Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis.

(1)

BUAH MANGGA (

Mangifera indica

) VARIETAS ARUMANIS

RABBANI EL FIRSTI

A24080083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

to prevent body rots and anthracnose on mango fruit. The research was done on Februari 2012 in Post-Harvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural Institute for 10 days. The research has two factor experiment. The first factor consists of five standard treatment, there were: P0 = control, P1 = water, P2 = Ca(OH)2 0.5 % +

detergent, P3 = Ca(OH)2 0.5% + detergent 1% + fungicides, P4 = fungicides.

The second factor was the leaching of two standards, there were: T1 = immediately after harvest, and T2 = 6 hours after harvest. The result showed that a abstergent Ca(OH)2 0.5% + detergent 1% + fungicides was the most effective

to remove sap and dirt, preventing damage to sapburn, dendritic, stem rots , body rots, anthracnose, and ripeness. Time of washing in immediately after harvest and 6 hours after harvest were effective to remove sap and dirt, preventing damage to sapburn, dendritic, body rots, and anthracnose.


(3)

RINGKASAN

RABBANI EL FIRSTI. Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis. (Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO).

Getah yang terdapat pada kulit mangga merupakan masalah bagi petani, karena dapat menurunkan kualitas. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan kualitas tersebut yaitu dengan melakukan pencucian menggunakan bahan pencuci yang bersifat basa.

Percobaan ini bertujuan untuk membersihkan buah dari getah dan kotoran serta menghambat terjadinya busuk pada buah mangga. Percobaan ini dilaksanakan di Kecamatan Haurgeulis, Indramayu dan Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada Desember 2011 hingga Januari 2012.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri dari lima macam perlakuan bahan pencuci, yaitu : P0 = tanpa perlakuan (kontrol), P1 = air, P2 = larutan Ca(OH)2 0.5 % dan deterjen, P3 = larutan Ca(OH)2 0.5%, deterjen 1%, dan

fungisida, dan P4 = fungisida. Faktor kedua yaitu waktu pencucian yang terdiri dari dua macam yaitu : T1 = 0 jam setelah panen, dan T2 = 6 jam setelah panen. Pengamatan dilakukan kebersihan dari getah dan kotoran, luka bakar, dendritik, busuk pangkal buah, busuk buah, antraknosa, kekerasan, dan perubahan warna kulit buah.

Hasil percobaan ini menunjukan bahwa larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%

+ fungisida merupakan larutan paling baik untuk menghilangkan getah dan kotoran, mengurangi luka bakar sampai 6 HSP, mengurangi dendritik sampai 4 HSP, menunda busuk pangkal buah sampai 6 HSP, menunda busuk buah sampai 4 HSP dan menunda antraknosa sampai 8 HSP dibandingkan dengan buah mangga yang tidak dicuci dengan waktu pencucian 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen. Bahan pencuci larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% merupakan larutan yang dapat


(4)

mempertahankan kualitas buah mangga, akan tetapi harus dilakukan pencucian 0 jam setelah panen untuk mendapatkan hasil yang baik.


(5)

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN

PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS

BUAH MANGGA (

Mangifera indica

) VARIETAS ARUMANIS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RABBANI EL FIRSTI

A24080083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(6)

Judul

: PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN

PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP

KUALITAS BUAH MANGGA VARIETAS ARUMANIS

(

Mangifera indica

)

Nama

: RABBANI EL FIRSTI

NIM

: A24080083

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP: 19580718 198303 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP: 19611101 198703 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 15 November 1990. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Firdaus dan Ibu Isfariyeti.

Penulis memulai pendidikan formalnya di SD N 50 Kuranji Padang pada tahun 1996. Tahun 2002 penulis lulus dari pendidikan dasar dan melanjutkan pendidikan di MTsN Model Padang. Tahun 2005 penulis melajutkan pendidikan di MAN 2 Padang. Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis aktif dalam organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) sebagai anggota tahun 2008-2012, dan Himpunan Mahasiswa Padang-Pariaman (HIMAPD) tahun 2008-2012. Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten pratikum mata kuliah Menajemen Air dan Hara pada tahun 2011 dan Ilmu Tanaman Perkebunan pada tahun 2012.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis” bertujuan untuk mempelajari bahan pencuci serta waktu yang tepat terhadap pencegahan busuk buah dan antraknosa pada buah mangga.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing atas saran dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan dosen penguji skripsi yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

3. Dr. Ir, Ketty Sukety. M.Si sebagai Dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ayah, Ibu, Nenek, Adik, dan keluarga besar yang tercinta atas doa, kasih sayang, dan motivasi bagi penulis.

5. Pak Agus, Mukhlas, Vicky, Dimas, Bobi, Agus Mustakim, Tiara, Ferin, Tira, Beldin, Elin, Andri Hamidi, Dwi, Rista, Riri, Yuyuk, Topan, Andre, Anggi, Hendri, AGH 45, penghuni GraveHouse atas bantuan dan motivasi.

6. Seluruh pihak yang telah membantu penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi civitas akademik dan pembaca.

Bogor, September 2012 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... ... 1

Latar Belakang ... ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... .. 4

Botani Mangga ... 4

Panen dan Pasca Panen Mangga ... 5

Getah Mangga ... 5

Pencucian ... 6

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) ... 7

Detergen ... 7

Fungisida ... 8

Waktu Panen dan Pencucian Buah Mangga ... 9

BAHAN DAN METODE . ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 16

Pengaruh Pencucian terhadap Kebersihan ... 16

Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar (Sapburn) ... 20

Pengaruh Pencucian terhadap Dendritik ... 24

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal (Stem Rots) ... 28

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah (Body Rots) ... 32

Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa... 36

Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan Buah ... 40

Pengaruh Pencucian terhadap Perubahan Warna Buah ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN .... ... 46

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA . ... 47


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah

dan kotoran ... ... 17 2. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

getah dan kotoran ... ... 18 3. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka

bakar (sapburn)... ... 22 4. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

luka bakar (sapburn)... ... 23 5. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap dendritik... 26 6. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

dendritik... ... 27 7. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk

pangkal (stem rots) ... ... 30 8. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

busuk pangkal (stem rots)... ... 31 9. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk

buah (body rots) ... ... 34 10. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

busuk buah (body rots)... ... 35 11. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap antraknosa... 38 12. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

antraknosa... ... 39 13. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan

buah... ... 41 14. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap

kekerasan buah... ... 42 15. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap warna

kuning... ... 44 16. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Getah dan Kotoran ... 19

2. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Luka Bakar (Sapburn) ... 21

3. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Dendritik ... 25

4. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Terhadap Busuk Pangkal ... 29

5. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Busuk Buah ... 33

6. Pengaruh Bahan Pencuci Terhadap Antraknosa ... 37

7. Pengaruh Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap Warna Kuning ... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Getah dan Kotoran ... ... 50 2. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Luka Bakar (Sapburn)... ... 50 3. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Dendritik... ... 51 4. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Busuk Pangkal ... ... 51 5. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Busuk Buah... ... 52 6. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Antraknosa ... ... 52 7. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap

Kekerasan Buah... ... 53 8. Uji Kruskal Wallis Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Terhadap


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangga (Mangifera indica) adalah salah satu buah unggulan di Indonesia. Mangga termasuk tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia (Harjadi, 1989). Menurut Badan Pusat Statistik (2011) volume ekspor mangga mengalami kemunduran dari tahun 2008 hingga tahun 2010 adalah 1 908 001 kg, 1 380 767 kg, dan 997 762 kg. Hal tersebut dikarenakan kualitas buah mangga lokal yang belum sesuai dengan standar pasar internasional.

Salah satu masalah yang dihadapi petani mangga adalah getah pada kulit mangga (Dewandari et al., 2006). Getah pada buah mangga merupakan cairan bersifat kental yang keluar dari tangkai buah setelah dipetik. Getah akan keluar ketika tangkai (pedisel) rusak sehingga getah tersebut menyebar pada kulit mangga (Amin et al., 2008). Getah mangga terdiri atas dua fraksi yaitu minyak

dan fraksi protein polisakarida (O’Hare dan Prasad, 1991). Lentisel akan

menyerap getah yang masuk ke dalam kulit mangga (Amin et al., 2008). Getah mangga menyebabkan luka bakar, selain itu getah mengundang jamur Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga dan penyakit antraknosa (Colletotrichum gleosporiodes) (Holmes et al., 2009). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penurunan kualitas buah mangga akibat getah ini yaitu dengan cara pencucian buah menggunakan bahan pencuci yang bersifat basa (Bird, 1993; George, 1996). Larutan Ca(OH)2

merupakan senyawa kimia yang bersifat basa, mudah diperoleh, aman, dan murah. Getah menjadi sangat lengket akibat adanya fraksi minyak. Minyak dapat dihilangkan menggunakan bahan kimia surfaktan yang dapat mengikat minyak dan menurunkan tegangan permukaan. Deterjen merupakan bahan surfaktan yang salah satu fungsinya dapat melarutkan minyak, dapat mengatasi air sadah dan larutan asam.

Pencucian buah mangga menggunakan campuran larutan Ca(OH)2 dan


(14)

mangga akan tetapi tidak dapat mencegah terjadinya penyakit antraknosa dan busuk buah, sehingga perlu penambahan fungisida dalam bahan pencucian (Herdiasti, 2011). Fungisida seperti carbendazim, benomyl dan orthiophante-methyl dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit pascapanen buah (Sangchote, 1998). Fungisida yang paling banyak digunakan adalah benomyl yang termasuk golongan benzimidazol (Regis-Rolle dan Bauville, 1993). Benomyl merupakan fungisida sistemik yang bersifat tidak mudah menguap di alam dan tidak larut di dalam minyak (Ramulu, 1979). Benomyl juga banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan pada buah anggur, apel, dan per (Nene dan Thapliyal, 1982; Ware, 1989; Hassall, 1990). Benomyl dapat menekan perkembangan antraknosa pada pepaya selama 9-10 HSP dalam proses penyimpanan (Roesmiyanto, 1987). Pengendalian antraknosa dan busuk buah dengan penambahan fungisida benomyl pada bahan pencuci diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada buah mangga.

Waktu pencucian buah mangga juga menjadi masalah bagi kualitas mangga. Pencucian dengan segera setelah panen dapat mengurangi tingkat kerusakan pada buah mangga (Herdiasti, 2011). Namun hal ini sulit dilakukan oleh petani dikarenakan kekurangan tenaga kerja yang keseluruhannya melaksanakan panen dan para petani juga tidak melakukan pencucian buah setelah pemanenan, sehingga penyakit antraknosa dan busuk buah mudah menyerang buah mangga. Para petani mempunyai waktu yang memungkinkan pencucian buah mangga tersebut setelah selesai panen yang diperkirakan memerlukan waktu 6 jam. Pencucian buah mangga setelah pemanenan selesai diharapkan bisa mencegah penyakit antraknosa dan busuk buah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh bahan pencuci yang telah diberi penambahan fungisida serta waktu pencucian terhadap kualitas buah mangga.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membersihkan buah dari getah dan kotoran serta menghambat terjadinya busuk pada buah mangga..


(15)

Hipotesis

1. Penambahan fungisida pada bahan pencucian dapat menghambat terjadinya penyakit busuk buah dan antraknosa.

2. Tidak terdapat perbedaan antara waktu pencucian 0 jam setelah panen dengan 6 jam setelah panen terhadap kualitas buah mangga.

3. Terdapat interaksi antara bahan pencuci yang telah ditambahkan fungisida dan waktu pencucian buah mangga dalam mencegah luka bakar, dendritik, getah dan kotoran serta penghambatan terjadinya busuk buah dan antraknosa.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Mangga

Buah mangga memiliki rupa, rasa, dan nama yang beraneka dijumpai di seluruh Indonesia. Beragam bentuk dari yang bulat sampai membulat, lonjong dan variasi bobot buah mangga mulai dari 0.1-3 kg. Bentuk ujung buah berparuh, berlekuk dalam, berlekuk dangkal ataupun datar. Letak tangkai buah di tengah pangkal dan miring ke atas. Buah mangga memiliki berbagai sebutan di Pulau,

seperti pelem ‘Gadung’, pelem ‘Kopyor’, mangga ‘Bapang’, mangga ‘Dodol’, mangga ‘Golek’, mangga ‘Cengkir’, mangga ‘Sengir’, mangga ‘Ndok’, mangga ‘Wangi’, mangga ‘Kelapa’, mangga ‘Kidang’, mangga ‘Madu’, mangga ‘Gedong’ dan mangga ‘Daging’ (Fitmawati, et al., 2009).

Menurut Deptan (2003) tanaman mangga dapat memiliki diameter pohon antara 60-120 cm. Batang pohon tanaman ini berbentuk bulat (gilig), warnanya kecoklatan dan keadaan batangnya agak besar. Mangga memiliki bentuk bunga piramida runcing dengan warna kuning. Tajuk pohon tanaman ini melebar dengan lebar 12 cm, bentuk daunnya jorong ujung meruncing, letaknya mendatar, besarnya 20 x 6.5 cm dan warnanya hijau tua. Bentuk buah mangga itu sendiri adalah jorong berparuh sedikit dan pucuk runcing. Warna buah matang adalah pangkal merah kenguan dan lainnya berwarna hijau kebiruan. Buah mangga ini memiliki aroma yang harum dan rasa buah yang manis. Ukuran buah mangga ini yang umunya adalah 15.1 x 7.8 x 5.5 cm dengan bobot buah 450 g. Bentuk bijinya kecil dan lonjong pipih. Ukuran biji masak adalah 13. 8 x 4.3 x 1.9 cm. Produksi rata-rata adalah 54.7 kg/pohon.

Tanaman mangga dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Mangga banyak tumbuh pada ketinggian 600 m di atas permukaan laut (Purnomosidhi, et al., 2002). Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman mangga berkisar antara 240-270 C dengan curah hujan 750–1 500 mm/tahun. Jenis tanah yang baik adalah jenis tanah lempung berdrainase baik dan memiliki pH 6-8.


(17)

Panen dan Pasca Panen Mangga

Pemanenan merupakan kegiatan mengumpulkan buah dari lahan dengan tingkat kematangan yang tepat, tingkat kerusakan, dan biaya yang kecil (Broto, 2003). Ruehle dan Ledin (1995) menekankan pentingnya pemanenan buah mangga beberapa hari menjelang terjadinya perubahan warna. Buah mangga dipanen saat berwarna hijau kekuningan. Pracaya (1998) menyatakan bahwa pemanenan sebaiknya dilakuakan secara bertahap karena waktu berbunga setiap cabang berbeda.

Mangga merupakan buah klimaterik yang memiliki pola respirasi yang diawali dengan peningkatan secara lambat kemudian meningkat, dan menurun lagi setelah mencapai puncak. Buah klimakterik dipanen saat mencapai pertumbuhan maksimum tetapi belum matang. Proses pematangan buah klimakterik akan tetap berlanjut setelah buah dipetik dari pohon (Bally, 2006).

Lakshminaraya (1980) menyatakan bahwa komposisi kimia buah mangga berbeda-beda menurut jenisnya. Secara umum komposisinya adalah air, karbohidrat, lemak, pigmen, vitamin, asam-asam organik, protein, mineral, dan polifenol yang menyebabkan flavor khas buah. Kandungan gula-gula sederhana yang banyak pada mangga adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa yang memberi rasa manis dan energi untuk metabolisme mangga. Asam organik yang dominan dalam mangga adalah sitrat, kemudian diikuti oleh tartrat, malat, dan oksalat dalam jumlah lebih sedikit.

Getah Mangga

Getah pada buah merupakan cairan bersifat kental yang keluar dari tangkai buah setelah dipetik. Getah akan keluar ketika tangkai (pedisel) rusak sehingga getah tersebut menyebar pada kulit mangga (Amin et al., 2008). Getah yang melumuri pada permukaan buah akan menyebabkan berwarna hitam kecoklatan dengan garis-garis hitam atau bercak pada kulit mangga (Campbell, 1992; Loveys et al., 1992).

Getah mangga terdiri atas dua fraksi yaitu minyak dan fraksi protein

polisakarida (O’Hare dan Prasad, 1991). Getah menjadi sangat lengket akibat adanya fraksi minyak. Komponen utama dari fraksi minyak adalah terpinolene


(18)

yang memberikan gejala kerusakan pada kulit buah mangga. Terpinolene juga mengalir dari daun pohon mangga namun tidak merusak kulit buah karena konsentrasi kurang dari 1 % (Loveys et al., 1992). Intensitas cedera sapburn tergantung pada banyak faktor termasuk kultivar, umur pohon, kematangan buah dan kondisi panen (Lim dan Kuppelweiser, 1993).

Lentisel akan menyerap getah yang masuk ke dalam kulit mangga (Amin et al., 2008). Getah mangga menyebabkan sapburn, selain itu getah mengundang jamur Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga, dan penyakit antraknosa (Colletotrichum gleosporiodes) (Holmes et al., 2009). Getah mangga juga akan menyebabkan penurunan kualitas penyimpanan buah karena terdapatnya karbohidrat (Negi et al., 2002).

Getah yang telah keluar biasanya meninggalkan bekas yang telah terpisah antara kedua fraksi tersebut. O’Hare dan Prasad (1991) menyatakan bahwa fraksi minyak dapat menimbulkan kerusakan pada kulit buah, sedangkan fraksi protein polisakarida yang merupakan bagian dari fraksi air hanya meninggalkan bekas seperti lapisan kaca yang tidak menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit. Menurut Robinson et al. (1993) ikatan plastida pada protein polisakarida terpisah dari substrat fenoliknya membatasi vakuola dengan membran sel. Menguapnya terpenoid pada fraksi minyak menyebabkan terpisahnya membran sel. Hal ini menyebabkan protein polisakarida bereaksi dengan substrat fenolik dan merangsang terjadinya pengcokelatan karena reaksi enzimatik.

Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan getah yang menempel pada permukaan kulit buah sehingga buah menjadi bersih dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pencucian dapat dengan penyemprotan, perendaman dan pembilasan, penyekaan dengan kain basah, dan penyikatan (Broto, 2003).

Getah mangga yang memiliki sifat asam pada kulit buah dapat menyebabkan kerusakan buah (Holmberg et al., 2003). Hal ini dapat diatasi dengan menajemen atau penanganan pasca panen melalui penculupan atau pencucian buah dengan cairan pencucian tertentu seperti senyawa yang bersifat basa. Maqbool dan Malik (2008) dalam penelitiannya menggunakan deterjen,


(19)

Tween-80, dan Ca(OH)2 untuk mengatasi getah pada buah mangga. Larutan

Ca(OH)2 maupun surfaktan Tween-80 secara signifikan maupun mengurangi

sapburn injury pada mangga cv. Samar Bahisht Chaunsa jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa pencucian). Sebagian besar peubah fisiokimia (kecuali peubahan warna kulit dan kandungan gula) secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuann pencucian. Menurut Amin et al., (2008) senyawa basa memberikan efek yang menarik pada penampakan buah, namun warna kulit tidak secara signifikan dapat ditingkatkan apabila dibandingkan dengan kontrol.

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2.

Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih yang berguna dalam penggunaan industri dan kesehatan (Chembase, 2011). Kalsium hidroksida adalah basa kuat yang diperoleh melalui kalsinasi (pemanasan) kalsium karbonat sampai transformasi ke dalam oksida kalsium, kalsium hidroksida diperoleh melalui hidrasi kalsium oksida dan reaksi dan reaksi kimia antara kalsium hidroksida dan karbondioksida bentuk karbonat.

Kalsium hidroksida ini berbentuk bubuk putih dengan pH tinggi yaitu 12.6 dan sedikit larut dalam air (Riansa, 2011). Larutan tersebut dapat mengikat asam-asam nabati. Kalsium hidroksida terurai menjadi kalsium oksida dan air pada suhu 5120C (Sukandarrumidi, 1999). Ca(OH)2 dapat mengurangi getah pada permukaan

kulit buah dengan mencelupkan buah mangga pada larutan Ca(OH)2 tersebut,

selain itu pemakaian Ca(OH)2 dapat menghilangkan getah yang melumuri

permukaan kulit buah mangga (Amin et al.,2008). Deterjen

Deterjen adalah campuran berabagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen merupakan senyawa yang menyebabkan zat non polar dapat larut dalam air (Daintith, 1994). Daya detergensi adalah kemampuan surfaktan mengikat minyak dan mengangkat kotoran pada permukaan kain (Holmberg et al., 2003).

Daya detergensi mempengaruhi tingkat kesadahan air. Semakin tinggi tingkat kesadahan air, maka daya detergensi akan semakin menurun. Faktor-faktor


(20)

yang mempengaruhi daya detergensi adalah komposisi pengotor secara kimia dan fisik, temperatur pada saat proses pencucian, durasi setiap tahap pencucian, jenis dan proses mekanisasi yang digunakan, jumlah pengotor yang terdapat dalam sistem, serta jenis dan jumlah deterjen yang digunakan (Lynn, 1993).

Komposisi bahan aktif pada detergen adalah berupa surfaktan, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antar muka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan.Ciri utama surfaktan adalah memiliki molekul ampifilik yang terdiri atas gugus hidrofilik yang memiliki afinitas tinggi terhadap minyak (Bird, 1993).

Fungisida

Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad penganggu). Macam-macam pestisida antara lain insektisida (pembasmi serangga), fungisida (pembasmi cendawan), herbisida (pembasmi gulma), larvasida (pembasmi larva), rodentisida (pembasmi binatang pengerat), dan avisida (pembasmi burung). Dua golongan pestisida yang sering digunakan pada tanaman buah-buahan adalah insektisida dan fungisida. Tiga jenis insektisida yang sering digunakan adalah diazinon, dimetoat, dan klorpirifos yang termasuk golongan organofosfat. lnsektisida tersebut bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fungisida yang paling banyak dgunakan adalah benomil yang termasuk golongan benzimidazol (Regis-Rolle dan Bauville, 1993).

Benomil merupakan fungisida sistemik yang terkenal dari golongan benzimidazol, dengan bobot molekul 289 glmol, tidak mudah menguap di alam, tidak larut di dalam minyak (Ramulu, 1979) dan diperkenalkan pada tahun 1967. Benomil di dalam jaringan tumbuhan dapat terhidrolisis dan rantai sisi yang berupa butil karbamoil akan tersingkir kemudian membentuk karbendazim. Karbendazim yang terbentuk dapat bersifat fitotoksik dan mempunyai masa paruh di dalam tanah selama 6 bulan (Nadasy dan Andrisks, 1988). Benomyl juga banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan pada buah anggur, apel, dan per (Nene dan Thapliyal, 1982; Ware, 1989; Hassall, 1990). Penelitian menggunakan benomyl dapat menekan


(21)

perkembangan antraknosa pada pepaya selama masa penyimpanan (Roesmiyanto, 1987).

Waktu Panen dan Pencucian Buah Mangga

Menurut hasil penelitian Amin et al. (2008) menyatakan bahwa waktu pemanenan buah mangga cv. Samar Bahisht Chaunsa juga mempengaruhi tingkat kerusakan buah karena getah (sapburn injury). Hal ini juga disampaikan oleh Maqbool et al. (2007) yang menyatakan bahwa tingkat sapburn injury secara signifikan berkurang pada pagi hari karena kemampuan getah untuk merusak kulit akan meningkat seiring dengan waktu keluarnya getah pada buah.

Meningkatnya temperatur secara langsung akan meningkatkan transpirasi dan kehilangan air pada buah sehingga menurunkan jumlah getah dan meningkatkan kekentalannya (Amin et al,. 2008). Semakin tinggi suhu udara maka akan semakin tinggi pula potensial terjadinya sapburn injury.

Lamanya getah yang menempel pada kulit buah juga diduga mempengaruhi tingkat sapburn injury. Menurut Loveys et a. (1992) menyatakan bahwa mangga harus dicuci maksimal 24 jam setelah panen untuk menghindari terjadinya sapburn injury. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh waktu pencucian getah setelah panen terhadap hilangnya getah dan tingkat sapburn injury pada buah mangga.


(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Haurgeulis, Indramayu dan Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor selama 10 hari. Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2011 hingga 9 Januari 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga varietas Arumanis yang telah mencapai tingkat kematangan 80% yang diperoleh dari petani mangga di Indramayu, Jawa Barat. Bahan lainnya adalah air, deterjen, larutan Ca(OH)2, dan fungisida. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan

analitik, kamera, karton, ember, dan alat-alat penunjang penelitian lainnya. Metode Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama terdiri dari lima macam perlakuan bahan pencuci, yaitu : P0 = tanpa perlakuan (kontrol), P1 = air, P2 = campuran larutan Ca(OH)2 0.5 % dan deterjen, dan P3 = campuran larutan Ca(OH)2 0.5%,

deterjen 1%, dan fungisida, P4 = fungisida. Faktor kedua yaitu waktu pencucian yang terdiri dari dua macam yaitu : T1 = segera setelah panen, dan T2 = 6 jam setelah panen. Kombinasi dua faktor perlakuan menghasilkan 10 perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali dengan setiap ulangan terdiri dari tiga buah mangga sehingga jumlah mangga yang digunakan sebanyak 120 buah. Model statistik untuk rancangan percobaan yang digunakan adalah:

Yijk = μ + τi + + j + (τ )ij + k + εijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan formulasi ke-i, waktu ke-j, dan ulangan

ke-k

μ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh formulasi ke-i; dimana i = 0, 1, 2 j = Pengaruh perlakuan waktu ke-j; dimana j = 0, 1


(23)

k = Pengaruh ulangan ke-k, dimana k = 1, 2, 3, 4

(τ )ij = Pengaruh interaksi formulasi ke-i dan perlakuan waktu ke-j

εijk = Pengaruh galat percobaan (experimental error)

Data hasil percobaan dianalisis menggunakan Uji Kruskal Wallis. Jika hasilnya menunjukkan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Dunn pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian Pemanenan dan Sortasi

Buah mangga yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dengan tingkat kematangan 80%, berwarna hijau tua, sedikit kekuningan, dan saat panen getah yang keluar melumuri kulit buah mangga. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan galah yang panjang dengan diberi keranjang anyaman dibagian bawahnya. Tangkai mangga dipotong agar buah mangga mengeluarkan getah.

Mangga yang telah dipanen kemudian diseleksi sesuai kriteria untuk penelitian. Sortasi dilakukan pada tingkat kematangan, keseragaman, dan kondisi getah. Mendapatkan mangga dengan kualitas yang baik cukup sulit, karena sebagian mangga telah terserang cendawan yang disebabkan perubahan iklim pada saat musim mangga berlangsung dan kondisi curah hujan yang tinggi.

Penggambaran Getah

Buah mangga dikelompokkan berdasarkan kriteria luas permukaan getah, luas permukaan embun jelaga dan luas permukaan kotoran yang seragam sesuai kriteria penelitian. Mangga yang telah dikelompokkan kemudian dibuat gambar lokasi getah yang menempel pada permukaan kulit buah, selanjutnya dipisahkan sesuai dengan perlakuan. Pengamatan terhadap persentase getah yang menempel pada kulit dan kotoran yang menempel pada keseluruhan permukaan kulit buah. Pengamatan skor juga dilakukan terhadap luka bakar dan kerusakan lain pada mangga. Mangga yang mendapat perlakuan pencucian segera setelah panen segera dicuci, sementara untuk yang pencucian 6 jam setelah panen dibiarkan terlebih dahulu tercampur di dalam keranjang.


(24)

Aplikasi Bahan Pencuci

Buah mangga dicuci dengan mencelupkan dalam larutan bahan pencuci. Perlakuaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pencucian dengan menggunakan air, Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%, Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1 % +

fungisida, fungisida, dan tanpa dicuci (kontrol). Buah mangga dicuci dengan mencelupkan dalam larutan bahan pencuci selama ± 5 menit sambil digosok dengan sapu tangan yang lembut agar kulit mangga tidak cedera. Setelah 5 menit mangga diangkat dan dibilas dengan air bersih dan kemudian dikering anginkan. Mangga yang telah kering kemudian dilakukan pengamatan kembali berapa persen getah yang menempel pada kulit dan kotoran yang menempel pada keseluruhan permukaan kulit buah. Pengamatan skor juga dilakukkan kembali terhadap luka bakar dan kerusakan lain pada mangga. Hal serupa juga dilakukan pada perlakuan pencucian 6 jam setelah panen.

Penyimpanan

Mangga dimasukkan ke dalam karton buah untuk selanjutnya dibawa dan diamati di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengangkutan buah mangga dilaksanakan pada malam hari. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakkan akibat perubahan suhu. Selanjutnya disimpan dalam rak-rak pada suhu 280C-300C selama 10 hari.

Pengamatan

Proses pengamatan dilakukan dua hari sekali dimulai dari hari perlakuan sampai hari ke-10 setelah perlakuan. Pengamatan mangga ditemukan serangan lalat buah yang menyebabkan buah cepat membusuk. Hal ini menyebabkan buah sudah busuk dan tidak dapat diamati saat 10 HSP (Hari Setelah Perlakuan).

Pengamatan dilakukan pada beberapa parameter mutu yaitu : 1. Kebersihan

Kebersihan buah mangga diamati pada saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Kebersihan dilihat dari dua indikator yaitu :

 Indikator kebersihan dari getah, dilakukan berdasarkan persentase hilangnya getah mangga yang menempel pada kulit mangga.


(25)

 Indikator kebersihan tehadap cendawan dan embun jelaga yang dilihat berdasarkan persentase hilangnya pada permukaan kulit buah mangga. Menurut Holmes et al., (2009) menyatakan bahwa skor kebersihan getah dan cendawan adalah:

1 = 1 % kotoran, 2 = 1-3 % kotoran, 3 = 3-10 % kotoran, 4 = 10-25 % kotoran, 5 = 25-100 % kotoran. 2. Luka bakar

Pengamatan terjadinya luka bakar pada kulit buah dilakukan selama penyimpanan. Menurut Holmes et al., (2009) menyatakan bahwa skor pengamatan terhadap luka bakar adalah:

0 = Tidak ada,

1 = Kurang dari 1 cm2, 2 = 1-3 cm2 atau ± 3%, 3 = 3-12 cm2 atau ± 10 %, 4 = 12 cm2 atau ± 10-20 %, 5 = lebih besar dari 25 % 3. Kerusakan lain

Pengamatan terjadinya kerusakan lain pada kulit buah dilakukan selama penyimpanan. Menurut Holmes et al., (2009) menyatakan bahwa skor pengamatan terhadap kerusakan lain adalah:

0 = Tidak ada,

1 = Kurang dari 1 cm2, 2 = 1-3 cm2 atau ± 3%, 3 = 3-12 cm2 atau ± 10 %, 4 = 12 cm2 atau ± 10-20 %, 5 = lebih besar dari 25 %.


(26)

Pengamatan terhadap kerusakan lain pada kulit buah dilakukan selama penyimpanan adalah :

 Dendritik adalah bintik hitam kecil dengan ujung-ujung yang tidak beraturan dan muncul pada buah yang matang. Dendritik berkembang cukup lambat dan tidak masuk ke dalam daging namun dapat menurunkan kualitas buah mangga.

 Busuk pangkal buah, biasanya pertumbuhannya cukup cepat, busuk lunak berair pada buah yang dimulai dari pangkal buah dan masuk ke dalam daging. Penyebabnya adalah patogen jamur yang berasosiasi dengan busuk pangkal batang.

 Busuk buah adalah busuk pada bagian tubuh buah, yaitu busuk yang berwarna abu-abu hingga hitam, biasanya berbentuk bulat dan sedikit cekung. Penyebabnya adalah cendawan yang menyebabkan antraknosa.

4. Antraknosa

Pengamatan terjadinya antraknosa pada kulit buah dilakukan selama penyimpanan Menurut Holmes et al., (2009) menyatakan bahwa skor pengamatan terhadap antraknosa adalah:

0 = Tidak ada,

1 = Kurang dari 1 cm2, 2 = 1-3 cm2 atau ± 3%, 3 = 3-12 cm2 atau ± 10 %, 4 = 12 cm2 atau ± 10-20 % 5 = lebih besar dari 25 %. 5. Warna kulit buah

Pengamatan perubahan warna dilakukan dua kali sekali selama penyimpanan. Perubahan warna yang diamati diantaranya warna kuning pada kulit buah secara visual melalui metode skoring. Menurut Holmes et al., (2009)

menyatakan bahwa skor pengamatan terhadap perubahan warna kulit adalah: 1 = 0-10 % kuning,

2 = 10-30 % kuning, 3 = 30-50 % kuning,


(27)

4 = 50-70 % kuning, 5 = 70-90 % kuning, 6 = 90-100 % kuning. 6. Kekerasan buah

Pengamatan kekerasan buah dilakukan dengan menekan buah dengan menggunakan jempol. Penekanan dilakukan pada ujung, tengah, dan pangkal buah serta dilakukan beberapa kali ulangan. Menurut Holmes et al., (2009) menyatakan bahwa skor pengamatan kekerasan buah yang dilakukan adalah : 1 = Hard (permukaan kulit buah tidak tertekan saat diberi tekanan),

2 = Rubbery (permukaan sedikit tertekan pada saat diberi tekanan pada buah), 3 = Sprung (daging buah tertekan sedalam 2-3 mm dengan tekanan ibu jari

yang kuat),

4 = Firm soft (daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang sedang), 5 = Soft (buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang lemah).


(28)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pencucian terhadap Kebersihan

Pengamatan kebersihan dibagi menjadi dua bagian yaitu kebersihan terhadap hilangnya getah dan kebersihan terhadap hilangnya kotoran yang menempel pada kulit buah. Pengamatan terhadap hilangnya getah dan cendawan dilakukan sebelum dan sesudah buah dicuci. Pengaruh bahan pencuci terhadap hilangnya getah dan kotoran terlihat pada Tabel 1.

Semua perlakuan bahan pencuci dapat menghilangkan getah yang menempel pada kulit buah mangga. Hasil uji Dunn menunjukkan bahwa larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% atau Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida nyata

lebih baik dibandingkan bahan pencuci lainnya untuk menghilangkan getah yang menempel pada permukaan kulit buah mangga. Dengan demikian larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% atau Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida paling

baik untuk menghilangkan getah dibandingkan dengan pencucian dengan air, larutan fungisida dan tidak dicuci.

Semua perlakuan bahan pencuci juga dapat menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit buah mangga. Hasil uji Dunn menunjukkan bahwa larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida nyata lebih baik dibandingkan bahan

pencuci lainnya untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah mangga, namun tidak berbeda nyata pada bahan pencuci Ca(OH)2 0.5%

+ deterjen 1%.

Getah pada buah mangga akan menyebabkan luka bakar karena getah mangga mengandung minyak, dan fenol yang dapat masuk ke kulit buah melalui lentisel (Keil et al., 1994; Yuniarti dan Suhardjo, 1994). Getah mangga juga

secara alami memiliki sifat asam, serta mengandung minyak dan gula (O’Hare

dan Prasad, 1991). Bahan pencuci yang ditambahkan dengan larutan fungisida maupun yang tidak ditambahkan dengan larutan fungisida mendapatkan hasil yang sama baik dalam menghilangkan getah dan kotoran pada kulit buah mangga. Hal ini karena larutan Ca(OH)2 dapat menetralisir sifat asam yang terdapat pada


(29)

17

minyak yang terdapat pada getah (Holmes et al., 2003). Fungisida berfungsi untuk mengurangi terjadinya penyakit antraknosa dan busuk buah.

Tabel 1. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran

Perlakuan Getah Kotoran

Skor Peringkat Skor Peringkat

Bahan Pencuci

Kontrol 2.92 106.08 a 2.08 95.21 a

Air 1.33 72.15 b 0.92 61.29 b

Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% 0.17 30.17 c 0.67 49.79 cb

Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%

+ fungisida 0.04

25.17 c 0.33 35.83 c

Fungisida 1.25 68.94 b 0.92 60.38 b

Uji Dunn * *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 1.17 59.78 0.95 58.08 6 jam setelah panen 1.12 61.23 1.02 62.92

Uji Dunn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata, * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap hilangnya getah dan kotoran menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara pencucian 0 jam setelah panen dengan 6 jam setelah panen (Tabel 1), sehingga penundaan pencucian dapat dilakukan hingga 6 jam setelah panen. Penundaan pencucian hingga 6 jam setelah panen baik untuk menghilangkan getah dan kotoran pada permukaan kulit buah mangga (Gambar 1).

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kebersihan hilangnya getah dan hilangnya kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah. Hasil percobaan pada Tabel 2 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah pencucian dengan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% dan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida pada

waktu 0 jam dan 6 jam setelah panen untuk menghilangkan getah. Kombinasi perlakuan terbaik untuk menghilangkan kotoran adalah larutan Ca(OH)2 0.5% +


(30)

18

Tabel 2. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran

Perlakuan Getah Kotoran

Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 3.33 112.17 a 2.33 100.00 a

6 jam 2.50 100.00 b 1.82 90.42 a

Air

0 jam 1.17 67.04 c 0.83 57.92 bc

6 jam 1.50 77.25 c 1.00 64.67 b

Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%

0 jam 0.00 23.50 d 0.50 42.58 bc

6 jam 0.33 36.83 d 0.83 57.00 bc

Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% +

fungisida

0 jam 0.00 23.50 d 0.33 35.83 c

6 jam 0.08 26.83 d 0.33 35.83 c

Fungisida

0 jam 1.33 72.25 c 0.75 54.08 cb

6 jam 1.17 65.21 c 1.08 66.67 b

Uji Dunn * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(31)

19

(A)

(B)

(C)

(D)

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 1. Kondisi mangga (A) sebelum dicuci 0 jam setelah panen; (B) setelah dicuci 0 jam setelah panen; (C) sebelum dicuci 6 jam setelah panen; dan (D) setelah dicuci 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%;

P3) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida; dan


(32)

20

Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar (Sapburn)

Getah pada kulit buah akan menyebabkan terjadinya luka bakar. Luka bakar merupakan kerusakan berupa bintik-bintik atau bercak berwarna coklat gelap seperti terbakar pada permukaan kulit buah dan menyebabkan daerah yang terluka seperti terbakar pada permukaan kulit buah dan menyebabkan daerah yang terluka menjadi keriput (Holmes et al., 2009). Menurut Robinson et at . (1993) ikatan palstida pada enzim polifenol oksidase (PPO) terpisah dari substrat fenoliknya membatasi vakuola dengan membran sel. Menguapnya terpinoid pada fraksi minyak menyebabkan terpisahnya membran sel. Hal ini menyebabkan enzim polifenol oksidase (PPO) bereaksi dengan substrat fenolik dan merangsang terjadinya luka bakar karena reaksi enzimatik.

Kerusakan luka bakar terjadi saat 2 HSP pada buah yang tidak dicuci (kontrol). Pada buah yang diberi perlakuaan pencucian, luka bakar karena getah terjadi umumnya pada 4 HSP, kecuali pada larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% +

fungisida yang mulai terjadi luka bakar pada saat 6 HSP (Tabel 3). Skor rata-rata semua bahan pencuci mengalami kenaikan mulai 2 HSP sampai 10 HSP. Perlakuan bahan pencuci air dan tidak dicuci (kontrol) memiliki skor rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan bahan pencuci lainnya (Gambar 2). Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida merupakan bahan pencuci yang paling

baik mencegah terjadinya luka bakar.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap terjadinya kerusakan luka bakar menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen nyata lebih baik pada 4 HSP sampai 8 HSP (Tabel 3). Skor rata-rata pencucian 6 jam setelah panen menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada 0 jam setelah panen. Hal ini menunjukkan bahwa pencucian harus dilakukan segera mungkin karena semakin lama getah melumuri permukaan kulit buah maka semakin cepat terjadinya kerusakan luka bakar (Gambar 2) .

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap luka bakar. Interaksi antara kombinasi bahan pencuci dengan waktu pencucian muncul pada saat 4 HSP. Hasil pengujian pada Tabel 4 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan Ca(OH)2 0.5% +


(33)

21

Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% pada waktu 0 jam dan 6 jam, dan larutan fungisida

pada waktu 0 jam dan 6 jam. Hal ini menunjukkan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% +

fungisida dikombinasikan dengan waktu pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen paling baik untuk mencegah luka bakar.

(A) 6 HSP

(B) 6 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 2. Pengaruh bahan pencuci terhadap luka bakar (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5% +


(34)

23

Tabel 3. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 60.50 0.13 66.50 a 0.50 74.50 a 0.83 74.50 a 0.86 69.17 a 0.96 69.44 Air 0.00 60.50 0.00 59.00 b 0.42 69.50 ab 0.67 66.83 ab 0.83 68.17 a 0.88 66.19 Ca(OH)2 + deterjen 0.00 60.50 0.00 59.00 b 0.21 57.00 bc 0.54 59.46 abc 0.75 63.25 ab 0.79 61.31

Ca(OH)2 + deterjen

+ fungisida

0.00 60.50 0.00 59.00 b 0.00 44.50 c 0.33 47.17 c 0.50 48.50 b 0.58 49.13 Fungisida 0.00 60.50 0.00 59.00 b 0.21 57.00 bc 0.46 54.54 cb 0.58 53.42 ab 0.71 56.44

Uji Dunn tn * * * * tn

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 0.00 60.00 0.03 61.00 0.18 55.50 b 0.47 54.17 b 0.62 54.80 b 0.72 56.49 6 jam setelah panen 0.00 60.00 0.02 60.00 0.35 65.50 a 0.67 66.83 a 0.80 66.20 a 0.85 64.51

Uji Dunn tn tn * * * tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(35)

24

Tabel 4. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 0.00 60.50 0.17 69.00 0.42 69.50 ab 0.75 67.42 ab 0.83 65.25 ab 0.92 66.46 6 jam 0.00 60.50 0.08 64.00 0.58 79.50 a 0.92 81.58 a 0.92 73.08 a 1.00 72.42 Air

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.33 64.50 abc 0.67 66.83 ab 0.83 68.17 ab 0.92 68.63 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.50 74.50 a 0.67 66.83 ab 0.83 68.17 ab 0.83 63.75 Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.08 49.50 bc 0.42 52.08 bc 0.67 58.33 abc 0.67 54.00 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.33 64.50 ab 0.67 66.83 ab 0.83 68.17 ab 0.92 68.63 Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.00 44.50 c 0.08 32.42 c 0.33 38.67 c 0.50 44.25 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.00 44.50 c 0.58 61.92 ab 0.67 58.33 abc 0.67 54.00 Fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0,08 49.50 bc 0.42 52.08 bc 0.42 43.58 bc 0.58 49.13 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.00 0.33 64.50 abc 0.50 57.00 abc 0.75 63.25 abc 0.83 63.75

Uji Dunn tn tn * * * tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(36)

24

Pengaruh Pencucian terhadap Dendritik

Pada saat pengamatan, buah mengalami kerusakan berupa bintik hitam kecil dan tidak beraturan yang menyebabkan busuk buah. Dendritik terjadi diakibatkan oleh getah yang mengundang cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan bintik hitam dan akhirnya terjadi pembusukan pada buah mangga (Holmes et al., 2009).

Kerusakan dendritik terjadi saat 2 HSP pada buah yang tidak dicuci (kontrol) dan larutan air, sedangkan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% dan

larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida baru terjadi kerusakan dendritik

pada 4 HSP. Buah yang tidak dicuci (kontrol) terjadi kenaikan kerusakan dendritik yang signifikan pada 2 HSP sampai 4 HSP (Tabel 5). Larutan Ca(OH)2

0.5% + deterjen 1% + fungisida mendapatkan hasil yang lebih baik untuk mencegah terjadinya dendritik.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap kerusakan dendritik menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 0 HSP dan 2 HSP (Tabel 5). Perlakuan waktu pencucian 0 jam setelah panen dapat mengurangi terjadinya dendritik selama proses penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa pencucian harus dilakukan segera mungkin dikarenakan semakin lama getah melumuri permukaan kulit buah maka semakin cepat terjadinya kerusakan dendritik.

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kerusakan dendritik. Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa semua kombinasi perlakuan mendapatkan hasil nyata lebih baik pada 2 HSP sampai 10 HSP. Kombinasi perlakuan yang terbaik adalah larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam


(37)

25

(A) 8 HSP

(B) 8 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 3. Pengaruh bahan pencuci terhadap dendritik (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5% +


(38)

26

Tabel 5. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap dendritik

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 60.50 0.17 68.00 a 0.71 82.44 a 1.29 84.00 a 1.75 81.15 a 1.75 79.02 a Air 0.00 60.50 0.04 60.50 b 0.29 59.35 b 0.88 66.17 b 1.50 72.13 a 1.63 74.75 a Ca(OH)2 + deterjen 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.21 54.40 b 0.79 64.50 b 1.33 68.56 a 1.46 70.81 a

Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.13 49.48 b 0.25 37.00 c 0.33 29.83 c 0.33 28.83 c Fungisida 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.25 56.88 b 0.54 50.83 bc 0.88 50.83 b 0.88 49.08 b

Uji Dunn tn * * * * *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 0.00 60.50 0.05 61.00 0.17 51.92 b 0.58 53.53 a 0.93 52.19 a 1.03 54.24 a 6 jam setelah panen 0.00 60.50 0.03 60.00 0.47 69.08 a 0.92 67.47 b 1.38 68.81 b 1.38 66.76 b

Uji Dunn tn tn * * * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(39)

27

Tabel 6. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap dendritik

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 0.00 60.50 0.25 73.00 a 0.50 71.75 b 1.00 73.33 bc 1.42 68.92 bc 1.42 66.92 abc 6 jam 0.00 60.50 0.08 63.00 b 0.92 93.13 a 1.58 94.67 a 2.08 93.38 a 2.08 91.13 a Air

0 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.25 56.88 bcd 0.58 53.00 cd 1.08 57.33 cd 1.33 64.58 bc 6 jam 0.00 60.50 0.08 63.00 b 0.33 61.83 bcd 1.17 79.33 ab 1.92 86.92 ab 1.92 84.92 ab Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.00 42.00 d 0.67 58.67 bcd 1.25 65.33 cd 1.50 72.58 abc 6 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.42 66.79 cb 0.92 70.33 bc 1.42 71.78 bc 1.42 69.04 abc Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.00 42.00 d 0.17 32.67 d 0.25 26.63 e 0.25 25.88 e 6 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.25 56.88 bcd 0.33 41.33 d 0.42 33.04 e 0.42 31.79 e Fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.08 46.96 cd 0.50 50.00 cd 0.67 42.75 de 0.67 41.25 de 6 jam 0.00 60.50 0.00 58.00 b 0.42 66.79 cb 0.58 51.67 cd 1.08 58.92 cd 1.08 56.92 dc

Uji Dunn tn * * * * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(40)

28

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal Buah (Stem Rots)

Pada saat pengamatan buah mengalami pembusukan pada bagian pangkal. Menurut Holmes et al. (2009) busuk pangkal buah merupakan busuk di bagian pangkal yang pertumbuhannya cukup cepat dan masuk ke dalam daging. Busuk pangkal diakibatkan oleh getah yang mengundang cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia.

Busuk pangkal buah terjadi pada buah mangga yang tidak dicuci (kontrol) dan larutan air pada 2 HSP. Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% mulai terjadi

kerusakan busuk pangkal buah pada 4 HSP, sedangkan larutan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida dan larutan fungisida terjadi pada 6 HSP (Tabel 7). Buah mangga yang dicuci dengan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% +

fungisida dan larutan fungisida dapat mengurangi terjadinya busuk pangkal buah selama proses penyimpanan dibandingkan dengan bahan pencuci lainnya (Gambar 4). Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida merupakan larutan yang

paling baik menunda terjadinya busuk pangkal buah.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap busuk pangkal buah menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 0 HSP sampai 8 HSP (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen sama baik untuk menunda busuk pangkal buah selama proses penyimpanan.

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kerusakan busuk pangkal. Hasil pengujian pada Tabel 8 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah pencucian dengan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida dan larutan fungisida pada waktu 0 jam

setelah panen. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi larutan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida dan larutan fungisida dengan waktu pencucian 0 jam setelah panen baik untuk menunda busuk pangkal buah.


(41)

29

(A) 10 HSP

(B) 10 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 4. Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk pangkal (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5%


(42)

30

Tabel 7. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal (stem rots)

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 60.50 0.04 62.00 0.08 62.96 0.63 58.75 0.83 62.04 1.38 59.67 ab Air 0.00 60.50 0.04 62.00 0.13 63.06 0.33 63.06 0.71 62.50 1.96 74.69 a Ca(OH)2 + deterjen 0.00 60.50 0.00 59.50 0.04 60.48 0.08 57.58 0.92 70.13 1.92 71.81 a

Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.13 57.81 0.50 70.13 1.04 50.13 b Fungisida 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.04 55.29 0.13 48.71 0.92 46.21 b

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 0.00 60.50 0.00 60.50 0.05 60.98 0.30 61.23 0.72 62.80 1.22 54.44 b 6 jam setelah panen 0.00 60.50 0.00 60.50 0.05 60.03 0.18 59.78 0.52 58.20 1.67 66.56 a

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(43)

31

Tabel 8. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal (stem rots)

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 0.00 60.50 0.08 64.50 0.17 67.92 1.25 84.50 a 1.67 83.58 a 2.33 84.75 a 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.00 53.50 b 0.00 44.50 c 0.42 34.58 b Air

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.08 62.96 0.25 62.63 b 1.00 70.17 ab 1.50 61.79 a 6 jam 0.00 60.50 0.08 64.50 0.17 63.17 0.42 63.50 b 0.42 54.83 bc 2.42 87.58 a Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.00 53.00 b 0.92 71.25 ab 1.67 63.88 a 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.08 62.96 0.17 62.17 b 0.92 69.00 ab 2.17 79.75 a Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.00 53.00 b 0.00 44.50 c 0.42 33.92 b 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.25 62.63 b 1.00 69.75 ab 1.67 66.33 a Fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.00 53.00 b 0.00 44.50 c 0.17 27.88 b 6 jam 0.00 60.50 0.00 59.50 0.00 58.00 0.08 57.58 b 0.25 52.92 bc 1.67 64.54 a

Uji Dunn tn tn tn * * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(44)

32

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah (BodyRots)

Pada saat pengamatan, buah mangga mengalami pembusukan. Menurut Holmes et al. (2009) busuk buah berupa busuk yang berwarna abu-abu hingga hitam, biasanya berbentuk bulat dan sedikit cekung. Cendawan antraknosa (Colletotrichum gleosporiodes) merupakan penyebab terjadinya busuk buah.

Busuk buah terjadi pada semua perlakuan bahan pencuci kecuali larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida pada 2 HSP yang mengalami busuk

buah pada 4 HSP. Selama proses penyimpanan dari 2 HSP sampai 10 HSP serangan busuk buah semakin tinggi (Tabel 9). Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen

1% + fungisida dan larutan fungisida dapat menunda terjadinya busuk buah selama proses penyimpanan dibandingkan dengan bahan pencuci lainnya (Gambar 5).

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap kerusakan busuk buah menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen nyata lebih baik pada 4 HSP sampai 10 HSP (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa pencucian harus dilakukan segera mungkin dikarenakan semakin lama getah melumuri permukaan kulit buah maka semakin cepat dan parah terjadinya kerusakan busuk buah.

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kerusakan busuk buah. Hasil pengujian pada Tabel 10 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam setelah panen, dan larutan fungisida pada waktu 6 jam setelah panen. Hal ini menunjukkan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida dikombinasikan dengan waktu pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen lebih baik untuk menunda terjadinya busuk buah.


(45)

33

(A) 10 HSP

(B) 10 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 5. Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk buah (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5%


(46)

34

Tabel 9. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah (body rots)

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 60.50 0.17 62.96 0.25 59.35 0.96 70.88 a 1.54 74.21 a 2.29 77.81 a Air 0.00 60.50 0.08 58.13 0.21 57.08 0.33 50.60 b 0.83 55.08 b 1.58 58.67 b Ca(OH)2 + deterjen 0.00 60.50 0.25 65.58 0.63 68.63 0.96 70.88 a 1.42 69.21 ab 1.88 65.58 ab

Ca(OH)2 + deterjen

+ fungisida

0.00 60.50 0.00 55.50 0.21 55.31 0.46 52.04 b 0.75 51.31 b 1.21 48.85 b Fungisida 0.00 60.50 0.08 60.33 0.33 62.13 0.58 58.10 b 0.75 52.69 b 1.33 51.58 b

Uji Dunn tn tn tn * * *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 0.00 60.50 0.00 60.50 0.20 56.28 b 0.42 53.68 b 0.77 53.02 b 1.35 52.26 b 6 jam setelah panen 0.00 60.50 0.00 60.50 0.45 64.73 a 0.90 67.32 a 1.35 67.98 a 1.97 68.74 a

Uji Dunn tn tn * * * *

Keterangan : tn = tidak nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(47)

35

Tabel 10. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah (body rots)

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 0.00 60.50 0.25 64.58 0.25 56.46 0.67 59.38 abc 1.58 74.13 ab 2.50 83.63 a 6 jam 0.00 60.50 0.08 59.29 0.25 59.88 1.25 81.54 ab 1.50 73.75 abc 2.08 71.46 ab Air

0 jam 0.00 60.50 0.17 59.79 0.25 56.46 0.33 51.71 bc 0.58 49.04 bcd 1.25 48.88 bcd 6 jam 0.00 60.50 0.00 54.50 0.17 55.42 0.33 49.01 bc 1.08 60.79 abcd 1.92 68.17 abc Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 0.00 60.50 0.00 54.50 0.25 56.46 0.50 57.00 bc 0.83 55.58 bcd 1.50 54.63 abcd 6 jam 0.00 60.50 0.50 74.67 1.00 78.50 1.42 83.92 a 2.00 82.42 a 2.25 76.21 ab Ca(OH)2 + deterjen

+ fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 54.50 0.08 50.96 0.17 43.79 c 0.42 41.46 d 0.67 34.01 d 6 jam 0.00 60.50 0.25 64.58 0.75 69.04 0.92 62.79 abc 1.17 62.67 abcd 1.83 65.00 abc Fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.17 64.08 0.25 59.88 0.50 56.71 bc 0.50 46.00 cd 0.92 41.17 cd 6 jam 0.00 60.50 0.00 54.50 0.42 61.96 0.67 59.01 abc 1.00 59.17 abcd 1.75 61.79 abc

Uji Dunn tn tn tn * * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(48)

36

Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa

Antraknosa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas buah mangga. Antraknosa ini diakibatkan oleh cendawan (Colletotrichum gleosporiodes) yang menyerang buah dan semakin parah dengan adanya lalat buah (Holmes et al., 2009).

Hasil pengamatan pada percobaan ini menunjukkan gejala antraknosa terjadi saat 4 HSP pada buah yang tidak dicuci (kontrol) dan larutan Ca(OH)2

0.5% + deterjen 1%. Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida mulai

terjadi antraknosa pada saat 8 HSP (Tabel 11). Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen

1% + fungisida dan larutan fungisida memiliki nilai kerusakan yang lebih sedikit dibanding kontrol, larutan air dan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% selama

proses penyimpanan. Larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida dan

larutan fungisida merupakan bahan pencuci yang paling baik untuk menunda terjadinya antraknosa.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap terjadinya antraknosa menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen nyata lebih baik pada 4 HSP sampai 8 HSP (Tabel 11). Hal ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gleosporiodes yang menyerang buah. Hal ini menunjukkan bahwa pencucian harus dilakukan segera mungkin karena semakin lama getah melumuri permukaan kulit buah maka semakin cepat terjadinya antraknosa selama proses penyimpanan.

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kerusakan antraknosa. Hasil pengujian pada Tabel 12 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam setelah panen, larutan fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam, larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% pada

waktu 0 jam setelah panen. Hal ini menunjukkan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen

1% + fungisida dan larutan fungisida dikombinasikan dengan waktu pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen lebih baik untuk menunda terjadinya antraknosa.


(49)

37

(A) 10 HSP

(B) 10 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 6. Pengaruh bahan pencuci terhadap antraknosa (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen. P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5%


(50)

38

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 60.50 0.00 60.50 0.08 63.50 0.17 65.00 0.42 68.50 0.75 73.25 a Air 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.08 60.00 0.38 66.00 0.54 63.46 ab Ca(OH)2 + deterjen 0.00 60.50 0.00 60.50 0.08 63.50 0.17 65.00 0.29 61.00 0.58 65.92 ab

Ca(OH)2 + deterjen

+ fungisida

0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 0.13 51.00 0.29 48.71 b Fungisida 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.04 57.50 0.21 56.00 0.33 51.17 b

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 0.00 60.00 0.00 60.00 0.00 58.50 b 0.00 55.00 b 0.20 55.50 b 0.57 56.57 6 jam setelah panen 0.00 60.00 0.00 60.00 0.07 62.50 a 0.18 66.00 a 0.37 65.50 a 0.43 64.43

Uji Dunn tn tn * * * tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(51)

39

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.33 63.50 0.67 68.33 6 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.17 68.50 0.33 75.00 a 0.50 73.50 0.83 78.17

Air

0 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.33 63.50 0.58 65.92 6 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.17 65.00 ab 0.42 68.50 0.50 61.00 Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.17 53.50 0.58 65.92 6 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.17 68.50 0.33 75.00 a 0.42 68.50 0.58 65.92 Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.00 43.50 0.17 41.33 6 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.25 58.50 0.42 56.08 Fungisida

0 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.00 55.00 b 0.17 53.50 0.17 41.33 6 jam 0.00 60.50 0.00 60.50 0.00 58.50 0.08 60.00 b 0.25 58.50 0.50 61.00

Uji Dunn tn tn tn * tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(52)

40

Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan Buah

Kekerasan buah selama penyimpanan diamati dua hari sekali sampai 10 hari dengan menggunakan tangan. Kekerasan buah merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat kematangan buah. Semua bahan pencuci nyata lebih baik dengan kontrol pada 6 HSP sampai 10 HSP. Buah mangga mulai melunak pada 4 HSP dan terus melunak hingga 10 HSP, sampai akhirnya beberapa buah mangga mulai terjadi pembusukan (Tabel 13). Melunaknya buah ini diakibatkan oleh perombakan komponen penyusun dinding sel sehingga buah semakin melunak. Winarno (2002) menjelaskan bahwa proses transpirasi berpengaruh terhadap kelayuan dan kelunakan buah.

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap kekerasan buah menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen nyata lebih baik pada 4 HSP (Tabel 13). Hal ini disebabkan oleh banyaknya buah yang diserang busuk buah dan busuk pangkal buah. Sehingga pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen sama baik untuk menunda kelunakan buah selama proses penyimpanan.

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap kekerasan buah. Hasil pengujian pada Tabel 14 menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan Ca(OH)2 0.5% +

deterjen 1% + fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam setelah panen, larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% pada waktu 0 jam setelah panen, dan larutan

fungisida pada waktu 0 jam dan 6 jam setelah panen. Hal ini menunjukkan larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida dan larutan fungisida dikombinasikan

dengan waktu pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen lebih baik untuk menunda kelunakan buah.


(53)

41

Tabel 13. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 1.08 60.50 1.38 58.75 2.25 62.79 2.83 65.92 ab 3.46 75.60 a 3.88 81.83 a Air 1.13 63.00 1.54 68.42 2.00 53.00 2.67 59.67 abc 3.04 61.56 b 3.29 60.23 b Ca(OH)2 + deterjen 1.13 63.00 1.50 66.00 2.25 64.83 3.00 75.81 a 3.04 61.52 b 3.33 60.40 b

Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

1.04 58.00 1.33 56.33 2.25 64.33 2.58 52.90 bc 2.92 55.08 b 3.08 51.19 b Fungisida 1.04 58.00 1.25 53.00 2.08 57.54 2.46 48.21 c 2.79 48.73 b 3.04 48.85 b

Uji Dunn tn tn tn * * *

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 1.07 59.50 1.33 57.83 2.05 55.73 b 2.67 59.08 3.02 58.13 3.28 59.44 6 jam setelah panen 1.10 61.50 1.47 63.17 2.28 65.28 a 2.75 61.92 3.08 62.88 3.37 61.56

Uji Dunn tn tn * tn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(54)

42

Tabel 14. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 1.00 55.50 1.33 57.83 2.08 57.54 2.83 65.92 3.67 82.67 a 4.17 92.13 a 6 jam 1.17 65.50 1.42 59.67 2.42 68.04 2.83 65.92 3.25 68.54 ab 3.58 71.54 bc Air

0 jam 1.08 60.50 1.50 67.50 1.83 44.42 2.67 59.67 3.00 59.50 b 3.25 60.63 bc 6 jam 1.17 65.50 1.58 69.33 2.17 61.58 2.67 59.67 3.08 63.63 b 3.33 59.83 bc Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 1.17 65.50 1.42 62.67 2.00 53.50 2.83 68.83 2.92 55.21 b 3.00 48.00 c 6 jam 1.08 60.50 1.58 69.33 2.50 76.17 3.17 82.79 3.17 67.83 b 3.67 72.79 ab Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 1.00 55.50 1.17 48.17 2.17 61.58 2.42 45.92 2.75 46.63 b 3.00 48.46 c 6 jam 1.08 60.50 1.50 64.50 2.33 67.08 2.75 59.88 3.08 63.54 b 3.17 53.92 bc Fungisida

0 jam 1.08 60.50 1.25 53.00 2.17 61.58 2.58 55.08 2.75 46.63 b 3.00 48.00 c 6 jam 1.00 55.50 1.25 53.00 2.00 53.50 2.33 41.33 2.83 50.83 b 3.08 49.71 bc

Uji Dunn tn tn tn tn * *

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(55)

43

Pengaruh Pencucian terhadap Warna Kuning

Selama proses penyimpanan buah mengalami perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Perubahan warna terjadi karena pembongkaran klorofil yang dipengaruhi oleh perubahan kimiawi dan fisiologis yang berlangsung pada tahapan klimakterik (Winarno, 2002). Perubahan yang terlihat adalah semakin lama warna kulit mangga yang hijau akan semakin menguning selama masa simpan. Perubahan warna ini lebih terlihat pada 4 HSP sampai 6 HSP dimana warna hijau pada buah sudah mulai berwarna kuning (Tabel 15).

Pengaruh perlakuan waktu pencucian terhadap perubahan warna menunjukkan bahwa pencucian pada 0 jam dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada proses penyimpana (Tabel 15). Hal ini menunjukkan pencucian 0 jam dan 6 jam setelah panen sama baik untuk menunda perubahan warna kulit buah selama proses penyimpanan. Menurut Hasil pengujian pada Tabel 16. tidak terdapat interaksi antara kombinasi perlakuaan bahan pencuci dengan waktu pencucian terhadap perubahan warna. Hal ini menunjukkan semua kombinasi perlakuan sama baik dalam menunda perubahan warna.

(A) 6 HSP

(B) 6 HSP

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 7. Pengaruh bahan pencuci terhadap perubahan warna (A) 0 jam setelah panen; (B) 6 jam setelah panen; P0) tidak dicuci; P1) air; P2) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1%; P3) Ca(OH)2 0.5% +


(56)

44

Tabel 15. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap warna kuning

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Bahan Pencuci

Kontrol 1.13 64.02 1.17 59.31 1.79 57.90 2.08 55.00 2.33 52.42 2.42 50.98 Air 1.00 59.00 1.13 58.94 1.79 58.31 2.13 58.69 2.63 62.81 2.67 59.48 Ca(OH)2 + deterjen 1.00 59.00 1.29 68.85 1.96 66.90 2.21 63.63 2.79 68.98 2.92 68.98

Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

1.04 61.48 1.17 61.42 1.79 58.73 2.04 55.92 2.42 56.04 2.58 58.02 Fungisida 1.00 59.00 1.04 53.98 1.83 60.67 2.33 69.27 2.58 62.25 2.79 65.04

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Waktu Pencucian

0 jam setelah panen 1.05 61.01 1.17 60.58 1.85 61.19 2.20 61.64 2.57 61.57 2.75 63.42 6 jam setelah panen 1.02 59.99 1.15 60.43 1.82 59.81 2.12 59.36 2.53 59.43 2.60 57.58

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(57)

45

Tabel 16. Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap warna kuning

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Kontrol

0 jam 1.25 69.04 1.33 67.13 1.83 59.42 2.33 64.13 2.67 64.08 2.75 61.17 6 jam 1.00 59.00 1.00 51.50 1.75 56.38 1.83 45.88 2.00 40.75 2.08 40.79

Air

0 jam 1.00 59.00 1.17 61.42 1.75 55.54 2.17 59.13 2.58 61.63 2.58 57.46 6 jam 1.00 59.00 1.08 56.46 1.83 61.08 2.08 58.25 2.67 64.00 2.75 61.50 Ca(OH)2 + deterjen

0 jam 1.00 59.00 1.33 71.33 2.00 68.83 2.25 65.42 2.92 73.88 3.08 75.25 6 jam 1.00 59.00 1.25 66.38 1.92 64.96 2.17 61.83 2.67 64.08 2.75 62.71 Ca(OH)2 + deterjen +

fungisida

0 jam 1.00 59.00 1.00 51.50 1.75 56.38 1.92 50.54 2.17 47.92 2.42 52.88 6 jam 1.08 63.96 1.33 71.33 1.83 61.08 2.17 61.29 2.67 64.17 2.75 63.17 Fungisida

0 jam 1.00 59.00 1.00 51.50 1.92 65.79 2.33 69.00 2.50 60.33 2.92 70.33 6 jam 1.00 59.00 1.08 56.46 1.75 55.54 2.33 69.54 2.67 64.17 2.67 59.75

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.


(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bahan pencuci larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida

merupakan larutan paling baik untuk menghilangkan getah dan kotoran, mengurangi luka bakar sampai 6 HSP, mengurangi dendritik sampai 4 HSP, menunda busuk pangkal buah sampai 6 HSP, menunda busuk buah sampai 4 HSP dan menunda antraknosa sampai 8 HSP dibandingkan dengan buah mangga yang tidak dicuci dengan waktu pencucian 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen. Bahan pencuci larutan Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% merupakan larutan

yang dapat mempertahankan kualitas buah mangga, akan tetapi harus dilakukan pencucian 0 jam setelah panen untuk mendapatkan hasil yang baik.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis fungisida lain yang dapat digunakan sebagai bahan pencuci untuk buah mangga.


(1)

Regis-Rolle, S. D. and G. M. Bauville. 1993. High performance liquid

chromatographic method for the determination of carbendazim residues in

crops, grain, and wines with fluorescent detection. Pestic.

Sci.

37: 273-282.

Riansa, A. 2011. Kalium Hidroksida: Sebuah Penelitian Berdasarkan Temuan

Ilmiah. http:// www. scribd.com / doc / 56459750 / 44198169

Calcium

Hydroxide. [11 Maret 2012].

Robinson, S.P., B.R. Loveys, and E.K. Chacko.1993. Polyphenol oxidase

enzymes in the sap and skin of mango fruit. Australian J. Plant

Physiol.20:99-107.

Roesmiyanto. 1987. Efektivitas Fungisida Benomyl dan Morestan Terhadap

Perkembangan Penyakit Antraknosa pada Pepaya di Penyimpanan

[abstrak]. Penel Hort.2 (2): 42-44.

Ruehle, D., R. B. Ledin, and Er. B. Pantastico. 1995. Petunjuk-petunjuk untuk

Pemanenan Hasil

In

Er. B. Pantastico. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan

dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan

Subtropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 906 hal.

Sangchote, S. 1998. Effects of frits bagging, fruit pasition cultivar and postharvest

treattmnes on postharvest diseases of mango. 63-66 p.

Setyowati, N.A. 2000. Pengaruh Peredaman Konsentrasi Larutan Kapur Tohor

Terhadap Efektifitas Netralisasi Rasa Pahit Pada Produk Jelly Kulit Buah

Manggis. Fakultas Teknis UNNES.

Sukandarrumidi. 1999. Batubara dan Pemanfaatannya: Pengantar Teknologi

Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.205 hal.

Ware, G. 1989. The Pesticide Book Third Edition. Thomson Publication. Frenso.

California.

Winarno, F.G. dan A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Sastra

Hudaya. Jakarta. 187 hal.

Yuniarti dan Suhardjo. 1994. Pengaturan waktu dan teknik pemanenan buah

mangga harumanis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso.

Malang. Agritech vol.17 (3):1-3.


(2)

(3)

Lampiran 1. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap getah dan kotoran

Pengujian Getah Kotoran

Bahan Pencuci

Chi-square 96.677 43.580

Df 4 4

Asymp. Sig. 0.000** 0.000**

Uji Dunn * *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.057 0.660

Df 1 1

Asymp. Sig. 0.811 0.417

Uji Dunn tn tn

Interaksi

Chi-square 99.373 46.425

Df 9 9

Asymp. Sig. 0.000** 0.000**

Uji Dunn * *

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%

Lampiran 2. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap luka bakar

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 0.000 12.205 18.847 11.799 10.038 8.677

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 1.000 0.016* 0.001** 0.019* 0.039* 0.069

Uji Dunn tn * * * * tn

Wakt Pencucian

Chi-square 0.000 0.339 4.226 5.253 4.858 2.694

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 1.000 0.560 0.039* 0.021* 0.028* 0.101

Uji Dunn tn tn * * * tn

Interaksi

Chi-square 0.000 13.900 24.241 20.396 17.004 13.557

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 1.000 0.126 0.003** 0.015* 0.049* 0.139

Uji Dunn tn tn * * * tn

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%


(4)

terhadap dendritik

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 0.000 12.417 20.242 29.747 36.316 38.916

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 1.000 0.014* 0.000** 0.000** 0.000** 0.000**

Uji Dunn tn * * * * *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.000 0.207 11.378 5.793 7.549 4.682

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 1.000 0.649 0.000** 0.016* 0.006** 0.039*

Uji Dunn tn tn * * * *

Interaksi

Chi-square 0.000 17.591 33.453 37.879 46.255 45.959

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 1.000 0.040* 0.000** 0.000** 0.000** 0.000**

Uji Dunn tn * * * * *

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%

Lampiran 4. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap busuk pangkal

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 0.000 3.025 4.156 7.064 8.547 14.241

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 1.000 0.554 0.385 0.133 0.074 0.006**

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.000 0.000 0.187 0.158 0.871 4.072

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 1.000 1.000 0.666 0.691 0.351 0.043*

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Interaksi

Chi-square 0.000 8.068 9.245 24.963 28.927 46.576

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 1.000 0.527 0.415 0.003** 0.000** 0.000**

Uji Dunn tn tn tn * * *


(5)

Lampiran 5. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap busuk buah

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 0.000 5.404 4.165 10.482 10.046 11.568

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 1.000 0.248 0.384 0.033* 0.0397* 0.021*

Uji Dunn tn tn tn * * *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.000 0.000 3.424 6.237 6.415 7.221

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 1.000 1.000 0.064 0.013* 0.011* 0.007**

Uji Dunn tn tn tn * * *

Interaksi

Chi-square 8.068 14.390 10.260 20.284 18.044 23.588

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 0.527 0.109 0.330 0.016* 0.035* 0.005**

Uji Dunn tn tn tn * * *

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%

Lampiran 6. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap antraknosa

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 0.000 0.000 6.155 6.352 6.674 11.132

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 1.000 1.000 0.188 0.174 0.154 0.025*

Uji Dunn tn tn tn tn tn *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.000 0.000 4.103 12.009 4.070 2.018

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 1.000 1.000 0.043* 0.000** 0.044* 0.155

Uji Dunn tn tn * * * tn

Interaksi

Chi-square 0.000 0.000 16.414 24.713 11.558 15.860

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 1.000 1.000 0.059 0.003** 0.239 0.070

Uji Dunn tn tn tn * tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%


(6)

terhadap kekerasan

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 2.164 4.745 3.585 11.919 13.111 20.978

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 0.706 0.315 0.465 0.018* 0.011* 0.000**

Uji Dunn tn tn tn * * *

Wakt Pencucian

Chi-square 0.433 0.995 3.940 0.253 0.929 0.173

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 0.511 0.319 0.047* 0.615 0.335 0.677

Uji Dunn tn tn * tn tn tn

Interaksi

Chi-square 6.491 6.969 12.348 15.562 18.707 29.273

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 0.690 0.640 0.194 0.077 0.028* 0.000**

Uji Dunn tn tn tn tn * *

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 5%

Lampiran 8. Uji

kruskal wallis

bahan pencuci dan waktu pencucian

terhadap warna

Pengujian Waktu Pengamatan

0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Bahan Pencuci

Chi-square 5.452 6.057 1.779 3.513 3.665 4.146

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. 0.244 0.195 0.776 0.476 0.453 0.387

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Wakt Pencucian

Chi-square 0.351 0.002 0.077 0.162 0.126 0.926

df 1 1 1 1 1 1

Asymp. Sig. 0.554 0.970 0.782 0.687 0.723 0.336

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Interaksi

Chi-square 13.955 15.266 3.235 6.389 8.783 8.538

df 9 9 9 9 9 9

Asymp. Sig. 0.124 0.084 0.954 0.701 0.458 0.481

Uji Dunn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata

 = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%