Keikutsertaan Pasangan Usia Subur PUS dalam Keluarga Berencana KB

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasangan usia subur PUS tentang Keluarga Berencana KB dipengaruhi oleh beberapa faktor utama sekali tingkat pendidikan, kemudahan akses informasi, tersedianya tempat pelayanan KB, status ekonomi, dan peran pemegang keputusan dalam keluarga.

5.2.3 Keikutsertaan Pasangan Usia Subur PUS dalam Keluarga Berencana KB

Keikutsertaan PUS dalam KB adalah terdaftarnya PUS sebagai akseptor dalam KB. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data yang menunjukkan bahwa 37 PUS terdaftar sebagi akseptor KB dan sebagian besarnya 63 tidak terdaftar sebagai akseptor KB. Peneliti berasumsi bahwa keikutsertaan PUS dalam KB yang rendah ini dipengaruhi oleh agama kepercayaan, suku, tingkat pengetahuan, status ekonomi, dan juga usia menikah suami dan istri yang muda, rata-rata masing- masing adalah 24 tahun dan 23 tahun. Dari data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa 21 PUS memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi alami dan tidak ikut serta menggunakan metode kontrasepsi yang dianjurkan dalam KB. Menurut BKKBN 2010, keputusan PUS untuk ikut serta menjadi akseptor dalam KB dipengaruhi oleh faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya. Selain faktor-faktor tersebut, pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan juga dipengaruhi oleh kebutuhan pasangan. Universitas Sumatera Utara Faktor lain yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor dalam KB adalah agama kepercayaan, dimana seluruh PUS yang menjadi responden dalam penelitian ini beragama Islam. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani 2008, dimana didapatkan data bahwa sebagian besar penganut agama Islam berkeyakinan bahwa jumlah anak yang banyak akan sebanding dengan banyaknya rezeki yang akan diterima, sehingga cenderung memandang bahwa jumlah anak tidak perlu dibatasi. Bahkan sebagian berpendapat bahwa memperbanyak anak selaras dengan ajaran agama dan perintah Nabi. Suku juga termasuk hal yang mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam KB. Dalam penelitian ini, sebagian besar PUS 63,5 bersuku batak. Dalam suku Batak juga ditemukan adanya pemahaman bahwa lahirnya anak membawa rezeki masing-masing sehingga kecenderungan untuk menambah jumlah anak juga kerap ditemukan Rahmadani, 2008. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Simbolon 2010 menunjukkan bahwa faktor paritas kehamilan, penyakit kehamilan, riwayat keguguran, dan usia muda menjadi faktor yang mempengaruhi PUS untuk mengambil keputusan ikut serta dalam KB. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andini 2012 tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur PUS menjadi akseptor dalam KB, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, paritas jumlah kelahiran anak, Universitas Sumatera Utara budaya, dan kepercayaan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor KB. Lubis 2008 juga melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program KB. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah anak, sikap, dan keterjangkauan fasilitas pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam KB. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan juga penelitian- penelitian sebelumnya yang sejenis, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa keikutseraan PUS dalam KB dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, ketersediaan fasilitas pelayanan KB, status ekonomi, agama, budaya, suku, serta juga sikap PUS terhadap kehamilan dan jumlah anak. 5.2.4 Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur PUS tentang Keluarga Berencana KB dengan Keikutsertaan PUS dalam KB Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur PUS tentang Keluarga Berencana KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari analisa hasil penelitian, nilai signifikansi p yang didapatkan adalah 0,355. Nilai ini lebih besar dari nilai α 0,05, ini bermakna bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Jadi, tidak ada hubungan signifikan antara Pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB Dahlan, 2004. Universitas Sumatera Utara Korelasi yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang KB tidak mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB. Hal ini terlihat dari tidak sejalannya antara tingkat pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB, dimana semakin tingginya pengetahuan PUS tentang KB tidak membuat keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB meningkat. Hal ini berlawanan dengan konsep yang dikemukakan oleh BKKBN 2010 dan hasil penelitian Andini 2012 yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berkorelasi positif terhadap keikutsertaan PUS dalam KB. Menurut uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan PUS tentang KB tidak selalu berkorelasi positif dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor lain yang lebih dominan menentukan keputusan PUS untuk ikut serta sebagai akseptor dalam KB. Universitas Sumatera Utara 43

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan