Dana Alokasi Umum DAU

3. Kejujuran, hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapt dipercaya. 4. Hasil guna effectiveness dan daya guna efficiency, merupakan tata cara mengurus keuangan daerah dengan baik sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah- rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya. 5. Pengendalian, aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai. Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah merupakan desain teknis untuk pelaksanaan strategi, sehingga apabila pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan cenderung melemah yang berakibat kepada wujud daerah dan pemerintah daerah di masa yang akan datang akan sulit untuk dicapai. Elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah, meliputi: 1. Akuntabilitas Keuangan Daerah, adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. 2. Value for money, konsep yang berorientasi pada kepentingan publik dalam pencapaian kinerja keuangan dengan tiga pilar utama yaitu ekonomi, efisiensi dan efektifitas. 3. Kejujuran, pengelolaan dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat dimimalkan. 4. Transparansi, keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diawasi oleh masyarakat. 5. Pengendalian, adanya monitoring terhadap penerimaan dan pengeluaran dalam APBD.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah adalah jenis data sekunder dalam runtun waktu time series, yaitu tahun 2006-2010 yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung Selatan, BAPPEDA Lampung Selatan, dan BPS Lampung Selatan. Untuk menunjang penulisan ini digunakan juga metode kepustakaan guna mencari literatur yang mendukung tema penulisan.

B. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatf.

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Yaitu dengan menganalisa dan menafsirkan data dengan menggunakan teori-teori pendukung sehingga dapat memberikan gambaran umum dari pengelolaan Dana Perimbangan terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

2. Analisis Kuantitatif

Untuk mengetahui tingkat kemandirian fiskal Kabupaten Lampung Selatan dalam hubungannya dengan Dana Perimbangan maka digunakan alat analisis berupa pengukuran derajat desentralisasi fiskal, yaitu: 100 1 x TPD PAD Rumus   Semakin besar nilai persentase PAD terhadap TPD maka semakin besar pula kemandirian fiskal suatu daerah. 100 2 x TPD BHPBP Rumus   Semakin besar nilai persentase BHPBP terhadap TPD maka semakin besar kemandirian fiskal suatu daerah. 100 3 x TPD DAU Rumus   semakin besar nilai persentase rasio DAU terhadap TPD maka ini berarti semakin besar pula ketergantungan fiskal suatu daerah. Dimana TPD = PAD + BHPBP + DAU Ket : PAD = Pendapatan Asli Daerah BHPBP = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak DAU = Dana Alokasi Umum TPD = Total Penerimaan Daerah