Metode Pengumpulan Data Operasional Variabel Penelitian

42 dengan menggunakan metode Time Weighted Rate of Return TWRR, Sharpe, dan Treynor. a Time Weighted Rate of Return TWRR ∏ Keterangan: GM = Geometric Mean R t = Return pada perode t N = Jangka waktu investasi Besarnya TWR ini tidak dipengaruhi oleh penambahan atau penarikan dana dana yang dilakukan oleh investor selama periode perhitungan return portofolio. b Sharpe Keterangan: S P = Indeks Sharpe Portofolio ̅ � = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan � ̅̅̅̅ = Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan σ TR = standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks � ̅ � � ̅̅̅̅ � �� 43 Sharpe suatu portofolio disbanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. c Treynor Keterangan: T p = Indeks Treynor Portofolio ̅ � = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan � ̅̅̅̅ = Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan β p = Beta portofolio p Seperti halnya indeks Sharpe, indeks Treynor juga merupakan suatu rasio kompensasi terhadap risiko. Tetapi dalam indeks Treynor, risiko diukur tidak dengan total risko melainkan hanya risiko sistematis.

2. Menentukan Besar Variabel Independen

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang dijadikan return benchmark adalah IHSG dan JII. Menurut Rodoni dan Ali 2010:183, indeks pasar merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang liting di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa dunia. IHSG, JII dan ISSI digunakan untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja � ̅ � � ̅̅̅̅ � � 44 portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntunga dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif. Pada IHSG dan JII data yang digunakan adalah nilai penutupan dari IHSG dan JII setiap bulannya.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilkukan untuk mengetahui apakah dalm model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistribusi dengan normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. 1 Dasar pengembilan keputusan dari uji normalitas dengan analisis grafik adalah jika data menyebar disekitar garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2006:122. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji grafik Probability Plot dan One Sampel Kolmogorov-smirnov Test. Dalam uji grafik, normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik tersebut. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis 1 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2006, h.160 45 diagonal menunjukkan bahwa pola distribusi data normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah gars diagonalnya maka dapat dikatakan distribusi data tidak normal dan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Metode uji normalitas kedua adalah dengan melakukan uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov Test. Dalam Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov Test, variabel-variabel yang mempunyai Asymp. Sig. 2-tailed di bawah tingkat signifikansi sebesar 0,05 diartikan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan diamana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah Uji multikoliniaritas. 2 Untuk mendeteksi bahwa ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi dapat dilihat dari: 1 tolerance value, 2 nilai variance inflation factor VIF. Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang mempunyai tolerance value diatas 0,1 atau VIF di bawah 10 Ghozali, 2006. Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau VIF di atas 10 maka terjadi multikolinearitas. 2 Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate Dengan SPSS, Jakarta, Gava Media, 2013, h.43 46

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t denga kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya, untuk menguji adanya korelasi digunakan Durbin Watson D-W dengan catatan hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independent. 3 Model regresi yang baik terhindar dari masalah autokorelasi, menurut Singgih Santoso kriteria dari uji autokorelasi secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:  Apabila D-W -2 atau D-W +2 berarti terdapat autokorelasi  Apabila -2 D-W +2 berarti tidak terdapat autokorelasi

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroksiditas. Cara untuk mendeteksinya dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID. 4 Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah jika dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik 3 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, , h.96 4 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, , h.105 47 menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regrsi Ghozali, 2005:107. 5

4. Uji Statistik Koefisien Regresi

Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. 6 Analisis untuk menguji hipotesis. Persamaan regresinya adalah: Y= a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e i Keterangan: Y : Kinerja DPLK Muamalat a : Konstanta b : Slope atau koefisien regresi atau intersep X 1 : IHSG X 2 : JII E i : error

a. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05. 7 Sedangkan alpha 5 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.107 6 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.160 7 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.85 48 yang digunakan oleh penulis adalah 0,1. Penentuan nilai kritis atau t table dapat dilihat dari table distribusi t untuk S.Santoso, 2003 : 157: degree of freedom df= n-k-1 Dimana: df = taraf signifikan k = numerator jumlah variael bebas n = jumlah data sampel uji statistik t hitung Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:  Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.  Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.

b. Uji Fisher

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independennya yang dimaksudkan dalam metode regresi secara bersama- sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel indpenden secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. 8 Akan tetapi alpha yang digunakan oleh penulis adalah 0.1. 8 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.84 49

c. Koefisien Determinasi Adjusted R-Square

Digunakan untuk membuat persentase variance variable independen terhadap variabel dependen serta seberapa besar pengaruh dari factor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini, jika nilai adjusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika nilai mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan fluktuasi variabel dependen Singgih Santoso, 2004.

F. Operasional Variabel Penelitian

1. IHSG Indeks harga saham gabungan seluruh saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan 50 seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek. Maksud gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimakkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut Sunariyah, 1997:126 2. JII Jakarta Islamic Index adalah indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi perdagangan di bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional N0. 05DSN-MUIIV2000 tentang jual beli saham dan fatwa No. 40DSN-MUIIX2003 tentang Pasar Modal, serta Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di bidang Pasar Modal. 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia BMI adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. BMI didirikan pada tahun 1991 dengan prakarsa Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pemerintah Indonesia serta dukungan dari cendikiawan Muslim, Pengusaha, dan masyarakat Luas. Seiring dengan pertumbuhan perbakan syariah di Indonesia, BMI melihat bahwa kebutuhan masyarakat terhadap lembaga syariah tidak hanya tersbatas pada lembaga keuangan bank tetapi juga lembaga keuangan non bank. Oleh karena itu pada tahun 1997 BMI mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK Muamalat, yaitu sebuah lembaga keuangan non bank yang khusus mengelola program pensiun dengan jenis Iuran Pasti. Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan programproduk tabungan pensiun ini untuk mempersiapkan hari tua yang lebih sejahtera.

2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK Muamalat

Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh Bank Umum atau perusahaan Asuransi Jiwa untuk 52 menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti PPIP bagi perorangan baik karyawan maupun peerja mandiri. Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk, selanjutnya disebut DPLK Muamalat didirikan oleh PT Bank Muamalat Indonesia di Jakarta, pada tanggal 12 September 1997 dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP- 485KM.171997. DPLK Muamalat adalah DPLK pertama dan sampa saat ini merupakan satu-satunya DPLK Syariah di Indonesia. DPLK Muamalat menghargai kebutuhan masing-masing perusahaan yang mungkin berbeda. Karena itu dengan tetap mengikuti ketentuan yang berlaku. Program pensiun DPLK Muamalat dapat disesuaikan fleksibel dengan keadaan atau kebutuhan perusahaan. Misalnya disesuiakan dengan UU Ketenagakerjaan No.132003.

3. Produk dan Program DPLK Muamalat

a. Pensiun TERPROTEKSI Muamalat

Merupakan tabungan hari tua yang menjanjikan Manfaat Pensiun sebesar akumulasi iuran ditambah dengan akumulasi hasil pengembangan berdasarkan hasil pengelolaan dana sesuai pilihan jenis investasi peserta. Produk Pensiun TERPROTEKSI Muamalat juga merupakan produk investasi jangka panjang dengan fasilitas cover asuransi. Program asuransi yang dibundle adalah program Asuransi Kecelakaan Diri berupa penggantian biaya rawat inap karena 53 kecelakaan selama satu tahun pertama masa kepesertaan dan Program Asuransi Jiwa berupa santunan ahli bagi ahli waris apabila peserta meninggal dunia selama masa kepesertaan. Progam Asuransi Kecelakaan Diri diperuntukkan bagi setiap peserta dan secara otomatis berlaku efektif sejak menjadi peserta Pensiun Terproteksi Muamalat, sedangkan Program Asuransi Jiwa diperuntukkan bagi peserta yang menginginkan proyeksi manfaat pensiunnya TERPROTEKSI, berlaku efektif sejak akseptasi dari pihak Asuransi dengan kewajiban membayar Premi Asuransi setiap bulannya. Skema Program Gambar 4.1 Pengelolaan Dana Iuran Hasil Investasi Manfaat Pensiun Pemberi Kerja Karyawan DPLK MUAMALA T  Paket Investasi A  Paket Investasi B  Paket Investasi C