Keefektifan Bahan Pencuci Dan Pencegah Penyakit Terhadap Kualitas Buah Mangga Cv Gedong Gincu Dan Arumanis

KEEFEKTIFAN BAHAN PENCUCI DAN PENCEGAH
PENYAKIT TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA CV.
GEDONG GINCU DAN ARUMANIS

AHMAD SUTOPO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keefektifan Bahan
Pencuci dan Pencegah Penyakit Terhadap Kualitas Buah Mangga cv. Gedong
Gincu dan Arumanis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Ahmad Sutopo
NIM A252120031

RINGKASAN
AHMAD SUTOPO. Keefektifan Bahan Pencuci dan Pencegah Penyakit Terhadap
Kualitas Buah Mangga cv. Gedong Gincu dan Arumanis. Dibimbing oleh
ROEDHY POERWANTO dan SURYO WIYONO.
Mangga merupakan salah satu komoditas buah tropis unggulan Indonesia
yang mempunyai peluang penting untuk ekspor. Namun, ekspor buah mangga
masih menghadapi beberapa permasalahan. Salah satu masalah yakni adanya
getah yang mengotori kulit buah mangga. Getah mangga mengandung asam
organik dan minyak. Getah juga mengandung karbohidrat yang dapat
mengundang cendawan penyebab beberapa kerusakan fisik pada buah, seperti
luka bakar, antraknosa dan busuk pangkal buah. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bahan pencuci dan pencegah penyakit pascapanen yang paling
efektif terhadap kualitas buah mangga kultivar Gedong Gincu dan Arumanis.
Pengambilan sampel dilaksanakan di Desa Girinata, Cirebon dan Desa Alas
Kandang, Probolinggo. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pascapanen,

Departemen Agronomi Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2013
sampai Januari 2014.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 2 faktor, yaitu
bahan pencuci dan pencegah penyakit. Faktor pertama terdiri atas tiga taraf yaitu
air (kontrol) (P0), deterjen 1% (P1), deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% (P2). Faktor
kedua terdiri atas tiga taraf yaitu, kontrol (T1), fungisida benomil (T1), khamir
Cryptococcus albidus dengan konsentrasi 5 g/liter setara dengan 5 x 104 sel/ml
(T2). Perlakuan kombinasi bahan pencuci dan pencegah penyakit deterjen 1% +
Ca(OH)2 0.5% + khamir 5 x 104 sel/ml dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% +
fungisida 0.025% yang paling efektif menghilangkan getah, mengurangi luka
bakar, bintik lentisel, dan mengurangi terjadinya penyakit antraknosa dan busuk
pangkal buah pada mangga Gedong Gincu dan Arumanis.
Kata kunci: antraknosa, bintik lentisel, busuk pangkal buah, getah, khamir

SUMMARY
AHMAD SUTOPO. Effectiveness of Washing Materials and Disease Protecting
Agent on Quality of Mango Fruits cv. Gedong Gincu and Arumanis. Supervised
by ROEDHY POERWANTO and SURYO WIYONO.
Mango is Indonesian tropical fruit which has an opportunities as an export
comodity. However, export of mangoes still have some problems on quality. One

of those problems is the presence sap on fruits surface. Mango sap contains
organic acid and oil. The carbohydrate sap attract fungi infection that leading to
damage fruit, such as sapburn, anthracnose and stem end rots infection. The aim
of this study was to evaluate the effectiveness of washing materials and disease
control on quality of mango cv. Gedong Gincu and Arumanis. Fruits were
obtained from Girinata Village, Cirebon and Alas Kandang Village, Probolinggo.
The treatments was conducted at Postharvest Laboratory of Bogor Agricultural
University in November 2013 to January 2014.
The experiment was designed in a Completely Randomized Design with
two factors. The first factor was the washing materials consists of three treatments,
there were: water (control) (P0), detergent 1% (P1), detergent 1% + Ca(OH)2
0.5% (P2). The second factor was the disease protecting agent consists of three
treatments, there were: control (T0), fungicide benomyl 0.025% (T1), and yeast
Cryptococcus albidus with concentration 5 g/liter equal to 5 x 104 cells/ml (T2).
Combination of washing materials and disease control agent of detergent 1% +
Ca(OH)2 0.5% + yeast and detergent 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungicide effective
removed sap, inhibited of sapburn, lenticel spottings, inhibited disease of
anthracnose and stem end rots infection on mango fruits Gedong Gincu and
Arumanis.
Keywords: anthracnose, lenticel spoting, stem end rots, sap, yeast


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KEEFEKTIFAN BAHAN PENCUCI DAN PENCEGAH
PENYAKIT TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA CV.
GEDONG GINCU DAN ARUMANIS

AHMAD SUTOPO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Progam Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis:

Dr. Edi Santosa, SP, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan keharibaan Allah subhanahu wa ta’ala
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini mengambil tema tentang
penanganan pascapanen buah, dengan judul Keefektifan Bahan Pencuci dan
Pencegah Penyakit terhdap Kualitas Buah Mangga cv Gedong Gincu dan
Arumanis.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto
dan Dr Ir Suryo Wiyono MSc Agr selaku komisi pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan hingga tesis ini dapat diselesaikan.
Ungkapan terimakasih yang setingi-tingginya pula Dr Edi Santosa SP MSi selaku
penguji luar komisi yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk
perbaikan tesis dan Dr Ir Maya Melati MS MSc selaku Ketua Program Studi yang
juga banyak memberikan saran dan masukan. Ungkapan terima kasih pula kepada
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan dana
penelitian melalui Hibah Kompetensi Tahun Anggaran 2013 Nomor
035/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V2013. Ungkapan terima kasih yang setinggi-tingginya
pula penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Sularno dan Ibu
Tuminem, keluarga, seluruh kerabat. Terimakasih yang sebanyak-banyaknya pula
kepada Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), teman-teman
Pascasarjana (AGH), Forum Mahasiswa Pascasarjana AGH, Bogor Science Club
(BSC), Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB, Himpunan Mahasiswa Wirausaha
Pascasarjana (HIMAWIPA IPB) dan seluruh rekan civitas pascasarjana IPB yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala doa, semangat, bantuan, dan
kasih sayang yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.


Bogor, Maret 2016
Ahmad Sutopo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


1
1
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani Mangga
Mangga Kultivar Gedong Gincu dan Arumanis
Getah Mangga dan Penanganannya
Pencegah Penyakit Pascapanen Buah Mangga
Khamir (Agen Hayati)

3
3
3
4
5
5


3 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Analisis Data
Pelaksaan Penelitian
Pengamatan Penelitian

6
6
6
6
7
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pencucian Terhadap Kehilangan Getah
Luka Bakar
Bintik Lentisel
Penyakit Antraknosa
Busuk Pangkal Buah


10
10
12
14
16
18

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
20

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

21

24

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Skor terhadap getah pada buah mangga
2 Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan

8
8

DAFTAR GAMBAR
1 Kerusakan buah manga Gedong Gincu dan Arumanis yang diamati
selama penyimpanan
2 Kenampakan buah mangga sebelum dan sesudah dicuci dengan
berbagai perlakuan
3 Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
persentase kehilangan getah pada buah mangga Gedong Gincu dan
Arumanis sebelum dan sesudah dicuci
4 Luka bakar pada buah mangga dengan berbagai perlakuan
5 Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
luka bakar pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
6 Bintik lentisel pada buah mangga dengan berbagai perlakuan
7 Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
bintik lentisel pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
8 Penyakit antraknosa pada buah mangga dengan berbagai perlakuan
9 Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
antraknosa pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
10 Penyakit busuk pangkal buah pada buah mangga dengan berbagai
perlakuan
11 Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
penyakit busuk pangkal buah pada buah mangga Gedong Gincu dan
Arumanis

9
11

12
13
14
15
16
17
18
19

20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian

24

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mangga (Mangifera indica) merupakan salah satu komoditas buah tropis
unggulan Indonesia yang mempunyai peluang penting untuk kebutuhan domestik
maupun ekspor. Hal ini karena buah mangga memiliki cita rasa tinggi dan
mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Menurut Poerwanto dan Chozin
(2010) saat ini masyarakat menuntut produk pertanian yang sehat, bergizi dan
tidak hanya sekedar enak namun mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Permintaan buah mangga semakin meningkat karena peningkatan jumlah
penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi dan kesadaran mengkonsumsi buah
segar yang bermanfaat bagi kesehatan. Mangga yang banyak dikembangkan di
Indonesia adalah mangga kultivar Gedong Gincu dan Arumanis. Buah mangga
kultivar Gedong Gincu dan Arumanis memiliki nilai ekonomi tinggi karena warna
memiliki cita rasa yang tinggi, aroma yang harum, dan warna yang khas. Buah
mangga ini tidak hanya diminati pasar domestik tetapi juga diminati di pasar
ekspor. Namun ekspor buah mangga masih memiliki banyak permasalahan dalam
hal kualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas mangga untuk tujuan ekspor,
diantaranya adalah getah yang menempel pada permukaan kulit buah mangga.
Getah yang menempel menyebabkan tampilan buah menjadi buruk, luka bakar
(sapburn), dan terserang cendawan Colletotrichum gloeosporioides penyebab
penyakit antraknosa dan Botryodiplodia theobromae Pat penyebab penyakit busuk
pangkal buah. Menurut Martoredjo (2009) penyakit antraknosa yang disebabkan
cendawan Colletotrichum gloeosporioides terdapat di semua daerah pertanaman
mangga di dunia, dan berkembang saat curah hujan dan kelembaban tinggi. Patogen
ini dapat menyerang buah pada semua tingkat umur, tetapi kehilangan lebih besar
terjadi pada buah yang matang. Semangun (2004) menyatakan bahwa penyebab
penyakit busuk pangkal buah pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
adalah Botryodiplodia theobromae Pat. bersifat laten dan berkembang setelah
buah matang.
Getah pada buah mangga merupakan cairan kental yang keluar dari
tangkai buah setelah dipetik. Getah akan keluar ketika tangkai (pedisel) rusak
sehingga getah tersebut menyebar pada permukaan kulit mangga (Amin et
al.2008). Yuniarti dan Suhardjo (1994) menyatakan bahwa buah yang terkena
getah saat panen akan menyebabkan kulit buah secara fisik menjadi kotor,
mempercepat kerusakan pada buah, dan menjadi medium bagi pertumbuhan jamur
karena mengandung komponen karbohidrat. Getah mangga juga mengandung
komponen fenol (Ajila et al. 2013), asam dan minyak sehingga menyebabkan
lengket pada permukaan kulit mangga (Negi et al. 2002).
Usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penurunan kualitas dan
meningkatkan daya simpan buah mangga akibat getah ini yaitu dengan cara
pencucian. Bahan yang dapat digunakan adalah deterjen dan Ca(OH)2. Deterjen
merupakan bahan surfaktan yang salah satu fungsinya dapat melarutkan minyak.
Minyak yang terkandung daalm getah dapat dihilangkan menggunakan bahan
kimia surfaktan yang dapat mengikat minyak. Sedangkan bahan pencuci Ca(OH)2
merupakan senyawa kimia yang bersifat basa, aman, mampu menetralkan dan

2
mengurangi efek negatif getah mangga yang bersifat asam. Menurut Adiputra
(2013) buah mangga yang dicuci menggunakan campuran deterjen dan Ca(OH)2
mampu membersihkan getah buah mangga dan penambahan fungisida dalam
bahan pencucian mampu menunda perkembangan penyakit.
Hasil penelitian terkait formulasi bahan pencuci dan lamanya waktu
kontak getah dengan buah menunjukkan bahwa pada buah mangga Gedong Gincu
bahan pencuci Ca(OH)20.25% yang diaplikasikan 6 jam setelah panen dapat
mempertahankan kualitas buah hingga 12 HSP (Herdiasti 2011). Selain itu,
penggunaan bahan pencuci Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida pada 0
sampai 6 jam setelah panen dapat menghilangkan getah dan kotoran, mengurangi
luka bakar hingga 6 HSP, menunda busuk pangkal buah dan antraknosa hingga 8
HSP pada buah mangga Arumanis (Firsti2012).
Penggunaan teknik perlakuan bahan pencuci dengan penambahan
fungisida untuk mencegah perkembangan penyakit antraknosa dan busuk pangkal
buah sudah dilakukan. Namun penambahan fungisida masih tidak aman,
menambah efek negatif dan tidak dapat secara langsung diterima oleh konsumen
(masyarakat) karena memiliki residu, sehingga perlu dilakukan teknik perlakuan
lainnya. Salah satu pengendalian yang aman yaitu dengan cara pengendalian
hayati. Menurut Korsten & Demoz (2006) strategi pengendalian hayati dapat
dilakukan dengan penggunaan agen pengendali hayati.
Agen pengendali hayati telah digunakan untuk mengendalikan beberapa
patogen tanaman. Salah satunya dengan menggunakan khamir antagonis (Mari &
Guizzardi 1998). Robiglio et al. (2011) menyatakan bahwa khamir merupakan
mikroorganisme yang mudah diperbanyak dan memiliki beberapa karakter yang
dapat dimanipulasi. Tindakan pengendalian hayati dengan khamir memiliki resiko
minimal terhadap konsumen (Arras et al. 1999).
Sel khamir juga mengandung vitamin, mineral, dan asam amino penting
telah dimanfaatkan dalam makanan dan pakan (Hussein et al. 1996), dapat
menunda pemasakan buah dengan menghambat produksi etilen (Droby et al.
1997). Perlakuan dengan menggunakan berbagai bahan pencuci dan pencegah
penyakit pascapanen buah mangga diharapkan dapat meningkatkan kualitas buah
mangga.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan pencuci dan
pencegah penyakit pascapanen yang efektif terhadap kualitas buah mangga
kultivar Gedong Gincu dan Arumanis selama penyimpanan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh para
pelaku usaha yang bergerak dibidang buah mangga untuk meningkatkan kualitas
buah mangga kultivar Gedong dan Arumanis setelah pascapanen sehingga dapat
lebih memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mampu bersaing di pasar domestik
maupun di pasar ekspor.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani Mangga
Buah mangga memiliki beragam bentuk dan nama di seluruh Indonesia.
Selain itu mangga merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan potensi pasar yang baik. Menurut Fatmawati, et al.,
(2009) beragam bentuk dari yang bulat sampai membulat, lonjong dan variasi
bobot buah mangga mulai dari 0.1-3 kg. Bentuk ujung buah berparuh, berlekuk
dalam, berlekuk dangkal ataupun datar. Letak tangkai buah di tengah pangkal dan
miring ke atas. Buah mangga memiliki berbagai sebutan di Pulau, seperti pelem
‘Gadung’, pelem ‘Kopyor’, mangga ‘Bapang’, mangga ‘Dodol’, mangga ‘Golek’,
mangga ‘Cengkir’, mangga ‘Sengir’, mangga ‘Ndok’, mangga ‘Wangi’, mangga
‘Kelapa’, mangga ‘Kidang’, mangga ‘Madu’, mangga ‘Gedong’ dan mangga
‘Daging’.
Buah mangga didefinisikan sebagai ovari matang dari suatu bunga dengan
segala isinya serta bagian-bagian seperti dinding ovari atau perikarp
(terdiferensiasi menjadi eksokarp, mesokarp, dan endokarp), biji, dan sumbu
tangkai bunga. Buah mangga tergolong ke dalam jenis buah drupe atau buah batu
(buah sejati tunggal yang berdaging) yaitu memiliki 3 lapisan dinding buah,
eksokarp tipis, mesokarp berdaging, endokarp keras, dan berisi satu biji
(Poerwanto dan Susila 2014; Tjitrosoepomo 2011).
Menurut Deptan (2003) tanaman mangga dapat memiliki diameter pohon
antara 60-120 cm. Batang pohon tanaman ini berbentuk bulat (gilig), warnanya
kecoklatan dan keadaan batangnya agak besar. Mangga memiliki bentuk bunga
piramida runcing dengan warna kuning. Tajuk pohon tanaman ini melebar dengan
lebar 12 cm, bentuk daunnya jorong ujung meruncing, letaknya mendatar,
besarnya 20 x 6.5 cm dan warnanya hijau tua. Bentuk buah mangga itu sendiri
adalah jorong berparuh sedikit dan pucuk runcing. Warna buah matang adalah
pangkal merah kenguan dan lainnya berwarna hijau kebiruan. Buah mangga ini
memiliki aroma yang harum dan rasa buah yang manis. Ukuran buah mangga ini
yang umunya adalah 15.1 x 7.8 x 5.5 cm dengan bobot buah 450 g. Bentuk bijinya
kecil dan lonjong pipih. Ukuran biji masak adalah 13. 8 x 4.3 x 1.9 cm. Produksi
rata-rata adalah 54.7 kg/pohon.
Tanaman mangga dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis.
Mangga banyak tumbuh pada ketinggian 600 m di atas permukaan laut
(Purnomosidhi, et al., 2002). Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
mangga berkisar antara 240-270C dengan curah hujan 750–1 500 mm/tahun. Jenis
tanah yang baik adalah jenis tanah lempung berdrainase baik dan memiliki pH 6.
Mangga Kulivar Gedong Gincu dan Arumanis
Mangga di Indonesia memiliki beberapa jenis dan varietas. Akan tetapi,
yang paling banyak diekspor adalah mangga gedong gincu dan Arumanis.
Mangga gedong gincu banyak ditanam di Cirebon, Majalengka, dan Indramayu
provinsi Jawa Barat. Bentuknya agak bulat dengan pangkal buah agak datar dan
sedikit berlekuk, serta pucuk buahnya tidak berparuh. Tangkai buahnya kuat dan
terletak di bagian tengah. Bobot buah 200–300 g per buah dan berukuran 8 cm x 7

4
cm x 6 cm. Pada buah yang masak, kulit di bagian pangkalnya berwarna merah
jingga dan pada bagian pucuknya berwarna merah kekuningan. Daging buahnya
tebal, berserat halus, memiliki rasa manis, berair banyak, serta beraroma halus dan
agak keras. Kulit buahnya tebal sehingga buah dapat disimpan beberapa hari dan
dikenal tahan dalam proses pengangkutan (Pracaya 2011).
Kandungan beta karoten pada mangga gedong gincu lebih tinggi dibanding
kultivar lainnya. Kandungan beta karoten dalam 100 g daging buah mangga segar
gedong sebesar 215 μg. Kadar ini 2.5 kali kadar beta karoten mangga Golek (90.5
μg) , 16 kali mangga cengkir (13.5 μg) , dan 17 kali mangga Arumanis (12.5 μg).
Kultivar terbaik saat ini adalah ‘Gedong Gincu’ dengan kulit buah berwarna
jingga, rasa manis, dan harum (Fatmawati et al. 2009).
Mangga kultivar arumanis mempunyai rasa manis, kadar air sedang, dan aroma
harum. Fitmawati et al. (2009) menyatakan bahwa Arumanis memiliki ciri bentuk
buah yang membulat telur lonjong, kulit hijau tua, serat halus, ujung daun runcing,
bentuk daun oblong, kulit buah berlilin dan warna daging buah kuning-jingga.
Kelompok Arumanis yang terdiri atas kultivar Arumanis, Kates, Gendruk, Delima,
Trapang, dan Beruk.
Getah Mangga dan Penanganannya
Getah pada buah merupakan cairan yang bersifat kental yang keluar dari
tangkai buah setelah dipetik. Getah memiliki dua fraksi yang berbeda yaitu fraksi
minyak dan fraksi protein polisakarida (Maqbool 2008). Getah pada buah mangga
yang bersifat asam dan banyak mengandung minyak menyebabkan kerusakan dan
serangan penyakit. Gejala kerusakan akan terlihat beberapa jam setelah atau saat
proses peningkatan kematangan. Kemudian, daerah kulit yang rusak akibat getah
akan menjadi tempat berkembangnya fungi atau bakteri karena kandungan
karbohidrat yang terdapat pada getah, hal ini meningkatkan peluang untuk
terjadinya kerusakan mekanis pada buah (Negi et al. 2002). Hal ini dapat diatasi
dengan melakukan penanganan pasca panen melalui pencucian pada buah dengan
cairan pencuci yag bersifat basa. Kandungan karbohidrat pada getah yang menempel
pada kulit buah dapat meningkatkan perkembangan cendawan sehingga buah cepat
membusuk. Getah dapat mengundang jamur Botryodiplodia theobromae Pat
menyebabkan busuk pada pangkal buah dan Colletotrichum gloeosporioides
menyebabkan penyakit antraknosa.
Penggunaan deterjen berfungsi untuk menghilangkan getah yang
mengandung minyak. Hal ini karena deterjen mengandung surfaktan yang
memiliki bagian polar dan non polar. Minyak merupakan zat non polar, sedangkan
air adalah zat polar. Bagian polar dari surfaktan menarik air dan bagian non polar
akan menarik minyak. Molekul surfaktan ini akan mengelilingi minyak hingga
berbentuk bola yang kemudian akan hilang bersama air. Selain itu, deterjen juga
memiliki kandungan lain, seperti molekul pembangun, alkali, enzim, dan anti
mikroba.
Bahan lain yang digunakan dalam membersihkan getah adalah kalsium
hidroksida atau Ca(OH)2 yang merupakan basa kuat dan terbentuk dari reaksi
kalsium oksida (CaO) dengan air. Kandungan pH yang cukup tinggi, yaitu sekitar
12.5, memungkinkan terjadinya aktivitas antimikroba pada larutan ini. Dengan
kemampuan tersebut, beberapa patogen tidak dapat bertahan pada pH yang tinggi.
Aktivitas antimikroba pada kalsium hidroksida berhubungan dengan keluarnya ion
hidroksil pada jaringan yang mengandung air. Ion hidroksil mampu

5
mengembalikan atom hidrogen dari asam lemak tak jenuh dan menghasilkan lipid
radikal bebas yang nantinya akan mengurangi asam lemak tak jenuh pada suatu
jaringan (Khan et al. 2011).
Pencegah Penyakit Pascapanen Buah Mangga
Kerusakan pada buah mangga salah satunya disebabkan oleh serangan
cendawan. Menurut Nelson (2008), cendawan Colletotrichum gloeosporioides
diketahui merupakan penyebab penyakit antraknosa pada beberapa buah tropis,
termasuk mangga. Bintik hitam yang cekung merupakan ciri-ciri terjadinya
antraknosa pada buah. Selanjutnya bagian buah yang terkena gejala awal
antraknosa mungkin akan berhubungan dengan rusaknya jaringan epidermis yang
lama kelamaan akan meluas dan lebih dalam hingga menyebabkan busuk ke
dalam buah.
Semangun (2004) menyatakan bahwa penyebab penyakit busuk pangkal
buah pada buah mangga Gedong Gincu adalah Botryodiplodia theobromae Pat.
bersifat laten dan berkembang setelah buah matang. Menurut Meer et al.(2013)
gejala awal dari penyakit ini adalah pangkal buah yang mulai menghitam hingga
akhirnya terjadi busuk sampai ke dalam buah. Kemudian, busuk tersebut akan
meluas hingga menutupi seluruh permukaan buah dalam kurun waktu 2-3 hari.
Teknik pengendalian merupakan salah satu teknik pascapanen yang saat ini
sedang dikembangkan adalah pengendalian hayati. Strategi umum pengendalian
hayati adalah penggunaan organisme hidup (Druvefors 2004). Pengendalian
hayati telah dikembangkan sebagai suatu alternatif perlakuan fungisida sintetik
dan dipertimbangkan digunakan untuk memanfaatkan mikroorganisme antagonis
dalam pengendalian penyakit pascapanen dan prapanen (Janisiewicz & Korsten
2002). Beberapa mikroba antagonis telah dilaporkan untuk mengendalikan
beberapa patogen pada berbagai sayuran dan buah-buahan. Salah satunya dengan
menggunakan khamir antagonis (Mari & Guizzardi 1998).
Khamir (Agen Hayati)
Khamir memiliki banyak kegunaan yakni biasanya tidak menghasilkan
spora alergenik atau mikotoksin seperti cendawan miselial (Droby & Chalutz
1994), dapat tumbuh dengan cepat substrat yang murah dalam fermentor dan
menghasilkan dalam jumlah besar (Druvefors 2004). Khamir merupakan
kelompok mikroorganisme uniseluler termasuk dalam filum Ascomycota (Kelas
Hemiascomycetes) dan Basidiomycota (Gandjar et al. 2006). Tindakan
pengendalian hayati dengan khamir memiliki sedikit resiko terhadap konsumen
(Arras et al. 1999). Sel khamir juga mengandung vitamin, mineral, dan asam
amino penting digunakan dalam makanan dan pakan (Hussein et al. 1996).
Suspensi sel khamir pada konsentrasi rendah yaitu 106 sampai 107 cfu/ml efektif
dalam menghambat perkembangan penyakit (Droby et al. 1997).
Khamir memiliki banyak spesies, salah satunya yakni Cryptococcus.
Cryptococcus digunakan dalam pengendalian penyakit busuk pascapanen pada
buah apel dan pear (Roberts 1990). Cryptococcus albidus mampu menghambat
Penicillium glabrum pada strawberi (Helbig 2002).

6

3 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Girinata, Cirebon, Jawa Barat dan Desa
Alas Kandang, Probolinggo, Jawa Timur serta Laboratorium Pascapanen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, dan Laboratorium Klinik Tanaman
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada
bulan November 2013 - Januari 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah buah mangga kultivar
Gedong Gincu dan Arumanis yang baru dipanen dan telah mencapai tingkat
kematangan 80% namun belum mengalami perubahan warna dan masih keras.
Bahan lain yang digunakan yaitu deterjen surfaktan, larutan Ca(OH)2, fungisida
benomil, khamir (Cryptococcus albidus), dan air. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian antara lain, timbangan analitik, kamera, ember, kain halus, kamera, dan
alat-alat penunjang penelitian lainnya.
Prosedur Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yaitu aplikasi bahan pencuci dan pencegah penyakit. Faktor
pertama terdiri atas tiga macam perlakuan bahan pencuci, yaitu : P0 = Air, P1 =
Deterjen 1 %, P2 = Campuran larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1 %. Faktor
kedua yaitu pengendalian penyakit terdiri atas tiga macam yaitu : T0 = kontrol,
T1 = fungisida (0.025 %) T2 = khamir (Cryptococcus albidus). Kombinasi dua
faktor perlakuan menghasilkan 9 perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4
kali sehingga menghasilkan 36 unit percobaan.
Model linier aditif untuk rancangan ini adalah:
Yijk = μ + Ki + Pj + (KP)ij + εijk
Keterangan:
Yijk
= Nilai pengamatan perlakuan bahan pencuci ke-i dengan pencegah
penyakit ke-j pada ulangan ke-k
= Nilai rataan umum
Ki
= Pengaruh perlakuan bahan pencuci ke-i; dimana i = 1,2,3
Pj
= Pengaruh pencegah penyakit ke-j; dimana j = 1,2,3
(KP)ij = Pengaruh interaksi kombinasi campuran bahan pencuci ke-i dan
pencegah penyakit ke-j
Εijk
= Pengaruh galat karena pengaruh perlakuan kombinasi campuran bahan
pencuci ke-i dengan pencegah penyakit ke-j pada ulangan ke-k
Data non parametrik yang dihasilkan dari penelitian kemudian dianalisis dengan
uji Kruskal Wallis. Jika berbeda nyata terhadap parameter yang diamatimaka diuji
lanjut dengan menggunakan uji Dunn pada taraf5%.

7

Rumus uji Kruskal Wallis
.
Keterangan :
K
= Nilai Kruskal Wallis dari hasil perhitungan
Ri = Jumlah rangking dari perlakuan ke-i
Ni = Banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i
K
= Banyaknya perlakuan (i = 1,2,3,...,k)
N
= Jumlah seluruh data penelitian (N = n1 + n2 + n3 +...+ nk)

Rumus uji Dunn
; dimana S =
Keterangan :
Jika ri – ri’ < pada α = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menyatakan bahwa
pasangan rata-rata rangking perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0.05)
Jika ri – ri’ > pada α = 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa
pasangan rata-rata rangking perlakuan tersebut berbeda nyata (P < 0.05).
Pelaksaan Penelitian
Pemanenan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemanenan buah mangga yang
sudah mencapai ukuran maksimal dengan tingkat kematangan 80 %, masih keras,
dan berwarna hijau. Pemanenan buah mangga kultivar gedong gincu yang
dilakukan di kebun milik Bapak Joko di Desa Girinata, Kabupaten Cirebon.
Pemanenan buah manga arumanis dilakukan di kebun milik Bapak Suli di Desa
Alas Kandang, Kabupaten Probolinggo.
Sortasi
Sortasi dilakukan dengan pemilahan buah berdasarkan tingkat kematangan,
kondisi getah yang menempel, keseragaman bentuk, warna, dan ukuran serta
dilakukan grading atau pemilihan buah berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
Penandaan Getah
Mangga yang telah disortasi kemudian dilakukan penandaan getah dengan
menandai getah yang tersebar di seluruh permukaan kulit buah. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah dilakukannya pengamatan dengan skoring penyebaran getah
pada permukaam kulit buah. Penandaan ini dilakukan dengan menggunakan
spidol permaen sehingga pada saat pencucian buah yang dilakukan penandaan
tidak hilang.
Aplikasi Pencucian
Pencucian mangga dilakukan dengan cara mencelupkan buah kedalam
bahan pencuci kemudian digosok dengan menggunakan kain halus keseluruh
permukaan kulit buah. Penggunaan kain halus bertujuan untuk mengurangi cedera
pada buah selama pencucian. Mangga yang telah dicuci kemudian diangkat dan
dikering-anginkan.

8
Transportasi
Pengemasan mangga dilakukan setelah kering dengan cara dibungkus
menggunakan kertas koran untuk mengurangi kerusakan buah yang disebabkan
oleh gesekan dan benturan. Setelah dilakukan pengemasan, mangga dimasukkan
kedalam kardus untuk tiap ulangan percobaan. Transportasi buah mangga
dilakukan pada malam hari untuk menghindari suhu yang tinggi akibat paparan
sinar matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pada buah.
Penyimpanan
Mangga kemudian disimpan dalam rak di Laboratorium Pascapanen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor untuk diamati selama penyimpanan.
Pengamatan Penelitian
Pengamatan buah mangga dilakukan di lapang dan Laboratorium
Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura serta Laboratorium Klinik
Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Berikut metode skoring yang digunakan pada beberapa parameter yang
diamati.
Getah Pada Buah Mangga
Pengamatan getah pada permukaan kulit buah mangga dilakukan sebelum
dan sesudah pencucian. Penilaian ini berdasarkan teknik skoring.
Tabel 1 Skor terhadap getah pada buah mangga
Skor
tingkat kebersihan getah buah mangga (%)
0
Tidak ada getah pada buah mangga
1
Kurang dari 1 cm2atau 1% getah pada buah mangga
2
1-3 cm2 atau 3% getah pada buah mangga
3
3-12 cm2atau 10% getah pada buah mangga
4
12-25 cm2 atau10 − 20% getah pada buah mangga
5
> 25% getah pada buah mangga
Sumber: Holmes et al. 2009
Kerusakan Pada Buah Mangga
Kerusakan yang terjadi pada buah mangga selama penyimpanan diamati
dua hari sekali mulai dari 2 Hari Setelah Perlakuan (HSP) hingga 14 HSP.
Kerusakan pada buah terdiri atas luka bakar, bintik lentisel, busuk pangkal buah,
dan antraknosa. Kerusakan diamati dengan teknik skoring.
Tabel 2 Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan
Skor
tingkat kerusakan buah mangga (%)
0
Tidak ada kerusakan pada buah mangga
1
Kurang dari 1 cm2atau 1% kerusakan pada buah mangga
2
1-3 cm2 atau 3% kerusakan pada buah mangga
3
3-12 cm2atau 10% kerusakan pada buah mangga
4
12-25 cm2 atau 10 − 20% kerusakan pada buah mangga
5
> 25% kerusakan yang terjadi pada buah mangga
Sumber: Holmes et al. 2009

9
Menurut Holmes et al (2009) kerusakan-kerusakan yang terjadi pada buah
mangga selama penyimpanan antara lain :
1. Luka bakar (Sapburn) merupakan bintik-bintik atau bercak berwarna coklat
gelap yang terdapat pada permukaan kulit buah yang dapat menyebabkan
kulit buah seperti terbakar.
2. Bintik lentisel (Lenticel spottings) adalah bintik hitam kecil menyerupai
bintang yang tersebar keseluruh permukaan kulit buah.
3. Antraknosa (Anthracnose) disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
gleosporioides yang dapat menyerang buah setelah panen. Buah mangga
yang mengalami antraknosa dapat menimbulkan kerusakan yang parah dan
dapat menurunkan kualitas buah
4. Busuk pangkal buah (Stem end rots) merupakan busuk lunak berair yang
terdapat pada pangkal buah, biasanya perkembangannya cukup cepat
dimulai dari pangkal buah kemudian masuk kedalam daging buah.

1. Luka bakar

2. Penyakit antraknosa

2. Bintik lentisel

4. Penyakit busuk pangkal buah

Gambar 1. Kerusakan buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis yang diamati
selama penyimpanan

10

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pencucian Terhadap Kehilangan Getah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum semua perlakuan dapat
menurunkan getah yang menempel pada kulit buah manga dan buah setelah dicuci
memiliki kenampakan lebih baik dibandingkan kenampakan buah sebelum dicuci
pada mangga Gedong Gincu dan Arumanis (Gambar 2). Perlakuan dengan
menggunakan kombinasi deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir 5 x 104 sel/ml
dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% lebih efektif menurunkan
getah dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Perlakuan kontrol
terlihat kurang efektif dalam menurunkan getah mangga karena tidak dapat
mengikat minyak dan mereduksi asam yang terkandung didalam getah sehingga
getah tidak dapat terlepas dari permukaan kulit buah mangga. Sedangkan
penggunaan kombinasi bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + khamir dan deterjen
+ Ca(OH)2 + fungisida terlihat lebih efektif sebagai bahan pencuci karena deterjen
memiliki bahan aktif surfaktan yang dapat mengikat minyak yang terkandung di
dalam getah sehingga getah mangga terlepas dari permukaan kulit buah mangga.
Maqbool dan Malik (2008) menyatakan bahwa pencucian buah mangga dengan
deterjen, Tween-80, dan larutan Ca(OH)2 efektif untuk menghilangkan getah pada
permukaan kulit buah mangga.
Surfaktan merupakan komponen molekul ampifilik yang terdiri atas gugus
hidrofilik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap air dan gugus lipofilik yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap minyak (Bird 1993). Sedangkan dengan
penambahan bahan Ca(OH)2, pelepasan lemak yang terkandung dalam getah
menjadi lebih efektif karena larutan Ca(OH)2 yang bersifat basa kuat mampu
mereduksi asam didalam getah pada buah mangga (Mohammad & Dummer 2011).
Menurut Khan et al.(2011) ion hidroksil mampu mengembalikan atom hidrogen
dari asam lemak tak jenuh dan menghasilkan lipid radikal bebas yang nantinya
akan mengurangi asam lemak tak jenuh pada suatu jaringan. Kalsium hidroksida
bersifat basa kuat dengan derajat kemasaman (pH) 12.4 yang mampu mereduksi
asam dalam getah buah mangga dengan pH 4.3 (Robinson et al. 1993)
Getah mangga merupakan cairan bersifat kental yang keluar dari tangkai
buah setelah dipetik kemudian menyebar kepermukaan kulit buah (Amin et al.
2008). Getah mangga mengandung komponen minyak dan gula serta bersifat
asam menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan pada buah, seperti luka bakar,
bintik lentisel, penyakit antraknosa dan busuk pangkal buah yang dapat
mengurangi kualitas buah. Bagian buah yang terdapat getah juga dapat menjadi
tempat berkembangnya cendawan atau bakteri (Yahia et al. 2006; Yahia EM
2011). Penanganan pascapanen dengan pencucian bertujuan untuk menghilangkan
getah sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas buah mangga.

11
a. Sebelum dicuci

1

2

5

3

7

4

8

5

9

b. Sesudah dicuci

1

2

6

3

7

4

8

5

9

Gambar 2. Kenampakan buah mangga sebelum dan sesudah dicuci dengan
berbagai perlakuan
Keterangan : 1. Air (P0T0); 2. Air + Khamir (P0T1); 3. Air + Fungisida (P0T2); 4.
Deterjen + Air (P1T0); 5. Deterjen + Fungisida (P1T1); 6. Deterjen +
Khamir (P1T2); 7. Deterjen + Ca(OH)2 + Air (P2T0); 8. Deterjen +
Ca(OH)2 + Fungisida (P2T1); 9. Deterjen + Ca(OH)2 + Khamir (P2T2)

12
5

Skor

Gedong Gincu

5

4

4

3

3

2

2

1

1

0

Skor

Arumanis

0
T0 T1 T2 T0 T1 T2 T0 T1 T2

T0 T1 T2 T0 T1 T2 T0 T1 T2

P0 P0 P0 P1 P1 P1 P2 P2 P2

P0 P0 P0 P1 P1 P1 P2 P2 P2

Sebelum dicuci

Sesudah dicuci

Sebelum dicuci

Sesudah dicuci

Gambar 6. Pengaruh bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap persentase
kehilangan getah pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
sebelum dan sesudah dicuci.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Adiputra (2013), bahwa penggunaan
bahan pencuci deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% efektif untuk
menghilangkan getah yang menempel pada permukaan kulit buah mangga
Gedong Gincu dan Firsti (2012) juga menyatakan bahwa penggunaan bahan
pencuci Ca(OH)2+ deterjen 1% + fungisida efektif untuk menghilangkan getah
dan kotoran pada buah mangga Arumanis.
Luka Bakar (sapburn)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persentase luka bakar
dengan semua kombinasi perlakuan dapat mengurangi terjadinya luka bakar pada
mangga Gedong Gincu dan Arumanis (Gambar 4). Gejala luka bakar pada buah
mangga mulai muncul pada 2 HSP dan terus meningkat hingga 14 HSP. Perlakuan
dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir 5 x 104 sel/ml dan
deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% mengalami kenaikan yang
cukup lambat dan memiliki luka bakar paling rendah sejak 2 HSP hingga pada 14
HSP dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Hal ini menunjukan
bahwa penggunaan pencucian dan pencegah penyakit dengan deterjen + Ca(OH)2
+ fungisida dandeterjen + Ca(OH)2 + khamir antagonis lebih efektif untuk
mengurangi terjadinya luka bakar pada permukaan kulit buah mangga. Menurut
Maqbool dan Malik (2008) pencucian mangga dengan larutan Ca(OH)2 dan
surfaktan Tween-80 secara signifikan mampu mengurangi luka bakar pada kulit
buah mangga varietas Samar Bahisht Chauns. Menurut Loveys (1992) buah
mangga harus dicuci maksimal 24 jam setelah panen untuk mengurangi kerusakan
yang disebabkan oleh luka bakar (sapburn), apabila melebihi batas waktu
pencucian tersebut getah akan masuk melalui lentisel dan dapat merusak
permukaan kulit buah mangga.

13
a. Mangga Gedong Gincu

1

2

6

3

7

4

5

8

9

b. Mangga Arumanis

1

2

6

3

7

4

8

5

9

Gambar 5. Luka bakar yang terdapat pada buah manga dengan berbagai perlakuan
Keterangan : 1. Air; 2. Air + Khamir; 3. Air + Fungisida; 4. Deterjen + Air; 5.
Deterjen + Fungisida; 6. Deterjen + Khamir; 7. Deterjen + Ca(OH)2 +
Air; 8. Deterjen + Ca(OH)2 + Fungisida; 9. Deterjen + Ca(OH)2 +
Khamir

14
Skor

Gedong Gincu

5

5

4

4

3

3

2

2

1

1

Skor

Arumanis

0

0
2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP12 HSP14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

Gambar 8. Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
luka bakar pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis.
Perlakuan dengan menggunakan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida dan
deterjen + Ca(OH)2 + khamir menyebabkan tingkat luka bakar berkurang.
Berkurangnya luka bakar karena bahan aktif surfaktan yang terkandung di dalam
deterjen dapat menghilangkan kandungan minyak yang terdapat pada getah dan
larutan Ca(OH)2 yang bersifat basa sehingga dapat menetralisir asam yang
terkandung didalam getah yang menempel pada kulit buah mangga Gedong Gincu
dan Arumanis sehingga luka bakar dapat diminimalisir. Hal ini sejalan dengan
Maqbool dan Malik (2008) bahwa Ca(OH)2 merupakan bahan kimia yang efektif
dalam menghilangkan getah penyebab terjadinya luka bakar (sapburn) pada
permukaan kulit buah.
Bintik Lentisel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan pencuci dan
pencegah penyakit dapat mengurangi bintik lentisel pada mangga Gedong Gincu
dan Arumanis (Gambar 6). Perlakuan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir
antagonis 5 x 104 dan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida 0.025% memiliki rata-rata
skor lebih rendah dalam mengurangi bintik lentisel pada 2 HSP sampai 14 HSP
dibandingkan dengan kombinasi bahan pencuci dan pencegah penyakit lainnya
dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan deterjen + Ca(OH)2
+ fungisida dan deterjen + Ca(OH)2 + khamir merupakan kombinasi yang paling
efektif dalam mengurangi terjadinya bintik lentisel dan tidak mengalami
peningkatan bintik lentisel yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh getah setelah
dilakukan pencucian dapat bersih sehingga bintik lentisel dapat berkurang.
Menurut Holmes (2009) bintik lentisel terjadi karena jaringan kulit buah
tersumbat oleh getah. Menurut Bird (1993) menyatakan bahwa surfaktan
merupakan komponen molekul ampifilik yang terdiri atas gugus hidrofilik yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap air dan gugus lipofilik yang mempunyai
afinitas tinggi terhadap minyak. Kalsium hidroksida bersifat basa kuat dengan
derajat kemasaman (pH) 12.4 yang mampu mereduksi asam dalam getah buah
mangga dengan pH 4.3 (Robinson et al. 1993).

15
a. Mangga Gedong Gincu

1

2

3

6

7

4

8

5

9

b. Mangga Arumanis

1

2

6

3

7

4

8

5

9

Gambar 7. Bintik lentisel yang terdapat pada buah mangga dengan berbagai
perlakuan
Keterangan : 1. Air; 2. Air + Khamir; 3. Air + Fungisida; 4. Deterjen + Air; 5.
Deterjen + Fungisida; 6. Deterjen + Khamir; 7. Deterjen + Ca(OH)2
+ Air; 8. Deterjen + Ca(OH)2 + Fungisida; 9. Deterjen + Ca(OH)2 +
Khamir

16

5

Skor

Gedong Gincu

5

4

4

3

3

2

2

1

1

0

Arumanis

Skor

0
2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

2 HSP

4 HSP

6 HSP

8 HSP 10 HSP 12 HSP 14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

Gambar 8. Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
bintik lentisel pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis.
Bintik lentisel (Lenticel spottings) merupakan bintik kecil berwarna hitam
yang menyerupai bintang dan tersebar pada permukaan kulit buah mangga. Bintik
lentisel disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jaringan kulit buah tersumbat,
(Holmes et al. 2009). Bintik lentisel muncul karena proses pascapanen yang tidak
sesuai (Oosthuyse 1999).
Penyakit Antraknosa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perkembangan
penyakit antraknosa semakin meningkat seiring lamanya penyimpanan pada
mangga Gedong Gincu dan Arumanis (Gambar 9). Perlakuan kombinasi bahan
pencucian dan pencegah penyakit berpengaruh lebih efektif terhadap
perkembangan penyakit antraknosa mulai 2 sampai 14 HSP. Perlakuan deterjen
1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir 5 x 104 sel/ml dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% +
fungisida 0.025% terjadi gejala penyakit antraknosa pada 8 HSP. Sedangkan
gejala penyakit antraknosa paling cepat terjadi pada 6 HSP pada perlakuan kontrol
dan terus mengalami peningkatan hingga 14 HSP pada mangga Gedong Gincu
dan Arumanis. Hal ini disebabkan getah yang sudah dapat bersih dengan
penggunaan pencucian deterjen + Ca(OH)2 dan didukung dengan adanya
penambahan khamir kedalam bahan pencuci yang berfungsi sebagai agen hayati
antagonis dan fungisida dengan bahan aktif benomil yang melindungi dinding sel
buah mangga terhadap serangan cendawan penyebab penyakit antraknosa.
Mekanisme penghambatan patogen oleh khamir antagonis terjadi dengan
berbagai cara. Menurut Hagagg & Mohamed (2007) bahwa penghambatan
patogen oleh khamir antagonis dengan melibatkan senyawa metabolit sekunder
atau senyawa toksik. Hal berbeda dijelaskan oleh Janisiewicz & Korsen (2002),
bahwa penghambatan patogen oleh khamir dengan menguasai ruang dan nutrisi
yang terbatas terhadap pertumbuhan patogen. Menurut Zheng (2013)
penggunakan mikroba antagonis sangat efektif digunakan untuk menjaga kualitas
mangga selama periode penyimpanan pascapanen karena mampu menghambat
aktivitas jamur antraknosa hingga 98,75%.

17
a. Mangga Gedong Gincu

1

2

6

3

4

7

8

5

9

b. Mangga Arumanis

1

2

6

3

7

4

8

5

9

Gambar 8. Penyakit antraknosa pada buah mangga dengan berbagai perlakuan
Keterangan : 1. Air (kontrol); 2. Air + Khamir; 3.Air + Fungisida; 4. Deterjen +
Air; 5. Deterjen + Fungisida; 6. Deterjen + Khamir; 7. Deterjen +
Ca(OH)2 + Air; 8. Deterjen + Ca(OH)2 + Fungisida; 9. Deterjen +
Ca(OH)2 + Khamir

18

5

Skor

Gedong Gincu
5

4

4

3

3

2

2

1

1

0

Arumanis

Skor

0
2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP12 HSP14 HSP

2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP12 HSP14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan

HSP: Hari Setelah Perlakuan

P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

Gambar 9. Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
antraknosa pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis
Mekanisme penghambatan patogen oleh fungisida berbahan aktif benomil,
menunjukkan pengaruh yang sama dengan perlakuan khamir. Hal ini sejalan
dengan Adhikary et al. (2013) bahwa fungisida sistemik berbahan aktif benomil
mampu menekan terjadinya antraknosa. Penggunaan fungisida jenis benomil
dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan.
Benomil melindungi dinding sel buah secara preventif yang memiliki efek
antagonis dari infeksi antraknosa. Menurut Prabawati et al.(1993) penggunaan
fungisida benomil dilakukan setelah panen. Nene dan Thapliyal (1982)
menyatakan bahwa penggunaan fungisida jenis benomil dapat mengendalikan
penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan pada buah anggur, apel,
dan pir. Fungisida benomil memiliki spektrum luas, dapat mengurangi penyakit
yang disebabkan oleh cendawan, efektif mengendalikan busuk buah, dan dapat
memperpanjang daya simpan buah. Kelebihan lain yang dimiliki oleh fungisida
benomil yaitu tidak mudah menguap di alam dan tidak larut di dalam minyak
(Ramulu 1979)
Busuk Pangkal Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perkembangan
penyakit busuk pangkal buah semakin meningkat seiring lamanya penyimpanan
pada mangga Gedong Gincu dan Arumanis (Gambar 11). Perlakuan dengan
menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir antagonis 5 x 104 sel/ml dan
deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dapat mencegah penyakit busuk
pangkal buah mangga hingga 8 HSP dan memiliki rata-rata skor akhir pengamatan
yang paling rendah pada mangga Gedong Gincu dan Arumanis dibandingkan
dengan kontrol. Berkurangya perkembangan serangan busuk pangkal buah karena
penambahan khamir sebagai agen hayati yang memiliki sifat antagonis serta
fungisida yang berbahan aktif benomil menunda serangan busuk pangkal buah
pada dinding sel buah manga, terhadap serangan cendawan penyebab penyakit
busuk pangkal buah.

19
a. Mangga Gedong Gincu

1

2

6

3

7

4

8

5

9

b. Mangga Arumanis

1

2

6

3

7

4

8

5

9

Gambar 10. Penyakit busuk pangkal buah yang pada buah manga dengan berbagai
perlakuan
Keterangan : 1. Air; 2. Air + Khamir; 3. Air + Fungisida; 4. Deterjen + Air; 5.
Deterjen + Fungisida; 6. Deterjen + Khamir; 7. Deterjen + Ca(OH)2
+ Air; 8. Deterjen + Ca(OH)2 + Fungisida; 9. Deterjen + Ca(OH)2 +
Khamir.

20
5

Gedong Gincu

Skor

5

4

4

3

3

2

2

1

1

0

Arumanis

Skor

0
2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP12 HSP14 HSP

2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 14 HSP

HSP: Hari Setelah Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

HSP: Hari Setelah Perlakuan

P0T2
P1T2
P2T2

P0T0
P1T0
P2T0

P0T1
P1T1
P2T1

P0T2
P1T2
P2T2

Gambar 11. Pengaruh perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit terhadap
busuk pangkal buah pada buah mangga Gedong Gincu dan Arumanis.
Gejala awal dari penyakit busuk pangkal buah menimbulkan gejala
kebasahan yang meluas dari ujung tangkai buah menyebar menjari kemudian
secara cepat menghitam dan menyatu membentuk bercak di sekeliling pangkal
buah. Selanjutnya, miselia akan muncul di sekitar tangkai buah, cairan berwarna
coklat keluar dari pangkal buah atau permukaan tangkai buah. Busuk tersebut
akan meluas hingga menutupi seluruh permukaan buah dalam kurun waktu 2-3
hari (Meer et al. 2013).
Grebenisan (2008) penggunaan khamir antagonis dapat menghambat
perkembangan busuk pangkal buah selama proses penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena khamir menyelimuti permukaan buah untuk jangka waktu yang
lama pada kondisi yang berubah-ubah dan membatasi ketersediaan nutrisi untuk
patogen. Nene dan Thapliyal (1982) menyatakan bahwa penggunaan fungisida
jenis benomil dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan berbagai jenis
cendawan pada buah anggur, apel, dan pir.

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aplikasi bahan pencuci dan pencegah penyakit dapat membersihkan getah
yang menempel pada permukaan kulit buah mangga. Perlakuan paling efektif
adalah menggunakan kombinasi bahan pencuci dan pencegah penyakit yakni
deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + khamir antagonis 5 x 104 sel/ml dan deterjen 1% +
Ca(OH)2 0.5% + fungisida benomil dalam mengurangi getah penyebab luka bakar,
bintik lintisel, dan menunda terjadinya penyakit antraknosa dan penyakit busuk
pangkal buah pada manga kultivar Gedong Gincu dan Arumanis sehingga dapat
meningkatkan kualitas buah manga.

21
Saran
Aplikasi perlakuan bahan pencuci dan pencegah penyakit sebaiknya
dilakukan segera mungkin setelah dilakukan pemanenan serta memperhatikan
faktor lingkungan yang dapat mempercepat kerusakan buah mangga. Selain itu,
penelitian ini hanya menggunakan satu spesies khamir (Cryptococcus albidus),
sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan berbagai jenis
spesies khamir untuk melihat mekanisme khamir terhadap patogen dalam
mengurangi terjadinya penyakit antraknosa dan penyakit busuk pangkal buah.

DAFTAR PUSTAKA
Adhikary, NK, Dey, S & Tarafdar, D 2013. Studies on morphology of mango
anthracnose disease causing fungus Colletotrichum gloeosporioides (Penz.)
Penz and Sacc and efficacy of azoxystrobin against the fungus under in vitro
and in vivo condition. J. Biosci. 8(3):493-497.
Adiputra, M, 2013. Pengaruh Penambahan Fungisida Pada Bahan Pencuci dan
Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica L.)
Varietas Gedong. Skripsi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ajila, CM & Prasada, UJS 2013.Mango peel dietary fibre: composition and
associated bound phenolics. J. Functional Food. 5:444-450.
Amin, M, Malik, AU, Mazhar, IU, Din, MS, Khalid, & Ahmad, S 2008.
Mangofruit desapping in relation to time of harvesting. J. Bot. 40(4):15871593.
Arras, G, Nicolussi P, & Ligios, C 1999. Non-toxicity of some antifungal yeasts
(Pichia guilliermondii, Rhodotorula glutinis, and Candida oleophila) in
laboratory animals. J. Ann Microbiol Enzymol. 49:125–131.
Bird T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Droby, S, Wisniewski, M, E, Cohen, L, Weiss, B, Touitou, D, Eilam, Y, &Chalutz,
E, 1997. Influence of CaCl2 on Penicillium digitatum, grapefruit peel tissue,
and biocontrol activity of Pichia guilliermond