Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)
Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memperoleh Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh: Deni Maulana NIM: 1112024000006
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
iv PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah swt, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Zat yang telah memberikan beribu-ribu nikmat, di antaranya: nikmat Iman, Islam dan sehat wa al-fi’at sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat beriring salam semoga tercurah kepada kekasih Allah, pahlawan revolusi Islam, yaitu Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju kesalamatan.
Penyusunan skripsi ini peneliti buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sastra (S.S) dengan judul skripsi yang berjudul Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn., (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin).
Selama penelitian ini, banyak sekali kesulitan, rintangan dan hambatan yang dialami, namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku ketua Jurusan Tarjamah.
3. Ibu Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan Skripsi ini.
(6)
v
4. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu peneliti dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan. Peneliti berterima kasih kepada seluruh staf TU khususnya Fakultas Adab dan Humaniora yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
6. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi MA sebagai penguji sidang munaqasyah yang menyempatkan waktu dan kesempatan dalam membimbing penelitian ini.
7. Peneliti haturkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Madroji dan Ibunda Nenih, yang tak kenal lelah memberikan dorongan, dukungan, dan motivasi baik berupa moril maupun materil. 8. Peneliti haturkan ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
Tarjamah angkatan 2012.
9. Peneliti haturkan terima kasih kepada PDS (Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin) yang telah membantu Peneliti dalam mencari buku-buku referensi.
Semoga skripsi yang sederhana ini memberikan kontribusi dan manfaat bagi diri peneliti khususnya dan umumnya bagi orang yang memperdalami ilmu bahasa terutama pada bidang kajian penerjemahan. Akhirnya peneliti haturkan mohon maaf atas kekurangan dan keterbatasan skripsi ini dan terimakasih.
(7)
vi DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN...i
PERNYATAAN...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
PRAKATA...iv
DAFTAR ISI...vi
ABSTRAK...ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Batasan dan Rumusan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian...4
D. Manfaat Penelitian...4
E. Kajian Terdahulu...5
F. Metodologi Penelitan...6
G. Sistematka Penulisan...9
BAB II KERANGKA TEORI A. Gambaran Umum Penerjemahan...11
1. Definisi Penerjemahan...11
2. Metode Penerjemahan...12
3. Proses Penerjemahan...17
B. Gambaran Umum Surah Yâsîn...20
(8)
vii
2. Asbabu an-Nuzul...21
3. Kandungan...25
4. Kedudukan...26
C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)...27
1. Konsep Amr ...30
2. Bentuk-bentuk Amr ...31
3. Makna-makna Balaghi Amr ...35
BAB III H.B. JASSIN DAN AL-QUR’AN AL-KARIM BACAAN MULIA A. H.B. Jassin...41
1. Riwayat Hidup...41
2. Pendidikan...41
3. Karya...41
B. Al-Qur’an Bacaan Mulia...43
1. Latar belakang penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia...43
2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia...46
BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT PERINTAH (AMR) DALAM SURAH YÂSÎN A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam surah Yâsîn...48
(9)
viii
B. Makna dan Analisis Amr Balaghi dalam surah
Yâsîn...59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...68
B. Saran...69
DAFTAR PUSTAKA...70
(10)
ix ABSTRAK DENI MAULANA
Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin).
Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan jika dilihat dari sistematika bahasanya. Semua keistimewaan itu dapat terlihat baik dari segi pemilihan kata, keserasian penyususnan kalimat maupun keindahan makna. Surah Yâsîn ini mengandung bentuk perintah (amr). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa banyakkah bentuk perintah (amr) dalam Surah Yâsîn, dan sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya.
Metode yang digunakan untuk mengkaji permasalahan di atas, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti mendeskripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan terhadap objek yang diteliti.
Temuan penelitian ini adalah bahwa dalam surah Yâsîn terdapat bentuk amr yaitu, bentuk fi’il amr, adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah Yâsîn.
dilihat dari bentuk amr yang bermakna haqiqi, peneliti menemukan 7 ayat. Tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82. Sedangkan, dari bentuk amr yang bermakna balaghi peneliti menemukan 5 ayat. Tersebar pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47. Makna balaghi pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47 menunjukan amr maknanya lil-irsyâd (saran). Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti
lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin terhadap surah Yâsîn sudah sesuai.
Kata kunci: Kalimat Perintah (Amr), Al-Qur’an Bacaan Mulia (Terjemahan), Balaghah.
(11)
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin.
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ا
Tidak dilambangkanb be
t te
ts te dan es
ج
j jeح
h h dengan garis bawahkh ka dan ha
د
d Dedz de dan zet
ر
r erz zet
(12)
xi
ش
sy es dan yeص
s es dengan garis di bawahd de dengan garis di bawah
t te dengan garis di bawah
ظ
z zet dengan garis di bawah‘ koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha
ف
f Efق
q Kik Ka
l El
m Em
n En
(13)
xii
ه
h Haء
, Apostrofي
y Ye2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـــــــ
a fathahـــــــ
i kasrahـــــــ
u dammahAdapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
----
ai a dan iو
----
au a dan uVokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:
(14)
xiii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
اــ
â â dengan topi di atasــ
ĭ ĭ dengan topi di atasوــ
û û dengan topi di atas3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dilahirkan menjadi huruf /L/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
qomariyah. Contoh: al-rij l, al-d w n bukan ad-d w n.
4. Syaddah (Tasyd d)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرور لا tidak ditulis ad-dar rah melainkan al-ad-dar rah, demikian seterusnya.
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri. Maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
(15)
xiv
No Kata Arab Alih Aksara
1 ةقير tarîqah
2 ةيماسإا ةعماجلا al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3 دوجولا ةدحو wahdat al-wujûd
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani,
(16)
xv 7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
سأا به
dzahaba al-ustâdzuجأا ت ث
tsabata al-ajruي
لا ك لا
al-harakah al-‘asriyyahه اا هلا ا أ شأ
asyahdu an lâ ilâha illâ Allâhحل لا ك م ناوم
Maulânâ Malik al-Sâlihه مك ثؤي
yu’ats-tsirukum Allâhي لا ه لا
al-mazâhir al-‘aqliyyahينو لا يآا
al-âyât al-kauniyyah(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Al-Qur’an al-Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang. Rasulullah Saw menyampaikan al-Qur’an itu kepada orang-orang Arab. Mereka dapat memahami ajaran agama yang dibawa Rasulullah.1
Bahasa al-Qur’an pun sangat indah. Begitu indah dan mempesona sehingga karya syi’ir yang sudah ada ternyata tak menyamai nilai sastranya. Syi’ir temasuk dalam sastra. Sastra merupakan ekspresi bebas. Sastra bukan sesuatu tanpa aturan dan rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya beragam ilmu sastra yang menentukan kualitas karya sastra yang dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab ada yang dikenal dengan istilah, balaghah atau yang disebut dengan retorika
bahasa. Balaghah setelah menjadi ilmu, mempunyai rumusan-rumusan tertentu yang digunakan sebagai basis konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan
ke-balaghah-an karya sastra.
Balaghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi dan sintaksis. Kajian balaghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara teori prasyarat mempelajari balaghah harus menguasai gramatika bahasa yang merupakan
(18)
2 pembahasan tentang morfologi dan sintaksis. Dalam gramatika bahasa Arab dikenal istilah Nahwu yang pararel dengan sintaksis, dan Sharf yang pararel dengan morfologi.2
Al-Qur’an yang merupakan kitab Allah yang menjadi sumber syariat Islam selain dikaji isinya juga sering dikaji bahasanya. Untuk menyingkap keindahan bahasa al-Qur’an, banyak sarana ilmu yang dibutuhkan, di antara ilmu yang terpenting adalah ilmu balaghah. Hal ini dikatakan oleh Ali Al Jarim dan Musthafa Amin, bahwa Ilmu balaghah adalah suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan).3 Al-Qur’an memiliki tingkat
fashahat dan balaghah yang tinggi, sehingga untuk memahaminya haruslah betul-betul memahami ilmu balaghah. Banyak yang dibahas dalam ilmu balaghah salah satunya struktur kalimat perintah (amr).
Kalimat bermacam-macam jenisnya, yaitu kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat berita, dan sebagainya. Kalimat perintah dilihat dari taraf reaksi tindakan yang diharapkan dibedakan adanya (a) kalimat perintah yang tegas, (b) kalimat perintah yang biasa, dan (c) kalimat perintah yang halus.4
Jika kalimat perintah (amr) dilihat dari pandangan balaghah yakni ilmu
ma’ani. Peneliti menemukan banyak kalimat perintah. Di antaranya, kalimat
2Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), cet. Ke-1 h. 75.
3 Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah.(Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2015) Cet. Ke-10, h. 6.
4 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT Rineka
(19)
3 perintah permintaan (doa), kalimat perintah memberi saran, kalimat perintah setara (sederajat kedudukannya), kalimat perintah angan-angan (sesuatu yang tidak mungkin tercapai), kalimat perintah memilih (memberi pilihan), kalimat perintah menyamakan, kalimat perintah melemahkan, kalimat perintah mengancam, dan kalimat perintah membolehkan.5
Jenis kalimat perintah (memberi saran) ditemukan dalam terjemahan Al-Qur’an H.B. Jassin di surah Yâsîn. Jenis kalimat perintah (memberi saran)
maksudnya adalah bahwa bentuk kalimat perintah itu, tidak dimaksudkan sebagai perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang diungkapkan mutakallim kepada
mukhâtab.
Peneliti meneliti variasi kalimat, yaitu kalimat perintah dilihat dari tinjauan ilmu balaghah pada terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin surah Yâsîn karena dalam surah tersebut ditemukan beberapa data berupa kalimat perintah. Peneliti memilih Terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin sebagai objek penelitian karena dilihat dari latar belakang penerjemah al-Qur’an tersebut, penerjemahnya adalah seorang yang bukan seorang ahli tafsir al-Qur’an melainkan ahli dalam bidang ilmu sastra. Terjemahan al-Qur’annya pun berbeda dengan terjemahan al-Qur’an yang ada. Terjemahannya berbentuk Puisi. Peneliti meneliti surah Yâsîn karena surah Yâsîn merupakan salah satu surah di al-Qur’an yang paling sering dibaca oleh umat Islam khususnya di Indonesia, karena surah tersebut memiliki keistimewaan
5 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(20)
4
dibandingkan surah-surah lainnya. Di antaranya adalah sebagai jantungnya al-Qur’an.
Oleh karena itu, peneliti akan meneliti dan menulis skripsi dengan judul:
“Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah yang akan dibahas, hanya terfokus pada surah Yâsîn.
Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Berapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn.? 2. Sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang
dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya? C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn.
2. Untuk mengetahui sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya.
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaatnya adalah:
(21)
5 memberikan pengetahuan mengenai struktur kalimat perintah (amr). Secara praktis dapat memberikan kekayaan, wawasan ilmu pengetahuan bagi penerjemah, memahami al-Qur’an, penulis, dan pengajar bahasa Arab.
E. Kajian Terdahulu
Berdasarkan tinjauan penelitian terhadap skripsi yang pernah diteliti, bahwa penelitian yang setema dengan penelitian ini belum pernah diteliti.
Namun demikian penelitian yang ingin peneliti teliti ini terinspirasi dari
skripsi yang berjudul “Personifikasi dalam Surah Al-Baqarah (Analisis Terjemahan Al-Qur’an Prof. Dr. Hamka)” karya Muhamad Fadli (2007). Skripsi tersebut membahas tentang Analisis Terjemahan Al-Quran Prof. Dr. Hamka. Bagaimana Hamka menerjemahkan ayat Personifikasi dalam Al-Qur’an .
Peneliti juga menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu di antaranya: Personifikasi dan Simile dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin karya Achmad Sunarto (Tinjauan Balaghah) karya Novi Aryanita (2015), Terjemahan Novel Aulad Haratina karya Nâzib Mahfud Studi Stilistika terhadap serial Rifaat Sang Penebus karya Umar Mukhtar (2013), Penerjemahan Struktur Kalimat Qhasar dalam Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Studi kasus Surat Al-Baqarah karya Reda Pahlevi (2015), dan Ragam Struktur Kalimat Tasybih dalam Terjemahan Kitab Balaghatul Hukama (Studi Analisis Struktur Kalimat Tasybih) karya Khilda Shulhiyyah (2016).
Adapun perbedaan antara penelitian yang akan peneliti teliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada studi yang diambil. Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin memfokuskan pada analisis Terjemahan Struktur
(22)
6 Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Oleh H.B. Jassin). Objek kajiannya Surah Yâsîn, dengan tujuan, penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa al-Qur’an terjemahan merupakan objek kajian yang lengkap, dalam segi kebahasaan. Seperti halnya karya ilmiah pada umumnya, skripsi ini yang menganalisa tentang Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn. Peneliti merasa cukup penting, karena selain untuk melangkapi dalam pustaka khazanah keislaman juga untuk memberikan informasi baru bagi khalayak umum serta menambah pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Adapun buku rujukan utama yang peneliti pakai yaitu, Terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin Bacaan Mulia, buku-buku tentang balaghah dan teori-teori penerjemahan.
F. Metodologi Pelitian
Metodologi penelitian yang digunakan peneliti terdiri dari: 1) Metode Penelitian (library research)
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti mendesripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta. sesuai dengan data yang ada, sehingga mencapai maksud dan tujuan penelitian.6 Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan kajian pustakaan dan
6 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1993) Cet
(23)
7 mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian memilih antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
2) Sumber Data
Data yang peneliti ambil ini terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer atau sumber utama yang peneliti ambil ialah Surah Yâsîn yang terdapat dalam al-Qur’an Terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin. Sedangkan sumber sekunder atau pendukung dari literatur balaghah, teori-teori penerjemahan, tafsir al-Lubâb, Tafsir Hamami Sebab-sebab turunnya Ayat al-Qur’an dan lainnya, serta sumber literatur lainnya sebagai pendukung.
3) Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis, yang penulis lakukan yaitu dengan menentukan korpus yang akan diambil. Setelah itu membacanya secara keseluruhan, kemudian menentukan berapa banyak struktur amr dalam surah Yâsîn. Langkah selanjutnya menganalisis terjemahan sudah akuratkah Terjemahan Al-Qur’an H.B. Jassin.
4) Analisis Data
Pada bagian analisis data, peneliti menentukan potongan ayat-ayat. Dari surah Yâsîn yang mengandung struktur amr, selanjutnya menganalisis hasil terjemahan al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin yang berpedoman pada ilmu balaghah. Secara tekhnik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi)” yang belaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku ini diterbitkan oleh Center of Quality
(24)
8
Metodologi Penelitian
Metode Kualitatif
Paradigma
Ilmu Balaghah
Sumber Data
al-Qur’anul karim Bacaan Mulia
H.B. Jassin
Analisis Data
Membaca al-Qur’anul karim Bacaan
Mulia dengan terjemahannya dengan baik karya H.B. Jassin
Menganalisa berapa banyak ayat yang terkandung struktur amr dan Penerjemahan struktur kalimat amr dalam surah Yâsîn yang terdapat dalam
(25)
9 G. Sistematika Penulisan
Berikut adalah langkah yang peneliti tempuh supaya penulisan ini lebih terarah dan sestematis. Langkah-langkahnya adalah:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, dilanjut dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Kerangka Teori, dalam bab ini dibahas tentang pengertian terjemah,gambaran umum surat yâsîn, Amr dalam tinjauan Balaghah.
Bab III H.B. Jassin dan Al-Qur’anul Karim Bacan Mulia
Bab IV Bab ini memaparkan analisis data yang ditemukan peneliti. Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
(26)
10 BAB II
KERANGKA TEORI
Sebelum peneliti menjelaskan tentang teori-teori penerjemahan, peneliti akan memberikan gambaran apa itu teori? Memahami betapa pentingnya teori untuk penelitian, maka istilah teori menerut Oxford Rereference Dictionary, (1990) adalah: A system of ideas formulated ( by reasoning from know fact) to explaint
samething. An opinion, supposition in general (opp, practice) An exsposition of the principles on wich a subject is based.
Maksudnya teori adalah suatu sistem, dari jumlah ide yang diformulasikan (oleh proses penalaran dari pengetahuan menjadi kenyataan) untuk menjelaskan sesuatu. Sebuah opini, sebuah pemikiran umum (lawan dari praktis). Sebuah penjelasan yang terperinci dari serangkaian prinsip dimana sebuah subjek di letakkan sebagai dasar.
Sedangkan menurut Bailey (1982), ada sejumlah perbedaan konsep tentang teori, tetapi pada dasarnya teori adalah menjawab tentang kemengapaan dan kebagaimanaan. Dari berbagai pernyataan tersebut, teori dapat didefiniskan sebagai proses penyediaan penjelasan-penjelasan dan prediksi-prediksi dari fenomena sosial dan merupakan generalisasi yang berhubungan dengan suatu kepentingan untuk mengacu kepada berbagai fenomena. Adakalanya teori, ditampilkan dalam
(27)
11 bentuk pernyataan dan dalam istilah-istilah yang menunjukan hubungan sebab akibat (causal-term).7
A. Gambaran Umum Penerjemahan 1. Definisi Penerjemahan
Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Dari berbagai definisi yang ada, peneliti akan menyajikan beberapa definisi yang sering dikutip dalam buku-buku tentang penerjemahan.
Definisi pertama berasal dari Catfort. Ia menulis:
(translation is) replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. (Caford, 1965:20). atau ,
Penerjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa.
Definisi kedua dikemukakan oleh Savory (1968) dalam bukunya the Art of
Translation.
Translation is made possible by an equivalent of thought that lies behind its different verbal expression.
Kutipan di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:
7Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi 2013) Cet ke-1 h. 76.
(28)
12 Penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di balik ungkapan verbal yang berbeda.
Definisi ketiga, Nida dan Taber (1969) menyatakan secara lebih jelas proses penerjemahannya. Mereka menyatakan:
Translating consists of reproducing in the receptor language the chosest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning and scondlyin terms of style.
Secara bebas kutipan di atas bisa diterjemahkan sebagai berikut:
Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber (BSU) kedalam bahasa sasaran (BSA) dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.8
Definisi dalam buku Ibnu Burdah yang berjudul Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab.
Penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).9
2. Metode penerjemahan
Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode penerjemahan yang digunakan. Metode penerjemahan merupakan pilihan yang
8 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan Penuntun
Praktis Menerjemahkan ( Yogyakarta: Kanisius, 2003) Cet ke- 6 h. 12.
9 Ibnu Burdah Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab
(29)
13 bersifat umum. Pemilihan metode ini turut menentukan corak dan warna teks terjemahan secara keseluruhan. Menurut Molina dan Albir (2002), Translation
method refers to the way of particular translation process that is carried out in the
terms of translator’s objective,‘metode penerjemahan merujuk pada cara tertentu
yang digunakan dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuan penerjemah.’
Bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam komunikasi interlingual. Dalam kapasitas pelaku inilah penerjemah mengambil keputusan, baik menyangkut pemilihan padanan maupun pengungkapan padanan dalam bahasa target.
Secara umum metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani masalah-masalah yang dia hadapi selama proses penerjemahan.
Secara garis besar dikenal dua metode penerjemahan, yakni metode harfiah dan metode tafsiriah. Bahkan, topik mengenai baik-buruk terjemahan harfiah dan tafsiriah sejak lama sudah menjadi perdebatan hangat. Metode harfiah berfokus pada kata, karena untuk mengindahkan susunan dan stuktur teks bahasa sumber sedangkan metode tafsiriah tidak berfokus pada kata karena tidak terlalu memperhatikan susunan dan struktur teks bahasa sumber.
Newmark (1988: 45-47) membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target. Dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan, lihat seksama diagram berikut.
(30)
14 Penekanan pada Bahasa Sumber Penekanan pada bahasa Target Penerjemahan kata demi kata Adaptasi
Penerjemahan literal Penerjemahan bebas Penerjemahan setia Penerjemahan idiomatis Penerjemahan semantis Penerjemahan komunikatif
1. Penekanan pada Bahasa Sumber
Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber. Di antaranya sebagai berikut:
1.1 Metode Penerjemahan Kata demi Kata
Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antarbaris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata.
1.2 Metode Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika bahasa sumber kedalam konstruksi bahasa target yang memiliki padanan paling dekat. Namun dengan demikian, unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu persatu tanpa mengindakan konteks yang melatarinya.
(31)
15 1.3 Metode Penerjemahan Setia
Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa.
1.4 Metode Penerjemahan Semantis
Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber, namun begitu, penerjemah berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan struktur sintaksis dan semantik bahasa target. Penerjemahan semantis sangat memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang menggetarkan.
2. Penekanan pada Bahasa Target
Pada kelompok ini metode penerjemahan lebih berorientasi pada bahasa target. Seperti halnya yang pertama terbagi menjadi empat metode. Sebagai berikut:
2.1 Metode Penerjemahan Adaptasi
Metode penerjemahan adabtasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Penerjenahan berusaha mengubah dan menyalaraskan budaya bahasa sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama digunakan dalam menerjemahkan
(32)
16 naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter, dan alur cerita.
2.2 Metode Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada tataran kata.
2.3 Metode Penerjemahan Idiomatis
Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cendrung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam bahasa sumber.
2.4 Metode Penerjemahan Komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa target.
(33)
17 Lebih lanjut Newmark (1988) mengomentari delapan metode penerjemahan tadi. Hanya ada dua metode yang dianggap dapat memenuhi tujuan utama penerjemahan, yaitu Penerjemahan Semantis dan penerjemahan komunikatif.10
3. Proses Penerjemahan
Bagus atau tidaknya teks terjemahan seseorang, dilihat dari proses penerjemahannya. Seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Proses penerjemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Proses 1: Pemahaman leksikal dan gramatikal Bsu. Pada tahap ini, seorang penerjemah harus memiliki kepekaan leksikal, sehingga dia bisa memahami penggunaan makna kosakata yang terlihat pada teks atau ujaran dalam Bsu sesuai peruntukannya berdasarkan makna yang tersedia di kamus.
2) Proses 2: Pemahaman Bsu, pada tahap ini, seorang penerjemah harus memahami struktur pemaknaan (semantik) yang berlaku pada teks atau
10 M. Zaka Al Farisi Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,(Bandung: PT Rosda
Karya 2011) Cet ke-1 h. 57. (MASUKAN) Stuktur Luar Bahasa
(PROSES 1)Pemahan Leksikal dan Gramatikal Bsu (PROSES 2) Pemahaman Makna Bsu
(PROSES 3) Sikronisasi Struktur Dalam Bsu
dan Bsa
(PROSES 4) Pemadanan Makna ke
dalam Bsa
(KELUARAN) Struktur Luar Bsa
(34)
18 ujaran dalam Bsu, juga pemaknaan (pragmatik) yang dikaitkan dengan konteks situasi yang berlaku pada teks atau ujaran dalam Bsu.
3) Proses 3: Sinkronisasi struktur dalam Bsu dan Bsa. Pada tahap ini, struktur luar Bsu telah bertransformasi menjadi struktur dalam.
4) Proses 4: Pemadanan makna ke dalam Bsa. Pada tahap ini, hasil penyelarasan itu dikonversikan menjadi teks atau ujaran dalam Bsa yang bisa dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar Bsa, sebaik pemahaman yang diperoleh oleh pembaca atau pendengar Bsu.
Untuk dapat berhasil melalui empat proses itu, seorang perlu memperhatikan diagram berikut:
(1) Pemahan (2) Implikatur (3) Pemadanan Leksikografi
Morfologi Sintaksis
Semantik Pragmatik
Kelaziman Keterpahaman
Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman pada diagram di atas dimaksudkan sebagai hasil dari olah intertekstual atas teks ujaran dalam Bsu, melalui perangkat ilmu leksikografi, morfologi, dan sintaksis yang ada pada teks atau ujaran dalam Bsu.
2) Implikatur merupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman menangkap aspek semantik dan pragmatik yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap teks dan implikasi kontekstualnya.
(35)
19 3) Pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek tekstual dan kontekstual dari teks ujaran dalam Bsu Ke Bsa. Hasil penerjemahan menjadi wajar sesuai kelaziman yang berlaku dalam struktur Bsa baik struktur gramatikal maupun struktur makna.
Untuk mendapatkan pemahaman, implikatur, dan pemadanan yang tepat dan wajar, ada beberapa langkah yang terlihat dalam bagan berikut:
Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengenalan jenis teks atau ujaran, yaitu mengenali jenis teks atau ujaran yang akan diterjemahkan dengan membacanya secara berulang-ulang atau mempelajari karakter pembicara dengan seksama sebelum proses penerjemah berlangsung, yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan. 2) Analisis unsur teks dan ujaran, yaitu mengurangi satuan-satuan kalimat dan
usur-unsur dalam bagian teks atau ujaran yang lebih besar lagi.
3) Pengolahan dan penyerasian, yaitu penata ulang analisis dan dilakukan penyelarasan pada semua unsur teks atau ujaran baik sehubungan dengan aspek linguistisnya maupun aspek nonlinguistisnya dengan mencari istilah dan ungkapan dalam Bsa yang tepat, cermat, dan selaras.
(1) Pengenalan Jenis Teks atau Ujaran (2) Analisis Unsur Teks atau Ujaran (3) Pengolahan dan Penyesuaian (4) Pengecekan Hasil
(36)
20 4) Pengecekan hasil, yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan susunan kalimatnya, juga kualitas terjemahannya.11
B. Gambaran Umum Surah Yâsîn 1. Pengenalan Surah Yâsîn
Dari 114 surah yang ada dalam al-Qur’an, surah Yâsîn diurutan surah yang ke 36 dalam al-Qur’an. Surah Yâsîn terdiri dari 83 ayat. Keseluruhannya turun sebelum Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah. Sebagian ulama mengecualikan ayat 12, tetapi pendapat ini tidak tepat.12
Namanya “Surah Yâsîn”, terambil dari ayat pertama surah ini. Nama tersebut diperkenalkan oleh Nabi saw. Beliau bersabda: “ Bacakanlah surah Yâsîn bagi
orang-orang mati kamu yang sedang akan mati.” Surah ini dikenal dengan nama
“Qalbu al-Qur’an” (jantung al-Qur’an). Menurut Imam Ghazali penamaan itu disebabkan karena surah Yâsîn menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan, sedangkan keimanan baru dinilai benar, kalau seseorang mempercayai hari kebangkitan. Memang kepercayaan tentang Hari Kebangkitan mendorong manusia beramal saleh lagi tulus, walau tanpa imbalan duniawi. Keyakinan itu juga mengantar manusia menghindari kedurhakaan, karena kalu tidak, ia akan tersiksa di akhirat nanti.
11 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,
(Ciputat Tanggerang Selatan: UIN Press 2014) Cet ke-1 h. 24.
12 M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Ciputat, Tanggerang: Lentera Hati) cet
(37)
21 Surah Yâsîn dianjurkan, dibacakan untuk orang yang akan mati, agaknya disebabkan karena orang yang akan meninggal dunia hatinya gentar menghadap Allah swt. Maka ayat-ayatnya akan memperkuat kalbu/hati siapa yang gentar itu. Ia akan merasakan bahwa kematian akan mengantarkannya bertemu dengan Allah swt. Bersifat Rahmân dan yang menjanjikan aneka janji baik terhadap orang-orang yang percaya.
Ada lagi yang menamainya surah “Habîb an-Najjar” karena sementara riwayat menyatakan bahwa tokoh itulah yang dimaksud oleh ayat 20 surah ini yang menguraikan kedatangan seorang laki-laki dengan bergegas-gegas...” tetapi penamaan itu tidak mempunyai dasar riwayat yang kuat. Surah ini dinamai juga
ad-Dâfi’ah yang menampik, dan yang mendukung dan al-Qâdhiyah yang
menetapkan karena siapa yang mempercayai kandungannya, maka kepercayaannya itu menampik segala marabahaya, serta mendukung dan menetapkan untuknya aneka kebajikan dan memberinya apa yang dia harapkan.13
2. Asbabu an-Nuzul Surah Yâsîn
Peneliti mengutip dari buku Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, karangan Jalaluddin as-Suyuthi. Peneliti hanya menemukan ada beberapa ayat saja yang diungkapkan sebab turunnya surah Yâsîn. Di antaranya ayat ke 1-2, 8, 12 dan 77.
Ayat 1-2, yaitu firman Allah Swt,
13 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
(38)
22
ٓ كܳي
ٓ
ٓقو
ٓقناقءُܱۡݐ
ۡ
لٱ
ٓ
ٓقݗيقݓق
ۡٱ
ۡ
ٓ
“Yâsîn. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah.”(QS. Yâsîn:1-2). Sebab turunnya ayat
Abu Nu’aim dalam kitab ad-Dalâ’il meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
berkata, “Dahulu, Rasulullah pernah membaca surah as-Sajdah dengan suara keras. Hal itu membuat orang-orang kafir Quraisy marah sehingga mereka bermaksud mencelakakan beliau. Akan tetapi, tiba-tiba tangan mereka menjadi terbelenggu kaku di leher (tidak dapat digerakkan) dan pandangan mereka menjadi gelap sehingga tidak dapat melihat. Mereka lantas berbondong-bondong mendatangi
Nabi saw. Dan berkata, ‘Wahai Muhammad, kami memohon kepadamu dengan
nama Allah dan hubungan kekerabatan di antara kita (agar engkau menolong kami mengembalikan keadaan kami).’ Rasulullah lalu berdoa sehingga keadaan mereka seperti semula. Setelah itu, turunlah ayat, Yâ sîn. Demi al-Qur’an yang penuh
hikmah,’ hingga ayat 10, “dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi
peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.” Ibnu Abbas berkata,
“sayangnya, tidak seorang pun di antara orang-orang tadi yang lantas beriman
kepada Rasulallah.”
Ayat 8, yaitu firman Allah swt.
ܛ܅نقإ
ٓ
ٓ
َقإٓق قِقفٓ
ق
ٰٗقلۡغ
م
ق
أٓۡݗقݟقݐٰ قنۡع
ق
أٓك قِٓܛقݜ
ݖقعقج
ۡ
ٓققۡم
ق ۡ
ۡٱ
ٓقنܛ
ٓ
ٓقنݠُحقݙۡݐ܆مٓݗُݟقٿ
(39)
23
“
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tanganmereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS. Yâsîn: 8).
Sebab Turunnya ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah yang berkata, “Suatu hari, Abu Jahal
berkata, ‘jika saya bertemu dengan Muhammad niscaya saya akan menyelakakannya.’ Allah lantas menurunkan ayat, ‘Sungguh, kami telah
memasang belenggu di leher mereka,...’sampai ayat 9, ‘... Sehingga mereka tidak
dapat melihat.’ Ketika orang-orang kafir Quraisy mengatakan kepadanya, ‘itu
Muhammad! Itu Muhammad” Abu Jahal justru balik berkata, ‘Mana dia! Mana dia!’ Ia tidak bisa melihat Rasulullah.”
Ayat 12, yaitu Firman Allah swt,
ܛ܅نقإ
ٓ
ٓق ُۡۡنُٓݚۡ
َ
ق
ٰٓقتۡݠقݙ
ۡ
ڙٱ
ٓ
ٓلنقܞ܆مٓلمܛقمقإٓك قُِٓݝٰ قنۡي قصۡح
ق
أٓفء ۡ قَٓ ܅ ُُقوٓۚۡݗُهقٰܱقثاقءقوٓ
ْاݠُښ܅ܯققٓܛقمٓ ُܜُتۡكقنقو
٢
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan
kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tingalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yâsîn: 12).
Sebab Turunnya ayat
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan suatu riwayat yang dinilainya hasan dan dinilainya shahih oleh Imam al-Hakim dari Abu Said al-Khudri yang berkata, “Bani
(40)
24 Salamah Tinggal dipinggir kota Madinah. Suatu hari mereka ingin pindah ke suatu tempat di dekat Masjid Nabawi. Akan tetapi, tidak lama kemudian turunlah ayat
ini. Setelah ayat turun, Rasululah berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya bekas
jalan yang kalian lalui akan dicatat. ‘oleh karenaitu, janganlah pindah!’” Imam ath-Thabrani juga meriwayatkan hal serupa dari Ibnu Abbas.
Ayat 77, yaitu Firman Allah swt,
ٓقو
ق
أ
ٓ
ٓقܱقيٓۡݗقڙ
ُٓݚٰ قسنق
ۡٱ
ۡ
ٓ
ٓٞنقܞ܆مٓٞݗي قصقخٓقݠُهٓاقمقܗقفٓلܟقݍ ۡط܆نٓݚقمُٓݝٰ قنۡݐ
قݖقخٓܛ܅نقأ
٧
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata”(QS. Yâsîn: 77).
Sebab Turunnya ayat
Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Ibnu
Abbas yang berkata, “Suatu ketika, al-‘Ash bin Wa’il datang kepada Rasulullah, sementara ditangannya tergenggam sepotong tulang yang sudah berumur lama. Ia harus meremas tulang itu dihadapan Nabi hingga hancur lembur kemudian berkata
(dengan sinis),” Wahai Muhammad, Mungkinkah tulang yang sudah hancur lebur
akan dibangkitkan kembali?! Rasulullah lalu menjawab, ‘Ya. Allah akan
menghidupkan tulang ini kembali, mematikanmu kemudian menghidupkanmu
kembali. Selanjutnya memasukkanmu ke dalam neraka jahanam.” Tidak lama kemudian turunlah ayat ini hingga akhir surah (ayat 83)
(41)
25 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Urwah Ibnuz-Zubair, Suddi, dan yang lainnya riwayat yang mirip dengan riwayat di atas. Akan tetapi, semua mereka menyatakan bahwa orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Ubai bin Khalaf.14
3. Kandungan
Surah ini dimulai dengan Yâsîn yang merupakan dua huruf dari alfabet bahasa Arab, yakni Yâ dan Sîn yang antara lain dipahami di sini sebagai tantangan kepada mereka yang meragukan kebenaran wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Itu, seakan-akan Allah swt. Berfirman bahwa kata-kata yang kalian gunakan sehari-hari adalah kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf semacam Yâ-sîn, tetapi kendati demikian, kamu tidak dapat menyusun seindah, seteliti, dan sebenar kandungan al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasul Kami, Muhammad saw.
Setelah memaparkan tantangan tersebut, melalui ayat 2 Allah swt. Bersumpah demi al-Qur’an yang disifatinya dengan kata hakîm (penuh hikmah),
bahwa “sesungguhnya Engkau, Wahai Nabi Muhammad saw, benar-benar termsuk salah seorang di antara rasul-rasul yang diutus Allah swt. 3, lagi berada di atas jalan yang lurus 4. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa, lagi Maha pengasih 5, dengan tujuan agar Nabi Muhammad saw, memberi peringatan kepada
14 Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabu an-Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Jakarta:
(42)
26 kaum yang, menurut ayat 6, nenek moyang terdekat mereka tidak pernah diberi peringatan sehingga mereka lengah.
Pelajaran yang dipetik dari ayat tersebut, al-Qur’an sejak turunnya hingga sekarang, bahkan hari-hari mendatang, menantang siapa pun yang meragukan untuk menyusun semacam al-Qur’an dari sisi keindahan dan ketelitian redaksi dan kandungannya. Hingga kini tidak ada yang berhasil.
Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji dapat mengantar pengamal-pengamalnya kepada kemuliaan, keperkasaan, dan keterpujian.
Masyarakat Arab yang ditemui pertama kali oleh al-Qur’an adalah masyarakat yang belum pernah didatangi oleh seorang Rasul, yakni sejak Nabi Ismail as. Rasul-rasul yang silih berganti diutus Allah swt. Yang diperkenalkan al-Qur’an sesudah Nabi Ismail as, adalah dari Bani Israil.15
4. Kedudukan
Kedudukan atau makna surah Yâsîn ini adalah akidah. Uraiannya dimulai dengan al-Qur’an dan kerasulan Nabi Muhammad saw. Serta tujuan kehadiran Beliau dan kehadiran al-Qur’an. Selanjutnya, diuraikan tentang kerasualan dan ajakan mereka untuk mengesakan Allah swt. Yang dikukuhkan dengan membentangkan aneka kekuasaan-Nya dalam mengatur alama raya/matahari dan bulan serta kecaman terhadap mereka yang tidak bersyukur. Tujuan surah ini adalah
15 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
(43)
27 mengantar manusia mempercayai akidah, khususnya tentang kenabian dan keniscayaan Hari Kebangkitan.16
C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)
Sebelum membahas Amr dalam tinjauan Balaghah, peneliti akan membahas gambaran umum tentang balaghah.
1. Definisi Balaghah
Peneliti menemukan berbagai macam definisi balaghah di antaranya:
Definisi Ahmad al-Hasyimi dalam kitab Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al
-Bayan Wa al-Badi’.
و ا ةغل ا ي ةغابا
نااو لوص
ت
ءاه
فصو حاطصاا ي ةغابا عقتو
.طقف مّلتماو ،مال ا
17
Arti secara bebas balaghah secara bahasa sampai (keterbacaan teks),
sedangkan menurut istilah balaghah berlaku pada sifat kalam dan mutakalim.
Definisi Ahmad Musthafa Maragi dalam kitab Ulumul Balaghah Al Bayan
wal Ma’ani al Badi’.
16 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 312.
17 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
(44)
28
،مال افصو ةغابا عقتو
.اهب ةمل ا فصو عمسي م و ،مّلتماو
18
Balaghah adalah terletak pada karakteristik kalam dan mutakalim.
2. Cabang-cabang Ilmu Balaghah
Dari berbagai macam buku atau kitab balaghah peneliti baca. Cabang-cabang Ilmu Balaghah terdiri dari tiga. Di antaranya:
a. Ilmu Bayan
.روهظلا و حاضيإاو ،فشك ا ةغل ا ي هانعم نايبا
:احاطصا و
.ضعب نع اهضعب فلتخ قرطب ،دحاو ا ىعمما داريإ اهب فرعي دعاوق و لوصث
19
Artinya bayan secara bahasa adalah nampak dan terbuka, menurut istilah bayan adalah menciptakan makna yang unik dengan teknik yang beragam.
Ilmu bayan bahasannya mencangkup, di antaranya: Tasybih, Majaz
Lughawi, Majaz Mursal, Majaz Aqli dan Kinayah.
18 Ahmad Musthafa MaragiUlumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’
(Baerut-Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 35.
19 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
(45)
29 b. Ilmu Ma’ani
يرعلا ما ا لاوحث اهب فرعي دعاوق و لوصث :ىاعما ملع
احا ىتقم اقباطم اهب نوكي يلا
ل
.ه قيس ىذا ضرغلا قفو نوكي ثيح
20
Artinya: Ilmu Ma’ani pada prinsipnya dikenal dengan ilmu untuk
mengetahui kasus suatu kalam (tulisan dan lisan) bahasa Arab sehingga sesuai dengan kondisi yang dimaksud oleh konteks.
Ilmu Ma’ani bahasannya mencangkup, di antranya: Kalam, Qhasar, Washal dan Fashal, Ijaz, Ithnab dan Musawah.21
c. Ilmu Badi’
م ا ةغل عيدبا
خ
َت
ََوما
د
م رغ ى
َث
.قباس لا
ي ملع وه :احاطصاو
ع
نسح ما ا ديزت يلا ايازماو ،هوَو ا هب فر
هوسكتو ،قواطو ا
اهب
ء
قنورو
.لاحا ىتقم هتقباطم دعب ،ا
22
Artinya: Badi’ menurut bahasa adalah inovasi, sedangkan menurut istilah
adalah ilmu untuk mengetahui berbagai bentuk dan kelebihan yang dapat
20 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 57.
21 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 3.
22 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
(46)
30
menambah kecantikan suatu kalam setelah disandingkan dengan tuntutan yang sesuai.
Ilmu Badi’ bahasannya mencangkup, di antaranya: Keindahan-keindahan
Lafzhi dan keindahan-keindahan Maknawi.23
Selanjutnya peneliti akan membahas perintah (Amr) dalam tinjauan balaghah yaitu:
1. konsep Amr
Secara harfiah, amr artinya ‘perintah’. Perintah adalah suatu tuntutan untuk melakuakan suatu perbuatan. Definisi amr dalam balaghah sebagai berikut:
بَل َط َو ه ر
َ
َْا
ء
َا ع ت س إا ه ََو َ َى ل ع ف لا
.
Amr adalah menuntut suatu perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.
Sebuah tuntutan melakukan perbuatan itu merupakan amr atau bukan, dapat diketahui. Dengan melihat siapa yang berbicara (mutakallim) dan siapa yang diajak bicara (mukhâthab). Jika seseorang yang bicara adalah lebih tinggi kedudukannya dari pada seseorang yang diajak berbicara, maka perintah itu disebut
amr. Jika tidak, perintah itu tidak dikatakan amr. Perintah dalah amr, tetapi tidak semua amr perintah.
23 Ahmad Musthafa MaragiUlumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’
(47)
31 Contoh:
ْٓاݠُ ُُ
ٓٓقو
ْٓاݠُبق ۡۡٱ
ٓ
يقݜقه
ٓ ܚ
ٓقنݠُݖقݙۡعقٹٓۡݗُتݜُكٓܛقݙقبٓܛ
٩
"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Tur: 19).
Pada contoh di atas mutakallim adalah Allah, sedangkan Mukhâthab-nya adalah para hambanya. sebagai mutakallim, kedudukannya Allah lebih tinggi daripada hamba-hamba-Nya sebagai mukhathab. Dengan demikian, kalimat
ٓ
ْ
ٓ
اݠُ ُُ
ٓ
ْ
اݠُبق ۡۡٱٓقو
disebutamr atau perintah.24
2. bentuk-bentuk Amr
Sebuah kalâm insyâ dapat diketahui dengan melihat ciri-cirinya. Di antara cirinya adalah amr (perintah). Namun, amr tidak diketahui keuali dengan mengetahui bentuk-bentuknya. Sementara itu, bentuk-bentuk amr ada empat di antaranya sebagai berikut:25
1. Fi’il Amr (ر ْا لعف)
24 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h.54.
25 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
(48)
32
Fi’il Amradalah pola fi’il atau kata kerja khusus yang artinya menunjukan
sebuah perintah.
Contoh:
ٓۡ٢قܯ ۡصٱقف
ٓ
ُܱٓقښۡܖُتٓܛقݙقب
ٓ ۡضقܱۡع
ق
أقو
ٓ
ٓ قݚقع
ٓقنقكق ُۡۡݙ
ۡ
ڙٱ
ٓ
٤
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik,”(QS. al-Hijr: 94).
Kalam yang bergaris bawah di atas disebut kalam insya. Cirinya adalah karena di dalamnya terdapat amr. Bentuk amr-nya adalah fi’il amr.
2. Fi’il Mudhâri yang didahului Lam Amr (
ر
َ
ْا م َا ب ن و ر قَم ا راَض م ا
لعفلا
)Bentuk amr yang kedua adalah pola fi’il mudhâri yang didahului lam amr. Ketika fi’il mudhâri didahului lam yang disebut lam amr, maka fi’il mudhâri tersebut menjadi salah satu bentuk amr. Maknanya menjadi perintah.
Contoh:
ٓ܅ݗُٺ
ٓ
ْٓاݠ ُضۡݐق
ۡ
ۡ
ٓ
ٓۡݗُݟقثقݍقٹ
ْٓاݠُفݠُ
ۡقو
ۡ
ٓ
ٓۡݗُهقروُُܰن
ْٓاݠُف܅ݠ ܅طق
ۡقو
ۡ
ٓقب
ٓقܠۡيق
ۡٱ
ۡ
ٓ
ٓقݎيقتقع
ۡلٱ
ٓ
٩
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada
(49)
33
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah),” (QS. al-Hajj: 29).
Kalam yang bergaris bawah pada contoh di atas disebut kalam insya’. Cirinya adalah karena di dalamnya terdapat amr. Yaitu perintah dari Allah sebagai Zat lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Bentuk amr-nya adalah fi’il mudhâri yang didahului lam amr.
3.Masdar pengganti Fi’il Amr(
ر
َ
ْا ل ع ف نَع ب ئانا رَد صَم
َا
)Bentuk amr yang ketiga adalah masdar. Masdar sesungguhnya adalah isim Masdar yang berkedudukan sebagai maf’ul muthlak dapat hilangkan fi’il-nya, sehingga menjadi berdiri sendiri. Kondisi itulah masdar pengganti fi’il amr.
Kata
ا ماَي
asalnya adalahا ماَي م
. Kemudian
fi’il-nya dibuang, maka tinggalا ماَي
inilah disebut Masdar pengganti
Fi’il Amr.Contoh:
ٓۡمِ
ٓ
ٓ
َقإٓقنوُܯُܞۡعقٹٓ
܅
َٓ قݔيقءٓ قرۡسقإٓك قِقبٓ قݎٰ قثيقمٓܛقن
ق
ۡܰقخقأ
ٓق ܅ّٱ
ٓ
ٓقبقو
ٓقݚۡيق قِٰقو
ۡلٱ
ٓ
ܛمنܛ قسۡحقإ
ٓ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
(50)
34 Dari contoh di atas yang bergaris bawah disebut kalam insya’ karena terdapat amr. Asal kalamnya adalah:
َس ح إ ن س ح
َ
ث
ا نا
Kemudian fi’ilnya dibuang sehingga tertinggal masdar-nya sebagai maf’ul
muthlak, inilah dimaksud masdar pengganti amr.
4. Isim Fi’il Amr (
ر
َ
ْا ل ع ف م س ا
)Dalam bahasa Arab ada kata yang disebut dengan isim Fi’il. Disebut demikian karena dari sisi bentuk dikategorikan sebagai isim. Namun, jika makna pekerjaan itu menunjukkan pekerjaan sedang atau akan, maka kata tersebut dinamai isim fi’il mudhari, seperti
هت
maknanyaعََوَت
َ
ث
(aku mengeluh). Sedangkan,
jika makna kerja yang terdapat di dalamnya menunjukkan perintah. Maka kata tersebut dinamai isim fi’il amr, seperti berikut ini di dalam diagram :Terimalah
) ب جَت س ا( ْ مت
Diamlah
) ت ك س ا( ه َص
marilah/ sambutlah
) ل ب
قَث( ََ
(51)
35
Biasakanlah
) م ز
ا( َك يَلَع
َ
Ambil/perhatikanlah
) لم
َ
أَت
\
ذ خ( َكَن و د
Contoh:
َك يَلَع
لَمَع
لا ي ص
َا خ إا ب
Biasakanlah ikhlas dalam beramal.
3. Makna-Makna Amr Balaghi
Amr (balaghi) yang keluar dari makna asal menjadi makna lain karena konteks kalimat. Amr pada asalnya bermakna perintah, namun karena situasi kondisi, susunan kalimat, atau mutakallim dan mukhathab, amr tidak lagi bermakna perintah. Diakibatkan oleh situasi, struktur, konteks kalimat, dan indikasi lainnya.26 Makna-makna lain yang dimaksud antara lain:
1. Bermakna Doa ( ء ََد )
Pada dasarnya doa adalah permintaan. Permintaan dalam doa dilakukan oleh pihak yang lebih rendah kepada yag pihak lebih tinggi. Bentuk amr yang
26 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(52)
36 digunakan dalam ungkapan doa dipastikan bukan amr dalam arti sebenarnya, melainkan sudah keluar menjadi arti lain, yaitu bermakna doa.
Contoh:
ٓقلܛقق
ٓ
ٓ قكبقر
ܱٓۡقݍۡغٱ
ٓ
ٓ قِ
ق
قۡقوٓ قَ
ܛقݜۡݖقخۡل
ق
أقو
ٓ
ُٓݗقحۡر
ق
أٓ قܠن
ق
أقوٓۖ قݑقتق ۡۡقرٓ قِ
ٓقنق قٰۡ ܅رلٱ
ٓ
١
Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang,"(QS. al-A’raf : 151).
2. Makna Saran ( داَش ر إ )
Secara secara harfiah, al-irsyâd berarti memberi petunjuk, memberi nasehat, atau memberi saran. Bahwa bentuk amr yang terdapat dalam kalâm yang ada tidak dimaksudkan sebagai perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang diungkapkan mutakallim dan kepada mukhâthab.
Contoh:
ٓ مكّ قس܆مٓلݔقج
ق
أٓٓ
َقإٓ فݚۡيقܯقبٓݗُتنقياقܯقتٓا
ق
قمقإ
ٓقف
ُٓۚهݠُܞُتۡځٱ
ٓ
ٓقبُٓۢܜقت
قَٓۡݗُكقݜۡي܅بٓܜُتۡݓق ۡۡقو
ٓ قلۡܯقع
ۡ
لٱ
ٓ
٢
(53)
37
apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (QS. al-Baqarah. 282).27
3. Bermakna Setara ( ساَم ْ إ )
Al-iltimâs artinya kata-kata, ungkapan kalâm yang ditunjukan kepada
mukhâthab yang setara atau sederajat. Ketika ungkapan dipergunakan itu bentuk
amr, maka amr tersebut tidak dikatakan perintah tetapi disebut al-Iltimâs.
Contoh:
ن ط ع
َ
ث
َكَباَت ك
Berikan aku bukumu!28
4. Bermakna Angan-angan (
نَمَتل
)At-tamannî artinya ‘angan-angan’ atau keinginan mendapatkan suatu yang tidak mungkin dicapai. Keinginan yang dimaksud adalah keinginan yang dikemukakan berbentuk amr.
Contoh:
27Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’ ( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93.
28Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 76.
(54)
38
ح ي ر اَي
غّ لَب
. ت ي وَه د
َق نَم ََ إ ِ َاَس
Wahai angin, sampaikan salamku pada yang kucintai.
5. Bermakna Memberi pilihan ( ر ي حَتل )
Secara harfiah, at-takhyîr artinya memilih atau memberi pilihan. Maksudnya, bentuk amr yang digunakan tidak dimaksud sebagai perintah, tetapi cendrung kepada pilihan bagi mukhâthab.
Contoh:
ر ظَت ن ا
. ةَي ناَث قرَ د ع م ع َ ر ا و
َ
ث ايَو س
Tunggulah sebentar, atau pulang, nanti kembali lagi.
6. Bermakna Menyamakan ( ةَي و ستل )
At-taswiyahartinya ‘menyamakan’. Maksudnya adalah menyamakan dua
perkara. Penyamaan dimaksud adalah penyamaan yang dikemukakan dalam bentuk
amr.
Contoh:
ٓقف
ْٓاكوُ قِ ۡصٱ
ٓ
ٓۖۡݗُكۡي
قݖقعٌٓءكاقݠقسْٓاوُ قِ ۡصقتٓ قَٓۡوقأ
٦
(55)
39
Maka, baik kamu bersabar atau tidak bersabar, sama saja bagimu. (QS. at-Thûr.16).29
7. Bermakna Melemahkan ( ي ج عتل )
At-ta’jîz secara harfiah artinya ‘melemahkan’. Maksudnya, bentuk amr yang digunakan tidak dimaksudkan sebagai perintah yang sesungguhnya, tetapi melemahkan mukhâthab dan tidak mampu melakukan suatu perintah.
Contoh:
نِ
ٓ
ٓ ܛقنقܯۡܞقعٓ ٰ
ق قلٓܛق ۡۡ܅ܲقنٓܛ܅ݙقكښٓ لܜۡيقرٓ قِٓۡݗُتݜُك
ْٓاݠُت
أقف
ۡ
ٓ
ٓقݝقݖۡثقكمٓݚقكمٓلةقرݠ ُسقب
ۦٓ
ٓقو
ݠُعۡلٱ
ْٓآ
ٓقنوُلٓݚقكمٓݗُځقء
كاقܯقݟُش
ٓق ܅ّٱ
ٓ
ٓ قنقڀقܯٰ قصٓۡݗُتݜ
ُكٓنقإ
٣
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar,”(QS. al-Baqarah: 23).30
29 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(
Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93.
30 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(56)
40 8. Bermakna Mengancam ( د ي د هتل )
At-tahdîd artinya ‘mengancam’ atau ‘menakut-nakuti’. Maksudnya adalah menyampaikan dalam bentuk amr. Karena itu, bentuk amr yang digunakan tidak lagi sebagai perintah dalam arti sesungguhnya.
Contoh:
ْٓاݠُݖقݙۡعٱ
ٓ
ُٓݝ܅نقإٓۡݗُتۡئقشٓܛقم
ۥٓ
ٌٓر قصقبٓقنݠ
ُݖقݙۡعقٹٓܛقݙقب
٠
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushshilât. 40).31
9. Bermakna Membolehkan ( ةَحاَبمإ )
Al-ibâhah artinya ‘membolehkan’. Maksudnya adalah makna amr yang digunakan lebih cendrung kapada membolehkan untuk melakukan sesuatu daripada sebagai perintah.
Contoh:
َف ناَح ت م
اا َن م م ت يَهَت ن ا اَذ ا
ا و َ ر خا
.
Jika kalian sudah selesai ujiannya, keluarlah.32
31 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(
Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93.
32 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(57)
41 BAB III
H.B. JASSIN DAN AL-QUR’ANUL KARIM BACAAN MULIA A. H.B. Jassin
1. Riwayat Hidup Singkat
Pada tahun 1978, terbit puitisasi terjemahan Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia berbentuk puisi. penerjemahnya adalah H.B. Jassin, dia lahir di Gorontalo, pada tanggal 31 Juli Tahun 1917 dan meninggal di Jakarta 11 Maret tahun 2000.
2. Pendidikan
Pendidikan H.B. Jassin diantaranya: H.I.S. Gorontalo 1932
MULO, HBS, Medan 1939
Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1957,
studi Ilmu perbandingan kesusastraan di Universitas Yale, AS (1958-1959 Doktor Kehormatan Sastra dari UI 1975.33
3. Karya
a. Karangan Asli 1. Pengarang
Karya-karya Jassin, karangan asli di antaranya: Angkatan 45, Jajasan Dharma, 1952. Tifa Penjairdan Daerahnya, Jajasan Dharma, 1952. Kesastraan
33 HB. Jassin, Pusat Dokumentasi H.B Jassin Mengenang HB. Jassin Kritikus
(58)
42
Indonesia Modern dalam kritik dan Esei, Gunung Agung, Jilid I 1954, 11 1954, II 1954, III 1967, IV 1967. Kesusastraan Dunia dalam Terjemahan Indonesia, Jajasan Kerdjasam Kebudajaan, 1966. Heboh Sastra1968, Gunung Agung, 1970.
2. Pengarang Pembantu
Karya Jassin, karangan Pembantu yaitu: Ikhtisar Kritik Sastra (bersama Liaw Yock Fang). Penerbit Pustaka Nasional. Singapura, 1970.
b. Terjemahan
Karya-karya terjemahan Jassin, di antaranya: Sepoeloeh Thaoen Koperasi, oleh R.M. Magono Djojohadikoesoemo. BP 1941. Judul asli: Tien Jaren
Coöperate. Chushingura oleh Sakae Shioya, BP (1945). Diterjemahkan bersama Karim Halim dari bahasa Inggris. Renungan Indonesia, oleh Sjahrazad, Pustaka rakjat, 1974. Judul asli: Indonesisehe Over peinzingen. Terbang Malam, oleh A. de St.- Exupery, BP 1949. Judul asli Vol de Nuit.
Kisah-kisah dari Rumania, BP 1964. Bersama Taslim Ali dan Carla Rampen. Judul asli: Nouveles Roumaines. Api Islam, oleh Syed Ameer Ali, Pembangunan, 1966. 2 jilid. Judul asli The Spirit of Islam. Tjerita Pandji dalam
Perbandingan, oleh Prof, Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka. Diterjemahkan bersama Zuber Usman. Judul asli: Pandji-verhalen onderling vergelekan.
Max Haveelar, oleh Multatuli, Djambatan, 1972. Klan Kemari-Indonesia
dan Belanda dalam Sastra. Djambatan 1973. The Complete Poems of Chairil
(59)
43 Yock Fang). Al-Qur’anu’lkarim-Bacaan Mulia. Mulai Diterjemahkan 7 Oktober 1972, selesai 18 Desember 1974. Saijah dan Adinda/Max Havelaar, cerita Multatuli. Skenario film P.T. Mondial Motion Pictures dan Fons Rademakers Productie, ditulis Oleh G. Soeteman dan Hiswara Darmaputra. 1975.34
B. Al-Qur’an Bacaan Mulia
1. Latar Belakang Penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia
Terjadi kehendak Allah Swt, bahwa istri H.B. Jassin dipanggil ke hadirat Ilahi pada tanggal 12 Maret 1962. Kejadian ini sanggat menggugah kesadaranakan arti hidup yang singkat di dunia ini.
Tujuh hari lamanya setiap malam diadakan pengajian di rumah Jassin, sejak malam pertama jenazah istrinya diangkut dari rumah sakit dan jenazahnya dibaringkan di dalam rumah setelah itu disemayamkan. Dia hadiri semua pengajian itu, sampai selesai 30 juz dalam waktu tujuh hari.
Pada malam ke delapan sepilah rumah, tidak ada lagi yang datang untuk mengaji. Maka timbullah pikiran Jassin, mengapa tidak teruskan sendiri pengajian? Lalu dia mencoba mengaji dengan suara perlahan, sampai terbawa oleh rasa haru yang terkandung dalam hati.
34 H.B. Jassin Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (Jakarta: Yayasan Idayu
(60)
44 Jassin terharu, karena teringat Neneknya yang setiap hari dahulu di
kampung membaca al-Qur’an terharu, karena dia sekarang bisa membaca al-Qur’an dengan alunan suara berkat setiap hari Neneknya membacanya.
Terlepas dari itu, dia tidak puas dengan sekedar membacanya, diapun mempergunakan beberapa buku terjemahan untuk mendalami dan meresapi isi Kitab suci al-Qur’an itu.
Selanjutnya, semakin bertambah pengetahuan Jassin karena menyelami hikmah-hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an, ayat-ayat yang mustahil adalah bikinan manusia, tetapi firman-firman Tuhan Sendiri. Keyakinan ini dia resapi kebenarannya. Karena ayat-ayat itu meliputi masalah-masalah kehidupan yang amat luas serta tinggi dan maknanya.
Ayat demi ayat Jassin baca resapkan dan timbullah pikiran untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang puitis. Sepuluh tahun lebih dia menyelami ayat demi ayat, tidak satupun hari yang lewat tanpa menghirup firman Tuhan, sekalipun hanya seayat dalam sehari.
Ujian demi ujian menimpa pula, bahkan Jassin dituduh murtad dan berhadapan dengan hakim pengadilan atas tuduhan telah menghina agama Islam, Rasul dan Nabi-Nabi, Pancasila dan UUD 1945. Tapi semua dia terima sebagai cambuk untuk lebih dalam menyelam ke dalam inti hakekat dan dia anggap sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
(61)
45 Sampai tibalah suatu hari Jassin terbuka untuk memulai menterjemahkan Al-Qur’an, tanggal 17 Oktober 1972, di negeri dingin yang jauh dari katulistiwa, yakni di negri Belanda.
Setahun di negeri itu dapatlah Jassin menterjemahkan separuh isi kandungan Al-Qur’an dan sekembali di Indonesia lebih setahun pula dia mengerjakan, alhamdulillah selesailah seluruh 30 juz tanggal 18 Desember 1974 di Jakarta, Ibukota Republik Indonesia. Karena dibawa kemana-mana untuk mengerjakannya, tercatatlah berbagai kota tempat terjemahan pernah dilakukan seperti Amsterdam, Berlin, Paris, London, Antwerpen, Kuala Lumpur, Singapura, tetapi juga kampung-kampung Seperti Leiden, Zaandam, Reuver, Peperga dan beberapa kali dalam perjalanan di kapal terbang.
Pikiran untuk menterjemahkan al-Qur’an secara puitis timbul pada Jassin oleh membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali “The Holy Quran” yang dia peroleh dari kawanya, sebut saja Haji Kasim Mansur, tahun 1969. Itulah terjemahan yang dia rasa lebih indah, disertai keterangan-keterangan yang luas dan universal sifatnya.
Terjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia H.B. Jassin, bukanlah dari terjemahan Yusuf Ali ataupun terjemahan lainnya. Susunan Sajak terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah susunan dia sendiri, sedang susunan sajak dalam bahasa Arab disusun baru sesuai dengan baris-baris sajak dalam bahasa Indonesia.35
35 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas
(62)
46 2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia
Setelah Al-Qur’an Bacaan Mulia terbit. Banyak dari para peneliti, para tokoh agama dan lembaga-lembaga. Seperti Dewan Dakwah Islamiyah DDI dan IKMI dan Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin.
Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin memberikan kritikan tentang al-Qur’an Bacaan Mulia berwajah Puisi:
Sebagai bahan perbandingan Team Peneliti pergunakan kitab-kitab Tafsir dan terjemah-terjemah sebagai tersebut di bawah ini:
Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Kasysyaf,
Tafsir Fie Zilalil Qur’an, Tafsir Al-Azhar (HAMKA), Tafsir Al-Qur’anul Karim (H.A. Halim Hasan dan kawan-kawan), Terjemahan Departemen Agama, Terjemahan Al-Furqan (A. Hasan), Terjemahan Mahmud Yunus dan lain-lain.
Sebagaimana kita maklumi, bahwa Kitab Suci Al-Qur’an Al-Karim adalah satu-satunya Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Yang merupakan wahyu dari Allah swt. Kemu’jizatan al-Qur’an terletak pada keindahan sastra dan susunan kata sekaligus sejalan dengan keindahan isi kandungan maknanya, sehingga tidak bisa ditandingi oleh sastrawan masa lampau maupun sastrawan masa kini.
Dari sumber keindahan sampai keindahan rangkaian kalimat dan tata bahasa yang ada di dalamnya, maka tumbuhlah kemudian ilmu-ilmu: Sharaf, Nahwu,
Balaghah, Ma’ani, Bayan, Mantiq dan sebagainya. Dan ilmu-ilmu tersebut itu akhirnya menjadi pegangan mutlak bagi para Ulama Mufassirin.
(63)
47 Lepas dari maksud menilai keahlian Sastrawan Dr. H.B. Jassin. Menurut pengamatan team Peneliti, dari hasil gubahan dia, terjemah Puitis “Bacaan Mulia” nyata benar terjadi kehilapan-kehilapan, penyimpangan-penyimpangan, yang jauh dari tafsir (terjemah)lain yang pernah team peneliti jumpai. Dalam hal ini team peneliti catat sebagai berikut:
a. Tidak mengindahkan seluk-beluk bahasa al-Qur’an sehingga banyak kalimat yang diterjemahkan bukan semestinya.
b. Merusak kaidah Lughat Arab, dengan meniadakan dan mengalih-pindahkan kalimat-kalimat yang berpungsi penting dalam tata-bahasa, misalnya kedudukan dhamir, athaf, badal, hal, qasam, masdar,
mubtada, jama’. Khabar, fa’il, maf’ul, tauhid, istisna’, mufrad,
mutasnna dan sebagainya.
c. Banyak kalimat yang diterjemah atau tidak diterjemah demi selera puisi.
Catatan koreksian ‘Bacaan Mulia’ H.B Jassin ةحافلا قروس:
ٓقمۡݠقيٓ قݑقݖٰ قم
ٓقݚيقكِٱ
ٓ
٤
yang merajai hari perhitunganPada umumnya ulama ahli Tafsir mengartikan “Maliki” dengan: Yang Menguasai/Yang memiliki.36
36 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas
(64)
48 BAB IV
ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT PERINTAH (AMR) DALAM SURAH YÂSÎN,
Sebelum membahas tentang terjemahan struktur kalimat perintah (Amr) yang terdapat dalam surah Yâsîn secara rinci, peneliti perlu memaparkan keberadaan bentuk-bentuk amr itu sendiri di dalam surah yang sedang dibahas ini.
Bentuk Amr yang terdapat dalam surah Yâsîn sebanyak 12 buah, tersebar dalam 12 ayat.
Bentuk amr yang sebanyak 12 tersebar dalam ayat-ayat sebagai berikut: 11, 13, 20, 21, 25, 26, 45, 47, 61, 64,79 dan 82. Seluruhnya berbentuk fi’il Amr.
Adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah Yâsîn.
A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam Surah Yâsîn.
Peneliti menemukan makna-makna amr haqiqi dalam surah Yâsîn sebanyak 7 ayat, tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82.
(65)
49 1. Ayat: 11
Terjemahan H.B. Jassin
Kau hanya dapat memberi peringatan pada orang yang mengikuti peringatan dan takut kepada (Tuhan) yang maha Pemurah, (walaupun) ia tiada melihat-Nya. Maka sampaikanlah kabar gembira tentang ampunan dan pahala berlimpah.
َ َِخَو َر
كِذا َعَب ا نَم ر ذ ن اَمن إ
َف ب يَغ
لا ب َنَ ْر ا
ه َِِب
َ
َ
ثَو مقَر ف غَم ب
مر
ممي ر
َك
1
Analisis:
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah
ه َِِب َف
adalah stuktur kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaituه َِِب َف
artinya(maka sampaikanlah kabar gembira). Mutakallim adalah Allah, sedangkan
Mukhâtab-nya adalah Nabi Muhammad saw. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada Nabi Muhammad saw sebagai Mukhâtab. Dengan
(66)
50 Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 11 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 11. Yakni: Wahai Muhammad, peringatan yang kamu berikan dengan pedoman al-Qur’an hanyalah berguna bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan percaya akan risalahmu. Maka bagi orang yang mengikuti hukum-hukum al-Qur’an dan al-Hadist, berilah kabar gembira, bahwa Allah Swt mengampuni dosa-dosanya, memasukan surga dan memberinya pahala yang amat besar.37
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
2. Ayat: 26
Terjemahan H.B. Jassin
Dikatakan (kepadanya),
“masuklah sorga.” Ia menjawab,
Aduhai, sekiranya kaumku tahu.
َلي
ل خ دا
ِ وَق َت
َ اَي َلاَق َةنَ
َ
ْا
َنو مَل عَي
37 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
(67)
51 Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah
ل خ دا
disebut stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu
ل خ دا
artinya (masuklah).
Mutakallim adalah para malaikat. sedangkan Mukhâtab-nya adalah Habib an-Najjar (sang syahid). Sebagai Mutakallim, kedudukanpara malaikat lebih tinggi daripada Habib an-Najjar (sang syahid) sebagai Mukhâtab. Dengan demikian,
ل خ دا
bermakna amr haqiqi.Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr haqiqi pada ayat ke 26 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 26. Yakni:
dikatakan kepada mereka, yakni oleh para malaikat: “Masuklah ke surga” yakni bergembiralah dengan surga yang akan engkau masuki kelak atau nikmatilah kenikmatan surgawi dan alam kubur, sebelum kenikmatan surga yang akan engkau masuki setelah kebangkitan dari dari kubur nanti. Mendengar kabar berita gembira
itu, sang sahid berkata: “ alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui” yang
sedang kualami ini.38
38 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
(68)
52 Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
3. Ayat: 45
Terjemahan H.B. Jassin
Dan bila dikatakan kepada mereka,
“Takutlah kamu akan (azab) yang ada di depan kamu , Dan (azab) yang akan datang, Supaya kamu mendapat
rahmat,” (Mereka berbalik
kebelakang).
م هَ َلي اَذ إَو
او ق ا
اَمَو م كي د ي
َ
ث َ َْب اَم
َنو َْ ر ت م كلَعَل م كَف
لَخ
ٓ
5
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah
او ق ا
disebut stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu
او ق ا
artinya
( takutlah).
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang musyrik. Sebagai Mutakallim, kedudukanAllah lebih tinggi daripada orang-orang
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)