatif, seperti menurut Miles dan Huberman meliputi : 1. Reduksi data yaitu sebuah proses pemulihan, pemuatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan di lapangan. Yang dilakukan peneliti dalam proses reduksi data adalah membuat analisis yang tajam, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisasi data sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan. 2. Verifikasi data yaitu penulis menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semua makna-makna yang muncul dari data sudah diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenarannya. 3. Penyajian data yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, dan pengambilan tindakan. Dalam tahap penyajian data, peneliti mencoba untuk menyajikan data tersebut agar mudah dipahami apa yang terjadi dan yang harus dilakukan. Sehingga tindakan yang diambil sesuai dengan pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut. Miles dan Huberman, 1992: 28 Penggunaan teknik analisis data kualitatif di atas, telah membantu penulis untuk mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dari tindakan pelaku sejarah sebagai pisau analisa. Data-data yang sudah diuji kebenarannya akan mudah dipahami, sebagai kumpulan informasi tersusun membantu dalam penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Referensi Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar agung. Halaman 32 Winarno Surahcmad. 1984. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung. Halaman 121 Hugiono P.K. Poerwantana. 1987, Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara, Halaman 25 Hadari Nawawi. 1993, Metode Penelitian. Jakarta: Idayu Perss, Halaman 65 Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Jakarta: Inti Idayu Press. Halaman 36 Louis Gotschalk. 1986, Mengerti sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI. Halaman 11 Sidi Gazalba. 1981, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara, Halaman 115 Louis Gotschalk. 1986. Op. cit, Halaman 143 Suharsimi Arikunto. 1989. Proses Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Bandung: Bina Aksara, Halaman 78 Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM. Halaman 260 Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Halaman 8 Suharsimi Arikunto. 1989. Op. cit. Halaman 188 Mathew G Milles dan Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif terjemahan. Universitas Indonesia, Jakarta: Bhatara karya Aksara, Halaman 28 V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan rumusan masalah dan penelusuran historis yang peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1 Proses pengangkatan Soekarno sebagai Waliyyul Amri Ad-Dharuri bi As- Syaukah oleh NU adalah proses yang panjang dan dan tidak mudah. Berawal pada muktamarnya NU ke-15 yang diselenggarakan bulan Juni 1942 muktamar terakhir masa kolonial Belanda dan semakin menguat setelah ditetapkannya kebijakan Menteri Agama tentang tauliyah wali hakim bagi wanita yang tidak memiliki walih nikah untuk daerah-daerah di luar pulau Jawa dan Madura pada tahun 1952. Selanjutnya dikuatkan oleh Konferensi Alim Ulama pertama pada tanggal 12-13 Mei 1952 di Tugu, konferensi kedua dilakukan Menteri Agama dengan para Alim Ulama pada tanggal 4-5 Mei 1953 di Bogor dan dipertegas kembali pada tanggal 3-6 Maret 1954 di Cipanas, Bogor konferensi ketiga. Ke putusan ini dikuatkan lagi oleh musyawarah dekan-dekan IAIN di bawah pimpinan Prof. R.H.A. Soenarjo tokoh NU di Purwokerto pada 6-7 Oktober 1962. 2 Tujuan NU memberikan gelar Soekarno sebagai Waliyyul Amri Ad-Dharuri bi As-Syaukah adalah untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan nasional antara Kartosuwiryo yang mengaku dirinya sebagai imam umat Islam dengan gerakan DITII-nya dan Presiden Soekarno pada pihak lain. Pengangkatan beliau lebih didasarkan karena kekuatan beliau syaukah, bukan atas kualitas keagamaannya, sikap ini bertujuan agar kepresidenannya tidak saja kokoh secara konstitusinal tetapi juga kokoh secara spiritual-keagamaan, sehingga umat Islam wajib taat kepadanya. 3 Dampak pemberian gelar Presiden Soekarno sebagai Waliyyul Amri Ad-Dharuri bi As-Syaukah paling mendasar adalah adanya dualisme landasan dalam kehidupan bangsa Indonesia dan hal ini akan senantiasa menjadi sebuah polemik, apabila tidak diupayakan solusi atas persolan tersebut. Oleh karena itu dengan adanya Konferensi Alim Ulama ini menyelesaikan permasalahan yang ada

B. Saran

1 Pengangkatan Soekarno oleh Nahdlatul Ulama NU sebagai Waliyyul Amri Ad- Dharuri bi As-Syaukah lebih didasarkan karena kekuatan beliau syaukah, bukan atas kualitas keagamaannya padahal masih ada tokoh-tokoh dari kalangan Islam yang bisa dimunculkan seperti Mohammad Hatta dan M. Natsir, di sini terlihat sikap pragmatisnya sebagian tokoh-tokoh Islam. Sejarah telah membuktikan umat Islam mampu bersatu padu dan sehati dalam memperjuangkan tegaknya kemerdekaan dan cita-cita keadilan serta kemandirian dalam berbangsa dan bernegara. Namun mereka kini justru bercerai berai dalam mengisinya. Perpolitikan Islam lebih banyak dilanda konflik internal yang memakan sumber daya energi sementara hasil yang diharapkan masih jauh dari jangkauan. 2 Apa yang menjadi temuan dalam penelitian ini tentu masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber data maupun metodologi yang digunakan. Untuk itu peneliti menyarankan agar peneliti-peneliti berikutnya lebih memperdalam dan memperluas wawasan untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan bermanfaat secara berkesinambungan. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka: Jakarta. Ali, A. Yusuf. 1983. The Holy Qur’an: Translation and Commentary. Brentwood, Maryland: Amana Corp. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: Bina Aksara. Coulson, Noel J. 1987. Hukum Islam dalam Persfektif Sejarah. Terjemahan dari The History of Islamic Law. Jakarta: P3M. Departemen Agama RI. 1999. Surabaya: CV. Asy Syifa. Dijk, C Van. 1993. Darul Islam Sebuah Pemberontakan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Fealy, Greg. 1997. Ijtihad Politik Ulama, Sejara NU 1952-1967. Terjemahan Farid Wajidi dan Mulni Adelina Bahtar.Yogyakarta: LKIS. Feillard, Andree. 1999. NU Vis a Vis Negara. Yogyakarta: LKIS. Gazalba, Sidi. 1987, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. Gotschalk, Louis. 1986, Mengerti sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM. Haidar, M Ali. 1994. Nahdatul Ulama Dan Islam Di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kansil, Julianto. 1985. Sejarah Perjuangangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga. Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: Kampusina. Kuntowijoyo. 1995, Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Yayasan Bentang Budaya. Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Latif, Yudi. 2010. Intelegensi Muslim dan Kuasa, Sejarah Intelegensi Muslim Indonesia pada Abad ke-2. Bandung: Mizan Media Utama. Hadari Nawawi. 1993, Metode Penelitian. Jakarta: Idayu Perss. Maarif, Akhmad Syafi. 1996. Islam dan Teori Politik Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965. Jakarta: Gema Insani Press. Milles, Mathew G dan Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif terjemahan. Universitas Indonesia, Jakarta: Bhatara karya Aksara. Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Inti Ida Ayu Press. Panitia buku 20 tahun Indonesia R.I. 1965. 20 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Departemen Penerangan. Poerwantana, Hugiono P.K. 1987, Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara. Rasyid, H. Sulaiman. 1955. Fiqih islam. Jakarta: Attahiriyah. Rickleft, HC. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press. Saefudin, DR. A. M. 1996. Ijtihad Politik Cendikiawan Muslim. Jakarta: Gema Insani press. Sayuti , Husin. 1989. Pengantar Metedologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Sitompul, Einar Martahan. 1996. Nahdatul Ulama Dan Pancasila. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Surahcmad ,Winarno. 1984. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung: Bina Aksara. Suryanegara, Ahmad Mansur. 2012. API sejarah 2. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.