Wahana Rekreasi Tembakau Deli

(1)

WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI

(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

GUNARIO H SIHOMBING 110406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI

(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

GUNARIO H SIHOMBING 110406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI

(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar sarjana teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH :

(GUNARIO H SIHOMBING)

(110406054)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

PERNYATAAN

WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 27 Juli 2015


(5)

Judul Skripsi : Wahana Rekreasi Tembakau Deli Nama Mahasiswa : Gunario H Sihombing

Nomor Pokok : 110406054

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Ir. N. Vinky Rahman, M.T)

NIP. 196606221997021001

Dosen Koordinator, Ketua Program Studi,

(Ir.N.Vinky Rahman,M.T) (Ir.N.Vinky Rahman,.M.T ) NIP. 196606221997021001 NIP. 196606221997021001


(6)

Tanggal Lulus Telah diuji pada Tanggal: 27 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. N.Vinky Rahman, M.T Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson, S.T, M.T


(7)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Gunario H Sihombing

NIM : 110406054

Judul Proyek Tugas Akhir : Wahana Rekreasi Temabakau Deli

Tema : Arsitektur Kontekstual

Rekapitulasi Nilai :

A

B+

B

C

C+

D

E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing

Koordinator RTA - 4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa Sidang 4. Perbaikan Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015

Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator Tugas Akhir,

Ir. N. Vinky Rahman, MT Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP: 196606221997021001 NIP: 196606221997021001


(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang begitu besar tercurah kepada penulis, selalu diberikan kekuatan dan kesehatan dalam menjalani tugas akhir mulai dari awal, kemudian dalam segala proses yang terjadi hingga pada akhirnya menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Saya juga sebagai manusia yang tak lepas dari pada kesalahaan, masih merasa bahwasannya laporan Tugas Akhir yang saya perbuat ini masih jauh dari “kesempurnaan”, masih memerlukan kritik, saran, dan masukan, serta dapat dijadikan tambahan bahan diskusi untuk desain yang lebih baik bagi kemajuan Kabupaten Nias Selatan.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan rasa terimakasih serta hormat saya kepada bapak Kerua Jurusan Departemen Arsitektur, Koordinator Tugas Akhir, sekaligus Dosen Pembimbing Tugas Akhir yaitu bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, yang mana atas kesediaannya untuk terus membantu, mendorong, memotivasi, pengarahan serta waktu yang terus diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Terimakasih juga untuk waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat ikut merasakan terjun langsung ke lapangan. Saya mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa.

Saya juga mengucapkan rasa terimakasih serta hormat saya kepada bapak penguji yaitu bapak Agus Jhonson, ST, MT dan bapak Chichi Asda, ST, MT. Terimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang membangun selama tugas


(9)

akhir ini, semoga ilmu yang diajarkan menjadi manfaat bagi saya di masa yang akan datang.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih banyak dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

Dosen - dosen Departemen Arsitektur yang telah memberikan banyak motivasi yang sangat baik dan mengubah saya menjadi semangat berkarya di dunia Arsitektur.

Orangtua saya, bapak Guntur Sihombing, SE dan mama Helen Dameria br Togatorop yang selalu berdoa dan juga memberikan motivasi kepada setiap hari kepada saya dan tanpa henti serta kepada adik – adikku Reinhard Sihombing, Kevin Sihombing dan Roger Sihombing yang membantu saya memberikan saran yang dapat membuka pemikiran untuk menjadi lebih baik. Kiranya Tuhan memberkati kita senantiasa.

Rekan kerja di sebuah konsultan yang masih berupa angan-angan yaitu Risma Indah, Fitri Atmanegara, Try Apriliasih serta rekan satu kelompok tugas akhir, yaitu Futry, Ivonda, Siddiq, Esra dan Debora. Terimakasih atas kerja keras dan kerja sama selama ini, semoga kekompakan kita tidak pernah pudar. Sangat senang bisa menjadi bagian dari kalian semua. Semoga sukses !

Teman dan sahabat Robert, Dana, Bepe, Joshua, terimakasih buat segala bantuan, masukan, kritik dan saran. Sangat bangga berada dalam


(10)

iii lingkungan yang penuh dengan semangat dan kerja keras. Saya sangat banyak belajar dari kalian. Sukses !

Dimas, Mirza, Utik, Maryana, Helen, Octa, Hermilio, Heryani, Frederick, Rajaian, Shella, Noni, Christy, serta semua teman seperjuangan arsitektur 2011 yang tidak dapat disebut satu persatu, terima kasih buat kesan selama 4 tahun bersama, sukses selalu buat kita semua.

Febriyanti Sinaga, terimakasih atas semangat dan segala bantuan dalam mengerjakan tugas akhir. Semoga sukses buat kuliah dan juga kegiatan ke depannya.

Kak Reni Sinaga, terimakasih atas kekompakan yang dijalin dengan kedua kelompok tugas akhir. Kami tidak akan melupakan kakak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penulis

Gunario H Sihombing 110406054


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2 Kerangka Berfikir ... 6

I.3. Sistematika Penulisan Laporan ... 7

BAB II ISU PERMASALAHAN KAWASAN ... 7

II.1. Maksud dan Tujuan ... 7

II.2. Rumusan Masalah ... 7

II.3. Asumsi ... 8

II.4. Pendekatan Perancangan ... 9

BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ... 10

III.1. Terminologi Judul ... 10

II.2. Tema ... 11

III.3 Studi Banding ... 14

III.3.1 Study Banding Tema Sejenis ... 14

III.3.2 Studi Banding Kawasan ... 17


(12)

v

III.6. Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 26

III.6.1 Kawasan Sekitar ... 26

III.6.2 Eksisting Kawasan ... 27

III.6.3 Kriteria Penilaian Bangunan yang Dipertahankan ... 28

III.7 Analisa ... 42

III.7.1 Analisa Fungsi ... 43

III.7.2 Analisa Peletakan Bangunan ... 50

III.7.3 Analisa Kebisingan ... 50

III.7.4 Analisa Kebisingan ... 52

III.7.2 Analisa Peletakan Bangunan ... 54

III.7.3 Analisa Kebisingan ... 54

III.7.4 Analisa Kebisingan ... 56

III.7.5 Analisa View ... 58

III.7.6 Analisa Sirkulasi ... 60

III.7.7 Proses Analisa ... 61

III.7.8 Kesimpulan Analisa ... 63

III.8. Konsep Perancangan ... 64

III.8.1 Konsep Zoning ... 64

III.8.2 Konsep Sirkulasi (Circle pedestrians way) ... 65

III.8.3. Konsep Bentukan Bangunan ... 66

III.8.4. Konsep RTH ... 67

III.8.5. Konsep Orientasi ... 68

III.8.6. Konsep Skenario Kawasan ... 69

BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ... 70

IV.1 Hasil Perancangan ... 70

III.2 Kesimpulan ... 71

BAB V PENGANTAR FUNGSI ... 72


(13)

VI.1. Maksud dan Tujuan ... 73

VI.2. Rumusan Masalah ... 73

VI.3. Asumsi ... 74

VI.4. Pendekatan Perancangan ... 75

BAB VII DESKRIPSI PERANCANGAN WAHANA ... 76

VII. 1 Terminologi Judul ... 76

VII.2 Tema ... 78

VII.3 Studi Banding ... 79

VII.3.1 Study Banding Wahana Rekreasi ... 79

VII.4 Data Umum Lokasi Perancangan ... 83

VII.5. Analisa ... 85

VII.5.1. Analisa Fungsi ... 85

VII.5.2. Analisa Pengguna ... 86

VII.5.3 Analisa Pencapaian ... 89

VII.5.4. Analisa Sirkulasi ... 90

VII.5.5. Analisa Kebutuhan Parkir ... 92

VII.5.6. Analisa Vegetasi... 94

VII.6. Program Ruang ... 96

VII.7 Flowchart Ruang / Skenario ... 107

VII.8. Konsep ... 107

VII.8.1 Zoning ... 107

VII.8.2. Konsep Bentukan Massa ... 109

VII.8.3. Konsep Sirkulasi ... 110

VII.8.4. Konsep Penerapan Tema pada Bangnnan ... 112

VII.8.5. Struktur Bangunan ... 113

VII.8.6. Sistem Plumbing ... 113


(14)

vii

VII.8.8. Sistem Elektrikal Bangunan ... 116

BAB VIII HASIL PERANCANGAN WAHANA REKREASI ... 116

VIII.1 Hasil Perancangan ... 116

VIII.2 Kesimpulan ... 117


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Suasana pemeraman Tembakau Deli ... 1

Gambar 1. 2 Kondisi bangunan Pabrik eks. PTPN II ... 3

Gambar 1. 3 Kondisi Sungai Deli ... 4

Gambar 1. 4 Diagram Kerangka Berfikir ... 7

Gambar 3. 1 Perspektif, dan Ground Plan East Wing National Gallery ... 15

Gambar 3. 2 Suasana Eksterior ... 16

Gambar 3. 3 Suasana Eksterior ... 17

Gambar 3. 4 Suasana lokasi Boat Quay sebelum direnovasi ... 18

Gambar 3. 5 Suasana sesudah mengalami revitalisasi ... 18

Gambar 3. 6 Sungai Melaka sebelum direvitalisasi ... 19

Gambar 3. 7 Sungai Melaka setelah revitalisasi ... 19

Gambar 3. 8 Peta kawasan lokasi perancangan ... 21

Gambar 3. 9 Gedung pemeraman tembakau dan rumah manager pada jaman Belanda ... 24

Gambar 3. 10 Gedung Pemeraman tembakau dan rumah manager saat ini... 25

Gambar 3. 11 Gambaran eksisting kawasan ... 27

Gambar 3. 12 Foto Lokasi eksisting dalam lokasi perancangan ... 28

Gambar 3. 13 Analisa Fungsi ... 44

Gambar 3. 15 Pusat Komunitas ... 45

Gambar 3. 14 Suasana gedung pemeraman dan rumah manager ... 45

Gambar 3. 16 Rumah Diorama ... 46

Gambar 3. 17 Penginapan ... 47

Gambar 3. 18 Pasar ... 47

Gambar 3. 19 Wahana Rekreasi ... 48

Gambar 3. 20 RTH ... 49

Gambar 3. 21 Area Promanade ... 49

Gambar 3. 22 Proses Analisa ... 61

Gambar 3. 23 Matriks Kawasan ... 63

Gambar 3. 24 Zonisg Akhir Kawasan ... 64

Gambar 3. 25 Konsep Fungsi ... 65

Gambar 3. 26 Konsep Sirkulasi Kawasan ... 66

Gambar 3. 27 Konsep dasar bentukan bangunan kawasan ... 67

Gambar 3. 28 Konsep RTH kawasan ... 68

Gambar 3. 29 Konsep Orientasi bangunan kawasan ... 69

Gambar 3. 30 Skenario Kawasan ... 70


(16)

ix

Gambar 7. 1 Suasana Jatim Park 1 ... 80

Gambar 7. 2 Peta Kawasan Jatim Park 1 ... 80

Gambar 7. 4 Peta Lokasi Perancangan Wahana ... 84

Gambar 7. 3 Peta Lokasi Perancangan Wahana ... 84

Gambar 7. 5 Peta Lokasi Perancangan Wahana ... 85

Gambar 7. 6 Analisa Fungsi ... 86

Gambar 7. 7 Analisa Pencapaian ... 89

Gambar 7. 8 Analisa Sirkulasi ... 91

Gambar 7. 9 Proyeksi jumlah pengunjung ... 93

Gambar 7. 10 Analisa Vegetai ... 95

Gambar 7. 11 Flowchart Bangunan Kawasan ... 107

Gambar 7. 12 Pola peletakan zoning bangunan ... 107

Gambar 7. 13 Zoning akhir bangunan... 108

Gambar 7. 14 Konsep bentukan massa ... 109

Gambar 7. 15 Bumerang ... 109

Gambar 7. 16 Desain bangunan Utama & Wahana Permainan ... 110

Gambar 7. 17 Konsep Sirkulasi dalam Kawasan Wahana ... 110

Gambar 7. 18 Peletakan Halte pengunjung ... 111

Gambar 7. 19 Jalur masuk menuju kawasan wahana ... 111

Gambar 7. 20 Konsep Kontekstual pada bangunan wahana ... 112

Gambar 7. 21 Konsep Struktur Bangunan ... 113

Gambar 7. 22 Konsep plumbing bangunan ... 114

Gambar 7. 23 Konsep plumbing waterpark ... 114

Gambar 7. 24 Konsep pengkondisian udara bangunan ... 115

Gambar 7. 25 Pembagian zona main panel dan sub panel listrik kawssan ... 116


(17)

ABSTRAK

Wisata sejarah sampai sekarang masih menjadi salah satu tujuan masyarakat untuk meluangkan waktu senggangnya, meskipun objek wisata sejarah tersebut tidak cukup digemari bila dibandingkan dengan wisata alam seperti mendaki gunung dan menyelam yang sekarang ini sering dilakukan oleh masyakat khususnya kalangan pemuda. Padahal, wisata sejarah itu mengandung banyak sekali pengetahuan yang bisa didapatkan. Kota Medan, contohnya, punya banyak cerita di masa lalu dan bisa dilihat dengan peninggalan yang tetap berdiri tegak meskipun jumlahnya kini lambat laun semakin berkurang. Hal ini tentu disebabkan oleh masyarakat yang kurang peka terhadap aset sejarah. Banyak diantaranya yang dibiarkan terbengkalai hingga pada akhirnya dibiarkan hancur dan bangunan baru berdiri di atas lahan tersebut. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja dan disinilah perlunya revitalisasi pada lahan-lahan tidur untuk membangkitkan kembali nilai lahan tersebut.

Kawasan ex.PTPN II Medan pada saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Kawasan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena merupakan kawasan penghasil tembakau berkualitas tinggi yang sangat terkenal di dunia dan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan ini merupakan peninggalan Belanda. Untungnya bangunan masih berdiri dengan baik walaupun beberapa sisi bangunannya sudah mulai berkarat dan lapuk termakan oleh waktu dan dibiarkan tanpa adanya perbaikan. Kawasan ini sangat cocok untuk di revitalisasi sebab banyak potensi selain bangunan peninggalan yang terdapat pada kawasan ini seperti adanya Sungai Deli, lahan yang masih kosong dan akses yang sangat mudah dijangkau. Kawasan bersejarah biasanya dijadikan sebagai objek wisata sehingga konsep yang akan diterapkan pada kawasan ini juga merupakan kawasan wisata sejarah dengan menerapkan desain yang kontekstual dengan bangunan sejarah yang tentunya akan dipertahankan.

Revitalisasi kawasan wisata sejarah tidak langsung dimaknai dengan memperbaiki kondisi bangunan bersejarah menjadi lebih baik namun perlunya fasilitas yang melengkapi fungsi bangunan bersejarah tersebut. Adanya wahana rekreasi memberikan opsi lain untuk diterapkan pada kawasan wisata sejarah, sebab dapat mendukung kawasan untuk menarik minat masyarakat sehingga datang ke dalam kawasan wisata tersebut. Konsep wahana rekreasi adalah dengan mengkombinasikan wahana rekreasi air dan wahana permainan darat sehingga banyak pilihan bagi pengunjung untuk menikmati wahana yang tersedia. Wahana rekreasi juga menyediakan wisata kuliner bagi pengunjung. Wahana Rekreasi diharapkan mampu meningkatkan nilai kawasan sehingga revitalisasi kawasan wisata sejarah Tembakau Deli berhasil diwujudkan.

Kata Kunci : Wisata sejarah, Revitalisasi, Kawasan, Tembakau Deli, Wahana Rekreasi, Arsitektur Kontekstual


(18)

xi

ABSTRACT

Tour history until now still be one of the goals the community to spend their free time, although the historical attractions are not quite popular when compared with natural attractions such as mountain climbing and diving are now often carried out by communities, especially among the youth. In fact, history contains a lot of knowledge that can be obtained. Medan, for example, has many stories in the past and can be viewed with relics that remain standing upright, although the numbers are now gradually diminishing. It is certainly caused by people who are less sensitive to the history of assets. Many of them were left to rot and eventually destroyed and new buildings were left standing on the land. It should not be left alone and this is where the need to revitalize the degraded land to revive the value of the land.

Ex.PTPN Region II field at present very poor condition. This area has a high historical value as it is a high quality tobacco-producing region which is very famous in the world and some of the buildings contained in this region is of Dutch heritage. Fortunately the building still stands up well even though some of the buildings are corroded and decayed consumed by time and left without any improvement. This area is very suitable for the revitalization because a lot of potential in addition to heritage buildings found in this region such as the Deli River, which is still vacant land and access is very easy to reach. Historical district is usually used as a tourist attraction so that the concept will be applied to this area is also a tourist area with a history of applying a contextual design with historical buildings which must be maintained.

Revitalization of the historical attractions are not directly interpreted by improving the condition of historic buildings to be better, but the need for facilities that complement the historic buildings function. The existence of recreational vehicle gives another option to apply to the tourist area of history, because it can support the region to attract people to come into the tourist area. The concept is to combine recreational vehicle recreational vehicle water and rides ashore so many options for visitors to enjoy the rides available. Recreational vehicle also provides culinary tours for visitors. Recreation rides are expected to increase the value of the area so that the revitalization of the historical attractions Deli Tobacco successfully realized.

Keywords: Tour history, Revitalization, Regions, Tobacco Deli, Recreation Vehicle, Architecture Contextual


(19)

ABSTRAK

Wisata sejarah sampai sekarang masih menjadi salah satu tujuan masyarakat untuk meluangkan waktu senggangnya, meskipun objek wisata sejarah tersebut tidak cukup digemari bila dibandingkan dengan wisata alam seperti mendaki gunung dan menyelam yang sekarang ini sering dilakukan oleh masyakat khususnya kalangan pemuda. Padahal, wisata sejarah itu mengandung banyak sekali pengetahuan yang bisa didapatkan. Kota Medan, contohnya, punya banyak cerita di masa lalu dan bisa dilihat dengan peninggalan yang tetap berdiri tegak meskipun jumlahnya kini lambat laun semakin berkurang. Hal ini tentu disebabkan oleh masyarakat yang kurang peka terhadap aset sejarah. Banyak diantaranya yang dibiarkan terbengkalai hingga pada akhirnya dibiarkan hancur dan bangunan baru berdiri di atas lahan tersebut. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja dan disinilah perlunya revitalisasi pada lahan-lahan tidur untuk membangkitkan kembali nilai lahan tersebut.

Kawasan ex.PTPN II Medan pada saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Kawasan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena merupakan kawasan penghasil tembakau berkualitas tinggi yang sangat terkenal di dunia dan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan ini merupakan peninggalan Belanda. Untungnya bangunan masih berdiri dengan baik walaupun beberapa sisi bangunannya sudah mulai berkarat dan lapuk termakan oleh waktu dan dibiarkan tanpa adanya perbaikan. Kawasan ini sangat cocok untuk di revitalisasi sebab banyak potensi selain bangunan peninggalan yang terdapat pada kawasan ini seperti adanya Sungai Deli, lahan yang masih kosong dan akses yang sangat mudah dijangkau. Kawasan bersejarah biasanya dijadikan sebagai objek wisata sehingga konsep yang akan diterapkan pada kawasan ini juga merupakan kawasan wisata sejarah dengan menerapkan desain yang kontekstual dengan bangunan sejarah yang tentunya akan dipertahankan.

Revitalisasi kawasan wisata sejarah tidak langsung dimaknai dengan memperbaiki kondisi bangunan bersejarah menjadi lebih baik namun perlunya fasilitas yang melengkapi fungsi bangunan bersejarah tersebut. Adanya wahana rekreasi memberikan opsi lain untuk diterapkan pada kawasan wisata sejarah, sebab dapat mendukung kawasan untuk menarik minat masyarakat sehingga datang ke dalam kawasan wisata tersebut. Konsep wahana rekreasi adalah dengan mengkombinasikan wahana rekreasi air dan wahana permainan darat sehingga banyak pilihan bagi pengunjung untuk menikmati wahana yang tersedia. Wahana rekreasi juga menyediakan wisata kuliner bagi pengunjung. Wahana Rekreasi diharapkan mampu meningkatkan nilai kawasan sehingga revitalisasi kawasan wisata sejarah Tembakau Deli berhasil diwujudkan.

Kata Kunci : Wisata sejarah, Revitalisasi, Kawasan, Tembakau Deli, Wahana Rekreasi, Arsitektur Kontekstual


(20)

xi

ABSTRACT

Tour history until now still be one of the goals the community to spend their free time, although the historical attractions are not quite popular when compared with natural attractions such as mountain climbing and diving are now often carried out by communities, especially among the youth. In fact, history contains a lot of knowledge that can be obtained. Medan, for example, has many stories in the past and can be viewed with relics that remain standing upright, although the numbers are now gradually diminishing. It is certainly caused by people who are less sensitive to the history of assets. Many of them were left to rot and eventually destroyed and new buildings were left standing on the land. It should not be left alone and this is where the need to revitalize the degraded land to revive the value of the land.

Ex.PTPN Region II field at present very poor condition. This area has a high historical value as it is a high quality tobacco-producing region which is very famous in the world and some of the buildings contained in this region is of Dutch heritage. Fortunately the building still stands up well even though some of the buildings are corroded and decayed consumed by time and left without any improvement. This area is very suitable for the revitalization because a lot of potential in addition to heritage buildings found in this region such as the Deli River, which is still vacant land and access is very easy to reach. Historical district is usually used as a tourist attraction so that the concept will be applied to this area is also a tourist area with a history of applying a contextual design with historical buildings which must be maintained.

Revitalization of the historical attractions are not directly interpreted by improving the condition of historic buildings to be better, but the need for facilities that complement the historic buildings function. The existence of recreational vehicle gives another option to apply to the tourist area of history, because it can support the region to attract people to come into the tourist area. The concept is to combine recreational vehicle recreational vehicle water and rides ashore so many options for visitors to enjoy the rides available. Recreational vehicle also provides culinary tours for visitors. Recreation rides are expected to increase the value of the area so that the revitalization of the historical attractions Deli Tobacco successfully realized.

Keywords: Tour history, Revitalization, Regions, Tobacco Deli, Recreation Vehicle, Architecture Contextual


(21)

BAB I


(22)

GUNARIO H SIHOMBING |110406054 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kota Medan salah satu kota yang punya banyak sekali cerita di masa lampau. Terlihat dari kenyataan yang ada bahwasanya banyak sekali bangunan maupun berupa taman yang merupakan peninggalan jaman kolonial yang masih berdiri dengan baik walaupun tidak semua peninggalan ini terawat dengan baik. Namun yang jadi perhatian saat ini tertuju pada kawasan yang memiliki peran sejarah di masa lalu namun lambat laun akan diabaikan bahkan dihancurkan hingga rata dengan tanah. Hal ini tentunya tidak baik dilakukan karena itu dapat menghilangkan nilai – nilai bersejarah tersebut. Medan dimana dahulunya kota ini dikenal dengan Deli melakukan Indusri Perkebunan yang telah berdiri sejak awal abad 19.

Gambar 1. 1 Suasana pemeraman Tembakau Deli

Medan sangat terkenal dengan produksi tembakau berkualitas tinggi dan diekspor hingga ke eropa. Pada saat ini, produksi tembakau masih berlangsung


(23)

namun produksinya semakin sedikit dan kualitasnya tidak lagi seperti yang dulu. Lahan perkebunan tembakau pun sudah semakin berkurang dan kalah dengan produksi perkebunan yang lainnya. PTPN II adalah perkebunan yang salah satunya memproduksi tembakau, dulunya bertempat di daerah Helvetia sebab kawasan ini memiliki lokasi tanah perkebunan hingga mencapai 921 hektar, sesuai data yang dimiliki pejabat kelurahan setempat, namun isunya luasan tanah sudah mulai berkurang sekarang dan tidak diketahui berapa luasan tanah perkebunan di daerah ini.

Lokasi PTPN II dulunya berada di daerah Helvetia, namun sekarang lokasinya berpindah tempat di daerah Tanjung Morawa. Ada hal yang sangat menarik bahwasanya lokasi gedung PTPN II yang berada di daerah Helvetia memiliki keistimewaan karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang memproduksi tembakau di kota Medan yang dulunya sangat terkenal tersebut. Kawasan ini menjadi bernilai sebab bangunan yang terdapat di dalam kawasan ini merupakan peninggalan dari Belanda yang dulunya membangun pabrik tembakau di sini. Bangunan yang masih berdiri selain pabrik adalah bangunan rumah panggung yang memang peninggalan Belanda namun memang sudah direnovasi hingga beberapa kali. Kawasan ini masih terjaga dan masih ditempati oleh karyawan, namun kondisi bangunan yang ada di dalam kawasan ini sudah mulai tidak terawat dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.


(24)

GUNARIO H SIHOMBING |110406054 3

Gambar 1. 2 Kondisi bangunan Pabrik eks. PTPN II

Tidak hanya kawasan ini yang terbengkalai namun banyak bangunan bersejarah di Kota Medan, tidak serta merta dengan penanganan dan perawatan yang akif dilakukan, padahal Upaya perlindungan terhadap bangunan/kawasan bersejarah di Kota Medan sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dengan mengeluarkan peraturan daerah mengenai hal ini. Lahan ini bisa dikategorikan sebagai lahan tidur karena aktivitas di dalamnya tidak seperti kegiatan yang dahulu pernah terjadi. Padahal jika dilihat dengan seksama, potensi yang terdapat pada kawasan ini sangatlah baik. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembalikan kawasan ini kepada masa kejayaannya seperti dahulu yaitu salah satunya dengan merevitalisasi kawasan ini.

Revitalisasi kawasan merupakan bentuk atau upaya untuk mengubah kawasan yang tidak terawat dan terbengkalai menjadi kawasan yang mempunyai nilai guna dan bermanfaat bagi masyarakat sangat perlu dilakukan pada kawasan eks. PTPN II ini apalagi memang dulunya kawasan ini juga punya nilai yang sangat baik. Oleh karena itu kawasan ini perlu dihidupkan kembali, untuk tetap menjaga kelestarian bangunan bersejarah di Kota Medan, salah satunya adalah melakukan perancangan kawasan eks. PTPN II menjadi kawasan wisata sejarah.


(25)

Nama Tembakau Deli disertai pada penamaan kawasan karena tembakau menjadi ikon sejarah pada kawasan ini. Perancangan kawasan wisata ini bertujuan untuk menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang sudah lama di nonaktifkan dan juga untuk membuka kembali wawasan masyarakat maupun investor agar tetap mempertahankan nilai sejarah bangunan tersebut dan juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan semakin hilangnya nilai – nilai sejarah pada Komplek eks. PTPN II dan juga mengusulkan konsep revitalisasi yang dapat diterapkan dengan unsur bangunan kontekstual.

Gambar 1. 3 Kondisi Sungai Deli

Potensi Sungai Deli sebagai objek wisata di Kota Medan dapat dimanfaatkan sebagai satu bagian wisata pada kawasan ini. Sungai Deli inilah yang menjadi salah satu potensi mengapa perlunya wahana rekreasi berupa atraksi wisata terdapat di dalam kawasan ini. Atraksi Wisata yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan, sangat diperlukan untuk tambahan hiburan bagi masyarakat dan juga


(26)

GUNARIO H SIHOMBING |110406054 5

untuk menjaring minat masyarakat untuk meramaikan kawasan wisata sejarah ini. Wahana yang diproyeksikan ada di tempat ini adalah berupa wahana rekreasi air dan juga wahana permainan darat serta disuguhkan oleh wisata kuliner yang melengkapi kebutuhan para pengunjung nantinya. Wahana permainan air cukup digemari oleh khalayak ramai karena adanya permainan air sehingga masyarakat merasa tertantang untuk mencobanya, begitu pula dengan wahana permainan darat yang tidak kalah dengan wahana permainan air tersebut. Menikmati sungai Deli secara langsung merupakan hal yang bisa didapatkan pada kawasan wisata sejarah Tembakau Deli ini


(27)

I.2 Kerangka Berfikir

KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

LATAR BELAKANG

IDE/ GAGASAN

TUJUAN DAN SASARAN PERMASALAHAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISA

KONSEP

PRA DESAIN KONSEP

WAHANA REKREASI DESAIN MASTERPLAN


(28)

GUNARIO H SIHOMBING |110406054 7

I.3. Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi; latar belakang, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.

Bab II. Isu Perancangan Kawasan

PENGUMPULAN DATA

ANALISA

KONSEP

PRA DESAIN KONSEP

DESAIN / GAMBAR KERJA ARSITEKTURAL & STRUKTURAL

TUJUAN DAN SASARAN PERMASALAHAN


(29)

Berisi tentang rumusan masalah, maksud dan tujuan, dan metode pembahasan yang meliputi pendekatan masalah, asumsi dan lingkup batasan perancangan. Bab III. Deskripsi Perancangan

Berisi tentang terminologi judul, penjelasan tema, studi banding, data kawasan, analisa dan konsep

Bab IV. Hasil Perancangan

Merupakan hasil gambar dari perancangan kawasan / masterplan. Bab V. Pengantar Fungsi

Berisi penjelasan mengenai sebab memilih fungsi. Bab VI. Isu Perancangan Wahana Rekreasi

Berisi tentang rumusan masalah, maksud dan tujuan, dan metode pembahasan yang meliputi pendekatan masalah, asumsi dan lingkup batasan perancangan. Bab VII. Deskripsi Perancangan Wahana Rekreasi

Berisi tentang terminologi judul, penjelasan tema, studi banding, data kawasan, analisa dan konsep.

Bab VIII. Hasil Perancangan wahana rekreasi


(30)

BAB II


(31)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

BAB II

ISU PERMASALAHAN KAWASAN

II.1. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan Latar Belakang dari perancangan yang telah dijelaskan di atas, proyek ini direncanakan dengan maksud menjadi pionir sebuah Kawasan Wisata Sejarah untuk memperkenalkan sejarah yang masih tersisa di Kota Medan ini kepada masyarakat lokal maupun dunia. Berdasarkan maksud tersebut, maka tujuan dari proyek ini adalah :

1. Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan, dalam bidang Pengelohan dan Sejarah Tembakau Deli.

2. Merancang dan Mengembangkan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

II.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :

1. Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.

2. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan. 3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi


(32)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING |110406054 8

4. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master plan kawasan lokasi proyek.

5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.

II.3. Asumsi

Lingkup dan batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah :

1. Kawasan difungsikan sebagai Kawasan Wisata Buatan.

2. Salah satu Kawasan yang menjadi titik revitalisasi oleh Pemerintah

3. Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam Perancangan Arsitektur VI ini adalah Kecamatan Labuhan Deli, Medan, Sumatera Utara dengan batasan wilayah ± 8,2 Ha.

4. Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik proyek diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan yang telah dijual kepada pihak swasta.

5. Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara mendalam.

6. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat


(33)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada.

7. Lahan milik Pemerintah, dan dikelola oleh Pihak Swasta. 8. Pelebaran jalan pada Gang Melati menjadi 12 Meter

9. Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih 10. Zona tengah Kawasan adalah Plaza

II.4. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan beberapa metoda sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori, penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan, kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.

b. Studi Banding

Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.

c. Survey Lapangan


(34)

BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN


(35)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN

III.1. Terminologi Judul

Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya.Adapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan Wisata Sejarah

Tembakau Deli”.Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus:

• Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan (SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87). • Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu,

dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu (Sartono Kartodirjo).

• Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19(Departemen Pertanian, 1994).

Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli adalah suatu kawasanyang bertujuan untuk menghidupkan kembali sumber


(36)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 11

daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan pariwisata yang rekreatif dan edukatif.

II.2. Tema

Tema yang digunakan dalam Perancangan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli adalah Arsitektur Kontekstual. Arsitektur Kontekstual berasal dari kata “Arsitektur” dan “Kontekstual” yang memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura). Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

b. Kontekstual

Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di


(37)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme. Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).

Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme.

Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).

Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek.


(38)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 13

Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi. Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.

Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory

Pendekatan kontekstualisme melalui type-image. Pendekatan kontekstualisme melalui style.

Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism.

c. Penerapan kontektual dalam judul proyek

Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : Mengambil motif-motif desain setempat :

misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada kawasan Kesawan. Seperti bentuk :

 Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk persegi, bulat, segitiga, kubus dll.

 Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut. Terbagi atas 2:

- Bentuk sederhana = regular - Bentuk kompleks = iregular

 Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun horizontal


(39)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda.

Memiliki efek visual yang sama

Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.

Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)

Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan yang harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.

III.3 Studi Banding

III.3.1 Study Banding Tema Sejenis

East Wing, National Gallery Lokasi : Washington, D.C.

Arsitek : I. M. Pei

Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan seperti aslinya. Struktur post-tension dengan batu pualam sebagai penutup luar dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di


(40)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 15

persilangan antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan plan berdasarkan kegiatannya.

Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep geom.etri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.

Pyramide du Louvre Lokasi : Paris, Prancis

Arsitek : I.M. Pei

Pyramide du Louvre merupakan sebuah museum dengan bentuk piramida, terdapat tiga piramida kecil yang mengelilingi piramida utama. Piramida Utama


(41)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

merupakan pintu masuk utama ke museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35 m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk utama.

Gambar 3. 2 Suasana Eksterior

Pengunjung yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai penggabung antara bangunan lama dan baru.

Ponte Vecchio, Florence, Italia Lokasi : Florence, Italia

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam konteks arsitektur kontekstual adalah mengambil motif-motif desain setempat.


(42)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 17

Gambar 3. 3 Suasana Eksterior

Bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia, merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan

bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.

Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.

III.3.2 Studi Banding Kawasan Boat Quay Singapura

Singapore River telah menjadi pusat pembangunan kota sejak abad ke-19. Sebelumnya, kondisi di area sepanjang tepi sungai ini sangat kumuh dan sudah tidak layak lagi untuk dilihat maupun digunakan sebagai fasilitas. Pemerintah


(43)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Singapura sebelumnya berencana untuk merobohkan bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay dan menggantinya dengan bangunan-bangunan modern yang baru. Namun atas desakan dan masukan beberapa perencana, maka diambillah sebuah kebijakan untuk melestarikan bangunan-bangunan tua yang sudah tidak layak huni tersebut.

Gambar 3. 4 Suasana lokasi Boat Quay sebelum direnovasi

Gambar 3. 5 Suasana sesudah mengalami revitalisasi

Setelah mengalami revitalisasi dan tetap melestarikan bangunan-bangunan tua di sekitar site. Fungsi-fungsi bangunan lama dirubah menjadi fungsi baru tanpa harus mengubah identitasnya. Renovasi dan konversi ruko ke restoran, menciptakan promenade dan pedestrian serta festival dan budaya setempat.


(44)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 19

Aroma busuk dari sungai dan warna hitam dihilangkan dengan adanya program pembersihan dan pemeliharaan.

Revitalisasi Sungai Malaka Malaysia

Sungai Malaka merupakan sungai yang paling vital pada masa pemerintahan Kesultanan Melayu Malaka (1402-1511). Di sepanjang sungai ini dulunya terdapat kawasan kota, kawasan pemukiman, pemakaman, area bisnis dan pelabuhan. Karena tidak ingin Sungai Malaka menjadi lahan “tidur” , Datuk Seri Mohd Ali Rustam sebagai Ketua Menteri Malaka mengusulkan Sungai Malaka direvitalisasi kembali menjadi kawasan wisata.

Gambar 3. 6 Sungai Melaka sebelum direvitalisasi

Setelah diadakannya revitalisasi, maka sungai malaka lebih produktif, dan tertata dengan baik.


(45)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Komponen revitalisasi sungai Malaka diantaranya :

Fasilitas pendukung seperti pusat rekreasi, restoran, boat yang mengarungi sungai Malaka,toko cenderamata, dll

Penataan bibir sungai dibuat begitu apik. Untuk menjaga kebersihan sungai, perangkap sampah dipasang si sepanjang sungai.

Rumah penduduk yang ditata apik dan semenarik mungkin sehingga meningkatkan kunjungan wisata.

Pedestrian, monorail, dan jalur sepeda yang aman dan sangat menarik pendatang dan menjadi kebanggaan penduduk lokal.

Komponen-komponen diatas merupakan referensi dalam pewujudan Deli Smart River pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

III.4 Data

Letak geografis site adalah sebagai berikut :

Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

Nama Kawasan : Desa Helvetia

Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan Luas Kawasan : 8,2 Ha


(46)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 21

Batas Wilayah :

a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombak, Medan.

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Manunggal Labuhan Deli. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Tanjung Mulia dan Pulo

Brayan Medan.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima Hamparan Perak.

Iklim : Suhu berkisar antara 25 – 330 dan curah hujan 30 mm/tahun

Status Perancangan : Fiktif Kontur Lahan : Datar


(47)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

III.5. Sejarah Eks. Pemeraman Tembakau PTPN II

Perkebunan memiliki banyak arti yang berbeda tergantung berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan perkebunan tersebut. Berdasarkan fungsinya sendiri perkebunan dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam (Murdiyati, 2010).

Tembakau merupakan salah satu hasil bumi yang memiliki arti penting di Indonesia dikarenakan penjualan tembakau itu sendiri dapat dipergunakan sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.

Indonesia memiliki berbagai macam tembakau dengan mutu-mutu yang terbaik.Salah satu nya tembakau yang terkenal di pasar internasional adalah tembakau Deli yang berasal dari salah satu negara di Indonesia yakni Sumatera Utara. Tembakau deli merupakan tembakau terbaik dibandingkan tembakau-tembakau daerah lain, bahkan hal ini sudah terkenal hingga mancanegara. (Departemen Pertanian, 1994).

Tembakau ditanam untuk pertama kalinya di Tanah Deli oleh pegawai Belanda yang bernama Jacobus Nienhuyspada tahun 1864. Ternyata, tembakau Deli menunjukkan prospek yang baik.Pada bulan Maret 1869, contoh daun tembakau Deli yang pertama tiba di Rotterdam, Belanda. Sambutan para pedagang tembakau atas daun tembakau Deli sangat memuaskan, karena kualitas daun baik, dengan daya bakar ”dekblad”3 yang baik.


(48)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 23

Keberhasilan ini mendorong berdirinya perusahaan tembakau yang diberi namaDeli Maatscappij (Deli Company). Dalam waktu singkat, pohon-pohon di hutan ditebang untuk menyiapkan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan. Setelah berdirinya Deli Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula perusahaan Deli Batavia Maatschappij, Tabak Mij Arendburg tahun 1877 dan Senembah Mij pada tahun 1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya. Hingga tahun 1889, telah tercatat 170 buah perkebunan besar maupun kecil.Ke-170 perkebunan tersebut tersebar pada wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan Langkat.

Tetapi kemudian jumlah perkebunan semakin tahun semakin menyusut.Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan perkebunan-perkebunan yang berada pada tanah yang baik, yaitu tanah-tanah yang terletak di antara dua sungai besar, Sungai Ular (Serdang) dan Sungai Wampu (Langkat). Di luar kawasan itu, satu per satu perusahaan gulung tikar dan mengalihkan usahanya pada budidaya lainnya, seperti kelapa sawit atau karet karena tanahnya tidak cocok untuk tanaman tembakau.

Tembakau Deli sendiri di produksi dan di proses di sebuah perkebunan milik Negara yakni PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II), Medan, Sumatera Utara. Kebun Helvetia dibuka pada tahun 1869 yang diusahakan oleh pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini lebih dikuasai oleh pihak Belanda sepenuhnya. PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal tahun 2008 terjadi penggabungan antara kebun Kelambir Lima dengan


(49)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

kebun Helvetia yang diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas kinerja BUMN dan Pemerintah.

Pada Tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih Perusahaan dan diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia ini sendiri terletak di Kabupaten Deli Serdang.Kebun Helvetia terletak di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Dan juga kebun ini terdiri dari HGU (Hak Guna Usaha) nomor : 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya 3.372,76 Ha. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai asih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau Deli. PT.

Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia terdiri dari gedung fermentasi I unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah dikeringkan dan disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang sudah jelek mutunya.


(50)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 25

PT. Perkebunan Nusantara II lebih memilih melakukan pemasaran ke luar negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS) dikarenakan Tembakau Deli lebih populer di pasar Eropa. PT. Perkebunan Nusantara II dinilai telah berhasil merawat dan mengembangkan mutu tembakau hal ini terbukti dengan diakuinya mutu tembakau pada lelang di Bremen pada tahun 2007.Mutu yang bagus membuat harga jual tembakau Deli di pasar lelang memiliki harga yang cukup tinggi (Portal Indonesia, 2010)

Seiring dengan perkembangan zaman, produksi perkebunan tembakau Deli semakin menurun.Hal ini disebabkan krisis global yang terjadi di dunia yang memberikan efek dengan permintaan pasar terhadap cerutu. Dan juga pada tahun 2008, terjadi pembatasan di Negara Eropa yang melarang masyarakat untuk merokok (Portal Indonesia,2010). Untuk mengantisipasi kerugian yang disebabkan larangan tersebut pihak manajemen PTPN II lebih memilih melakukan penjualan di Indonesia (MedanPunya.com,2011). Penjualan tembakau deli yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara II mulai dipasarkan di Indonesia pada


(51)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

bulan Juni 2011. Disebabkan sebelumnya tembakau masih dikemas di dalam gedung untuk dipasarkan dipasar Eropa (MedanPunya.com,2011).

Penurunan penjualan pada tembakau Deli di pasar Eropa dikarenakan beberapa factor antara lain:

1. Permintaan yang menurun karena adanya kampanye anti merokok,

“smoking can cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and

embryo disorder”. Kemudian Negara menaikkan cukai cerutunya,

sehingga cerutu menjadi barang mahal.

2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan serapan pasar.

3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan, pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan obat-obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak, dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.

4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau karena perkembangan kota (LembagaPendidikan Perkebunan, 2009).

III.6. Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II

III.6.1 Kawasan Sekitar

Peruntukkan lahan di sekitar kawasan eks PTPN II cukup bervariasi, namun pada umumnya didominasi oleh perumahan warga dengan ekonomi


(52)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 27

menengah ke bawah. Deretan ruko dan pertokoan setinggi kurang lebih 3 lantai terdapat padasisi barat laut kawasan.

Gambar 3. 11 Gambaran eksisting kawasan

III.6.2 Eksisting Kawasan

Kawasan eksisting kebanyakan merupakan rumah lama dan jenis materialnya masih menggunakan kayu. Pada kawasan eks PTPN II, terdapat beberapa bangunan dengan fungsi gudangpemeraman, kantor pengelola, taman kanak-kanak dan rumah pekerja.


(53)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Gambar 3. 12 Foto Lokasi eksisting dalam lokasi perancangan

III.6.3 Kriteria Penilaian Bangunan yang Dipertahankan

Kriteria-kriteria fisik-visual

Estetika, yaitu berkaitan dengan nilai keindahan arsitektural, khususnya dalam hal penampakan luar bangunan, yaitu:


(54)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 29

b. Struktur (ditonjolkan sebagai nilai estetis)

c. Ornamen (mendukung dari gaya arsitektur bangunan)

Keistimewaan, yaitu berkaitan dengan nilai keistimewaan, keunikan dan kelangkaan bangunan, yaitu:

a. Sebagai landmark kawasan

b. Kelangkaan bangunan (gaya arsitektur umum, dominan, atau satu-satunya)

c. Umur bangunan

d. Skala Monumental (berdasarkan bangunan dan ruang luar)

e. Perletakan yang menonjol (terhadap lingkungan maupun bangunan di sekitarnya)

Memperkuat citra kawasan, berkaitan dengan pengaruh kehadiran suatu obyek terhadap kawasan sekitarnya yang sangat bermakna untuk meningkatkan atau memperkuat kualitas dan citra lingkungan :

a. Sesuai dengan fungsi kawasan b. Kesatuan / kontinuitas

c. Kekontrasan bangunan

Keaslian bentuk, berkaitan dengan tingkat perubahan bentuk fisik, baik melalui penambahan atau pengurangan:

a. Jumlah ruang

b. Element struktur dan konstruksi c. Detail/Ornamen


(55)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

a. Tingkat kerusakan b. Prosentasi sisa bangunan c. Kebersihan

Kriteria-kriteria non fisik

Peran sejarah, berkaitan dengan nilai sejarah yang dimiliki, peristiwa penting yang mencatat peran ikatan simbolis suatu rangkaian sejarah dan babak perkembangan suatu lokasi, sehingga merujuk pada :

a. Sejarah Perkembangan Arsitektur b. Sejarah Perkembangan Kota c. Sejarah Perjuangan Bangsa

Komersial, berkaitan dengan nilai ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek formal dan informal.

Sosial budaya, berkaitan dengan nilai-nilai sosial-budaya khas kawasan yang masih terwujud dan terwadahi, seperti Legenda (budaya oral).


(56)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 32

1. Rumah Manager Distrik

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun atas nama pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij

Memiliki akses jalan bawah tanah yang berhubungan langsung dengan sungai

Struktur dan konstruksi bangunan merupakan arsitektur Belanda

Bangunan bersejarah sebagai ciri khas/penanda padakomplek PTPN II Medan Helvetia

Rumah hunian yang di tempati oleh pemilik kebun yaitu tuan belanda perkebunan tembakau pada masa itu

Secara berkala, rumah ini dihuni oleh manager distrik di setiap pergantian periode kerja

Sebagai tempat beristirahat manajer distrik, tetapi tidak sebagai hunian tetap

Dikelola oleh beberapa penjaga, termasuk dengan tugas melayani tamu

Sudah dilakukan beberapa kali renovasi pada bagian interior Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: DIPERTAHANKAN         Tata letak gudang

eks pemeraman dan rumah Manager distrik


(57)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

2. Kantor Distrik

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

.

Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda Setelah beralih ke PTPN II Medan, kantor ini

digunakan untuk mengurus administrasi kantor

tembakau

Sudah di non-aktifkan Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x x x  x x x x Tata letak gudang

eks Pemeraman dan kantor distrik


(58)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 34

3. Rumah Staff

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda Setelah beralih ke PTPN II Medan, rumah ini

digunakan sebagai hunian para staff perkebunan

Masih dihuni oleh staff perkebunan tembakau Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN  x    x x x Tata letak gudang

eks pemeraman dan rumah staff


(59)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

4. Gudang Minyak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sebagai akses kegiatan antar-gudang

Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama

Fasade berupa papan kayu

Menyimpan pasokan

minyak Menyimpan pasokan

minyak yang akan di didistribusikan ke perkebunan tembakau Klambir V Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: DIPERTAHANKAN Fungsi dialihkan sebagai bagian dari

x  x  x  x  Tata letak gudang

eks pemeraman dan gudang minyak


(60)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 36

5. Pos Security

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau pada masa itu

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau

Akses melapor bagi para tamu yang mengunjungi kawasan perkebunan tembakau Helvetia Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x x x   x x x Tata letak gudang

eks pemeraman danpos security


(61)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

6. Gudang Pupuk Kayu

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sebagai akses kegiatan antar-gudang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama

Fasade berupa papan kayu

Menyimpan pasokan pupuk

kayu Sudah di non-aktifkan Kriteria Fisik-Visual:

Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x  x  x  x  Tata letak gudang

eks pemeraman dangudang pupuk kayu


(62)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 38

7. Taman Kanak-Kanak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Beberapa Manager komplek merupakan

alumni di TK ini Di bangun pada tahun 90 an

Adanya aktivitas belajar dan fasilitas bermain pada masa itu

Masih ada aktivitas belajar dan bermain di taman kanak-kanak

Hanya ada kegiatan di pagi hari ketika ada aktivitas taman kanak-kanak Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x x x   x  x Tata letak gudang

eks Pemeraman dan taman kanak kanak


(63)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

8. Pohon Beringin

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang harus dipertahankan

Masih bertahan dan tidak ada yang berani menebang dikarenakan beberapa mitos

Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status : DIPERTAHANKAN         Tata letak Gudang

eks Pemeraman danPohon Beringin


(64)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 40

9. Pepohonan

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang layak dipertahankan

Masih bertahan Kriteria Fisik-Visual: Estetika Keistimewaan Memperkuat citra kawasan Keaslian Bentuk Keterawatan Kriteria Non-Fisik: Peran Sejarah Komersial Sosial Budaya Status : DIPERTAHANKAN      x   Tata letak Gudang

eks Pemeraman dan Pohon Beringin


(65)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Kesimpulan :

Titik-titik yang dipertahankan pada site antara lain :

- Gudang pemeraman tembakau - Rumah manager

- Pohon beringin dan pepohonan yang menciptakan vista

- Gudang minyak

Gambar 8. Titik yang dipertahankan pada Site

Undang-Undang dan Peraturan Garis sempadan

Utara 6,5 m

Selatan 4,2 m

Timur 15 m

Barat 3,5 m

KDB Bangunan 0,6 x La

= 0,6 x 8,2 Ha = 4,92 Ha

KDH Bangunan 0,25 x La


(66)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 42

III.7 Analisa

Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi sesuai dengan fungsi yang akan diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :

a. Analisa Fungsi

Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan nantinya akan diterapkan pada kawasan ini berdasarkan pertimbangan dari data yang ada beserta asumsi yang diambil.

b. Analisa peletakan fungsi bangunan

Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan yang akan diambil sebagai zona peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa view, kebisingan, aksesibilitas.

c. Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan dengan sirkulasi yang terjadi di dalam site kawasan.

= 2,05 Ha

KLB Bangunan = (2,4xLa) / KDB

= 4 lt


(67)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

III.7.1 Analisa Fungsi

Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai diekspor ke luar negeri, dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi. Namun, semakin lama ketenaran akan tembakau memudar dan kini yang tinggal hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi didalamnya. Karena nilai kawasan ini sangat tinggi, tentu saja kawasan ini butuh penyegaran dan hidup kembali walaupun bukan merupakan tempat perindustrian tembakau seperti yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi pengguna.

Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena nilai historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti museum dan pasar diorama untuk mempertahankan historis dari perkebunan dan bangunan peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor penginapan juga penting untuk para pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.

Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.


(68)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 44

Gambar 3. 13 Analisa Fungsi

MUSEUM

Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan gedung pemeraman tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur puluhan tahun dan juga teknologi bangunan yang masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi museum layak untuk dijadikan fungsi bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.


(69)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

PUSAT KOMUNITAS

Pusat komunitas cukup banyak berkembang di Kota Medan contohnya adalah komunitas Medan Heritage, Medan Berkebun, komnuitas fotografi, komunitas art dan pertunjukan dan lai sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka pusat komunitas perlu diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan ikut dalam komunitas tersebut.


(70)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 46

RUMAH DIORAMA

Menyerupai museum, rumah diorama bertujuan untuk mengingatkan kembali kegiatan yang terjadi pada masa kejayaan Tembakau Deli. Tetap edukatif namun lebih bersifat menghibur.

Gambar 3. 16 Rumah Diorama

PENGINAPAN

Penginapan adalah fasilitas yang disiapkan pada kawasn ini untuk para pengunjung yang mau menetap sementara untuk lebih merasakan suasana wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak dan juga berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan ini.


(71)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Gambar 3. 17 Penginapan

PASAR

Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa pada daerah lingkungan sekitar kawasan wisata ini tidak terdapat pasar bagi penduduk, sehingga fungsi pasar sangat diperlukan untuk menyediakan komoditi utama masyarakat. Selain itu, karena berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan wisata sejarah dan hasil perkebunan.


(72)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 48

WAHANA REKREASI

Taman rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain fungsi – fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang berupa tempat pemandian atau waterpark dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi lainnya adalah fungsi wisata kuliner yang dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan ini dengan suasana kolonial dan suasana alam terbuka.

Gambar 3. 19 Wahana Rekreasi

RTH / PLAZA

RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan ruang terbuka hijau memang berupa lahan dengan taman-taman.


(73)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

AREA PROMANADE

Area promenade adalah area yang difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul karena adanya fungsi sungai Deli yang berada di sekitar kawasan. Area ini berjarak 15 meter dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan dengan aktivitas bersantai dan berolahraga seperti jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat sambil melihat pemandangan sungai Deli.

Gambar 3. 20 RTH


(74)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 50

III.7.2 Analisa Peletakan Bangunan

Analisa peletakan bangunan yang diperlukan untuk mendapatkan zona peletakan fungsi didalam siteberdasarkan pertimbangan dari analisa aksesibilitas, view dan kebisingan.

III.7.3 Analisa Kebisingan

Analisa aksesibilitas diperlukan untuk mengetahui jalur untuk mencapai kawasan site. Data yang terdapat pada kawasan adalah terdiri dari 3 sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan yaitu jalan Helvetia By Pass, Gg. Melati, jalan Karya dan pinggiran sungai. Keeempat jalur tersebut memiliki potensi untuk dijadikan jalur masuk kedalam kawasan.


(75)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

ZONA POTENSI REKOMENDASI

Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg.Melati (3) Pinggiran Sungai (4)

Merupakan jalan dengan lalu lintas 2 arah.

Lebar jalan sangat mendukung sebesar 8 meter.

Jarang terjadi kemacetan pada jalur ini

Banyak kendaraan umum melewati jalan ini

Jalan dengan lalu lintas 2 arah Jarang menjadi sumber kemacetan Banyak kendaraan umum

melewati jalan ini

Jalan dengan lalu lintas 2 arah Jarang terjadi kemacetan karena tidak ada aktivitas angkutan kota pada jalan ini.

Tidak dilalui oleh pengguna kendaraan

Jalan cukup lebar

Museum Penginapan Community Center Pusat Rekreasi Pasar Penginapan Pasar Diorama Taman Rekreasi

Pasar Community Center

Penginapan


(76)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 52

III.7.4 Analisa Kebisingan

Analisa kebisingan diperlukan untuk mengetahui peletakan kawasan dengan

mempertimbangkan fungsi yang

menyebabkan kebisingan tinggi dengan fungsi yang menyebabkan kebisingan rendah.

Ada 2 jenis analisa kebisingan yang menjadi pertimbangan yaitu analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan sekitar dan analisa kebisingan yang disebabkan oleh antar fungsi yang berada di dalam kawasan

Gambar 25. Analisa Kebisingan

ANALISA KEBISINGAN YANG DISEBABKAN BANGUNAN SEKITAR

ZONA POTENSI REKOMENDASI

Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg. Melati (3)

Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak di lewati oleh truk besar.

Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak pemukiman padat penduduk

Tingkat kebisingan rendah karena tidak ada aktivitas di area ini

Museum Pusat Komunitas

Pasat Taman Rekreasi


(77)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Sungai

(4) Penginapan

Area Promanade RTH

ANALISA KEBISINGAN DISEBABKAN OLEH FUNGSI DALAM SITE

FUNGSI POTENSI REKOMENDASI

Museum

Penginapan

Pasar Diorama & RTH

Pasar

Potensi kebisingan pada museum rendah karena tidak banyaknya aktivitas yang mengeluarkan suara.

Potensi kebisingan pada museum rendah karena aktivitas yang terjadi adalah aktivitas privat untuk bertempat tinggal.

Potensi kebisingan yang dihasilkan cukup rendah karena aktivitas yang ada

didalamnya melihat diorama-diorama aktivtas perkebunan

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung.


(78)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 54 Taman Rekreasi

Area Promanade

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas permainan dan banyak wahana yang menimbulkan bunyi.

Potensi kebisingan yang dihasilkan rendah karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung.

III.7.2 Analisa Peletakan Bangunan

Analisa peletakan bangunan yang diperlukan untuk mendapatkan zona peletakan fungsi didalam siteberdasarkan pertimbangan dari analisa aksesibilitas, view dan kebisingan.

III.7.3 Analisa Kebisingan

Analisa aksesibilitas diperlukan untuk mengetahui jalur untuk mencapai kawasan site. Data yang terdapat pada kawasan adalah terdiri dari 3 sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan yaitu jalan Helvetia By Pass, Gg. Melati, jalan Karya dan pinggiran sungai. Keeempat jalur tersebut memiliki potensi untuk dijadikan jalur masuk kedalam kawasan.


(79)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Gambar 26. Analisa Aksesbilitas

ZONA POTENSI REKOMENDASI

Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg.Melati (3) Pinggiran Sungai (4)

Merupakan jalan dengan lalu lintas 2 arah.

Lebar jalan sangat mendukung sebesar 8 meter.

Jarang terjadi kemacetan pada jalur ini

Banyak kendaraan umum melewati jalan ini

Jalan dengan lalu lintas 2 arah Jarang menjadi sumber kemacetan Banyak kendaraan umum melewati jalan ini

Jalan dengan lalu lintas 2 arah Jarang terjadi kemacetan karena tidak ada aktivitas angkutan kota pada jalan ini.

Tidak dilalui oleh pengguna kendaraan

Jalan cukup lebar

Museum Penginapan Community Center Pusat Rekreasi Pasar Penginapan Pasar Diorama Taman Rekreasi

Pasar Community Center

Penginapan


(80)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 56

III.7.4 Analisa Kebisingan

Analisa kebisingan diperlukan untuk mengetahui peletakan kawasan dengan

mempertimbangkan fungsi yang

menyebabkan kebisingan tinggi dengan fungsi yang menyebabkan kebisingan rendah.

Ada 2 jenis analisa kebisingan yang menjadi pertimbangan yaitu analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan sekitar dan analisa kebisingan yang disebabkan oleh antar fungsi yang berada di dalam kawasan

Gambar 25. Analisa Kebisingan

ANALISA KEBISINGAN YANG DISEBABKAN BANGUNAN SEKITAR

ZONA POTENSI REKOMENDASI

Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg. Melati (3)

Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak di lewati oleh truk besar.

Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak pemukiman padat penduduk

Tingkat kebisingan rendah karena tidak ada aktivitas di area ini

Museum Pusat Komunitas

Pasat Taman Rekreasi


(81)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

Sungai

(4) Penginapan

Area Promanade RTH

ANALISA KEBISINGAN DISEBABKAN OLEH FUNGSI DALAM SITE

FUNGSI POTENSI REKOMENDASI

Museum

Penginapan

Pasar Diorama & RTH

Pasar

Potensi kebisingan pada museum rendah karena tidak banyaknya aktivitas yang mengeluarkan suara.

Potensi kebisingan pada museum rendah karena aktivitas yang terjadi adalah aktivitas privat untuk bertempat tinggal.

Potensi kebisingan yang dihasilkan cukup rendah karena aktivitas yang ada

didalamnya melihat diorama-diorama aktivtas perkebunan

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung.


(82)

[WAHANA REKREASI TEMBAKAU DELI] Arsitektur Kontekstual

GUNARIO H SIHOMBING | 110406054 58 Taman Rekreasi

Area Promanade

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas permainan dan banyak wahana yang menimbulkan bunyi.

Potensi kebisingan yang dihasilkan rendah karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung.

Analisa diaatas menjadi bahan pertimbangan fungsi apa yang akan dibuat saling berdekatan dalam kawasan site untuk menciptakan kenyamanan di dalam site.

III.7.5 Analisa View

Analisa view diperlukan untuk mengetahui potensi peletakan fungsi berdasarkan pada potensi view yang breada di sekitar lingkungan site. Ada 2 jenis analisa view yang menjadi pertimbangan yaitu view dari dalam ke luar dan analisa view dari luar ke dalam

ANALISA VIEW DARI DALAM KELUAR


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)