Pengaruh Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)

PENGARUH JENIS PERANGAKAP SINTETIS UNTUK MENGENDALIKAN HAMA CAPSIDE Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.)
SKRIPSI Oleh :
SRI WAHYUNI 050302032 HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH

JENIS PERANGAKAP SINTETIS

UNTUK MENGENDALIKAN HAMA CAPSIDE

Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae)

PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI

(Nicotiana tabacum L.)

SKRIPSI


Oleh : SRI WAHYUNI
050302032 HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir.Amansyah Siregar) Ketua

( Ir. Fatimah zahara) Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Universitas Sumatera Utara

Judul skripsi : Pengaruh Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama

Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae)

pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).


Nama

: Sri Wahyuni

Nim : 050302032

Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Amansyah Siregar Ketua

Ir. Fatimah Zahara Anggota

Mengetahui
Ir. Marheni, MP Ketua jurusan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


Sri Wahyuni “The Effect Kind of Sintetic Atractant to Control Pest of

Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) for Tobacco

(Nicotiana tabacum L.) Plant”. Under tuition of Ir. Amansyah Siregar as chief

and Ir. Fatimah Zahara as member.

Pest of capside represent of pest which dilution leaf of inhalator is years

some last of many progressively and leaf tobacco destroy. Therefore conducted by

ace research this of a controling to know kind of atractant and different color of

paper for tobacco (Nicotiana tabacum L.).

Research this is executed in Sampali plantation PTPN II, from on goes

August until November to 2009.


This research use Random Device Group (RAK) Non Factorial of

consisting 8 is that treatment:

P1W0

: Chery glue atractant with transparant paper

P1W1

: Chery glue atractant with yellow paper

P1W2

: Chery glue atractant with green paper

P1W3

: Chery glue atractant with red paper


P2W0

: Oil atractant with transparant paper

P2W1

: Oil atractant with yellow paper

P2W2

: Oil atractant with green paper

P2W3

: Oil atactant with red paper

Data population have to atracted capside at perception of monitoring fro

1-10 and also analyse its manner sidik can be seen at enclosure 1-30, giving


influence is very real toVI- VII monitoring to attacted of attact capside and high

population to attracted is P1W1 and under score is P2W3.

Data percentage of attact of capside at perseption of week 1-5 and also

analyse its manner sidik can be seen at enclosure 31-45, giving influence is real

to percentage of capside.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Sri wahyuni “Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).” dibawah bimbingan Ir. Amansyah Siregar sebagai ketua dan Ir. Fatimah Zahara sebagai anggota.
Hama Capside merupakan hama penghisap cairan daun yang beberapa tahun ini semakin banyak dan merusak daun tembakau, oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan Untuk mengetahui jenis perangkap dengan warna kertas yang berbeda terhadap hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.) pada tanaman tembakau deli (Nicotiana tabacum L.).
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Sampali PTPN II, yang berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan November 2009
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial yang terdiri dari 8 perlakuan 4 ulangan, yaitu: 1. P1W0 : perangkap chery glue dengan kertas warna transparan 2. P2W0 : perangkap minyak goreng dengan kertas transparan 3. P1W1 : perangkap chery glue dengan kertas warna kuning 4. P1W2 : perangkap chery glue dengan kertas warna merah 5. P1W3 : perangkap chery glue dengan kertas warna hijau 6. P2W1 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna kuning 7. P2W2 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna merah 8. P2W3 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna hijau
Data populasi Capside yang terperangkap pada pengamatan 1-10 serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1-30, memberikan pengaruh sangat nyata pada pangamatan VI dan VII. Popu;asi hama yang terperangkap tertinggi pada perlakuan P1W1 dan terendah pada perlakuan P2W3.
Data persentase serangan hama Capside pada pengamatan minggu 1-5 serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 31-45, memberikan pengaruh yang nyata tehadap persentase serangan Capside.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tk. Meranti, 08 Mei 1988, P. Berandan dari Ayahanda Jayus Effendi dan Ibunda tercinta Poniyem. Penulis merupakan putri ke empat dari empat bersaudara.
Jenjang Pendidikan Formal 1. Tahun 1999 penulis lulus SD Negeri 43 Tk. Meranti. 2. Tahun 2003 Penulis lulus SMP Negeri 3 Babalan, Pangkalan Berandan. 3. Tahun 2005 Penulis lulus SMA Negeri 1 Pangkalan Berandan. 4. Dan pada tahun 2005 penulis masuk ke Universitas Sumatera Utara
melalui jalur SPMB, Program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti Seminar 100 tahun Kebangkitan Nasional pada tahun 2007., mengikuti seminar dengan tema ” Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara pada tahun 2008, mengikuti Seminar Nasional Brain Power di Mutiara Suara Convention Hall pada tahun 2009, menjadi asisten Laboratorium Penyakit Pangan dan Hortikultura pada tahun 2009 sampai sekarang, menjadi asisten Laboratorium Hama dan Penyakit Pasca Panen pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi pada Bulan Juni 2009 dan melaksanakan Praktek Skripsi diPerkebunan Sampali PTPN II pada bulan Agusutus sampai November 2009.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun judul skripsi ini adalah “PENGARUH JENIS PERANGKAP SINTETIS UNTUK MENGENDALIKAN HAMA CAPSIDE Cyrtopeltis tenuis Reut. PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Amansyah Siregar selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Fatimah Zahara selaku komisi anggota pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan sehingga penulis dapat membuat skripsi ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Saiful dan Ibu Tuty selaku pembimbing lapangan, dan tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua ayahanda dan ibunda yang telah mendoakan selama ini, teman-teman semua Sofie, H5, May, Eko dan teman lainnya yang telah membantu dan Aa Sofyan yang telah memotivasi selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan
Medan, Maret 2010
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No Judul


Halaman

1. Rataan populasi hama capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)…………….17 2. Rataan persentase serangan hama capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)….20

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No Judul

Halaman

1. Imago capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)……………………….8 2. Gejala serangan capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)……………..9 3. Grafik populasi capside yang terperangkap…………………….19 4. Grafik persentase serangan capside …………………………….22

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
1. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan I......... 34 2. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 34 3. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan I............................................................................ 34 4. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan II........ 36 5. Transformasi data ke √x+0,5............................................................ 36 6. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangkap pada

Pengamatan II.................................................................................... 36 7. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan III....... 38 8. Transformasi data ke √x+0,5............................................................. 38 9. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan III.........................................................................38 10. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan IV..... 40 11. Transformasi data ke √x+0,5............................................................ 40 12. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan IV...................................................................... 40 13. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan V....... 42 14. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 42 15. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan V........................................................................42 16. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan VI.......44 17. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 44 18. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan VI...................................................................... 44 19. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan VII..... 46
Universitas Sumatera Utara

20. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 46 21. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan VII.................................................................... 46 22. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan VIII....48 23. Transformasi data ke √x+0,5 ............................................................48 24. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
Pada pengamatanVIII...................................................................... 48 25. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan IX.... 50 26. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 50 27. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan IX..................................................................... 50 28. Data populasi hama capside yang terperangkap pengamatan X..... 52 29. Transformasi data ke √x+0,5 ........................................................... 52 30. Tabel sidik ragam populasi hama capside yang terperangka
pada pengamatan X..................................................................... 52 31. Data pengamatan persentase serangan hama capside minggu I....... 54 32. Transformasi Arc sin √x.................................................................... 54 33. Tabel sidik ragam pengamatan persentase serangan hama capside
pada minggu I................................................................................... 54 34. Data pengamatan persentase serangan hama capside minggu II...... 55 35. Transformasi Arc sin √x.................................................................... 55 36. Tabel sidik ragam pengamatan persentase serangan hama capside
pada minggu II.................................................................................. 55 37. Data pengamatan persentase serangan hama capside minggu III......56 38. Transformasi Arc sin √x.................................................................... 56 39. Tabel sidik ragam pengamatan persentase serangan hama capside
pada minggu III.................................................................................56 40. Data pengamatan persentase serangan hama capside minggu IV......57
Universitas Sumatera Utara

41. Transformasi Arc sin √x.................................................................... 57 42. Tabel sidik ragam pengamatan persentase serangan hama capside
pada minggu IV.................................................................................57 43. Data pengamatan persentase serangan hama capside minggu V...... 58 44. Transformasi Arc sin √x.................................................................. 58 45. Tabel sidik ragam pengamatan persentase serangan hama capside
pada minggu V................................................................................ 58

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT……………………………………………………………. i
ABSTRAK……………………………………………………………… ii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………...... iii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………. V
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. x
PENDAHULUAN Latar Belakang…………………………………………………… 1 Tujuan Penelitian………………………………………………… 5 Hipotesa Penelitian………………………………………………. 5 Kegunaan Penelitian……………………………………………… 5
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman……………………………………………… 6 Biologi Hama Capside…………………………………………… 7 Telur……………………………………………………… 7 Nimfa…………………………………………………….. 7 Imago…………………………………………………….. 8 Gejala Serangan…………………………………………………… 8 Pengendalian hama Capside……………………………………… 9 Penggunaan Perangkap …………………………………………… 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 11 Bahan dan Alat……………………………………………………. 11 Metode Penelitian…………………………………………………. 12 Pelaksanaan Penelitian…………………………………………….. 12 Persiapan Pembibitan……………………………………… 12 Persiapan Lahan…………………………………………… 13 Penanaman………………………………………………… 13 Pemeliharaan………………………………………………. 14 Pemasangan Perangkap Sintetis…………………………… 14 Peubah Amatan……………………………………………………. 15 Populasi Capside yang terperangkap (ekor)………………. 15
Universitas Sumatera Utara

Persentase Serangan Capside……………………………… 15 HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Capside Yang Terperangkap.............................................. 17 Persentase Serangan capside............................................................ 20 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... 24 Saran................................................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Sri Wahyuni “The Effect Kind of Sintetic Atractant to Control Pest of

Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) for Tobacco

(Nicotiana tabacum L.) Plant”. Under tuition of Ir. Amansyah Siregar as chief

and Ir. Fatimah Zahara as member.

Pest of capside represent of pest which dilution leaf of inhalator is years

some last of many progressively and leaf tobacco destroy. Therefore conducted by

ace research this of a controling to know kind of atractant and different color of

paper for tobacco (Nicotiana tabacum L.).

Research this is executed in Sampali plantation PTPN II, from on goes

August until November to 2009.

This research use Random Device Group (RAK) Non Factorial of

consisting 8 is that treatment:

P1W0

: Chery glue atractant with transparant paper

P1W1

: Chery glue atractant with yellow paper

P1W2

: Chery glue atractant with green paper

P1W3

: Chery glue atractant with red paper

P2W0

: Oil atractant with transparant paper

P2W1

: Oil atractant with yellow paper

P2W2

: Oil atractant with green paper

P2W3

: Oil atactant with red paper

Data population have to atracted capside at perception of monitoring fro

1-10 and also analyse its manner sidik can be seen at enclosure 1-30, giving

influence is very real toVI- VII monitoring to attacted of attact capside and high

population to attracted is P1W1 and under score is P2W3.

Data percentage of attact of capside at perseption of week 1-5 and also

analyse its manner sidik can be seen at enclosure 31-45, giving influence is real

to percentage of capside.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Sri wahyuni “Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Capside Cyrtopeltis tenuis Reut. (Hemiptera : Miridae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).” dibawah bimbingan Ir. Amansyah Siregar sebagai ketua dan Ir. Fatimah Zahara sebagai anggota.
Hama Capside merupakan hama penghisap cairan daun yang beberapa tahun ini semakin banyak dan merusak daun tembakau, oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan Untuk mengetahui jenis perangkap dengan warna kertas yang berbeda terhadap hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.) pada tanaman tembakau deli (Nicotiana tabacum L.).
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Sampali PTPN II, yang berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan November 2009
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial yang terdiri dari 8 perlakuan 4 ulangan, yaitu: 1. P1W0 : perangkap chery glue dengan kertas warna transparan 2. P2W0 : perangkap minyak goreng dengan kertas transparan 3. P1W1 : perangkap chery glue dengan kertas warna kuning 4. P1W2 : perangkap chery glue dengan kertas warna merah 5. P1W3 : perangkap chery glue dengan kertas warna hijau 6. P2W1 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna kuning 7. P2W2 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna merah 8. P2W3 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna hijau
Data populasi Capside yang terperangkap pada pengamatan 1-10 serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1-30, memberikan pengaruh sangat nyata pada pangamatan VI dan VII. Popu;asi hama yang terperangkap tertinggi pada perlakuan P1W1 dan terendah pada perlakuan P2W3.
Data persentase serangan hama Capside pada pengamatan minggu 1-5 serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 31-45, memberikan pengaruh yang nyata tehadap persentase serangan Capside.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau dibudidayakan oleh orang India pada saat menemukan Amerika. Kata tembakau berasal dari kata tobacco, nama pipa yang digunakan oleh orang Indian untuk merokok. Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius, tanaman tembakau pernah dijumpai di Indonesia tumbuh dibeberapa daerah yang belum dijelajahi oleh bangsa Portugis dan Spanyol (Matnawy, 1997).
Bermacam-macam jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia dan bila dikelompokkan atas kegunaan terdiri atas tembakau untuk cerutu, tembakau untuk rokok putih atau Virginia, tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan tembakau kunyah. Jenis tembakau yang khusus digunakan untuk rokok cerutu yang telah dibudidayakan di Indonesia antara lain tembakau Deli atau yang lebih dikenal di Eropa dengan nama tembakau Sumatera, tembakau Basuki dan Tembakau Vorstelanden (Erwin, 2000).
Permasalahan yang sangat dirasaknan pada tahun terakhir adalah rendahnya produktifitas tembakau deli, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Volume produksi untuk lelang Bremen masih belum terpenuhi sesuai permintaan konsumen yang berkisar antar 8000-10000 bal per tahunnya. Penyebabnya tidak terpenuhinya pasar tersebut cukup komplek antara lain akibat serangan hama dan penyakit disamping factor fisik dan lingkungan seperti iklim terutama curah hujan dan factor tanah (Erwin, 2000).
Universitas Sumatera Utara

Sejak dikenalnya tembakau di Indonesia pada sekitar 1600-1830an, pengusahaan tembakau pada dasarnya dilaksanakan secara kecil-kecilan oleh petani untuk kepentingan sendiri serta persembahan kepada pengusaha. Tanaman tembakau pernah dimasukkan dalam daftar komoditi yang diusahakan dengan sisten tanam paksa, tetapi karena kurang baik sehingga harga di pasaran Eropa sangat rendah, maka usaha tersebut dihentikan (Padmo dan Edhie, 1991)
Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman tembakau antara lain Spodoptera litura (Ulat grayak), Agrotis ipsilon (Ulat tanah), Helopeltis Sp (penggerek pucuk), Cyrtopeltis tenuis (Capside), Bemisia tabaci (kutu putih), dan Myzus persicae (Anonim, 2004)
Hama Capside (Engytatus tenuis Reut.) atau ada juga yang menyebutnya Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.) merupakan hama penghisap cairan daun yang beberapa tahun ini semakin banyak dan merusak daun tanaman tembakau , sehinnga serangga ini termasuk merugikan produksi tembakau deli. Serangga ini selalu berasosiasi dengan tanaman yang berdaun lengket atau berjekat (Erwin, 2000).
Sebenarnya capside ini tidak selalu merugikan tanaman tembakau , karena makanannya tidak hanya menghisap cairan daun, tetapi juga mampu menghisap cairan ulat yang baru menetas maupun kutu capside yang mati bahkan seranggaserangga lain termasuk predator atau musuh alami bagi hama tembakau deli (Kalshoven, 1981).
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi serangga ini pada musim-musim kering atau kemarau, capside dan kutu-kutu akan merajalela. Pada tahun-tahun terakhir ini gangguan capside sering terjadi pada areal pertanaman dan menyerang
Universitas Sumatera Utara

daun pasir. Padahal beberapa tahun sebelumnya serangga ini baru muncul pada akhir-akhir penanaman dan biasanya hanya menyerang daun bagian atas saja, hal ini dimungkinkan karena makanan capside seperti ulat dan kutu-kutu daun sudah punah akibat pemberian insektisida sehingga serangga ini terpaksa menghisap cairan daun tembakau (Erwin, 2000).
Menurut teknik pengendalian hama secara terpadu salah satu cara pengendalian organisme pengganggu tanaman adalah secara mekanik dengan menggunakan alat perangkap. Perangkap sintetis berperekat dapat digunakan untuk menangkap serangga hama yang bersayap agar populasinya tetap terkendali. Perangkap sintetis berperekat telah lama digunakan oleh petani untuk memantau dan mengurangi imago capside dan hama lain yang aktif di rumah kaca (Chu et al, 2003).
Penggunaan perangkap merupakan pengendalian dengan alternative yang biasa dilakukan secara fisik dan mekanik, dengan penggunaan perangkap diharapkan bisa mengurangi populasi hama serangga yang merusak (Oka, 1995).
Chery glue merupakan lem ajaib penjebak hama. Lem ini dapat mengendalikan berbagai macam hama. Hama-hama yang terkena lem ini adalah capside, kutu putih, Aphids, Thrips, lalat buah dan lain-lain, karena lem ini digunakan diberbagai macam bentuk pengendalian (Trubus, 2006).
Cara penggunaan chery glue ini relative mudah. Cukup di oleskan lem ini ke botol atau media lain berwarna kuning transparan atau putih. Pasang media kesela-sela tanaman tembakau dan bukan pinggir lahan. Serangga akan ikut masuk terperangkap. Tempatkan chery glue dengan jarak 10-20 m (Trubus, 2006).
Universitas Sumatera Utara

Manfaat lain dari chery glue ini petani bisa mendeteksi hama yang menyerang. Chery glue juga dapat mengeluarkan wangi sedap bagi si pengganggu (hama) aromanya bak magnet. Tak hanya aromanya yang menjadi daya tarik, warna lemnya juga menjadi daya tarik. Umumnya serangga tertarik dengan warna kuning. Selain murah chery glue dapat mengurangi penggunaan insektisida kimiawi bagi petani (Kardinan, 2004).
Chery glue mempunyai bahan berupa cengkeh yang kandungan aktif yaitu minyak atsiri yang merupakan kandungan terbanyak pada tanaman cengkeh. Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan serbuk kuntum cengkeh kering (Clove oil), serbuk tangkai kuntum cengkeh (Clove stem oil), dan daun cengkeh kering (Clove leaf oil). Minyak atsiri mengandung eugenol 70-85% dan bahan lainnya (Kardinan, 2004).
Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat perangkap diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama diberi sering juga pada alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik hama (Untung, 2006).
Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama capside. Ada 3 cara yaitu (1) mendeteksi atau memonitor populasi hama capside (2) menarik capside dan dibunuh dengan peramgkap (3) mengacaukan capside dalam melakukan perkawinan, berkumpul atau pengencer yang baik dan terbukti bersifat netral (Kardinan, 2007)
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh jenis perangkap dengan warna kertas yang
berbeda terhadap hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.) pada tanaman tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Hipotesa Penelitian
Penggunaan jenis perangkap dapat menekan serangan hama capside (C.tenuis reut.) pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tembakau

Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau

adalah:

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Personata

Family

: Solanaceae

Genus

: Nicotiana

Species

: Nicotiana tabacum L.

Adapun morfologi tanaman tembakau adalah:

Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

atau galur-galur akar.

Bagian batang yang bercabang meskipun kebanyakan tidak bercabang.

Tinggi tanaman dapat mencapai 2,5m.

Daun tembakau sangat bervariasi ada juga yang berbentuk ovalis,

terompet. Benang sari berjumlah lima buah (Matnawy, 2000).

Bakal buah tembakau terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang

yang membesar, setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali.

Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putih dengan sebuah kepala

putik diatasnya (Cahyono, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir biji. Tiap-tiap tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan buah tembakau telah jadi masak. Biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila disemaikan sehingga biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi. Kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah, untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Abdullah dan Soedarmanto, 1998). Biologi Hama Capside
Hama capside ( Cyrtopeltis tenuis Reut. ) termasuk serangga Ordo Hemiptera, family Miridae dan Genus Cyrtopeltis (Kalshoven, 1981).
Biologi dari serangga tersebut ini adalah sebagai berikut:
Stadia Telur
Telur diletakkan pada permukaan bawah daun muda, pada bagian basal urat daun. Berwarna putih gelap sampai kekuningan warna menjadi orange terang sebelum menetas. Ukuran panjang berkisar antara 0,85 mm dan diameternya 0,21mm. Masa inkubasi 7-9 hari ( Sudarmono, 2000).
Telur berbentuk lonjong berwarna putih gelap sampai kekuningan dan berubah warna menjadi kuning terang sebelum menetas. Stadia telur berkisar 6-10 hari (Erwin, 2000).
Universitas Sumatera Utara

Stadia Nimfa
Stadia nimfa yang baru menetas berwarna kekuningan dan bila nimfa tubuhnya telah sempurna akan berwarna hijau dengan ukuran panjang berkisar 2,68mm. mengalami instar. Stadia nimfa berkisar 13-14 hari (Sudarno, 2000).
Dewasa memiliki panjang 4 mm. Badannya berwarna hijau tetapi tungkai yang berwarna bata, demikian juga dengan tungkai belakang. Matanya juga berwarna merah bata, capside betina mempunyai alat bertelur yang mempunyai bor telur. Imago setelah berganti kulit yang terakhir masih berwarna hijau kecuali sayapnya yang terlihat putih kehijauan dan berkerak (Erwin, 2000). Stadia Imago
Dewasa berwarna kehijauan samapai hijau gelap. Ukuran panjang 3,013,42 mm. Dewasa betina berbeda dengan yang jantan, karena adanya alat peletak telur(ovipositor). Total perkembangannya 21-33 hari (Sudarmono, 2000).
Siklus hidup serangga ini adalah 30 hari, priode telur selama 5-10 hari sedangkan priode nimfa selama 20-32 hari. Capside yang dewasa bisa bertahan hidup Insektisida. Priode dewasa 4-5 hari. Capside yang dewasa dapat bertahan hidup selama 14 hari (Erwin dan Sabrina, 2003).

Gambar 1. Imago Capside

Universitas Sumatera Utara

Gejals serangan Pada stadium manapun capside ini dapat menimbulkan kerugian bagi daun
tembakau deli. Kerugian ini disebabkan oleh tusukan alat penghisapnya. Makanan utama bagi capside adalah cairan tanaman, untuk itu harus menusukkan melalui lapisan atas sampai kelapisan yang paling banyak mengandung cairan didalam daun. Penusukan ini dilakukan berulang-ulang dan berdekatan, oleh karena itu apabila daun tumbuh membesar lubang akan tampak bergerigi ataupun memanjang. Pada daun yang lebih tebal pada awalnya daun tidak tembus pandang kemudian daun tumbuh sedangkan sel bekas lubang tidak tumbuh sehingga menimbulkan koyak ataupun daun menjadi pecah (Erwin, 2000).
Capside menghisap cairan dari ujung tunas dan kuncup daun. Sepertinya mereka tidak merusak padahal mereka meninggalkan air liur yang beracun dan menumbuh sel-sel tanaman muda. Daun muda menjadi melengkung dan mengembangkan lubang-lubang kecil. Tunas muda menjadi salah bentuk (Anonimus,2000). Gambar 2: gejala serangan hama Capside
Bekas tusukan Capside
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)
Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah penggunaan pestisida. Akan tetapi, apabila penggunaan bahan insektisida tersebut kurang bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi flora dna fauna serta lingkungan, disamping itu pula bahan kimia atau bahan pestisida tersebut harganya cukup mahal. Untuk menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan pestisida perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain penggunaan bahan Bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repelen), musuh alami (parasitoid, predator dan pathogen), serta perangkap berperekat (Thamrin dan Asikin, 2008).
Pentingnya pengelolaan hama memang sudah disadari oleh petani, sebab petani selalu berusaha menggunakan insektisida pada tanaman tembakau. Meskipun demikian cara dan saat yang tepat dalam menggunakan insektisida perlu diperbaiki agar cara pengendalian dapat sejalan dengan konsep pengolahan hama terpadu (pest management) (Soehardjan dan Tengkano, 1987). Penggunaan Perangkap Warna
Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan, atau bau tertentu. Metode penggunaan perangkap dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahannya. Caranya adalah dengan merangsang agar serangga berkumpul pada perangkap yang disesuaikan dengan kesukaannya sehingga nantinya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan akhirnya mati. Metode pengendalian ini cukup efektif secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama.
Universitas Sumatera Utara

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap ialah: 1. Ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap 2. Kebiasaan serangga keluar ; siang atau malam hari 3. Stadium perkembangan serangga 4. Makanan kesukaannya 5. Warna kesukaanya 6. Kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap jerat 7. Cara berjalan atau cara terbunuhnya hama Namun perangkap sintetis (chery glue) hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanyapun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman , dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Bila pada objek tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati (Firmansyah, 2008).
Salah satu teknik untuk menekan populasi dari serangga capside adalah melalui pengunaan perangkap sintetis yang disebut chery glue. Penggunaan perangkap berperekat ini untuk melakukan pemantauan populasi hama, juga berguna untuk menentukan penyebaran dan aktifitas harian serangga. Perangkap sintetis cukup efisien untuk menjebak capside (Hartono, 2008).
Perangkap yang berwarna cukup aman digunakan dan tidak membunuh predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk memonitoring hama dilapangan dan dirumah kaca. Penggunaan perangkap sintetis tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman namun dapat mangurangi populasi hama. Hal ini sesuai dengan program pengendalian hama terpadu (PHT) (Sastrosiswoyo dkk, 1993).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Perkebunan Sampali PTP Nusantara II, Tanjung Morawa, Sumatera Utara, Medan. Pada ketinggian tempat ±25 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tembakau, tanah humus (top soil), pasir, kompos, chery glue, minyak goreng, kertas (merah, kuning, hijau dan transparan) dan bahan pendukung lainnya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, polibag, gembor, dan alat pendukung lainnya. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 8 perlakuan, 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: 1. P1W0 : perangkap chery glue dengan kertas warna transparan 2. P2W0 : perangkap minyak goreng dengan kertas transparan 3. P1W1 : perangkap chery glue dengan kertas warna kuning 4. P1W2 : perangkap chery glue dengan kertas warna merah 5. P1W3 : perangkap chery glue dengan kertas warna hijau 6. P2W1 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna kuning 7. P2W2 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna merah 8. P2W3 : perangkap minyak goreng dengan kertas warna hijau
Universitas Sumatera Utara

Metode linier yang digunakan adalah: Yij = µ + τi + βj + єij i = 1,2,…t j = 1,2,…b
Keterangan : Yij : Respon atau nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum τi : Pengaruh perlakuan ke-i βj : Pengaruh blok ke-j єij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j t : Jumlah perlakuan b : Jumlah kelompok/blok (Bangun, 1996).
Analisis yang digunakan adalah data dengan taraf 5% dilanjutkan dengan uji Duncan. Pelaksanaan Penelitian
Persiapan pembibitan Persiapan pembibitan dibuat bedengan dengan ukuran 1m x 6 m dengan arah Utara-Selatan. Naungan pembibitan dibuat dengan arah Timur-Barat dan tinggi tiang sebelah Timur 80cm dan sebelah Barat 60cm. Tanah yang digunakan dalam pembibitan yaitu tanah humus (top soil), pasir dan kompos terlebih dahulu disterilkan dengan cara memasak atau mengukusnya dalam drum sampai mencapai 1000c, kemudian didinginkan. Setelah itu dicampurkan dengan perbandingan 3 : 2 : 1 dan diaduk sampai rata.
Universitas Sumatera Utara

Permukaan bedengan dialasi dengan plastik lalu tanah yang telah dicampur tadi diratakan diatasnya setebal ± 10 cm. benih yang telah dikecambahkan lalu ditabur secara merata pada bedengan pembibitan. Lalu pembibitan tersebut ditutupi dengan alang-alang. Selama 15 hari di bedengan dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore tergantung pada keadaan cuaca. Beberapa hari sebelum bibit dicabut untuk dipindahkan ke-plot pembibitan, naungan dibuka agar bibit dilatih untuk tahan terhadap terik matahari.
Plot pembibitan tersebut di isi dengan tanah. Bibit yang berumur 15 hari tadi ditanam pada plot pembibitan, juga dilakukan penyiraman pada pagi dan sore hari selama 30 hari di plot pembibitan. Setelah 30 hari kemudian dipindahkan ke lapangan. Persiapan Lahan
Sementara melakukan pembibitan, tanah areal pertanaman (penelitian) di olah dengan menggunakan tracktor, dengan kedalaman 20-30 cm, kemudian dilakukan pencangkulan kembali sambil dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa sebelumnya, lalu tanahnya diratakan dengan menggunakan garu, dan dibuat segembur mungkin agar aerase dan draenase tanah tersebut baik. Seterusnya dibuat plot-plot percobaan. Penanaman
Setelah areal pertanaman diolah dan bibit berumur 30 hari maka bibit tersebut dipindahkan ke lapangan. Untuk membuat barisan tanaman yang teratur digunakan tali plastik yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak tanam. Bibit dicabut langsung dari permukaan tanah dan waktu penanaman tanahnya ditekan sedikit agar tegak pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari, yang dilakukan setiap pagi dan sore hari ataupun tergantung pada cuaca. Penyiraman dilakukan sampai tahap pertumbuhan.
Penyisipan dilakukan pada tanaman dilapangan yang mengalami kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari tanaman plot lain yang dikhususkan untuk tanaman sisipan. Untuk penyisipan selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanam.
Pemupukan dilakukan 2 kali untuk pupuk ZA 21% 4 gram, dan pupuk ZK 59% 6 gram/1 pohon. Pemberian pertama dilakukan 15 hari setelah tanam dan pemberian kedua 30 hari setelah tanam. Sedangkan pupuk TSP 46% 6 gram diberikan sekaligus pada saat pertanaman. Pemasangan Perangkap Sintetis
Sebelum dilakukan pengamatan, disiapkan kertas keras yang berukuran 15cm x 15cm yang berwarna merah, kuning, hijau dan transparan. Kemudian diolesi dengan chery glue dan minyak goreng. Perangkap diganti setiap 6 hari sekali. Warna perangkap dipasang sesuai masing-masing perlakuan.
Setiap plot terdapat 6 tanaman yang akan dipasang perangkap sebanyak 2 buah/plot dengan warna berbeda pada masing-masing plot dan bahan yang sama yang diamati 3 hari sekali setelah aplikasi. Setiap plot terdapat 2 tanaman contoh yang akan diamati.
Universitas Sumatera Utara

Peubah Amatan

Populasi Cyrtopeltis tenuis Reut. yang terperangkap Populasi C. tenuis yang terperangkap dihitung mulai dari 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36 hari setelah pemasangan perangkap. Pengamatan ini dilakukan setiap hari sekali, dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 07.0010.00 WIB. Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 46 hari dimana hama yang terperangkap diambil dengan menggunakan pinset, kemudian dihitung berapa hama yang terperangkap. Setelah itu dioleskan kembali chery glue dan minyak goreng. Persentase serangan Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati sample pada plot perlakuan yang terserang oleh hama capside. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan interval 7 hari. Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah aplikasi perangkap chery glue dan minyak goreng.
Persentase serangan capside dapat dihitung dengan rumus:

P = a x 100% b

(Anonim, 1999)

Keterangan:

P = Persentase Serangan a = Daun yang mengalami gejala serangan b = Daun yang diamati

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.) yang Terperangkap

Data Populasi Capside yang terperangkap dan Hasil analisis Sidik ragamnya dapat dilihat pada pengamatan I – 10 serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1 – 30 yang menunjukkan ada perbedaan nyata diantara perlakuan
Hasil uji beda rataannya dapat dilihat pada Tabel 1 Table 1. Rataan hama capside yang terperangkap (ekor) pada pengamatan 1 – 10

Perlakuan

waktu Pengamatan (Hst)

9 Hst I2 Hst I5 Hst I8 Hst 21 Hst 24 Hst 27 Hst 30 Hst 33 Hst

P1W0 1.33c 1.33d 4.00c 3.33c 3.33c 2.00d 2.00c 2.00c 1.67d

P1W1 7.33a 11.33a 17.33a 22.67a 27.67a 38.00a 41.33a 36.33a 25.67a

P1W2 4.67b 3.67b 5.00b 4.50c 5.33b 7.67b 8.33b 4.00b 5.00b

P1W3 4.00b 1.33d 1.67d 6,33b 5.00b 6.33c 7.67b 3.33b 3.00c

P2W0 0.00d 2.00c 0.33e 0.00f 0.00f 0.00f 0.00d 0.00e 0.00f

P2W1 1.33c 0.67e 1.67d 0.00f 2.67d 0.00f 0.00d 1.33e 0.00f

P2W2 1.67c 1.00d 0.00f 1.67e 1.33e 1.00d 0.67c 0.00e 2.00d

P2W3 0.67d 0.00f 2.00c 2.67d 1.33e 1.33d 1.00c 1.67e 1.00e

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang

sama menunjukkan berbeda nyata pada uji jarak Duncan (taraf 0.05).

36 Hst
0.00de 20.67a
3.00b 1.67c 0.00f 1.33f 2.00c 1.00e

Tabel I menunjukkan bahwa pengamatan VII perlakuan P1W1 yaitu dengan perangkap chery glue dengan kertas warna kuning berbeda nyata terhadap perlakuan P1W2. Populasi Capside pada pengamatan VII tertinggi pada perlakuan P1W1 yaitu sebesar 41,33 dan yang terendah pada pengamatan I sebesar 7,33
penggunaan perangkap chery glue memberikan pengaruh nyata terhadap minggu VII ini dikarenakan hama Capside menyerang pertanaman tembakau pada musim-musim kemarau. Pada kondisi temperatur dan curah hujan yang

Universitas Sumatera Utara

cukup atau mendukung maka merupakan salah satu faktor untuk Capside menyerang tanaman tenbakau. Menurut Erwin (2000) keadaan cuaca mempengaruhi serangga Capside, pada musim-musim kering (kemarau) Capside akan merajalela.
Sedangkan pada pengamatan P2W0 dari pengamatan IV sampai X tidak ada hama Capside yang terperangkap Ini dikarenakan P2W0 adalah perangkap minyak goreng dengan kertas transparan tanpa diolesi chery glue, sedangkan hama Capside ini sangat menyukai warna kuning dan akan mendekatkan diri apabila ada bau. Menurut Kardinan (2004) serangga umumnya menyukai atau tertarik dengan warna kuning dan menyukai aroma yang wangi maka serangga ini akan mendekatkan diri.
Perlakuan P1W1 pada pengamatan VII menunjukkan berbeda nyata pada perlakuan P2W0, P2W1, P2W2, dan P2W3 . ini disebabkan karena penggunaan perangkap chery glue dengan kertas warna kuning dapat menekan populasi serangga capside.
Pada perlakuan P2W0, P2W1, P2W2, dan P2W3 menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap perlakuan P1W1 karena perlakuan P1W1 menggunakan perangkap chery glue sedangkan P2W0, P2W1, P2W2, dan P2W3 menggunakan perangkap minyak goreng sehingga Capside sedikit terperangkap bahkan kadangkadang tidak ada yang terperangkap. Ini disebabkan karena minyak goreng mudah tercuci oleh hujan sehingga keadaan cuaca juga sangat mempengaruhi. Menurut Erwin (2000) keada yang menyatakan cuaca dan curah hujan sangat mempengaruhi keadaan hama yang terperangkap.
Universitas Sumatera Utara

Perangkap dengan menggunakan kertas warna kuning lebih efektif dibandingkan dengan kertas warna merah atau hijau. Ini terlihat pada setiap pengamatan pada perlakuan P1W1. Karena warna kuning adalah warna kontras dengan keadaan lingkungan dibandingkan dengan kertas warna merah atau hijau sehingga capside lebih tertarik dengan warna kuning sesuai dengan Firmansyah (2008) yang menyatakan bahwa serangga hama tetentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning.
Dari tabel I menunjukkan bahwa perlakuan P1W1 dari pengamatan I-VII mengalami peningkatan populasi hama Capside yang terperangkap pada perangkap chery glue. Ini dikarenakan perangkap yang digunakan sangat efektif digunakan.
Populasi capside yang terperangkap paling sedikit terdapat pada perlakuan P2W0 dengan perangkap minyak goreng dengan kertas warna putih, ini dapat dilihat pada pengamatan 1 sampai 10. hal ini dikarenakan hama capside tidak menyukai warna putih (transparan).
Untuk melihat lebih jelas hubungan antara pemberian perangkap chery glue dengan minyak goreng dengan populasi hama Capside yang terperangkap dapat dilihat pada histogram.
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Populasi Capside

Rataan Populasi Capside

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
9 Hst 12 Hst 15 Hst 18 Hst 21 Hst 24 Hst 27 Hst 30 Hst 33 Hst 36 Hst
waktu pengamatan

P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3

Gambar 3. Grafik populasi hama Capside yang terperangkap Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa populasi hama Capside yang
terperangkap tertinggi pada perlakuan P1W1 yaitu perangkap chery glue dengan kertas warna kuning yaitu pada pengamatan VII yaitu sebesar 41,33 dan yang terendah terdapat pada pengamatan I sebesar 7,33
Populasi hama yang terperangkap terendah adalah pada perlakuan P2W0 yaitu perangkap minyak goreng dengan kertas warna putih ini dikarenakan hama yang terperangkap sangat sedikit dan berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan P1W1 yang lebih tinggi karena hama banyak yang terperangkap, karena imago hama ini sangat menyukai warna kuning dan aroma yang menyengat. Sesuai dengan pernyataan kardinan (2004) yaitu hama umumnya sangat menyukai warna kuning dan aroma yang menyengat. Persentase Serangan Hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut.)
Data pengamatan persentase serangan hama Capside pada pengamatan minggu I-V serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 31-45,

Universitas Sumatera Utara

memberikan pengaruh nyata terhadap persentase serangan Capside

(Cyrtopeltis tenuis Reut.).

Hasil uji beda rataan persentase serangan Capside dapat dilihat pada

tabel 2 .

Tabel 2. Rataan persentase serangan Capside Cyrtopeltis tenuis Reut.(%)

perlakuan
P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3

I
10,00f 10,00g 13,33e 23,33d 43,33a 40,00b 23,33c 23,33c

Waktu Pengamatan
II
10,00f 5,00g 13,334e 26,67d 36,67a 33,33b 30,00c 26,67d

III
10,00e 0,00f 11,67e 13,33de 36,67a 33,33b 26,67c 26,67c

IV
10,00e 0,00f 6,67d 11,67d 33,33a 30,00b 26,67c 26,67c

V
8,33e 0,00g 6,67f 11,67d 30,00a 20,00c 23,33b 23,33b

Tabel 2. menunjukkan persentase serangan tertinggi pada pengamatan 1 terdapat pada perlakuan P2W0 yaitu dengan minyak goreng dengan kertas warna putih sebesar 43,33% dan yang terendah pada perlakuan P1W0 dan P1W1 sebesar 10.00%.
Pada pengamatan minggu II-V pada perlakuan P2W0 cenderung mengalami penurunan persentase serangan. Ini disebabkan karena banyak hama Capside yang sudah terperangkap pada perangkap chery glue yang diaplikasikan setiap 3 hari sekali yang mengandung bahan berupa cengkeh, dimana kandungan cengkeh ini terrdapat minyak atsiri yang merupakan kandungan terbanyak sehingga hama menyukai aromanya dan terperangkap. Menurut Kardinan (2004) Chery glue mengandung minyak atsiri yang dapat memerangkap hama.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa persentase serangan Capside pada tanaman tembakau semakin rendah setiap minggunya. Dengan berkurangnya populasi capside karena umur tanaman semakin tua sehingga kurang disukai hama capside. Sesuai dengan Tengkano dan Supadmo (1987) yang mengatakan bahwa gejala serangan menunjukkan suatu kecenderungan bahwa semakin tua umur tanaman semakin rendah persentase tanaman terserang, semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai capside sebagai tempat meletakkan telur.
Persentase serangan hama capside pada perlakuan P2W0 perangkap minyak goreng dengan kertas warna putih berbeda nyata terhadap perlakuan P1W0 perangkap chery glue dengan kertas warna putih. Ini disebabkan karena perlakuan P2W0 tidak dapat memerangkap hama dengan baik karena imago capside tidak tetarik dengan warna putih.
Sedangkan pada perlakuan P1W0 persentase serangan hama Capside menetap pada pengamatan 1-IV sebesar 10,00%. Ini disebabkan karena pada perlakuan ini perangkap diberi chery glue sehingga hamanya terperangkap dan tidak dapat menyerang atau menghisap cairan daun tembakau karena hama capside ini meninggalkan air liur yang beracun dan membunuh sel-sel tanaman muda. Menurut Anonim (2000) menyatakan bahwa capside akan meninggalkan air liur yang beracun dan membunuh sel-sel tanaman muda.
Untuk lebih jelasnya perkembangan skala serangan hama Capside dapat dilihat pada gambar 4.
Universitas Sumatera Utara

Persentase Serangan

Rataan Persentase Serangan Capside
50 40 30 20 10 0
2 Mst 3 Mst 4 Mst 5 Mst 6 Mst waktu pengamatan

P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3

Gambar 4. Histogram Persentase Serangan Capside (%) Pada gambar dapat dilihat bahwa persentase serangan tertinggi tertdapat
pada perlakuan P2W0 perangkap minyak goreng dengan kertas warna putih pada minggu I sebesar 43,33% dan persentase serangan terendah pada perlakua P1W1 dan P1W0 perangkap chery glu dengan kertas warna kuning sebesar 10,00%

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa populasi hama Capside yang terperangkap tertinggi pada pengamatan VII pada perlakuan P1W1 sebesar 41,33 dan yang terendah yaitu pada pengamatan I sebesar 7,33 2. Penggunaan perangkap chery glue memberikan pengaruh yang nyata terhadap populasi capside yang terperangkap pada perangkap sintetis. 3. Dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa persentase serangan tertinggi pada perlakuan P2W0 terdapat pada minggu I sebesar 43,33% dan yang terendah sebesar 10,00% terdapat pada perlakuan P