Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn.) (Homoptera: Aleyrodidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)
PENGARUH JENIS PERANGKAP SINTETIS UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA KUTU PUTIH
Bemisia tabaci
Genn. (Homoptera: Aleyrodidae)
PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI
(
Nicotiana tabacum
L.)
SKRIPSI
OLEH:
MAIMUNAH R. NASUTION 050302008
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PENGARUH JENIS PERANGKAP SINTETIS UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA KUTU PUTIH
Bemisia tabaci
Genn. (Homoptera: Aleyrodidae)
PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI
(
Nicotiana tabacum
L.)
SKRIPSI
OLEH:
MAIMUNAH R. NASUTION 050302008
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Amansyah Siregar) (Ir. Syahrial Oemry, MS
Ketua Anggota
)
(Hj. Ir. SH. Hastuti Pembimbing Lapangan
)
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRACT
Maimunah R. Nasution, 2010. ”The Effect of Kinds Sintetic Traps to Control Pest of White Fly (Bemisia tabaci Genn.) (Homoptera: Aleyrodidae) in Tobacco Plantation (Nicotiana tabacum L.)”. This Research has been done in BPTTD Sampali, Deli Serdang, approximately ± 25 m from the sea surface. The aim of this research was to know the effect of kinds sintetic traps to control pest white fly (Bemisia tabaci Genn.) in Tobacco Plantation (Nicotiana tabacum L.). The parameters which observed were amount of B. tabaci. Trapped, and attack percentage (%) pest white fly (B. tabaci Genn.).
This research used the method of Randomized Block Design Non Factorial consist of 8 Teratments and 3 replication i.e:
P1W0 : Sintetic traps (chery glue) with plastic media not colour (transparant) P1W1 : Sintetic traps (chery glue) with plastic red
P1W2 : Sintetic traps (chery glue) with plastic yellow P1W3 : Sintetic traps (chery glue) with plastic green
P2W0 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic not colour (transparant) P2W1 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic red
P2W2 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic yellow P2W3 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic green
The Result showed that the average amount of pest that trapped which have real affect to the population of white fly in tobacco plantation was in P1W1 treatment. The kinds traps and colour which have the real affect to the population of white fly in tobacco plantation was in P1W1 treatment (sintetic traps (chery glue) with plastic yellow).
(4)
ABSTRAK
Maimunah R. Nasution, 2010. Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn.) (Homoptera: Aleyrodidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTTD) Sampali, Deli Serdang, dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis perangkap dan warna dalam mengendalikan hama kutu putih (B. tabaci Genn.) pada tanaman tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Parameter yang diamati adalah populasi B. tabaci Genn.
yang terperangkap (ekor), dan persentase serangan hama kutu putih (B. tabaci Genn.).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
P1W0 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
P1W1 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna merah P1W2 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning P1W3 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna hijau
P2W0 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
P2W1 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah
P2W2 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna kuning
P2W3 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna hijau Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah hama yang terperangkap berpengaruh nyata terhadap populasi kutu putih di pertanaman tembakau pada perlakuan P1W1. Jenis perangkap dan warna juga berpengaruh nyata terhadap persentase serangan kutu putih pada perlakuan P1W1 (perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning).
(5)
RIWAYAT HIDUP
Maimunah R. Nasution, lahir di Medan pada tanggal 02 Juni 1987. Anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Alm. Drs. Ramli Nasution dan Ibunda Ir. Nursiah Sinuhaji.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu:
- Tahun 1999 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 065011 Medan
- Tahun 2002 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 30 Medan
- Tahun 2005 lulus dari Madrasah Aliyah (MA) Negeri 3 Medan
- Tahun 2005 diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
Pengalaman Kegiatan Akademis
1. Tahun 2005 - 2010 menjadi anggota Komunikasi Muslim HPT (Komus HPT) 2. Tahun 2005 - 2010 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman
(IMAPTAN)
3. Tahun 2008 - 2009 menjadi anggota Dept. Kemuslimahan BKM Al - Mukhlisin FP USU
4. Tahun 2008 - 2009 menjadi asisten di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan 5. Tahun 2008 - sekarang menjadi asisten di Laboratorium Penyakit Penting
Tanaman Pangan dan Hortikultura
6. Tahun 2008 mengikuti Seminar Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional FP USU “Motivation Training: Change Your Mind, Setting Your Life, Get The Bright Future”
(6)
7. Tahun 2008 mengikuti Seminar Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Sumatera Utara
8. Tahun 2008 mengikuti kegiatan Leardership Training PARINTAL EXPO 2008
9. Tahun 2008 mengikuti Seminar Kemuslimahan “Aktualisasi Diri Muslimah” 10.Tahun 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli
sampai Agustus di PTP Nusantara III Kebun Rambutan, Tebing Tinggi
11.Tahun 2009 melaksanakan penelitian di Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTTD) Sampali, Deli Serdang.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH JENIS PERANGKAP SINTETIS UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU PUTIH Bemisia tabaci Genn. (Homoptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN
TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Ir. Amansyah Siregar selaku ketua dan Ir. Syahrial Oemry, MS selaku anggota dan Hj. Ir. SH. Hastuti selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu ucapkan terima kasih juga saya ucapkan kepada keluarga dan teman - teman saya yang telah banyak memberikan dukungan dan saran.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2010 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penulisan ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hama Kutu Putih B. tabaci Genn. ... 3
Biologi B. tabaci Genn. ... 4
StadiaTelur ... 4
Stadia Nimfa ... 5
Stadia Imago ... 5
Gejala Serangan ... 6
Pengendalian Hama ... 8
Penggunaan Perangkap Sintetis ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Persiapan Penelitian ... 16
Persiapan Lahan ... 16
Penanaman ... 16
Pemeliharaan ... 17
(9)
Peubah Amatan ... 18 Populasi B. tabaci Genn. Yang Terperangkap (ekor) ... 18 Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.) ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi B. tabaci Genn. Yang Terperangkap (ekor) ... 19 Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.) ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 26 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Gambar Imago B. tabaci Genn. …….…..……… 3
2. Gambar Telur B. tabaci Genn. .……….. 4
3. Gambar Nimfa B. tabaci Genn. ... 5
4. Gambar Imago B. tabaci Genn. ... 6
5. Gambar Gejala Serangan B. tabaci Genn. ... 7
6. Histogram Rataan Jumlah Imago B. tabaci Genn. Yang Terperangkap (ekor) ……… 22
(11)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Rataan Jumlah Imago B. tabaci Genn. Pada Perlakuan
Beberapa perangkap Sintetis (chery glue,minyak goreng) dan warna (transparan, merah, kuning dan hijau) Pada Pertanaman
Tembakau ... 19 .
2. Rataan Persentase Serangan B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Jenis Perangkap Sintetis (chery glue, minyak goreng) Pada
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Bagan Penelitian ……… 30
2. Deskripsi Tanaman Tembakau Deli ... 32
3. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 9 HST ... 33
4. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 12 HST ... 34
5. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 15 HST …. 35 6. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 18 HST ... 36
7. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 21 HST …. 37 8. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 24 HST ... 38
9. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 27 HST ... 39
10. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 30 HST ... 40
11. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 33 HST ... 41
12. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 36 HST ... 42
13. Data Pengamatan Persentase Serangan B. tabaci Pada Pengamatan 2 MST ... 43
14. Data Pengamatan Persentase Serangan B. tabaci Pada Pengamatan 3 MST ... 44
15. Data Pengamatan Persentase Serangan B. tabaci Pada Pengamatan 4 MST ... 45
16. Data Pengamatan Persentase Serangan B. tabaci Pada Pengamatan 5 MST ... 46
17. Data Pengamatan Persentase Serangan B. tabaci Pada Pengamatan 6 MST ... 47
(13)
18. Gambar Lahan Penelitian ... 48
19. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Kuning Dengan perlakuan P1W2 ... 49
20. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Hijau Dengan perlakuan P1W3 ... 49
21. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Merah dengan perlakuan P1W1 ... 49
22. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Tanpa Warna dengan perlakuan P1W0 ... 50
23. Plank Penelitian ………. 50
24. Tanaman Sehat ... 51
(14)
ABSTRACT
Maimunah R. Nasution, 2010. ”The Effect of Kinds Sintetic Traps to Control Pest of White Fly (Bemisia tabaci Genn.) (Homoptera: Aleyrodidae) in Tobacco Plantation (Nicotiana tabacum L.)”. This Research has been done in BPTTD Sampali, Deli Serdang, approximately ± 25 m from the sea surface. The aim of this research was to know the effect of kinds sintetic traps to control pest white fly (Bemisia tabaci Genn.) in Tobacco Plantation (Nicotiana tabacum L.). The parameters which observed were amount of B. tabaci. Trapped, and attack percentage (%) pest white fly (B. tabaci Genn.).
This research used the method of Randomized Block Design Non Factorial consist of 8 Teratments and 3 replication i.e:
P1W0 : Sintetic traps (chery glue) with plastic media not colour (transparant) P1W1 : Sintetic traps (chery glue) with plastic red
P1W2 : Sintetic traps (chery glue) with plastic yellow P1W3 : Sintetic traps (chery glue) with plastic green
P2W0 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic not colour (transparant) P2W1 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic red
P2W2 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic yellow P2W3 : Sintetic traps (nabati oil) with plastic green
The Result showed that the average amount of pest that trapped which have real affect to the population of white fly in tobacco plantation was in P1W1 treatment. The kinds traps and colour which have the real affect to the population of white fly in tobacco plantation was in P1W1 treatment (sintetic traps (chery glue) with plastic yellow).
(15)
ABSTRAK
Maimunah R. Nasution, 2010. Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn.) (Homoptera: Aleyrodidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTTD) Sampali, Deli Serdang, dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis perangkap dan warna dalam mengendalikan hama kutu putih (B. tabaci Genn.) pada tanaman tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Parameter yang diamati adalah populasi B. tabaci Genn.
yang terperangkap (ekor), dan persentase serangan hama kutu putih (B. tabaci Genn.).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
P1W0 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
P1W1 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna merah P1W2 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning P1W3 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna hijau
P2W0 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
P2W1 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah
P2W2 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna kuning
P2W3 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna hijau Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah hama yang terperangkap berpengaruh nyata terhadap populasi kutu putih di pertanaman tembakau pada perlakuan P1W1. Jenis perangkap dan warna juga berpengaruh nyata terhadap persentase serangan kutu putih pada perlakuan P1W1 (perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning).
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PTPN II memproduksi komoditi tembakau yang terkenal dengan nama Tembakau Deli yang memiliki kualitas, rasa dan aroma khas yang sudah terkenal dan bahkan terbaik didunia. Tembakau jenis ini ditanam dan dihasilkan dari areal perkebunan PTPN II yang terletak di wilayah Kabupaten Deli Serdang, yaitu salah satunya di Sampali, Medan (PTPN II, 2007).
Serangga hama yang umum terdapat di pertanaman tembakau Deli antara lain: Spodoptera litura, Heliothis assulta, Plusia signata, Cyrtopeltis tenuis,
Acridaturrita sp., Selonopsis geminate, Myzus persicae, Bemisia tabaci dan
hewan bertubuh lunak Molusca sp. (Erwin, 2000).
Bemisia tabaci pertama kali dilaporkan menyerang tanaman tembakau
Sumatera Utara pada tahun 1983 (Deptan 2007a). Hama ini bersifat polipag dan vektor virus tanaman (Chu et al, 2003) yang menyerang tanaman lebih dari 900
jenis tanaman, serta telah menularkan 111 jenis virus antara lain: Gemini virus,
Closterovirus,. Nepovirus, Carlavirus, Polyvirus, Rodshape, DNA virus (Deptan, 2007b).
Menurut taktik pengendalian hama secara terpadu salah satu cara mengendalikan organisme pengganggu tanaman adalah secara mekanik dengan menggunakan alat perangkap (Oka, 1995). Perangkap sintetis dapat digunakan untuk menangkap serangga hama yang bersayap agar populasinya tetap terkendali. Hasil studi menunjukkan bahwa perangkap berwarna biru lebih efektif
untuk memantau populasi thrips dan perangkap kuning untuk kutu putih (Chu et al, 2003).
(17)
Perangkap sintetis seperti chery glue berfungsi untuk menjerat segala jenis serangga terbang dan kutu - kutuan, seperti Bactrocera dorsalis dan kutu putih.
Cara penggunaan chery glue relatif mudah. Cukup oleskan lem ke botol atau media lain berwarna kuning, transparan, atau putih (Trubus, 2006).
Pemasangan media di sela - sela tanaman. Tempatkan chery glue dengan jarak pemasangan 10 - 20 m. Ibarat makanan chery glue mengeluarkan aroma sedap bagi si pengganggu. Aroma chery glue mengandung rempah - rempah seperti cengkeh dan jahe yang sudah tercium oleh serangga dari jarak 20 - 30 m (Trubus, 2006).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh jenis perangkap dan warna dalam
mengendalikan hama kutu putih (Bemisia tabaci Genn.) pada tanaman
tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)
Hipotesis Penelitian
Penggunaan perangkap sintetis dan nabati dengan warna yang berbeda berpengaruh terhadap serangan dan populasi hama kutu putih pada tanaman tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha pengendalian hama kutu putih pada tanaman tembakau Deli
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
Serangga Hama Kutu Putih B. tabaci Genn.
B. tabaci pertama kali ditemukan sebagai hama tanaman tembakau pada
tahun 1889, di Yunani (Hirano et al., 2007). B. tabaci juga mampu membentuk
biotip baru dan menyebarkan virus (Henneberry & Castel, 2001). Saat ini telah tercatat 24 biotip B. tabaci yang tersebar di dunia (Carabali et al., 2007).
B. tabaci memiliki penyebaran yang luas, di Asia tercatat B. tabaci
tersebar di 37 negara, Afrika 39 negara, Eropa 26 negara, Amerika 30 negara dan Oceania 14 negara (Deptan, 2007b).
Serangga hama ini memiliki berbagai sebutan, di Inggris disebut tobacco whitefly, sweet potato whitefly, cassava whitefly, di Prancis disebut
Aleurode du cottonnier, Aleurode de la patate douce, di Jerman disebut
weisse fleige, baumwoll-mottenchildlaus, dan di Italia disebut Aleirode delle
solanacee (Malumphy, 2007).
Gambar 1. Imago B. tabaci
(19)
Biologi B. tabaci Genn.
Hama kutu putih (Bemisia tabaci Genn.) termasuk serangga ordo
Homoptera, famili Aleyrodidae dan genus Bemisia (Kalshoven, 1981). Biologi dari serangga ini adalah sebagai berikut :
Stadia Telur
Telur yang baru diletakkan berwarna putih mutiara dan berubah kecoklatan menjelang menetas. Telur akan menetas setelah 5 hari diletakkan dengan kisaran suhu 32,5 0C, sedangkan pada suhu 17 0C telur menetas setelah
23 hari. Telur diletakkan di bawah permukaan daun pucuk pada pukul 08.00 - 12.00 (Henneberry and Castle, 2001).
Imago dapat meletakkan telur sebanyak 28 - 300 butir telur, tergantung inang dan suhu (Mau and Kessing, 2007).
Pada tanaman kapas dengan kisaran suhu 9,4 - 42 0C imago menghasilkan
28 - 160 butir telur, pada tembakau dengan suhu 9,4 - 34,4 0C menghasilkan 44 - 47 butir telur, sedangkan pada tanaman kentang dengan suhu 31,9 - 38,0 0C
mampu menghasilkan 38 - 394 butir telur (Henneberry and Castle, 2001).
Gambar 2.Telur B. tabaci
(20)
Stadia Nimfa
Nimfa yang baru menetas berukuran 0,3 mm, nimfa instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 sampai ke - 4 tidak bertungkai dan berukuran 0,4 - 0,8 mm (Hirano et al., 2007). Nimfa terdiri dari 4 instar, masa
instar pertama 3 - 5 hari, instar ke - II 2 - 6 hari, instar ke - III 2 - 4 hari dan stadia
terakhir 2 - 5 hari (Henneberry & Castle, 2001). Total masa nimfa 2 - 4 minggu (Mau & Kessing, 2004). Selama masa pertumbuhan nimfa hanya berada di daun
(Hirano et al., 1993). Setelah menusuk daun, nimfa akan berpindah tempat. Nimfa
aktif makan pada instar 1 - 3 (Bohmflak et al., 2007).
Gambar 3. Nimfa B. tabaci
Sumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan Stadia Imago
Imago berukuran ± 1 mm dengan sayap berwarna putih dan ditutupi tepung seperti lilin (Hirano et al., 2007). Imago yang berumur 1 - 4 hari dapat
langsung menghasilkan telur tanpa melakukan perkawinan (Sanderson, 2007). Serangga ini bersifat parthenogenesis, telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan turunan jantan (Henneberry and Castle, 2001). Imago betina
(21)
Umur imago betina lebih panjang daripada imago jantan. Betina berumur
13 - 62 hari dan jantan 4 - 12 hari, pada suhu 14 - 32 0C (Henneberry and Castle, 2001).
Gambar 4.Imago B. tabaci
Sumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan
Imago aktif antara pukul 06.00 - 10.00. Waktu terbang maksimum pada pukul 06.00 - 10.00. Imago jantan mampu terbang lebih lama dibandingkan betina (Henneberry and Castle, 2001).
Imago akan berpindah setiap 48 jam sekali. Perilaku terbang B. tabaci
terbagi dua, yaitu terbang jarak jauh (long flight distance) dan terbang jarak dekat
(short flight distance). Terbang jarak dekat imago hanya terbang di bawah kanopi
tanaman sedangkan terbang jarak jauh bila terbang dari satu tanaman ke tanaman lain (Carabali et al., 2007).
Kemampuan terbang imago kurang dari 4,6 m (Mau and Kessing, 2004)
dengan ketinggian kurang dari 4 m. Angin dapat membantu penyebaran B. tabaci
secara pasif (Deptan, 2007b).
Gejala Serangan
Serangan yang disebabkan oleh B. tabaci dibagi atas 3 tipe: (1) kerusakan
langsung, (2) kerusakan tidak langsung, dan (3) penularan virus (Berlinger, 1986). Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang
(22)
menghisap cairan daun (Deptan, 2007a) mengakibatkan daun tanaman mengalami klorosis, layu, gugur daun dan mati (Mau and Kessing, 2007).
Helai daun yang mengalami vein clearing mulai dari daun pucuk
berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut mengakibatkan daun mengecil dan
berwarna kuning terang tanaman kerdil dan tidak berubah (Deptan, 2007a).
Bemisia tabaci menghasilkan ekskresi berupa madu yang merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan embun jelaga yang berwarna hitam (Cladosporium sp. dan Alternaria sp.) menyebabkan proses fotosintesis tidak
berjalan dengan normal. Imago betina B. tabaci menghasilkan embun jelaga yang
lebih banyak selama siklus hidup mereka (Sanderson, 2007).
Proses makan imago dan nimfa B. tabaci sangat berbahaya pada tanaman
karena dapat bertindak sebagai vektor virus. B. tabaci menularkan Geminivirus
secara persisten yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat ditularkan (Deptan, 2007a).
Gambar 5.Gejala Serangan B. tabaci Genn.
(23)
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel - sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu putih menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal (Ditlin Hortikultura, 2007).
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu putih sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 - 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu putih antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus (Ditlin Hortikultura, 2007).
Pengendalian Hama
Berbagai teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi, seperti pergiliran tanaman penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, pengendalian secara mekanik dan fisik, pemanfaatan insektisida botani dan terakhir menggunakan insektisida kimia dengan dosis, jenis dan waktu aplikasi yang tepat.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan virus, terutama tanaman yang bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun. Sanitasi lingkungan terutama mengendalikan gulma berdaun lebar
seperti babadotan dan ciplukan yang berpotensi menjadi inang virus (Deptan, 2007a).
Penggunaan tanaman yang resisten merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu untuk menekan populasi kutu putih. Namun saat ini
(24)
belum ditemukan varietas tembakau yang resisten terhadap B. tabaci
(Berlinger, 1986).
Secara mekanik dengan menggunakan alat perangkap (Oka, 1995). Perangkap sintesis dapat digunakan sebagai alat untuk memerangkap hama dan data yang diperoleh dapat menjadi pedoman untuk ketepatan waktu aplikasi insektisida (Chu et al., 2007).
Serangga hama di perangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai dengan jenis hama dan fase hama yanga akan ditangkap. Alat perangkap diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Sering juga pada alat perangkap diberi zat - zat kimia yang dapat menarik meletakkan atau yang membunuh hama (Untung, 2006).
Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan parasit, predator, dan entomopatogen. Kumbang predator Menochilus sp. merupakan
predator yang mampu memangsa 200 - 400 Bemisia tabaci per hari. Parasit
Encarsia, Eretmocerus californus, Eretmocerus mondus, Eretmocerus eremicus.
Namun Encarsia yang lebih umum digunakan untuk mengendalikan B. tabaci di
rumah kaca maupun di lapangan. Pengendalain secara hayati sebaiknya dilakukan bila populasi B. tabaci tidak terlalu tinggi (Hirano et al., 2007).
Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida diafenthiuron, acetamiprid dan neonicotionouid yang dilakukan pada sore atau pagi sebelum matahari terbit dan mampu menjangkau permukaan bawah daun (Untung, 2006).
Penggunaan Perangkap Sintetis
Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan, atau bau tertentu. Serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna
(25)
yang disukai serangga biasanya warna - warna kontras seperti kuning cerah. Metode penggunaan perangkap dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahannya. Caranya adalah dengan merangsang agar serangga berkumpul pada perangkap yang disesuaikan dengan kesukaannya sehingga nantinya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan akhirnya mati. Pengendalian metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama (Firmansyah, 2008).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap adalah sebagai berikut: ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap, kebiasaan serangga keluar: siang atau malam hari, stadium perkembangan serangga, makanan kesukaannya, warna kesukaannya, kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap jerat dan cara terbang hama (Firmansyah, 2008).
Salah satu teknik untuk menekan populasi dari serangga hama kutu putih adalah melalui penggunaan perangkap sintetis dengan menggunakan chery glue. Penggunaan perangkap sintetis untuk melakukan pemantauan populasi hama. Perangkap ini berguna untuk menentukan sebaran dan aktivitas harian serangga. Perangkap sintetis cukup efisien menjebak kutu putih untuk memantau populasi dan keberadaan kutu putih di lapangan (Hartanto, 2008).
Perangkap sintetis cukup aman digunakan dan tidak membunuh predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap sintetis tidak
menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sastrosiswoyo, dkk, 1993).
(26)
Penggunaan perangkap sintetis merupakan suatu metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga. Metode ini lebih efisien dibandingkan dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman (Heinz et al., 1982).
Perangkap sintetis dapat menarik dan menangkap serangga hama seperti aphids, kutu putih, thrips, penggorok daun. Namun, penggunaan perangkap sintetis tidak menyebabkan musnahnya populasi B. tabaci, namun dapat
mengurangi populasinya di lapangan. Perangkap sintetis dan warna sangat efektif dalam mengendalikan hama kutu putih dan juga untuk memonitor efek perangkap yang dibuat di lapangan (Pasian and Lindquis, 2007).
Pada daun bawah kandungan air dan protein tanaman lebih tinggi daripada daun atas, sehingga imago memilih daun bawah untuk aktivitas makan dan peneluran. Bila daun bawah sudah habis terserang, imago memilih daun tengah yang lebih muda untuk mendapatkan kandungan air. Semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Populasi B. tabaci melimpah pada saat fase vegetatif (linier) dan menurun pada
fase generatif (logaritmatik) yang diduga karena faktor kualitas dan kuantitas tanaman. Kuantitas tanaman dapat diukur dari semakin bertambahnya biomasa tanaman, sedangkan kualitas tanaman dipengaruhi oleh kandungan berbagai nutrisi yang terdapat dalam tanaman (Heinz et al., 1982).
Pemasangan perangkap sintetis berpengaruh nyata terhadap efisiensi penangkapan hama, yakni semakin jauh kanopi tanaman semakin sedikit jumlah hama yang terperangkap. Perangkap yang paling efisien menangkap hama adalah
(27)
dipasang disekitar kanopi tanaman. Hal ini memberi indikasi bahwa aktivitas terbang hama kutu putih hanya sekitar kanopi tanaman, dikarenakan ukuran tubuh kutu putih yang relatif kecil, migrasinya sangat tergantung pada bantuan angin (Supriadi, dkk, 2008).
Manfaat lain dari penggunaan chery glue ini petani bisa mendeteksi hama yang menyerang. Chery glue ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih dan capsid. Ada tiga cara yaitu: mendeteksi atau memonitor hama, menarik hama kutu putih dan capsid dan membunuh dengan perangkap sintetis, mengacaukan hama dengan melakukan pengenceran yang baik dan terbukti bersifat netral (Kardinan, 2007).
Perangkap sintetis ini yaitu chery glue hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Bila pada obyek tersebut telah dilapisi atau diolesi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati (Firmansyah, 2008).
Chery glue juga dapat mengeluarkan wangi sedap bagi si pengganggu (hama) aromanya bak magnet. Tak hanya aromanya yang menjadi daya tarik, warna lemnya juga menjadi daya tarik. Umumnya serangga tertarik dengan warna kuning. Selain murah chery glue dapat mengurangi penggunaan insektisida kimiawi bagi petani (Trubus, 2006).
Cara penggunaan chery glue relatif mudah. Cukup oleskan lem ke botol
(28)
di sela - sela tanaman. Tempatkan chery glue dengan jarak pemasangan 10 - 20 m (Trubus, 2006).
Aroma chery glue mengandung rempah - rempah seperti cengkeh dan jahe yang sudah tercium oleh serangga dari jarak 20 - 30 m (Trubus, 2006).
Kandungan aktif dari cengkeh adalah minyak atsiri yang merupakan kandungan terbanyak pada tanaman cengkeh. Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan serbuk kuntum cengkeh kering (clove oil), serbuk tangkai kuntum cengkeh (clove stem oil) dan daun cengkeh kering (clove leaf oil), minyak atsiri mengandung metil eugenol 70 - 85 % dan bahan lainnya (Kardinan, 2004). Daun, buah mengandung minyak atsiri metil eugenol (BPTPH, 2000).
Jahe (Zingiber officinale) memiliki kandungan gingerol, geraniol, minyak
jahe (zingeron), zingeberon, borneol, cineol, dextro - kamfena dan beta - phelandrena. Jahe juga mengandung minyak atsiri, berupa cairan kuning
kehijauan dengan rasa pedas dan bau yang khas. Jahe juga mengandung atsiri sebanyak 48 - 60 %, serat 7 - 11%, lemak 3 - 10 %, air 12 - 18 % dan kadar abu 8 - 9 % (Anonimus, 2009).
(29)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTTD) PT. Perkebunan Nusantara II, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, pada ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tembakau, media tanam perbandingan 3 : 2 : 1 (humus (top soil) : pasir : pupuk kompos), perangkap
sintetis dengan chery glue, perangkap nabati dengan minyak goreng dan air bersih
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah polibag ukuran 15 kg, kuas, plank, pacak, meteran, cangkul, gembor, plastik berwarna merah, kuning, hijau, tali plastik, bambu, pisau, kertas, plastik, hekter, alat tulis, buku dan kalkulator
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 3 ulangan.
1. P1W0 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
2. P1W1 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning
3. P1W2 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna merah
4. P1W3 : Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna hijau
5. P2W0 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
6. P2W1 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna kuning
(30)
7. P2W2 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah
8. P2W3 : Perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna hijau
Untuk menentukan jumlah ulangan yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan rumus:
(t-1) (r-1) ≥ 15 (8-1) (r-1) ≥ 15 7 (r-1) ≥ 15 7 r ≥ 22
r ≥ 3,14 r ≈ 3 Model linier yang digunakan adalah:
Yij
=
μ
+
α
i +
β
j +
ε
ij
Dinama:Y
ij : Nilai pengamatan dari pengamatan ke - i dalam ulangan ke - jµ
: Nilai tengah umumαi
: Pengaruh perlakuan ke - iβj
: Pengaruh ulangan ke - jε
ij : Galat percobaan dari perlakuan ke - i dan ulangan ke - j(Sastrosupadi, 2000).
Jumlah plot : 8 x 3 = 24 plot Jarak tanaman : 20 cm x 20 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 144 tanaman
(31)
Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian.
Persiapan lahan
Sementara melaksanakan pembibitan, areal pertanaman (penelitian) dilakukan dilapangan. Lahan dibersihkan dari kotoran - kotoran seperti dari gulma - gulma. Disiapkan polibeg sebanyak 144 polibeg dengan ukuran 15 kg yang sudah disterilkan, kemudian polibeg diisi dengan tanah yang juga sudah disterilkan. Seterusnya dibuat plot - plot percobaan.
Sebelum polibeg disusun, areal yang akan digunakan harus diukur agar polibeg tampak rapi dan lurus. Susunan polibeg di areal pertanaman harus sudah disusun ± 10 hari sebelum tanaman tembakau ditanam.
Penanaman
Setelah areal pertanaman selesai dibersihkan dan bibit telah berumur 40 hari maka bibit tersebut dipindahkan ke dalam polibeg. Untuk membuat tanaman yang teratur digunakan tali plastik yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak antar polibeg yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Bibit dicabut dari pembibitan, dan waktu penanaman tanahnya ditekan sedikit agar tegak pertumbuhannya dan tidak mudah rebah.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari, yang dilakukan setiap pagi hari. Penyiraman dilakukan sampai tahap pertumbuhan.
(32)
Penyisipan dilakukan pada tanaman di dalam polibeg yang mengalami kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari tanaman plot lain yang dikhususkan untuk tanaman sisispan. Waktu penyisipan selambat - lambatnya 2 minggu setelah tanam.
Penyiangan dilakukan satu kali dalam seminggu atau tergantung pada keadaan gulma di dalam polibeg. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan atau dicabut secara langsung.
Pemupukan dilakukan dua kali untuk pemupukan pertama yaitu Mixed (N, P, K) 5 x 10.7,5 sebanyak 10 - 15 gr persatuan tanaman diberikan 1 hari sebelum tanam. Pemberian pupuk kedua dilakukan 15 hari setelah tanam yaitu Mixed (N, P, K) 5 x 20.7,5 sebanyak 10 gr.
Pemasangan perangkap sintetis
Sebelum dilakukan pengamatan, disiapkan plastik berwarna merah, kuning, hijau lalu diolesi lem perekat sintetis (lem perekat sintetis dengan menggunakan chery glue dan minyak goreng). Pemasangan perangkap dilakukan pada saat tanaman berumur 46 hari atau 6 hst. Perangkap diganti setiap 6 hari sekali. Warna perangkap dipasang sesuai masing - masing perlakuan. Perangkap dipasang pada masing - masing plot percobaan. Jumlah perangkap keseluruhannya 48 perangkap.
Peubah Amatan
Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap (ekor)
Populasi B. tabaci yang terperangkap dihitung setiap 3 hari sekali yang
dilakukan pada pagi hari, yaitu pada pukul 07.00 - 10.00 WIB dan juga pergantian perangkap sintetis setiap 6 hari sekali seiring dengan pengamatan dilakukan
(33)
selama 10 kali dengan interval 3 hari yang dilakukan setelah tanaman berumur 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36 hst.
Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.)
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati sampel pada seluruh tanaman yang ada pada plot perlakuan yang terserang oleh B. tabaci. Pengamatan
dilakukan selama 5 kali dengan interval 7 hari. Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah pemasangan perangkap sintetis. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 3, 4, 5, 6 MST yaitu 13, 20, 27, 34, 41 hst.
Persentase serangan B. tabaci dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
% 100
x b a P=
Keterangan:
P : Persentase serangan
a : Jumlah daun tanaman yang terserang b : Jumlah daun yang diamati
(34)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap (ekor)
Data pengamatan B. tabaci Genn. yang terperangkap pada 9 - 36 HST dan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 3 - lampiran 12. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan yaitu perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning terhadap populasi hama kutu putih yang terperangkap. Hasil uji beda rataan populasi B. tabaci Genn. pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan Jumlah Imago B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Beberapa Perangkap Sintetis (chery glue, minyak goreng) dan warna (transparan, merah, kuning dan hijau) Pada Pertanaman Tembakau
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 %
Tabel 1 memperlihatkan bahwa selama pengamatan perlakuan P1W1 dengan menggunakan perangkap sintetis dengan media plastik berwarna kuning populasi yang terperangkap lebih banyak dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan warna kuning adalah warna yang kontras dengan keadaan lingkungan
Perlakuan Jumlah Imago/Plot Total Rataan
9 HST 12
HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST
P1W0 2.00bc 3.00bc 6.33c 8.00c 10.67c 15.00c 11.67c 9.33c 80.00 8.00
P1W1 5.67a 7.00a 13.33a 15.67a 24.33a 35.00a 28.33a 20.00a 174.66 17.466
P1W2 1.67bcd 2.33cd 4.33de 5.67de 7.67de 10.67d 7.67d 6.33de 56.68 5.668
P1W3 2.33b 3.67b 8.33b 9.67b 13.33b 19.00b 14.33b 11.00b 98.33 9.833
P2W0 1.00de 1.33ef 3.33e 4.33ef 6.67de 10.00d 6.67d 6.00de 48.33 4.833
P2W1 1.67bcd 3.00bc 5.67cd 8.00c 10.67c 15.00c 14.33b 9.33c 80.67 8.067
P2W2 0.67e 1.00f 3.00e 3.67f 5.33e 9.33d 6.33d 5.67e 42.66 4.266
P2W3 1.33cde 2.00de 4.33de 6.33d 8.33d 12.00cd 10.33c 7.00d 61.32 6.132
Total 16.30 23.30 48.70 61.30 87.00 126.00 99.66 74.70 536.98
(35)
dibandingkan dengan warna transparan, merah dan hijau sehingga kutu putih lebih tertarik. Hal ini sesuai dengan Firmansyah (2008) yang menyatakan bahwa serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna - warna kontras seperti kuning cerah. Selain itu jenis perangkap juga berpengaruh terhadap jumlah hama yang terperangkap dimana pada jenis perangkap sintetis (chery glue) lebih banyak kutu putih yang terperangkap karena kutu putih lebih tertarik pada warna dan aroma yang menyengat. Disebabkan chery glue merupakan bahan yang mengeluarkan wangi sedap bagi si pengganggu (hama) aromanya bak magnet. Tak hanya aromanya yang menjadi daya tarik, warna lemnya juga menjadi daya tarik. Umumnya
serangga tertarik dengan warna kuning. Aroma chery glue mengandung rempah - rempah seperti cengkeh dan jahe yang sudah tercium oleh serangga dari
jarak 20 - 30 m sehingga kutu putih dengan mudah terperangkap (Trubus, 2006). Perlakuan P1W3 dengan penggunaan perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna hijau pada pengamatan 24 HST sebesar 19,00 juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena kutu putih juga tertarik pada warna hijau dan chery glue mengeluarkan aroma yang menyengat yang menjadi daya tarik kutu putih. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Kardinan (2007) yang menyatakan bahwa manfaat lain dari penggunaan chery glue ini petani bisa mendeteksi hama yang menyerang. Chery glue ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih dan capsid. Ada tiga cara yaitu: mendeteksi atau memonitor hama, menarik hama kutu putih dan capsid dan membunuh dengan perangkap sintetis, mengacaukan hama dengan melakukan pengenceran yang baik dan terbukti bersifat netral. Dan juga pemasangan perangkap dengan chery glue
(36)
dengan media plastik berwarna hijau juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena perangkap dipasang disekitar kanopi tanaman. Hal ini sesuai dengan Supriadi, dkk (2008) yang menyatakan bahwa semakin jauh kanopi tanaman semakin sedikit jumlah hama yang terperangkap. Hal ini memberi indikasi bahwa aktivitas terbang hama kutu putih hanya sekitar kanopi tanaman, dikarenakan ukuran tubuh kutu putih yang relatif kecil, migrasinya sangat tergantung pada bantuan angin.
Dari hasil pengamatan memperlihatkan bahwa jumlah imago yang terperangkap terendah terdapat pada pengamatan 9 HST pada perlakuan P2W2 sebesar 0,67 karena kutu putih kurang menyukai warna merah dan jenis perangkap juga berpengaruh. Karena jenis perangkap sintetis (minyak goreng) dapat dengan mudah tercuci oleh air hujan sehingga kutu putih yang terperangkap sedikit. Pernyataan ini sesuai dengan Pasian and Lindquis (2007) yang
menyatakan bahwa warna dan jenis perangkap sangat efektif dalam mengendalikan hama kutu putih dan juga untuk memonitor efek perangkap yang dibuat di lapangan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama sampai terakhir jumlah imago yang terperangkap mengalami fluktuasi untuk setiap perlakuan. Jumlah imago terperangkap yang tertinggi terdapat pada pengamatan 24 HST pada perlakuan P1W1 (35,00). Penurunan jumlah imago dapat dilihat pada pengamatan mulai dari 27 HST sampai 36 HST. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur tanaman maka semakin rendah persentase tanaman terserang. Faktor sumber daya (nutrisi) dan tanaman inang yang sudah masuk ke fase genaratif (logaritmatik) yang sudah berkurang tidak mampu mendukung kegiatan
(37)
hidup serangga, sehingga mendorong serangga untuk melakukan perpindahan. Hal ini sesuai dengan Heinz et al., (1982) yang menyatakan bahwa semakin tua umur
tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Populasi B. tabaci melimpah pada saat fase vegetatif (linier) dan
menurun pada fase generatif (logaritmatik) yang diduga karena faktor kualitas dan kuantitas tanaman. Kuantitas tanaman dapat diukur dari semakin bertambahnya biomasa tanaman, sedangkan kualitas tanaman dipengaruhi oleh kandungan berbagai nutrisi yang terdapat dalam tanaman. Perkembangan populasi B. tabaci
di lapangan dipengaruhi oleh faktor biotik (predator, parasitoid, entomopatogen) dan faktor abiotik seperti hujan juga mempengaruhi hasil tangkapan pada perangkap. Pernyataan ini sesuai dengan Hirano et al., (2006) yang menyatakan
bahwa dimana hujan, angin, suhu dan kelembaban mempengaruhi serangga yang tertangkap pada papan perangakap.
Untuk melihat lebih jelas data pengaruh jenis perangkap sintetis dan warna terhadap jumlah imago kutu putih dapat dilihat pada histogram gambar 5.
Rataan Populasi Bemisia tabaci Genn.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 9 HST 12 HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST 33 HST 36 HST Waktu Pengamatan R at aan ( eko r) P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3
(38)
Gambar 5 di atas menunjukkan rataan populasi imago B. tabaci Genn.
yang lebih banyak terperangkap pada perlakuan P1W2 yaitu perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning dan terendah pada perlakuan
P2W1 yaitu perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning adalah perangkap yang efektif untuk memerangkap hama kutu putih pada pertanaman tembakau.
2. Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.)
Data pengamatan persentase serangan B. tabaci Genn. pada 2 - 6 MST dan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 13 - lampiran 17. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan yaitu pada perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning terhadap populasi hama kutu putih yang terperangkap. Hasil uji beda rataan persentase serangan B. tabaci Genn. pada setiap perlakuan dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Persentase Serangan B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Jenis Perangkap Sintetis (chery glue, minyak goreng) Pada Pertanaman Tembakau
Persentase Serangan Total Rataan
Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
P1W0 11.67c 10.00c 8.33d 1.67d 1.67de 33.34 6.668 P1W1 5.00d 0.00e 0.00e 0.00e 0.00e 6.668 1.00 P1W2 15.00b 13.33c 10.00cd 5.00c 3.33d 46.66 9.332 P1W3 6.67cd 3.33d 1.67e 1.67d 1.67de 9.332 3.002 P2W0 30.00a 23.33b 20.00b 13.33b 10.00ab 3.002 19.33 P2W1 15.00b 13.33c 11.67c 11.67b 6.67c 19.332 11.67 P2W2 33.33a 30.00a 25.00a 16.67a 11.67a 11.668 23.33 P2W3 26.67a 21.67b 20.00b 13.33ab 8.33bc 23.334 18.00
Total 143.34 114.99 96.67 63.34 43.34 461.68
Rataan 17.9175 14.3738 12.0838 7.9175 5.4175 57.71 11.54 Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama tidak
(39)
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentssase serangan B. tabaci yang
tertinggi pada perlakuan P2W2 yaitu 33,33 pada pengamatan 2 MST dan terendah pada perlakuan P1W1 pada pengamatan 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST karena pada perlakuan ini banyak kutu putih yang terperangkap sehingga kerusakan pada tanaman lebih kecil bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ini berarti penggunaan perangkap sintetis (chery glue dengan media plastik berwarna kuning) dapat menekan populasi hama sehingga persentase hama berkurang. Pernyataan ini sesuai dengan Hartanto (2008) yang menyatakan bahwa beberapa jenis hama tertentu sangat tertarik pada perangkap sintesis, oleh karena itu salah satu teknik untuk menekan populasi dari serangga hama kutu putih adalah dengan menggunakan chery glue. Perangkap sintetis cukup efisien menjebak kutu putih untuk memantau populasi dan keberadaan kutu putih di lapangan.
Dari tabel 2 juga diketahui bahwa persentase serangan kutu putih pada tanaman tembakau semakin rendah setiap minggunya dengan berkurangnya populasi imago kutu putih, hal ini dikarenakan umur tanaman semakin tua sehingga kurang disukai kutu putih. Hal ini sesuai dengan Heinz et al (1982)
yang menyatakan bahwa gejala serangan nimfa dan imago pada daun menunjukkan suatu kecenderungan bahwa semakin tua umur tanaman semakin rendah persentase tanaman terserang, semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya.
(40)
Untuk lebih jelas data pengaruh jenis perangkap sintetis terhadap persentase serangan kutu putih dapat dilihat pada histogram gambar 6.
Rataan Persentase Serangan
Bemisia tabaci
Genn.
0 5 10 15 20 25 30 35
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Waktu Pengamatan R at aan ( % ) P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3
Gambar 6. Histogram Rataan Persentase Serangan B. tabaci Genn.
Gambar 6 di atas menunjukkan rataan persentase serangan B. tabaci Genn.
yang lebih tinggi persentase serangan pada perlakuan P2W2 yaitu perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah dan terendah pada perlakuan P1W1 yaitu perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning adalah perangkap yang efektif untuk menekan kerusakan yang disebabkan oleh serangan B. tabaci.
(41)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis perangkap sintetis dan warna berpengaruh nyata terhadap populasi kutu putih pada pertanaman tembakau
2. Jenis perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning lebih efektif untuk menekan populasi hama kutu putih (B. tabaci) daripada
perlakuan perangakap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna merah, hijau dan transparan, perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna kuning, merah, hijau dan transparan
3. Jenis perangkap sintetis dan warna berpengaruh nyata terhadap persentase serangan kutu putih pada perlakuan P1W1 (chery glue, kuning)
4. Pada populasi hama kutu putih (B. tabaci) yang terperangkap (ekor) rataan
yang tertinggi pada perlakuan P1W1 yaitu 35,00 pada 24 HST dan yang terendah pada perlakuan P2W2 yaitu 0,67 pada 9 HST
5. Pada persentase serangan hama kutu putih (Bemisia tabaci Genn.) rataan yang
tertinggi pada perlakuan P2W2 yaitu 33,33 % pada 2 MST dan terendah pada perlakuan P1W1 yaitu 0 % pada 3, 4, 5, 6 MST
Saran
Perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning efektif digunakan untuk menekan perkembangan populasi kutu putih pada pertanaman tembakau
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus., 2009. Jahe Rempah Yang Menghangatkan. Available at:
Berlinger, M.S., 1986. Host plant resistance to Bemisia tabaci. Hirano, K., Budiyanto, E and S. Winarni., 2006. Biological characteristic and forecastingoutbreak of whitefly B. tabaci a vector of virus disease in
soybean field. Available at:
3 Maret 2009.
Bohmflak, G. T., R. E. Friesbie, W. L. Sterling, R.B. Metzer, and A.E. Knutson., 2007. Identification , biology and sampling of cotton insect. Available at: http:/insects.tamu.edu Diakses tanggal 16 Maret 2009.
BPTPH., 2000. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta.
Carabali, A., A. C. Belloti, and J. M., Lerma., 2007. Adaptation of Biotipe B of
B. tabaci to Cassava. Available at: Maret 2009.
Chu., G.J.Charles, J.A.Phatrick, K.Karud and T.J.Hannberry., 2003. Plastic Cup Eqquiped with Light Emiting Diodes for Monitoring adult B. tabaci. Available at: www. Bioone.org. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.
Deptan., 2007a. Bemisia tabaci. Available at: www. Deptan.go.id. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.
Deptan., 2007b. Bemisia tabaci (Genn). Available at: www. Deptan.go.id. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.
Ditlin, Hortikultura., 2007. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.). Availabel at:
7 Februari 2009.
Erwin., 2000. Tembakau. Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli, Medan. Firmansyah, E., 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak
Lingkungan. Available at:
(43)
Hartanto, Y., 2008. Perangkap Warna Kuning atau Biru Untuk Serangga.
Aavailabel at:
Diakses tanggal: 7 Februari 2009.
Hennebery, T. J. and T. J. Castle., 2001. Bemisia: Pest Status Economy, Biology
And Population Dynamics. In Virus-Insect-Plant Interaction. Academic Press, New York.
Hirano, K., Budiyanto, E and S. Winarni., 2007. Biological characteristic and forecasting outbreak of whitefly B tabaci a vector of virus disease in
soybean field. Available at: www. Agnet.org/library/tb/135. Diakses tanggal 16 Maret 2009.
Heinz, K. M., M. P. Parella and J.P Newman., 1982. Time Effecient Used Of Yellow Sticky Trap In Monitoring Insect Population. J. Economic Entomology, Entomoological Society of America.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised by Vander Lann, University of Amsterdam. Ichtiar Baru – Vander Hoeve, Jakarta.
Kardinan, A., 2007. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Malumphy, C., 2007. Bemisia tabaci (Genn.). San Hulton, New York. Available
at: .pdf. Diakses tanggal
19 Maret 2009.
Mau, R.F.L and Kessing J.L.M., 2007. Bemisia tabaci. Available at:
Mukani., 2006. Forum Upaya Mengakhiri Derita Petani Kapas. Available at: www. Kompas.com. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.
Oka, I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Pasian, C. and R.K.Linquist., 2007. Sticky Trap. Available at:
PTPN II., 2007. Budidaya Tembakau Deli. Availabe at:
2009.
Sanderson, J.P., 2007. White fly. Available at:
(44)
Sastrosiswoyo, S., Moekesan, K.T dan Wiwin, S., 1993. Program Nasional Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.
Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Supriadi , M.K., Himawati dan Agustina., 2008. Efisiensi Penangkapan ”Sticky
Trap” di Pertanaman Tembakau. Available at.
upnuyk.com/penelitian.php?id= 25. Diakses tanggal 20 Maret 2009. Trubus., 2006. Lem Ajaib Penjebak Hama. Jakarta.
Untung, K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press, Yogyakarta.
(45)
Lampiran 1.
BAGAN PENELITIAN
II I III
Keterangan:
P1W0 : Perangkap sintetis (Chery glue) dengan media plastik tanpa warna (transparan)
P1W1 : Perangkap sintetis (Chery glue) dengan media plastik berwarna kuning P1W2 : Perangkap sintetis (Chery glue) dengan media plastik berwarna merah P1W3 : Perangkap sintetis (Chery glue) dengan media plastik berwarna hijau P2W0 : Perangkap sintetis (Minyak goreng) dengan media plastik tanpa warna
(transparan) P1W1 P1W0 P2W1 P1W2 P2W0 P1W3 P2W3 P2W1 P2W0 P2W2 P2W2 P1W2 P1W1 P1W2 P2W3 P1W0 P1W0 P1W1 P2W2 P1W3 P2W0
P2W3 P1W3 P2W1
U
(46)
P2W1 : Perangkap sintetis (Minyak goreng) dengan media plastik berwarna kuning
P2W2 : Perangkap sintetis (Minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah
P2W3 : Perangkap sintetis (Minyak goreng) dengan media plastik berwarna hijau
(47)
Lampiran 2.
Deskripsi Tanaman Tembakau Deli
Varietas : FI - 45
Bentuk permukaan daun : Ovalls/ Rata
Urat daun : Halus
Tepi daun : Rata
Warna daun : Hijau terang
Panjang daun pasir : 38.6 cm Panjang daun kaki I : 45.23 cm Panjang daun kaki II : 49.42 cm
Lebar daun pasir : 22.43 cm
Lebar daun kaki I : 28.61 cm Lebar daun kaki II : 28.92 cm
Tebal daun pasir : 0.38 cm
Tebal daun kaki I : 0.29 cm
Tebal daun kaki II : 0.28 cm
Tinggi tanaman : 315 cm
Diameter batang : 2.3 cm
Intermedia : 7.5 cm
Jumlah daun perpokok : 42 helai Jumlah daun produksi : 26 helai Mulai tanaman berbunga : 55 - 60 hari
Sumber: Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTTD) Sampali, Deli Serdang
(48)
Lampiran 3. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 9 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 4.00 0.00 2.00 6.00 2.00
P1W1 6.00 4.00 7.00 17.00 5.67
P1W2 3.00 0.00 2.00 5.00 1.67
P1W3 3.00 2.00 2.00 7.00 2.33
P2W0 1.00 0.00 2.00 3.00 1.00
P2W1 2.00 2.00 1.00 5.00 1.67
P2W2 2.00 0.00 0.00 2.00 0.67
P2W3 1.00 2.00 1.00 4.00 1.33
Total 22.00 10.00 17.00 49.00 16.33 Rataan 2.75 1.25 2.13 6.13 2.04
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 9 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 4.71 0.71 2.71 8.12 2.71
P1W1 6.71 4.71 7.71 19.12 6.37
P1W2 3.71 0.71 2.71 7.12 2.37
P1W3 3.71 2.71 2.71 9.12 3.04
P2W0 1.71 0.71 2.71 5.12 1.71
P2W1 2.71 2.71 1.71 7.12 2.37
P2W2 2.71 0.71 0.71 4.12 1.37
P2W3 1.71 2.71 1.71 6.12 2.04
Total 27.66 15.66 22.66 65.97 21.99 Rataan 3.46 1.96 2.83 8.25 2.75
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 9.08 4.54 4.26 * 3.18
Perlakuan 7 50.96 7.28 6.83 * 2.46
Galat 14 14.92 1.07
Total 23 74.96 3.26
FK = 181.338 KK = 0.38 %
(49)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.21
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 0.64 0.67 0.69 0.70 0.71 0.71 0.72
Perlakua
n P2W2 P2W0 P2W3 P1W2 P1W0 P1W3
P1W 1 P2W1
1.37 1.71 2.04 2.37 2.71 3.04 6.37 .a .b
.c .d
(50)
Lampiran 4. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 12 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 5.00 4.00 0.00 9.00 3.00
P1W1 6.00 10.00 5.00 21.00 7.00
P1W2 4.00 2.00 1.00 7.00 2.33
P1W3 4.00 4.00 3.00 11.00 3.67
P2W0 2.00 0.00 2.00 4.00 1.33
P2W1 3.00 5.00 1.00 9.00 3.00
P2W2 2.00 1.00 0.00 3.00 1.00
P2W3 3.00 2.00 1.00 6.00 2.00
Total 29.00 28.00 13.00 70.00 23.33 Rataan 3.63 3.50 1.63 8.75 2.92
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 12 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 5.71 4.71 0.71 11.12 3.71 P1W1 6.71 10.71 5.71 23.12 7.71
P1W2 4.71 2.71 1.71 9.12 3.04
P1W3 4.71 4.71 3.71 13.12 4.37
P2W0 2.71 0.71 2.71 6.12 2.04
P2W1 3.71 5.71 1.71 11.12 3.71
P2W2 2.71 1.71 0.71 5.12 1.71
P2W3 3.71 2.71 1.71 8.12 2.71
Total 34.66 33.66 18.66 86.97 28.99 Rataan 4.33 4.21 2.33 10.87 3.62
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 20.08 10.04 5.04 * 3.18
Perlakuan 7 73.83 10.55 5.29 * 2.46
Galat 14 27.92 1.99
Total 23 121.83 5.30
FK = 165.162 KK = 0.39 %
(51)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.29
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 0.87 0.92 0.94 0.96 0.97 0.98 0.98
Perlaku
an P2W2 P2W0 P2W3 P1W2 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
1.71 2.04 2.71 3.04 3.71 4.37 7.71 .a .b
.c
.d
.e
(52)
Lampiran 5. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 15 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 5.00 6.00 8.00 19.00 6.33 P1W1 20.00 10.00 10.00 40.00 13.33 P1W2 8.00 3.00 2.00 13.00 4.33 P1W3 9.00 8.00 8.00 25.00 8.33 P2W0 4.00 4.00 2.00 10.00 3.33 P2W1 7.00 6.00 4.00 17.00 5.67
P2W2 4.00 3.00 2.00 9.00 3.00
P2W3 6.00 3.00 4.00 13.00 4.33 Total 63.00 43.00 40.00 146.00 48.67 Rataan 14.00 5.38 5.00 18.25 6.08
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 15 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 5.71 6.71 8.71 21.12 7.04 P1W1 20.71 10.71 10.71 42.12 14.04 P1W2 8.71 3.71 2.71 15.12 5.04 P1W3 9.71 8.71 8.71 27.12 9.04 P2W0 4.71 4.71 2.71 12.12 4.04 P2W1 7.71 6.71 4.71 19.12 6.37 P2W2 4.71 3.71 2.71 11.12 3.71 P2W3 6.71 3.71 4.71 15.12 5.04 Total 68.66 48.66 45.66 162.97 54.32 Rataan 8.58 6.08 5.71 20.37 6.79
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 39.08 19.54 4.05 * 3.18
Perlakuan 7 243.17 34.74 7.20 * 2.46
Galat 14 67.58 4.83
Total 23 349.83 15.21
FK = 1106.64 KK = 0.32 %
(53)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.45
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 1.36 1.43 1.47 1.49 1.51 1.52 1.53
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W1 P1W0 P1W3 P1W1
P2W3
3.71 4.04 5.04 6.37 7.04 9.04 14.04
.a
.b .c
.d
(54)
Lampiran 6. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 18 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 5.00 11.00 8.00 24.00 8.00 P1W1 20.00 15.00 12.00 47.00 15.67 P1W2 8.00 7.00 2.00 17.00 5.67 P1W3 10.00 10.00 9.00 29.00 9.67 P2W0 4.00 6.00 3.00 13.00 4.33 P2W1 12.00 8.00 4.00 24.00 8.00 P2W2 4.00 5.00 2.00 11.00 3.67 P2W3 6.00 7.00 6.00 19.00 6.33 Total 69.00 69.00 46.00 184.00 61.33 Rataan 15.33 8.63 5.75 23.00 7.67
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 18 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 5.71 11.71 8.71 26.12 8.71 P1W1 20.71 15.71 12.71 49.12 16.37 P1W2 8.71 7.71 2.71 19.12 6.37 P1W3 10.71 10.71 9.71 31.12 10.37 P2W0 4.71 6.71 3.71 15.12 5.04 P2W1 12.71 8.71 4.71 26.12 8.71 P2W2 4.71 5.71 2.71 13.12 4.37 P2W3 6.71 7.71 6.71 21.12 7.04 Total 74.66 74.66 51.66 200.97 66.99 Rataan 9.33 9.33 6.46 25.12 8.37
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 44.08 22.04 4.41 * 3.18
Perlakuan 7 303.33 43.33 8.68 * 2.46
Galat 14 69.92 4.99
Total 23 417.33 18.14
FK = 1682.88
(55)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.46
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 1.38 1.45 1.49 1.52 1.54 1.55 1.56
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W3 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
4.37 5.04 6.37 7.04 8.71 10.37 16.37 .a .b
.c .d
.e .f
(56)
Lampiran 7. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 21 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 7.00 15.00 10.00 32.00 10.67 P1W1 16.00 30.00 27.00 73.00 24.33 P1W2 8.00 7.00 8.00 23.00 7.67 P1W3 10.00 20.00 10.00 40.00 13.33 P2W0 8.00 8.00 4.00 20.00 6.67 P2W1 10.00 14.00 8.00 32.00 10.67 P2W2 7.00 5.00 4.00 16.00 5.33 P2W3 8.00 10.00 7.00 25.00 8.33 Total 74.00 109.00 78.00 261.00 87.00 Rataan 16.44 13.63 9.75 32.63 10.88
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 21 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 7.71 15.71 10.71 34.12 11.37 P1W1 16.71 30.71 27.71 75.12 25.04 P1W2 8.71 7.71 8.71 25.12 8.37 P1W3 10.71 20.71 10.71 42.12 14.04 P2W0 8.71 8.71 4.71 22.12 7.37 P2W1 10.71 14.71 8.71 34.12 11.37 P2W2 7.71 5.71 4.71 18.12 6.04 P2W3 8.71 10.71 7.71 27.12 9.04 Total 79.66 114.66 83.66 277.97 92.66 Rataan 9.96 14.33 10.46 34.75 11.58
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 91.75 45.88 4.13 * 3.18
Perlakuan 7 757.29 108.18 9.73 * 2.46
Galat 14 155.58 11.11
Total 23 1004.63 43.68
FK = 3219.48 KK = 0.29 %
(57)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.68
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 2.06 2.16 2.23 2.27 2.29 2.31 2.32
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W3 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
6.04 7.37 8.37 9.04 11.37 14.04 25.04 .a .b
.c .d
(58)
Lampiran 8. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 24 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 15.00 20.00 10.00 45.00 15.00 P1W1 30.00 40.00 35.00 105.00 35.00 P1W2 12.00 10.00 10.00 32.00 10.67 P1W3 20.00 25.00 12.00 57.00 19.00 P2W0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.00 P2W1 11.00 22.00 12.00 45.00 15.00 P2W2 6.00 12.00 10.00 28.00 9.33 P2W3 5.00 16.00 15.00 36.00 12.00
Total 109.00 155.00 114.00 378.00 126.00 Rataan 24.22 19.38 14.25 47.25 15.75
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 24 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 15.71 20.71 10.71 47.12 15.71 P1W1 30.71 40.71 35.71 107.12 35.71 P1W2 12.71 10.71 10.71 34.12 11.37 P1W3 20.71 25.71 12.71 59.12 19.71 P2W0 10.71 10.71 10.71 32.12 10.71 P2W1 11.71 22.71 12.71 47.12 15.71 P2W2 6.71 12.71 10.71 30.12 10.04 P2W3 5.71 16.71 15.71 38.12 12.71 Total 114.66 160.66 119.66 394.97 131.66 Rataan 14.33 20.08 14.96 49.37 16.46
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 159.25 79.63 5.69 * 3.18
Perlakuan 7 1489.17 212.74 15.19 * 2.46 Galat 14 196.08 14.01
Total 23 1844.50 80.20
FK = 6500.07 KK = 0.23 %
(59)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.76
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 2.31 2.43 2.50 2.54 2.57 2.59 2.60
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W3 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
10.04 10.71 11.37 12.71 15.71 19.71 35.71 .a .b
.c .d
(60)
Lampiran 9. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 27 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 12.00 15.00 8.00 35.00 11.67 P1W1 28.00 32.00 25.00 85.00 28.33 P1W2 6.00 9.00 8.00 23.00 7.67 P1W3 15.00 18.00 10.00 43.00 14.33 P2W0 5.00 9.00 6.00 20.00 6.67 P2W1 11.00 20.00 12.00 43.00 14.33 P2W2 8.00 6.00 5.00 19.00 6.33 P2W3 5.00 12.00 14.00 31.00 10.33
Total 90.00 121.00 88.00 299.00 99.67 Rataan 11.25 15.13 11.00 37.38 12.46
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 27 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 12.71 15.71 8.71 37.12 12.37 P1W1 28.71 32.71 25.71 87.12 29.04 P1W2 6.71 9.71 8.71 25.12 8.37 P1W3 15.71 18.71 10.71 45.12 15.04 P2W0 5.71 9.71 6.71 22.12 7.37 P2W1 11.71 20.71 12.71 45.12 15.04 P2W2 8.71 6.71 5.71 21.12 7.04 P2W3 5.71 12.71 14.71 33.12 11.04
Total 95.66 126.66 93.66 315.97 105.32 Rataan 11.96 15.83 11.71 39.50 13.17
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 85.58 42.79 5.56 * 3.18
Perlakuan 7 1074.63 153.52 19.95 * 2.46
Galat 14 107.75 7.70
Total 23 1267.96 55.13
FK = 4159.89 KK = 0.21 %
(61)
UJI Jarak Duncan
Sy
= 0.57
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 1.72 1.80 1.85 1.89 1.91 1.92 1.93
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W3 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
7.04 7.37 8.37 11.04 12.37 15.04 29.04 .a .b
.c
(62)
Lampiran 10. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 30 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 9.00 10.00 9.00 28.00 9.33 P1W1 20.00 25.00 15.00 60.00 20.00 P1W2 6.00 7.00 6.00 19.00 6.33 P1W3 10.00 15.00 8.00 33.00 11.00 P2W0 6.00 7.00 5.00 18.00 6.00 P2W1 9.00 9.00 10.00 28.00 9.33 P2W2 6.00 6.00 5.00 17.00 5.67 P2W3 8.00 8.00 5.00 21.00 7.00 Total 74.00 87.00 63.00 224.00 74.67 Rataan 16.44 10.88 7.88 28.00 9.33
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 30 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 9.71 10.71 9.71 30.12 10.04 P1W1 20.71 25.71 15.71 62.12 20.71 P1W2 6.71 7.71 6.71 21.12 7.04 P1W3 10.71 15.71 8.71 35.12 11.71 P2W0 6.71 7.71 5.71 20.12 6.71 P2W1 9.71 9.71 10.71 30.12 10.04 P2W2 6.71 6.71 5.71 19.12 6.37 P2W3 8.71 8.71 5.71 23.12 7.71 Total 79.66 92.66 68.66 240.97 80.32 Rataan 9.96 11.58 8.58 30.12 10.04
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 36.08 18.04 4.99 * 3.18
Perlakuan 7 466.67 66.67 18.45 * 2.46
Galat 14 50.58 3.61
Total 23 553.33 24.06
FK = 2419.45 KK = 0.19 %
(63)
Uji Jarak Duncan
Sy
= 0.39
p
= 2 3 4 5 6 7 8
SSR 05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41
LSR 05 1.18 1.23 1.27 1.29 1.31 1.32 1.32
Perlakua
n P2W2 P2W0 P1W2 P2W3 P1W0 P1W3 P1W1
P2W1
6.37 6.71 7.04 7.71 10.04 11.71 20.71 .a .b
.c .d
(64)
Lampiran 18.
Gambar 7. Lahan Penelitian Sumber Foto Langsung
(65)
Lampiran 19.
Gambar 8. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Kuning Dengan perlakuan P1W2
Gambar 9. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Hijau Dengan perlakuan P1W3
Gambar 10. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Merah dengan perlakuan P1W1
(66)
Lampiran 20.
Gambar 11. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Tanpa Warna dengan perlakuan P1W0
(67)
Lampiran 21.
Gambar 13. Tanaman Sehat Sumber: Foto Langsung
Gambar 12. Gejala Serangan B. tabaci Genn.
(1)
Lampiran 10. Data Pengamatan Populasi B. tabaci Pada Pengamatan 30 Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P1W0 9.00 10.00 9.00 28.00 9.33
P1W1 20.00 25.00 15.00 60.00 20.00
P1W2 6.00 7.00 6.00 19.00 6.33
P1W3 10.00 15.00 8.00 33.00 11.00
P2W0 6.00 7.00 5.00 18.00 6.00
P2W1 9.00 9.00 10.00 28.00 9.33
P2W2 6.00 6.00 5.00 17.00 5.67
P2W3 8.00 8.00 5.00 21.00 7.00
Total 74.00 87.00 63.00 224.00 74.67 Rataan 16.44 10.88 7.88 28.00 9.33
Data Pengamatan Populasi B. Tabaci Pada Pengamatan 30 Hari Setelah Tanam (HST) Transformasi x+0,5
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
P1W0 9.71 10.71 9.71 30.12 10.04 P1W1 20.71 25.71 15.71 62.12 20.71
P1W2 6.71 7.71 6.71 21.12 7.04
P1W3 10.71 15.71 8.71 35.12 11.71
P2W0 6.71 7.71 5.71 20.12 6.71
P2W1 9.71 9.71 10.71 30.12 10.04
P2W2 6.71 6.71 5.71 19.12 6.37
P2W3 8.71 8.71 5.71 23.12 7.71
Total 79.66 92.66 68.66 240.97 80.32 Rataan 9.96 11.58 8.58 30.12 10.04
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F.hit F,05
Blok 2 36.08 18.04 4.99 * 3.18
Perlakuan 7 466.67 66.67 18.45 * 2.46
Galat 14 50.58 3.61
Total 23 553.33 24.06
FK = 2419.45 KK = 0.19 %
(2)
.c .d
(3)
Lampiran 18.
Gambar 7. Lahan Penelitian Sumber Foto Langsung
(4)
Berwarna Kuning Dengan perlakuan P1W2
Gambar 9. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Berwarna Hijau Dengan perlakuan P1W3
(5)
Lampiran 20.
Gambar 11. Contoh Perangkap Sintetis (Chery Glue) dengan Media Tanpa Warna dengan perlakuan P1W0
(6)
Gambar 13. Tanaman Sehat Sumber: Foto Langsung
Gambar 12. Gejala Serangan B. tabaci Genn. Sumber: Foto Langsung