selanjutnya dikalikan dengan luas permukaan elektroda kerja terukur untuk
menentukan besarnya arus korosi I
corr
sesuai dengan Persamaan 3.1. I
����
= J
����
× A 3.1
dimana, I
corr
adalah besaran arus korosi µA, J
corr
adalah kerapatan arus korosi µAcm
2
, dan A adalah luas permukaan elektroda kerja terukur cm
2
. Dari nilai tersebut selanjutnya dapat ditentukan besarnya persen efisiensi inhibisi dengan
Persamaan 2.13.
9. Analisis Kualitatif Korosi
Prosedur untuk analisis kualitatif korosi dilakukan berdasarkan prosedur yang telah digunakan sebelumnya Hadi et al., 2015. Setelah melakukan perhitungan
efisiensi inhibisi EI, maka akan diketahui inhibitor dengan tingkat inhibisi atau penghambatan tinggi. Kemudian larutan inhibitor pada konsentrasi tersebut
diinteraksikan dengan baja yang telah dibersihkan selama 1 minggu. Selanjutnya baja yang telah diinteraksikan dipisahkan dari larutan uji dan dikeringkan. Baja
tersebut selanjutnya diamati permukaannya dengan menggunakan mikroskop trinokuler dan dibandingkan dengan baja yang diinteraksikan dengan medium
korosif tanpa inhibitor sehingga diperoleh perbandingan kondisi permukaan baja.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis Senyawa DifeniltimahIV oksida
Hasil sintesis senyawa difeniltimahIV oksida [C
6
H
5 2
SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimahIV diklorida [C
6
H
5 2
SnCl
2
] yang direaksikan dengan NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60°C, diperoleh
kristal putih dengan rendemen sebesar 12,66 gram 97,33. Kristal dan persentase rendemen sintesis difeniltimahIV oksida dapat dilihat pada Gambar 9
dan Tabel 5.
Gambar 9. Kristal senyawa difeniltimahIV oksida. Tabel 5. Persentase rendemen sintesis difeniltimahIV oksida.
Massa gram Rendemen
[C
6
H
5 2
SnCl
2
] BM =
344
NaOH BM = 40
[C
6
H
5 2
SnO] BM = 289
Teori
[C
6
H
5 2
SnO] BM = 289
Sintesis 15,48
3,60 13,01
12,66 97,33
Sn Cl
Cl Sn
O
Persentase rendemen sintesis difeniltimahIV oksida mencapai 97,33 didapatkan dari perbandingan massa hasil sintesis terhadap teoritis. Perhitungan
persentase rendemen difeniltimahIV oksida dapat dilihat pada Lampiran 2. Reaksi yang terjadi pada sintesis difeniltimahIV oksida ini adalah sesuai
Persamaan 4.1.
+ 2 NaOH + H
2
O + 2 NaCl 4.1 Pemisahan NaCl pada endapan dilakukan dengan cara mencuci menggunakan
akuabides dan metanol p.a. NaCl larut baik dengan akuabides sehingga senyawa difeniltimahIV oksida yang dihasilkan terbebas dari NaCl.
Mekanisme pembentukkan difeniltimahIV oksida diawali dengan penggantian ligan Cl
-
oleh OH
-
. Pengaruh delokalisasi elektron pada gugus fenil menyebabkan elektron pada ion timahIV menjadi lebih positif, sehingga lebih mudah
membentuk ikatan dengan ion OH
-
. Ligan OH
-
yang lebih kuat dapat menggantikan ligan Cl
-
yang lebih lemah dan Cl
-
merupakan gugus pergi leaving group
yang baik, sehingga substitusi ligan Cl
-
oleh OH
-
dapat terjadi. Urutan kekuatan ligan adalah karbon nitrogen oksigen halogen Fessenden dan
Fessenden, 1986. Sifat kedua ligan ini merupakan ligan donor elektron namun ligan OH
-
mampu memberi desakan elektron yang lebih kuat dibandingkan ligan Cl
-
. Dengan desakan elektron yang lebih kuat, OH
-
lebih kuat terikat pada logam Sn dibandingkan dengan ligan Cl
-
sehingga reaksi substitusi ligan mudah dilakukan.
metanol p .a.