Menurut Protokol I, anak-anak berhak atas perawatan dan bantuan- bantuan yang dibutuhkan sesuai dengan usia mereka; mereka tidak boleh
didaftarkan menjadi anggota angkatan perang sebelum berusia 15 tahun; dan jika sebelum usia tersebut mereka terlibat langsung dalam pertempuran, maka
apabila tertangkap, mereka harus menerima perlakuan khusus sesuai dengan usia mereka; dan terhadap mereka yang tertangkap sebelum usia 18 tahun,
tidak boleh dijatuhi hukuman mati. Di antara penduduk sipil seperti yang harus dilindungi, terdapat
beberapa kelompok orang-orang sipil yang perlu dilindungi, seperti:
a. Orang Asing di Wilayah Pendudukan
Pada waktu pecah perang antara negara yang warga negaranya berdiam di dalam wilayah musuh, maka orang-orang asing ini merupakan
warga negara musuh. Walaupun demikian, mereka tetap mendapatkan penghormatan dan perlindungan di negara di mana mereka berdiam.
Berdasarkan Pasal 35 Konvensi IV, mereka harus diberi izin untuk meninggalkan negara tersebut. Jika permohonan tersebut mereka ditolak,
mereka berhak meminta agar penolakan tersebut dipertimbangkan kembali. Permintaan tersebut ditujukan kepada pengadilan atau badan administrasi
yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas itu. Hukum yang berlaku bagi mereka harus sesuai dengan undang-
undang yang berlaku di masa damai hukum tentang orang asing. Perlindungan minimum atas hak asasi manusia mereka harus dijamin. Oleh
karena itu, mereka harus dimungkinkan untuk tetap menerima pembayaran
Universitas Sumatera Utara
atas pekerjaannya, menerima bantuan, perawatan kesehatan, dan sebagainya.
Sebaliknya, negara penahan juga diperbolehkan mengambil tindakan yang perlu seperti membuat laporan reguler ke kantor polisi, atau
menentukan tempat tinggal tertentu jika keadaan keamanan yang mendesak mengharuskan orang-orang asing ini untuk berpindah tempat tinggal Pasal
42 Konvensi IV Mereka juga dapat dipindahkan ke negara asal mereka kapan saja,
dan apabila masih ada, mereka harus dipulangkan pada saat terakhir setelah berakhirnya permusuhan. Mereka dapat diserahkan melalui negara ketiga.
Harus pula terdapat jaminan bahwa mereka tidak akan diajukan ke pengadilan karena keyakinan politik atau agama yang mereka anut.
27
b. Orang yang Tinggal di Wilayah Pendudukan
Dalam wilayah pendudukan, penduduk sipil sepenuhnya harus dilindungi. Penguasa pendudukan occupying power tidak boleh mengubah
hukum yang berlaku di wilayah tersebut. Dengan perkataan lain, hukum yang berlaku di wilayah tersebut adalah hukum dari negara yang diduduki.
Oleh karena itu, perundang-undangan nasional dari negara yang diduduki masih berlaku secara de jure, walaupun yang berkuasa atas
wilayah pendudukan adalah Penguasa Pendudukan secara de facto. Sejalan dengan hal ini, maka Pemerintah Daerah di wilayah yang diduduki,
27
Hans Peter Gasser, International Humanitarian Law, An Introduction, Separate Print from Hans Haug, Humanity for All, International Red Cross and Red Crescent Movement, Henry Dunant
Institute. Paul Haupt Publisher. Berne Stuttgart, Vienna, 1993, hlm 42
Universitas Sumatera Utara
termasuk pengadilannya, harus diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas- aktivitas mereka seperti sedia kala.
Orang-orang sipil di wilayah ini harus dihormati hak-hak asasinya; misalnya mereka tidak boleh dipaksa bekerja untuk Penguasa Pendudukan,
tidak boleh dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan militer. Penguasa Pendudukan bertanggung jawab untuk memelihara dinas-dinas kesehatan,
rumah sakit dan bangunan-bangunan lainnya. Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional
harus tetap diperbolehkan untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Penguasa Pendudukan juga harus memperhatikan kesejahteraan anak-anak, serta
menjamin kebutuhan makanan dan kesehatan penduduk Pasal 50; dan bila Penguasa Pendudukan tidak mampu melakukan hal tersebut maka mereka
harus mengizinkan adanya bantuan yang datang dari luar negeri, sesuai dengan Pasal 59-61; dan sebagainya.
Sebaliknya Penguasa Pendudukan, berdasarkan ketentuan Pasal 64, dapat membentuk peraturan perundang-undangan sendiri. Mereka,
berdasarkan Pasal 66, juga dapat membentuk pengadilan militer yang bersifat non-politis. Namun, adanya pembentukan tersebut tidak boleh
melepaskan kewajiban Penguasa Pendudukan untuk tetap melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Konvensi Jenewa, untuk memelihara
keamanan dan ketertiban, dan untuk menjaga segala infra struktur di daerah tersebut agar tetap dapat berfungsi sebagaimana sedia kala.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan kegiatan peradilan, Penguasa Pendudukan juga harus menghormati dan menerapkan asas-asas hukum umum general
principles of law, terutama asas hukum yang menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan haruslah seimbang dengan pelanggaran yang dilakukan
Pasal 67; pidana mati hanya boleh dijatuhkan terhadap kasus pelanggaran berat, seperti mata-mata, sabotase terhadap peralatan militer, atau karena
pelanggaran yang disengaja yang memang dapat dijatuhi hukuman mati menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 68 ayat 3.
c. Interniran sipil