Definisi Tanah Lempung Tanah Lempung

e. Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki diameter 2 m atau sekitar 0,002 mm USDA, AASHTO, USCS. Namun demikian, dibeberapa kasus partikel berukuran 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai partikel lempung ASTM-D-653. Disini tanah diklasifikasikan sebagai lempung hanya berdasarkan ukuran saja, namun belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga mengandung mineral – mineral lempung. Jadi, dari segi mineral tanah dapat juga disebut sebagai tanah bukan lempung non clay soil meskipun terdiri dari partikel – partikel yang sangat kecil quartz, feldspar, mika dapat berukuran sub mikroskopis tetapi umumnya tidak bersifat plastis. Partikel – partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid, merupakan gugusan kristal berukuran mikro yaitu 1 m 2m merupakan batas atasnya. Tanah lempung merupakan hasil proses pelapukan mineral batuan induknya, yang salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam atau alkali, oksigen, dan karbondioksida. Shvoong.com.

2. Mineral Lempung

Tanah lempung terdiri sekumpulan partikel-partikel mineral lempung yang berbentuk lempeng pipih dan merupakan partikel dari mika, mineral lempung dan mineral lainnya. Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus. Karena itu lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh faktor utama yang digunakan untuk mengontrol ukuran, bentuk, sifat fisik, sifat kimia dan partikel tanah adalah mineralogi Mitchell, 1976. Sifat fisik dan mekanis tanah lempung dikendalikan oleh mineral yang terkandung di tanah tersebut. Mineral tersebut terutama terdiri dari alumunium silikat yang terdiri dari silikat tetrahedral dan alumunium oktahedral. Mineral-mineral ini terdiri dari kristal dimana atom-atom yang membentuknya berada dalam suatu pola geometri tertentu. Setiap unit tetrahedral terdiri dari empat atom oksigen mengelilingi satu atom silikon, sedangkan unit oktahedral terdiri dari enam atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2 . Rangkaian Dasar Oktahedral dan Tetrahedral Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan batuan yang terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan selanjutnya terangkut ke lokasi pengendapan oleh berbagai kekuatan. Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam golongan besar, yaitu kaolinite, smectit mont morill onit, dan illit mika hidrat.

3. Sifat Tanah Lempung Pada Pembakaran

Tanah lempung yang dibakar akan mengalami perubahan seperti berikut Nuraisyah, 2010 : a. Pada temperatur + 150 o C, terjadi penguapan air pembentuk yang ditambahkan dalam tanah lempung pada pembentukan setelah menjadi batu bata mentah. b. Pada temperatur antara 400 o C – 600 o C, air yang terikat secara kimia dan zat-zat lain yang terdapat dalam tanah lempung akan menguap. c. Pada temperatur diatas 800 o C, terjadi perubahan-perubahan kristal dari tanah lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi pori-pori sehingga batu bata menjadi padat dan keras. d. Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil dan umumnya mempengaruhi warna batu bata. e. Tanah lempung yang mengalami susut kembali disebut susut bakar. Susut bakar diharapkan tidak menimbulkan cacat seperti perubahan bentuk melengkung, pecah-pecah dan retak. Tanah lempung yang sudah dibakar tidak dapat kembali lagi menjadi tanah lempung oleh pengaruh udara maupun air.

D. Fly Ash Abu Terbang

1. PengertianFly Ash abu terbang

Fly ash abu terbang adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam pembakaran dan terdiri dari partikel – partikel halus seperti amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan mineral mineral matter karena proses pembakaran. Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Komponen fly ash ini bervariasi dikarenakan mengandung unsur kimia antara lain Silika SiO2, Alumina Al2O3, Ferro Oksida Fe2O3, dan Kalsium Oksida CaO, juga mengandung unsur tambahan lain yaitu Magnesium Oksida MgO, Titanium Oksida TiO2, Alkalin Na2o dan K2O, Sulfur Trioksida SO3, Pospor Oksida P2O5, dan Carbon. Fly ash banyak mengandung Silika yang amorf 40 dan dapat memberikan sumbangan keaktifan mempunyai sifat pozzolan untuk dibuat batablock dengan campuran kapur padam, sehingga dengan mudah mengadakan kontak dan bereaksi dengan kapur yang ditambahkan air membentuk senyawa kalsium silikat. Senyawa inilah yang bertanggung jawab pada proses pengerasan caampuran atau massa Suhanda dan Hartono, 1999. Menurut SNI S-15-1990-F tentang spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton, abu batubara fly ash digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Kelas F : Abu terbang fly ash yang dihasilkan dari pembakaran batubara jenis antrasit dan bituminus. 2. Kelas C : Abu terbang fly ash yang dihasilkan dari pembakaran batubara jenis lignite dan subtuminus. 3. Kelas N :Pozzolan alam, seperti tanah diatome, shale, tufa, abu gunung merapi atau pumice.