METODE PENELITIAN
3) Analisis Aspek Karakteristik Agen Pelaksana
Dalam mengimplementasikan Kebijakan Permenkes No 1 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan, kajian yang akan diteliti pada aspek karakteristik agen pelaksana adalah organisasi formal pelaksana kebijakan BOK ini dan ketersediaan SOP yang akan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor.
b) Pengelola BOK Tingkat Puskesmas rinci mengenai karakteristik agen pelaksana, di
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
Susunan Pengelola BOK Tingkat bawah ini adalah pembahasanannya:
Puskesmas telah mengacu pada ketentuan yang ditetapkan dalam Juknis dan telah
a. Organisasi Formal Pelaksana Kebijakan
ditetapkan dengan surat keputusan Kuasa
BOK
Pengguna Anggaran nomor 445/918.B- Dalam penelitian ini organisasi formal
Dinkes tanggal 30 januari 2014 Tentang sebagai agen pelaksana yang akan diteliti
Tim Pengelola Keuangan Bantuan adalah pelaksana kebijakan dari tingkat Dinas
Operasional Kesehatan (BOK) Tingkat Kesehatan dan UPT Puskesmas.
UPT Puskesmas dan jaringannya di Kota Berdasarkan hasil telaah dokumen dan
Bandung Tahun 2014.
observasi di lapangan, peneliti mendapatkan Dari SK tersebut di atas dapat data bahwa susunan pengelola BOK ini dibagi
dilihat bahwa pelaksanaan tugas yang menjadi 2 yaitu pengelola BOK tingkat Dinas
dilakukan oleh penanggungjawab BOK dan Pengelola BOK tingkat Puskesmas. Dalam
seperti penyampaikan POA tahunan hasil mengimplementasikan kebijakan BOK ini para
lokakarya mini di awal tahun anggaran agen pelaksana mengacu pada tugas pokok dan
kepada KPA/PPK, Pembuatan Perjanjian fungsi sebagai berikut:
Kerja Sama dengan KPA/PPK tentang Pelaksanaan BOK Tahun 2014, Pembuatan
a) Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai Surat Permintaan Uang (SPU) kepada Pengelola BOK Tingkat Kota KPA Dinkes Kota dengan melampirkan Susunan Pengelola BOK Tingkat POA hasil lokakarya mini bulanan atau Dinas telah mengacu pada ketentuan tribulanan, pembuatan Surat Tugas untuk yang ditetapkan dalam Juknis dan telah pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas ditetapkan dengan surat keputusan. seluruhnya dikerjakan oleh pengelola Pada tahun 2014 , meskipun Pengelola keuangan BOK Puskemas, penanggung BOK tingkat dinas telah menjalankan jawab puskesmas hanya memeriksa dan tugasnya sesuai dengan yang telah menandatangani berkas yang sudah dibuat ditetapkan dalam juknis BOK, namun jika oleh pengelola keuangan puskesmas melihat keberadaan Tim susunan pengelola
tersebut.
BOK tingkat Dinas berada di bawah Hal ini tentu akan berpengaruh Bidang Bina Program belumlah tepat pada implementasi kebijakan BOK karena karena kinerja implementasi kebijakan secara tidak langsung tugas pengelola akan sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri keuangan BOK puskesmas menjadi lebih yang tepat serta cocok dengan para agen banyak dibandingkan dengan tugas yang pelaksananya dimana untuk implementasi seharusnya dikerjakan. BOK ini ciri-ciri yang tepat serta cocok Dari penjelasan diatas dapat dengan para agen pelaksananya dimiliki dikatakan bahwa implementasi kebijakan oleh bidang pelayananan Kesehatan Permenkes No 1 tahun 2014 tentang (Yankes). Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kinerja implementasi kebijakan akan Kesehatan di Kota Bandung mengenai sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat organisasi formal pelaksana kebijakan serta cocok dengan para agen pelaksananya, BOK di tingkat dinas belum tepat karena sehingga Susunan Pengelola BOK tingkat jika dilihat dari sumber pemberi dana Dinas sebaiknya berada di bawah Bidang dan tupoksi yang ada seharusnya berada Yankes dengan alasan karena dana BOK bawah bidang Yankes yang merupakan ini diturunkan oleh Ditjen Bina Gizi bidang teknis bukan berada di Bidang dan Kesehatan Ibu dan Anak dan jika Bina Program seperti saat ini padahal jika dikaitkan dengan tupoksi, maka tupoksi ingin kebijakan terealisasi dan terlaksana bidang yankeslah yang tepat dan cocok maka harus diminimalisir terdapatnya untuk mengimplementasikan BOK ini kelemahan dalam organisasi formal ini. karena tupoksinya lebih teknis ke kegiatan Sedangkan untuk pengelola BOK tingkat yang ada dipuskesmas berbeda dengan puskesmas ditemukan ketidaksesuaian bidang Bina Program yang tupoksinya antara tugas yang diberikan dengan tugas lebih dominan ke kegiatan manajeman. yang dilaksanakan oleh penanggung
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
kesalahan atau kegagalan , keraguan, duplikasi pelaksanaan tugasnya mengerjakan tugas
dan inefesiensi.
penanggungjawab. Dengan adanya SOP dalam implementasi kebijakan BOK ini berfungsi untuk mem-
b. Ketersediaan SOP
perlancar tugas pegawai atau tim kerja, sebagai Mekanisme dalam implementasi kebijakan
dasar hukum jika terjadi penyimpangan, biasanya sudah ditetapkan melalui SOP yang
mengetahui dengan jelas hambatan- mencantumkan kerangka kerja yang jelas,
hambatannya dan mudah dilacak, mengarahkan sistematis, tidak berbelit dan mudah difahami
petugas agar sama-sama disiplin dalam bekerja, oleh siapapun agar dapat menjadi pedoman
serta sebagai pedoman dalam melaksanakan bagi setiap implementor dalam bertindak. pekerjaan rutin.
SOP adalah serangkaian instruksi kerja Adanya SOP dalam implementasi ke- tertulis yang dibakukan (terdokumentasikan)
bijakan BOK ini diperlukan sebagai acuan kerja mengenai proses penyelenggaraan administrasi,
secara sungguh-sungguh untuk menjadikan bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
sumber manusia yang profesional, handal dan oleh siapa harus dilakukan.
sehingga dapat mewujudkan tujuan dan sasaran Sebagai agen pelaksana kebijakan BOK
implementasi kebijakan BOK. yang memiliki kewenangan untuk mengelola
Adapun keuntungan dengan adanya SOP BOK, idealnya memiliki pedoman dalam
dalam implementasi suatu kebijakan adalah : menjalankan tugas pokok dan fungsinya karena
SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi hal ini telah diamanatkan dalam Peraturan
pelaksana, menjadi alat komunikasi dan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
pengawasan dan menjadikan pekerjaan Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas
diselesaikan secara konsisten Pembantuan Pasal 2 ayat 5 bahwa Kementerian/
2) Para pegawai akan memiliki kepercayaan lembaga menetapkan norma, standar, prosedur,
diri dalam bekerja dan tahu apa yang dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
harus dicapai dalam setiap pekerjaan dan tugas pembantuan.
3) SOP juga bisa dijadikan salah satu alat Pedoman dalam menjalankan tugas
training dan bisa digunakan untuk pokok dan fungsi pelaksanaan kegiatan tugas
mengukur kinerja pegawai. pembantuan telah ditetapkan oleh Kementrian
Berdasarkan hasil wawancara kepada para Kesehatan yaitu malalui Permenkes no 1
informan dan observasi di lapangan peneliti tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
memperoleh data bahwa dalam Implementasi Operasional Kesehatan yang berfungsi untuk
Kebijakan BOK ini belum ada SOP yang dibuat memberikan acuan bagi petugas kesehatan di
oleh Dinas Kesehatan maupun oleh Kantor Puskesmas dan Kabupaten/Kota agar dalam
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) pengelolaan Bantuan Operasional Kesehatan
dalam mekanisme pengelolaan dana BOK. pada tahun 2014 dapat dilakukan secara
akuntabel, transparan, efektif, dan efisien yang Tidak adanya SOP yang dikeluarkan oleh KPPN tentu akan berdampak pada kerangka
didalamnya diatur tentang Ruang lingkup kerja yang tidak jelas, tidak sistematis, menjadi pelaksanaan BOK di puskesmas (meliputi: ruang
berbelit dan susah difahami oleh pengelola BOK lingkup kegiatan, ruang lingkup pemanfaatan)
tingkat Dinas.
dan ruang lingkup pelaksanaan BOK di Dinas Keberadaan SOP ini memang mutlak (meliputi: pengelolaan satuan kerja, pembinaan
diperlukan, dengan tidak adanya SOP dalam puskesmas dan konsultasi pelaksanaan BOK).
mekanisme pengelolaan BOK menimbulkan Agar dalam pelaksanaan Implementasi
kesulitan pengelola BOK tingkat Dinas dan Kebijakan BOK ini tidak melenceng dari tujuan
puskesmas di lapangan untuk bekerja secara dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan
sungguh-sungguh dalam mewujudkan tujuan sebaiknya semua agen pelaksana kebijakan ini
dan sasaran implementasi kebijakan BOK perlu membuat SOP agar para agen pelaksana
karena tanpa adanya SOP akan menghambat dapat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
tugas pengelola BOK, menyulitkan untuk pengelola BOK, dapat mengetahui dengan
mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan, jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
sulit mengarahkan petugas agar sama-sama organisasi, melindungi organisasi/unit kerja
disiplin dalam bekerja, serta tidak adanya dan pengelola BOK dari malpraktek atau
pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin
Jurnal
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
Berdasarkan pembahasan mengenai organisasi adalah kejelasan komunikasi dan analisis aspek karakteristik agen pelaksana
konsistensi perintah-perintah kebijakan yang peneliti dapat menganalisis bahwa Organisasi
akan diimplementasikan.
formal pengelola BOK tingkat Dinas belum Komunikasi dan koordinasi merupakan berada di Bidang yang tepat yaitu bidang
mekanisme yang ampuh dalam proses yankes, sedangkan untuk pengelola BOK tingkat
Implementasi kebijakan BOK, Karena semakin Puskesmas masih ditemukan ketidaksesuaian
baik dan banyak melakukan komunikasi antara tugas yang diberikan dengan tugas yang
diantara pihak-pihak yang terkait dalam proses dilaksanakan oleh penanggung jawab BOK dan
implementasi kebijakan BOK maka asumsinya Pengelola Keuangan BOK dimana pengelola
kesalahan-kesalahan yang terjadi akan sangat keuangan BOK dalam pelaksanaan tugasnya
kecil kemungkinannya.
mengerjakan tugas penanggungjawab. Selain Dalam proses implementasi kebijakan itu, untuk implementasi BOK ini belum
BOK ini, komunikasi dan koordinasi sering ditemukan adanya SOP baik di Dinas maupun
dilakukan oleh pihak pelaksana kebijakan di KPPN yang tentu saja akan menimbulkan
sehingga hal ini menjadi bagian penting kesulitan pengelola BOK tingkat Dinas dan
terhadap kinerja pelaksana kebijakan. puskesmas di lapangan untuk bekerja secara
Proses komunikasi yang akan di bahas sungguh-sungguh dalam mewujudkan tujuan
dalam penelitian ini adalah komunikasi antara dan sasaran implementasi kebijakan BOK.
Dinas Kesehatan dengan Puskesmas dan komunikasi antara Dinas Kesehatan dengan
4) Analisis Aspek Komunikasi Antar
KPPN.
Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Adapun proses komunikasi yang Agar kebijakan BOK bisa dilaksanakan
dilakukan oleh pengelola BOK tingkat Dinas dengan efektif maka apa yang menjadi standar
dengan puskesmas adalah dengan adanya dan tujuannya harus dipahami oleh para
kegiatan Sosialisasi BOK untuk Kepala implementor yang bertanggungjawab atas
Puskesmas, Pertemuan Penyusunan rencana pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena
Kerja dan Anggaran, Asistensi Rencana itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan
Kegiatan BOK Puskesmas.
kepada para pelaksana. Komunikasi dalam Dari penjelasan diatas dapat dikatakan kerangka penyampaian informasi kepada para
implementasi kebijakan BOK telah pelaksana kebijakan BOK tentang apa yang
dikomunikasikan oleh pihak Dinas Kesehatan menjadi standar dan tujuan harus konsisten
Kota Bandung kepada Puskesmas agar standar dan seragam dari berbagai sumber informasi.
dan tujuannya dipahami. Selain telah terjalinnya Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta
komunikasi diperlukan juga kejelasan keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan
komunikasi dan konsistensi perintah-perintah kebijakan, maka yang menjadi standar dan
kebijakan yang akan diimplementasikan agar tujuan kebijakan BOK sulit untuk bisa dicapai.
kesalahan-kesalahan yang terjadi akan sangat Dengan demikian prospek implementasi
kecil kemungkinannya.
BOK yang efektif sangat ditentukan oleh Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat komunikasi pada para pelaksana kebijakan
bahwa proses komunikasi secara internal antara secara akurat dan konsisten. Disamping itu
Dinas Kesehatan dan Puskesmas sudah berjalan koordinasi merupakan mekanisme yang
dengan baik melalui kegiatan sosialisasi namun ampuh dalam Implementasi Kebijakan BOK.
masih ditemui adanya ketidakjelasan dan Semakin baik koordinasi diantara pihak-pihak
ketidakkonsintenan dalam proses komunikasi yang terlibat dalam Implementasi Kebijakan
antara verifikator dengan pengelola keuangan maka kesalahan akan makin kecil demikian
BOK Puskesmas. Demikian juga proses sebaliknya.
komunikasi secara eksternal dengan KPPN Implementasi kebijakan BOK di Kota
sudah berjalan tapi masih ditemukan adanya Bandung melibatkan beberapa pihak yang
ketidakjelasan komunikasi yang diterima tentu saja pada pelaksanaannya membutuhkan
oleh pengelola BOK tingkat Dinas dan komunikasi dan koordinasi yang baik agar
ketidakkonsintenan perintah yang diberikan tujuan kebijakan tercapai sesuai dengan yang
oleh KPPN, hal ini terlihat dari perintah yang diharapkan. Dikaitkan dengan penelitian
diberikan sering berubah-ubah dan akhirnya ini, maka fenomena yang digunakan untuk
menimbulkan kebingungan bagi pengelola mengukur aktivitas komunikasi antar
keuangan di Dinas dalam proses komunikasi
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
sesuai dengan harapan. Seyogyanya, untuk KPPN akan menghampat implementasi karena
penilaian indikator keberhasilan implementasi implementasi yang efektif ditentukan oleh
BOK, puskesmas melaporkan secara berkala kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
setiap bulan capaian SPM dan MDGsnya yang dinyatakan oleh ketepatan dan konsistensi
ke pengelola BOK tingkat dinas tapi pada dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan
kenyataannya di lapangan masih ditemukan tujuan-tujuan tersebut.
keterlambatan disampaikannya laporan . Untuk laporan MDGs semua UPT Puskesmas sudah
5) Sikap/Kecenderungan (Disposisi) Para
melaporkan sedangkan untuk laporan SPM baru
Pelaksana
Ibrahim Adjie yang melaporkan secara lengkap Sikap penerimaan atau penolakan
sedangkan UPT Pagarsih dan Padasuka masih dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
belum lengkap.
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.
b. Kognisi
Jika implementasi kebijakan diharapkan Pemahaman pelaksana tentang tujuan berlangsung efektif, para pelaksana kebijakan
umum maupun ukuran-ukuran dasar dan tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
tujuan-tujuan kebijakan merupakan satu hal dilakukan dan memiliki kapabilitas untuk
yang penting. Implementasi kebijakan yang melaksanakannya tetapi mereka juga harus
berhasil harus diikuti oleh kesadaran terhadap mempunyai keinginan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut secara menyeluruh. Hal ini kebijakan tersebut.
berarti bahwa kegagalan suatu implementasi Dalam penelitian ini aspek sikap/
kebijakan sering diakibatkan oleh ketidaktaatan kecenderungan pelaksana yang akan dianalisis
para pelaksana terhadap kebijakan. adalah meliputi, kognisi, respons dan intensitas
Dari hasil wawancara, peneliti men- disposisi implementor, adapun uraiannya
dapatkan informasi bahwa untuk pengelola adalah sebagai berikut:
BOK tingkat Dinas mereka sudah cukup faham
a. Respons implementor terhadap kebijakan
dengan ukuran-ukuran dasar dan tujuan- tujuan kebijakan BOK. Lamanya bertugas
Arah kecenderungan-kecenderungan sebagai pengelola BOK tentu akan membantu pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan
mereka untuk lebih memahami tentang ukuran- tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang
ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan sangat penting. Para pengelola BOK mungkin
BOK sehingga akan mengurangi ketidaktaatan gagal dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan
mereka dalam mengimplementasikan kebijakan dengan tepat karena mereka menolak tujuan-
BOK. Untuk pemahaman pengelola BOK tingkat tujuan yang terkandung dalam kebijakan-
Puskesmas diperoleh data bahwa sebagian dari kebijakan BOK tersebut. Dan begitu sebaliknya,
mereka ada yang sudah faham karena sudah penerimaan terhadap ukuran dasar dan tujuan-
berkecimpung sebagai pengelola BOK dari awal tujuan kebijakan BOK yang diterima secara
BOK diluncurkan, namun ada beberapa yang luas oleh para pengelola BOK akan menjadi
belum faham karena yang bersangkutan baru pendorong bagi implementasi kebijakan yang
berkecimpung sebagai pengelola BOK pada berhasil.
tahun 2014 karena penggantian pengelola. Berdasarkan hasil observasi kepada
Dari data-data tersebut di atas dapat pengelola BOK tingkat Dinas, peneliti melihat
diketahui bahwa Pemahaman pelaksana bahwa respon yang ditunjukkan cukup baik hal
kebijakan BOK tingkat Dinas dan puskesmas ini terlihat dengan adanya penerimaan secara
berkaitan dengan lamanya mereka memegang positif terhadap kebijakan tersebut. Semua
BOK. Makin lama mereka berkecimpung di orang yang terlibat sebagai pengelola BOK
BOK maka mereka semakin faham karena tingkat Dinas peneliti lihat telah berupaya untuk
mereka telah terbiasa melaksanakan kegiatan melaksanakannya dengan baik.
tersebut. Ketika memahami tentang ukuran- Untuk pengelola BOK tingkat puskesmas,
ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan BOK mereka juga telah merespon positif adanya
maka akan mengurangi ketidaktaatan mereka kebijakan ini, dimana dari semua puskesmas
dalam mengimplementasikan kebijakan BOK yang diberikan dana BOK semua berupaya
demikian juga sebaliknya makin sebentar untuk melaksanakannya, meskipun dalam
mereka berkecimpung dalam BOK karena
Jurnal
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat pemahamannya kurang maka akan mendorong
menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja peningkatan ketidaktaatan mereka dalam
implementasi kebijakan BOK. Karena itu, mengimplementasikan kebijakan BOK.
upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan bagaimana situasi
c. Intensitas disposisi implementor
kondusif lingkungan eksternal. Intensitas disposisi implementor yakni
Dengan demikian faktor lingkungan preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
ekonomi, sosial dan politik ini merupakan
Intensitas kecenderungan-kecenderungan aspek terakhir yang akan peneliti teliti yang pelaksana akan mempengaruhi kinerja
selanjutnya akan diuraiakn sebagai berikut: kebijakan. Para pelaksana yang mempunyai pilihan-pilihan negatif mungkin secara terbuka
a. Lingkungan sosial
akan menimbulkan sikap menentang tujuan- Lingkungan sosial yang ingin di potret tujuan program yang akan menyebabkan para
dalam implementasi kebijakan BOK ini pelaksana mengalihkan perhatian dan mengelak
adalah pemberdayaan masyarakat. Dinas secara sembunyi-sembunyi.
kesehatan merupakan sektor yang paling Keberhasilan implementasi kebijakan BOK
depan dalam bertanggungjawab (leading didukung oleh respon dan pemahaman dari
sector) terhadap masalah kesehatan, namun pengelola BOK tingkat Dinas dan Pengelola BOK
dalam mengimplementasikan kebijakan dan Puskesmas . Semakin intens para pengelola BOK
program intervensi harus dilakukan bersama- dalam menjalankan programnya maka semakin
sama sektor lain di antaranya adalah dengan tinggi pula peluang keberhasilan kebijakan BOK
masyarakat.
yang dimaksud. Akan tetapi semakin rendah Dalam pembangunan di bidang kesehatan dan terbatasnya intensistas disposisi maka akan
maka tujuan yang ingin dicapai adalah menghambat keberhasilan kebijakan BOK.
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk Berdasarkan hasil wawancara peneliti
hidup sehat. Untuk mendukung perwujudan terkait persoalan di atas kepada beberapa
masyarakat yang mau dan mampu memelihara informan, peneliti mendapatkan informasi
dan meningkatkan kesehatannya maka di bahwa kecenderungan-kecenderungan dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan pengelola BOK pada implementasi BOK ini
atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan, menjadi berkurang karena adanya beberapa
hal ini mengandung konsekuensi bahwa penyebab seperti telatnya turun dana, prosesnya
pemberdayaan masyarakat merupakan proses berbelit-belit dan berubah-rubah.
yang harus dikembangkan dalam setiap upaya Dari hasil penelitian diatas dapat
kesehatan.
disimpulkan bahwa pemahaman pengelola Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha BOK tingkat dinas sudah cukup baik karena
kesehatan agar menjadi sehat sudah sesuai mereka telah bertugas minimal dua tahun
dengan Undang-undang RI, Nomor 36 tahun sedangkan pengelola BOK tingkat puskesmas
2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan pemahamannya masih kurang karena sering
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan terjadi pergantian kepengurusan. Untuk Respon
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup terhadap implementasi pengelola BOK tingkat
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai dinas dan puskesmas sudah merespon positif
investasi bagi pembangunan sumber daya adanya kebijakan ini sedangkan untuk Intensitas
masyarakat. Setiap orang berkewajiban disposisi pengelola BOK pada implementasi
ikut mewujudkan, mempertahankan dan BOK ini menjadi berkurang karena adanya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kendala-kendala yang ditemukan di lapangan
setinggi-tingginya.
dalam proses implementasi kebijakan BOK. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
Lingkungan ekonomi, sosial dan politik kesadaran, kemauan dan kemampuan Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan
masyarakat dalam mengenali, mengatasi, dalam implementasi kebijakan BOK ini adalah
memelihara, melindungi dan meningkatkan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Disini
kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan akan dilihat sejauh mana lingkungan eksternal
masyarakat bidang kesehatan adalah upaya turut mendorong keberhasilan kebijakan publik
atau proses untuk menumbuhkan kesadaran
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, untuk masyarakat itu sendiri.
dana sehat harus dikembangkan ke seluruh Salah satu wujud nyata pemberdayaan
wilayah, kelompok sehingga semua penduduk masyarakat dalam pembangunan kesehatan
terliput oleh dana sehat atau bentuk Jaminan di UPT Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat lainnya. adalah bahwa berbagai upaya dilakukan dengan
Poskestren merupakan salah satu upaya memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang
memandirikan masyarakat pondok pesantren ada di masyarakat melalui Upaya Kesehatan
untuk hidup sehat melalui pemberdayaan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Bentuk
masyarakat pondok pesantren di bidang UKBM yang paling banyak seperti posyandu,
kesehatan berupa pelayanan kesehatan secara posbindu , dana sehat dan pos Upaya Kesehatan
dasar.
Kerja (UKK) ada di wilayah UPT Ibrahim Adjie, Pos Upaya Kesehatan Kerja adalah wahana hal ini disebabkan karena jumlah penduduk
pelayanan kesehatan kerja yang berada di Ibrahim Adjie paling padat di antara ketiga UPT
tempat kerja informal dan dikelola oleh pekerja Puskesmas tersebut.
itu sendiri (kader) yang berkoordinasi dengan Posyandu adalah Salah satu bentuk
Puskesmas dalam rangka meningkatkan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
meningkatkan produktivitas kerja. Pos dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
UKK sebagai bentuk kesehatan bersumber dalam penyelenggaraan pembangunan masyarakat (UKBM) yang memberikan yankes kesehatan guna memberdayakan masyarakat
dasar bagi masyarakat pekerja terutama pekerja dan memberi kemudahan kepada masyarakat
informal untuk meningkatkan kesehatan pekerja dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
sehingga dapat meningkatkan produktivitas untuk mempercepat penurunan angka kematian
kerja.
ibu dan bayi. Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah Posyandu merupakan salah satu tempat
sebidang tanah di halaman atau ladang yang pelayanan kesehatan yang langsung bersentuhan
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat dengan masyarakat. Kegiatan posyandu lebih
sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
masyarakat, TOGA merupakan wujud Meja 1 (pendaftaran), Meja 2 (penimbangan),
partisipasi mereka dalam bidang peningkatan Meja 3 (pengisian kartu menuju sehat), Meja
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan
4 (penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama vitamin A dan tablet besi) dan Meja 5 (pelayanan
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga kesehatan dan pengobatan serta pelayanan
meningkatkan kesehatan dan mengobati keluarga berencana).
gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang Posbindu adalah kegiatan monitoring
ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi dan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak
ganda mengingat dapat dipergunakan menular (PTM) terintegrasi (penyakit jantung
untuk memperbaiki gizi masyarakat, upaya dan pembuluh darah, diabetes) yang dikelola
pelestarian alam dan memperindah tanam dan oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.
pemandangan.
Kegiatan dalam posbindu ini berupa monitoring Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor resiko bersama PTM secara rutin dan
bahwa lingkungan sosial dimana pemberdayaan periodik, konseling faktor resiko PTM tentang
masyarakat berada di dalamnya telah menjadi diet, aktivitas fisik, merokok, stress, penyuluhan/
eleman penting dalam implementasi kebijakan dialog interaktif sesuai masalah terbanyak,
BOK, utamanya untuk meningkatkan aktivitas fisik bersama seperti olahraga bersama,
kemampuan masyarakat dalam menerima rujukan kasus faktor resiko sesuai kriteria klinis.
program BOK ini . Pemberdayaan masyarakat Dana Sehat merupakan bentuk jaminan
ini berlangsung dengan lancar dimana peran pemeliharaan kesehatan bagi anggota serta aktif masyarakat dapat ditumbuhkan yang masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi
salah satu wujud nyata nya adalah melalui kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi
(UKBM) seperti posyandu, posbindu, dana sebagai wahana memandirikan masyarakat,
sehat, poskestren, pos UKK dan Toga.
Jurnal
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
target SPM bidang kesehatan dan MDGs pada Tujuan dari penyelenggaraan subsistem
tahun 2015.
pembiayaan kesehatan di dalam Sistem
c. Lingkungan politik
Kesehatan Nasional (SKN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 adalah
Lingkungan politik yang kondusif dapat tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang
mendorong keberhasilan kebijakan BOK mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan
namun sebaliknya lingkungan politik yang termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk
kegagalan kinerja implementasi kebijakan BOK menjamin terselenggaranya pembangunan
Pada dasarnya politik itu adalah untuk kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
mencari kekuasaan dengan menghalalkan masyarakat yang setinggi-tingginya.
segala cara untuk kepentingan pribadi Sumber pembiayaan kesehatan diperoleh
atau golongan sehingga mengakibatkan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah,
pelaksanaan program-program pemerintah Masyarakat, Swasta dll . Pembiayaan kesehatan
untuk masyarakat tidak tepat pada sasarannya. oleh Pemerintah Kota Bandung kepada
Dari hasil observasi di lapangan peneliti Puskesmas pada tahun 2014 yaitu APBD, APBN
tidak menemukan adanya penyimpangan dan dana Kapitasi.
politik dalam implementasi kebijakan Untuk penyelenggaraan pembangunan
BOK ini dimana disini tidak ditemukan kesehatan pemerintah telah mengalokasikan
adanya penyimpangan kekuasaan dengan sumber daya melalui berbagai sumber yaitu
menghalalkan segala cara untuk kepentingan APBD, BANGUB, APBN dan Dana Kapitasi.
pribadi atau golongan sehingga pada akhirnya Meskipun puskesmas sudah mendapatkan mengakibatkan pelaksanaan program BOK
kucuran dana dari berbagai sumber tapi, tidak tepat sasarannya. Menurut peneliti keberadaan dana BOK ini tetap masih
dalam Implementasi kebijakan BOK ini dibutuhkan oleh puskesmas karena untuk dana-
sudah sesuai (on track) dimana pelaksanaanya dana seperti APBD, Bangub biasanya langsung
sudah tepat sasaran yaitu untuk mendukung di drop ke puskesmas dalam bentuk barang
penyelenggaraan operasional Puskesmas atau kegiatan dan fokusnya lebih ke upaya
sehingga semakin mendorong petugas kesehatan kuratif dan rehabilitatif, sedangkan
Puskesmas melaksanakan kegiatan pelayanan untuk dana kapitasi fokus kegiatannya lebih ke
kesehatan yang bersifat promotif/preventif pembayaran jasa medis tenaga kesehatan dan
kepada masyarakat.
pembelian obat. Dari hasil penelitian diatas dapat Satu-satunya sumber dana yang fokus
disimpulkan bahwa Lingkungan sosial di pada kegiatan preventif dan promotif adalah
tiga UPT Puskesmas dimana pemberdayaan BOK yang merupakan suplemen pembiayaan
masyarakat berada di dalamnya berlangsung operasional Puskesmas diharapkan mampu
dengan lancar dimana peran serta aktif berkontribusi dalam pencapaian indikator
masyarakat dapat ditumbuhkan yang salah pembangunan kesehatan yaitu pencapaian
satu wujud nyata nya adalah melalui Upaya target SPM bidang kesehatan dan MDGs pada
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat tahun 2015 melalui kegiatan preventif dan
(UKBM) seperti posyandu, posbindu, dana promotif. Selain itu dana BOK bukan merupakan
sehat, poskestren, pos UKK dan Toga. Kondisi dana utama dalam penyelenggaraan upaya
lingkungan sosial yang kondusif ini tentu pada kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta
akhirnya akan turut mendorong keberhasilan Poskesdes dan posyandu, pemerintah daerah
implementasi kebijakan BOK yang telah tetap berkewajiban mengalokasikan dana
ditetapkan. Demikian juga dengan lingkungan operasional untuk Puskesmas
ekonomi yang telah mencukupi mendorong Dengan adanya kucuran dana BOK yang
puskesmas mewujudkan keberhasilan merupakan suplemen pembiayaan operasional
kebijakan publik. Begitu pula dengan kondisi Puskesmas diharapkan diharapkan mampu
politik yang kondusif tidak ditemukan adanya berkontribusi dalam pencapaian indikator
penyimpangan kekuasaan sehingga pada pembangunan kesehatan yaitu pencapaian
akhirnya pelaksanaan program BOK ini dapat dilaksanakan tepat sasarannya.
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
2. Output Pelaksanaan BOk di Puskesmas
mengalami penurunan, 5 indikator tetap Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
dan 3 indikator tidak ada kasus. sebagai suplemen pembiayaan operasional
Dari informasi yang berhasil peneliti Puskesmas yang merupakan bantuan himpun dari pengelola BOK Puskesmas dan
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Dinas dapat disimpulkan bahwa penyebab Daerah diharapkan mampu berkontribusi
belum tercapainya target SPM dan MDGs dalam pencapaian indikator pembangunan
adalah:
kesehatan yaitu pencapaian target SPM bidang
1. Perencanaan puskesmas kurang matang kesehatan dan MDGs pada tahun 2015 melalui
sehingga kegiatan yang direncanakan peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya
adalah kegiatan yang mudah dilakukan serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM
namun tidak memiliki daya ungkit ter- lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan
hadap pencapaian SPM dan MDG’s. kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
2. Ada beberapa kegiatan yang dapat Untuk melihat Output Pelaksanaan BOK di
meningkatkan capaian SPM dan MDGS Puskesmas dibawah ini adalah pembahasannya:
tapi tidak terdapat dalam juknis.
1) Pencapaian Millennium Development Goals 3. Target sasaran yang ditetapkan oleh (MDGS) tahun 2014 masih banyak yang
Dinas terlalu tinggi dibandingkan dengan belum tercapai. Dari 19 indikator yang
target real yang ada di lapangan sehingga ada, indikator yang sudah mencapai
pada akhirnya meskipun berbagai upaya target untuk UPT Padasuka sebanyak 4
telah dilakukan namun tetap tidak dapat indikator, UPT Ibrahim Adjie sebanyak 7
mencapai SPM dan MDGs secara optimal. dan UPT Pagarsih sebanyak 8 indikator. Jika dilihat dari prosentase kenaikan
E. PENUTUP
atau penurunan cakupan MDGs maka
1. Kesimpulan
prosentase pencapaian MDGs tahun 2014 di UPT Padasuka dari 19 indikator yang
Berdasarkan pembahasan sebelumnya ada 10 indikator mengalami peningkatan,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
5 indikator mengalami penurunan dan
a) Implementasi Kebijakan Bantuan
4 indikator tetap. UPT Ibrahim Adjie 8 Operasional Kesehatan di UPT Pagarsih, indikator mengalami peningkatan, 8
Ibrahim Adjie dan Padasuka belum indikator mengalami penurunan dan 3
terlaksana secara optimal, hal ini indikator tetap. Untuk UPT Pagarsih ada
disebabkan karena dalam implementasi
9 indikator mengalami peningkatan, 5 kebijakan ini selain ada beberapa aspek indikator mengalami penurunan dan 3
yang sudah berfungsi secara optimal, indikator tetap.
namun masih ada beberapa aspek yang
2) Pencapaian Standar Pelayanan Minimal belum berfungsi secara optimal. Adapun (SPM) tahun 2014 masih banyak yang
pembahasan implementasi kebijakan BOK belum tercapai. Dari 22 indikator yang
ini adalah sebagai berikut: ada, indikator yang sudah mencapai target
1) Standar dan tujuan kebijakan yang untuk UPT Padasuka sebanyak 5 indikator,
tertuang dalam Peraturan Menteri UPT Ibrahim Adjie sebanyak 5 dan UPT
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Pagarsih sebanyak 8 indikator. Jika dilihat
1 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis dari prosentase kenaikan atau penurunan
Bantuan Operasional Kesehatan cakupan SPM maka prosentase pencapaian
itu dinyatakan dengan cukup jelas SPM tahun 2014 di UPT Padasuka dari 22
sehingga jenis kegiatan preventif indikator yang ada 10 indikator mengalami
dan promotif yang dilaksanakan peningkatan, 7 indikator mengalami
oleh Puskesmas Pagarsih, Puskesmas penurunan, 2 indikator tetap dan 3 indikator
Ibrahim Adjie dan Puskesmas tidak ada kasus. UPT Ibrahim Adjie ada
Padasuka sudah disesuaikan dengan
6 indikator mengalami peningkatan, juknis, karena ketika kegiatan yang
9 indikator mengalami penurunan, 3 yang akan dilaksanakan tidak ada indikator tetap dan 4 indikator tidak ada
dalam juknis maka tidak akan disetujui kasus. Untuk UPT Pagarsih ada 7 indikator
oleh verifikator meskipun sebetulnya mengalami peningkatan, 7 indikator
kegiatan tersebut diperlukan.
Jurnal
133
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
134
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
2) Sumber Daya (Resource) untuk mengimplementasikan kebijakan ini yaitu sumber daya manusia di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka sebagai petugas pengelola BOK tingkat puskesmas serta petugas verifikator di Dinas Kesehatan masih kurang, begitu juga dengan kompetensi yang dimiliki petugas BOK tingkat Dinas dan Puskesmas belum sesuai dengan yang diharapkan serta dengan adanya tugas rangkap yang dipegang oleh pengelola BOK tingkat Dinas dan Puskesmas menyebabkan benturan dengan persoalan waktu yang terlalu ketat.
3) Pada Karakteristik Agen Pelaksana pengelola BOK di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka ditemukan ketidaksesuaian antara tugas yang diberikan dengan tugas yang dilaksanakan oleh penanggung jawab BOK dan Pengelola Keuangan BOK dimana pengelola keuangan BOK dalam pelaksanaan tugasnya mengerjakan tugas penanggungjawab. Sedangkan pada pada Karakteristik Agen Pelaksana pengelola BOK Tingkat Dinas menunjukan bahwa Organisasi formal pelaksana kebijakan BOK belum berada di bidang yang tepat yaitu di bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes). Selain itu, untuk implementasi BOK ini belum ditemukan adanya SOP baik di Dinas maupun di KPPN yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
4) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana menunjukan bahwa proses komunikasi secara internal antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka sudah berjalan dengan baik melalui kegiatan sosialisasi namun masih ditemui adanya ketidakjelasan dan ketidakkonsintenan dalam proses komunikasi antara verifikator dengan pengelola keuangan BOK di tiga puskesmas tersebut dalam proses verifikasi Plan Of Action (POA). Sedangkan untuk proses komunikasi
secara eksternal dengan KPPN sudah berjalan tapi masih ditemukan adanya ketidakjelasan komunikasi yang diterima oleh pengelola BOK tingkat Dinas dan ketidakkonsintenan perintah yang diberikan oleh KPPN, ini terlihat dari perintah yang diberikan sering berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan kebingungan bagi pengelola keuangan di Dinas dalam proses komunikasi dengan KPPN.
5) Pemahaman pengelola BOK Puskesmas Pagarsih dan Padasuka sudah baik karena telah bertugas dari tahun 2010 sedangkan untuk Puskesmas Ibrahim Adjie belum terlalu baik karena baru bertugas kurang dari 1 tahun. Respon Puskesmas Ibrahim Adjie terhadap kebijakan BOK sudah baik diikuti oleh ketaatan dalam penyampaian laporan SPM namun untuk Puskesmas Pagarsih dan Padasuka meskipun responnya sudah baik akan tetapi belum diikuti oleh ketaatan dalam penyampaian laporan SPM. Adapun untuk intensitas disposisi dari Puskesmas Pagarish, Ibrahim Adjie dan Padasuka menjadi kurang positif karena adanya kendala-kendala yang di temui dalam pelaksanaan BOK di lapangan.
6) Lingkungan sosial di Puskesmas Pagarsih, brahim Adjie dan Padasuka mendukung pelaksanaan BOK ini yaitu dengan peran serta aktif masyarakat yang ditumbuhkan melalui upaya kesehatan ber- sumberdaya masyarakat seperti posyandu, posbindu, dana sehat, poskestren, pos UKK dan Toga. Demikian juga dengan lingkungan ekonomi yang sangat mendukung di tiga puskesmas yaitu dengan adanya kucuran dana BOK yang merupakan suplemen pembiayaan operasional Puskesmas diharapkan diharapkan mampu berkontribusi dalam pen- capaian indikator pembangunan kesehatan yaitu pencapaian target SPM bidang kesehatan dan MDGs pada tahun 2015. Demikuian juga dengan kondisi politik di tiga puskesmas yang kondusif yaitu
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Jurnal 135
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
dengan tidak ditemukan adanya penyimpangan kekuasaan hal ini menyebabkan pelaksanaan BOK ini dapat dilaksanakan tepat sasaran.
b) Di lihat dari empat aspek di atas, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada 2 faktor yang sangat menghambat keberhasilan implementasi kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), hambatan- hambatan dalam Implementasi Kebijakan BOK ini yaitu:
1) Sumberdaya yang belum optimal dimana kondisi pengelola BOK baik di tingkat dinas maupun puskesmas masih mempunyai permasalahan yaitu kurangnya sumberdaya yang memadai dan belum memiliki kompetensi yang sesuai dalam melaksanakan kebijakan ini. Sumber daya lain yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi kebijakan BOK ini adalah sumberdaya waktu. Adanya benturan dengan persoalan waktu disebabkan karena para pengelola BOK baik tingkat Dinas maupun puskesmas mempunyai tugas pokok dan fungsi bahkan ada yang mempunyai tugas tambahan selain menjalankan tugas sebagai pengelola BOK.
2) Lemahnya komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana dimana ditemukan adanya ketidakjelasan komunikasi yang diterima dan adanya ketidak- konsistenan perintah yang diberikan pada proses komunikasi antara puskesmas dan verifikator hal ini terlihat dari perintah yang diberikan sering berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan kebingungan bagi pengelola keuangan di puskesmas sehingga ini akan menyebabkan keterlambatan pengajuan POA yang berimbas pada keterlambatan pencairan oleh puskesmas yang tentu saja pada akhirnya hal ini akan menjadi faktor penghambat keberhasilan kebijakan BOK. Selain itu pada proses komunikasi dengan KPPN ditemukan adanya ketidakjelasan dan konsistensi informasi yang diberikan. KPPN dalam memberikan informasi hanya sepotong-sepotong sehingga
menyulitkan pengelola BOK tingkat dinas di lapangan.
c) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa output dari pelaksanaan BOK di puskesmas masih ada beberapa indikator yang belum mencapai target dan jika dilihat dari prosentase nya maka ditemukan ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan dan penurunan sebagai berikut:
1) Pencapaian Millennium Development Goals (MDGS) tahun 2014 masih banyak yang belum tercapai. Dari
19 indikator yang ada, indikator yang sudah mencapai target untuk UPT Padasuka sebanyak 4 indikator, UPT Ibrahim Adjie sebanyak 7 dan UPT Pagarsih sebanyak 8 indikator. Jika dilihat dari prosentase kenaikan atau penurunan cakupan MDGs maka prosentase pencapaian MDGs tahun 2014 di UPT Padasuka dari
19 indikator yang ada 10 indikator mengalami peningkatan, 5 indikator mengalami penurunan dan 4 indikator tetap. UPT Ibrahim Adjie
8 indikator mengalami peningkatan,
8 indikator mengalami penurunan dan 3 indikator tetap. Untuk UPT Pagarsih ada 9 indikator mengalami peningkatan, 5 indikator mengalami penurunan dan 3 indikator tetap.
2) Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2014 masih banyak yang belum tercapai. Dari 22 indikator yang ada, indikator yang sudah mencapai target untuk UPT Padasuka sebanyak 5 indikator, UPT Ibrahim Adjie sebanyak 5 dan UPT Pagarsih sebanyak 8 indikator. Jika dilihat dari prosentase kenaikan atau penurunan cakupan SPM maka prosentase pencapaian SPM tahun 2014 di UPT Padasuka dari 22 indikator yang ada
10 indikator mengalami peningkatan,
7 indikator mengalami penurunan, 2 indikator tetap dan 3 indikator tidak ada kasus. UPT Ibrahim Adjie ada 6 indikator mengalami peningkatan, 9 indikator mengalami penurunan, 3 indikator tetap dan 4 indikator tidak ada kasus. Untuk UPT Pagarsih ada
7 indikator mengalami peningkatan,
7 indikator mengalami penurunan, 5
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
indikator tetap dan 3 indikator tidak ada kasus.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori Kebijakan secara khusus terkait dengan penyajian kasus Implementasi Kebijakan BOK , juga dapat memberikan solusi bagi peningkatan kinerja tim pengelola dana BOK baik di tingkat Kota dan tingkat Puskesmas sehingga dana yang diberikan oleh pemerintah pusat ini dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien sebagai berikut:
a) Masalah kekurangan verifikator sebagai pengelola BOK tingkat Dinas dapat dilakukan dengan cara menambah 3 tenaga verifikator yang akan di ambil dari pengelola BOK tingkat Dinas yang beban kerjanya tidak terlalu berat yaitu dari Tim Sekretariat yang selama ini di dukung oleh jumlah personil 4 orang. Dengan adanya tambahan tiga tenaga verifikator maka akan mengurangi beban verifikator untuk memverifikasi POA sehingga hal ini akan membantu kelancaran proses pencairan.
b) Untuk mengatasi permasalahan pengelola BOK di puskesmas, karena di puskesmas sering dihadapkan pada kurangnya jumlah sumberdaya maka penambahan sumberdaya untuk mengelola BOK bukanlah hal yang tepat, solusi yang peneliti anggap bisa dilaksanakan di puskesmas adalah dengan tidak mengharuskan Kepala Puskesmas sebagai penangung Jawab BOK, tapi tugas ini bisa dilaksanakan oleh Staf yang memegang jabatan struktural yaitu Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, karena jika dilihat data di lapangan tugas yang dilaksanakan oleh penanggungjawab lebih banyak dilaksanakan oleh pengelola keuangan, dengan solusi ini diharapkan penangung jawab dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pelaksanaan BOK sehingga tugas yang dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.
c) Agar kompetensi pengelola BOK baik di tingkat dinas maupun puskesmas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan maka salah satu caranya adalah dengan memberikan
pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan pengelola BOK terkait tugas yang mereka laksanakan agar kemampuan profesional mereka mengalami peningkatan sehingga kompetensi dan kapabilitas dari pengelola BOK itu juga meningkat dan pada akhirnya kinerja kebijakan BOK ini akan sesuai dengan yang diharapkan.
d) Adanya tugas rangkap pengelola BOK tingkat puskesmas dan Dinas salah satu penyebabnya adalah karena masih kurangnya sumberdaya yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung, sehingga memang pada akhirnya sumberdaya tersebut sebagian besar mempunyai tugas rangkap. Solusi yang peneliti anggap tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada baik di Dinas maupun di puskesmas sehingga dengan optimalisasi sumberdaya ini diharapkan beban kerja akan terdistribusi secara merata yang tentu saja pada akhirnya akan mengurangi beban kerja mereka sehingga mereka akan mempunyai waktu yang cukup leluasa untuk mengerjakan tupoksinya dan tugas tambahannya sebagai pengelola BOK.
e) Dalam era globalisasi yang salah satu cirinya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat mendorong manusia untuk bergerak lebih cepat. Untuk mengatasi permasalahan komunikasi antara puskesmas dan dinas peneliti sarankan agar membuat sistem aplikasi yang dapat mengakomodir kebutuhan puskesmas untuk mendapatkan pelayanan konsultasi POA yang cepat dan tepat begitu pula dengan dinas yang dapat memberikan informasi, layanan konsultasi yang cepat dan tepat serta dapat memantau perkembangan hasil kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas, mengetahui hambatan yang mereka hadapi dan dapat memberikan solusi untuk mengatasi segala permasalahan yang ada. Dengan dibangunnya sistem aplikasi ini diharapkan antara puskesmas dan dinas dapat bertukar informasi atau berinteraksi dengan cepat dan mudah sehingga memberikan kemudahan kepada puskesmas dalam dalam meng- implementasikan kebijakan BOK, menyediakan informasi yang mudah di akses oleh puskesmas.
f) Untuk menghilangkan
Mulyadi, D. 2015. Studi Kebijakan Publik dan komunikasi antar dinas dan KPPN yang
hambatan
Pelayanan Publik Konsep dan Aplikasi Proses selama ini terjadi sebaiknya pihak KPPN
Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. dalam menyampaikan pesannya tidak
Bandung: CV Alfabeta. hanya dilakukan melalui komunikasi
---------. 2010. Membidik Jalan Menuju Public secara lisan saja tetapi sebaiknya
Trust: Isu–isu aktual Adminsitrasi Publik melakukan komunikasi secara tertulis
dan Kebijakan Publik. Bandung: STIA LAN juga sehingga ketika dalam komunikasi
Bandung Press.
lisan diperoleh informasi yang tidak Notoatmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu jelas dan tidak konsisten, maka pihak
Perilaku . Rineka Cipta, Jakarta. dinas dapat memperoleh informasi yang
lebih jelas melalui komunikasi tertulis. --------- . 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Adapun komunikasi tertulis yang peneliti
Rineka Cipta, Jakarta.
sarankan adalah dengan dibuatnya leaflat Nugroho, R. 2008. Publik Policy. Jakarta: PT dan SOP oleh KPPN tentang tatacara dan
Gramedia.
persyaratan pencairan dana BOK dari --------- 2014. Kebijakan Publik di Negara-Negara Dinas ke KPPN.
Berkembang . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
g) Melakukan penelitian lanjutan tentang Nurcahyani, R. 2013. Implementasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Dana Bantuan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Operasional Kesehatan (BOK) terhadap
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011. Pencapaian SPM dan MDGS di Kota
Bandung: FK UNPAD Yogyakarta: Gava Bandung.
Media. Purwanto, A.E. 2009. Kebijakan Publik Berbasis
REFERENSI
Dynamic Policy Analisis. Yogyakarta: Gava Agustino, L. 2012. Dasar–dasar Kebijakan Publik.
Media.
Bandung: CV Alfabeta. Rushefsky, E.M. 2002. Public Policy in The United Birkland.A.T. 2005. An Introduction to the Policy
States. New York. M.E Sharpe. Process, Theories, Concepts & Models of Public
Rusli, B. 2013. Kebijakan Publik Membangun Policy Making . New York: M.E Sharpe.
Pelayanan Publik Yang Responsif. Bandung: Creswel, John. 2009. Research Design: Qualitatitve,
Hakim Publishing. Quantitaive, and Mixed Methods Approaches. Sihombing, S. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Thousand Oaks, CA: Sage. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di ----------2010.
Research Design: Pendekatan Puskesmas di Kabupaten Dairi Tahun 2012 . Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed . Yogyakarta:
Medan: FKM USU Medan. Pustaka Pelajar.
Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Cetakan Dunn, N.W. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan
Ketiga . Bandung: PT. Refika Aditama. Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah
Smith, B.K. and Larimer, W.C. 2013. The Public Mada University Press.
Policy Theory Primer . Second Ed. Colorado: Hamdi. M.2014. Kebijakan Publik Proses Analisis
Westview Press.
dan Partisipasi . Bogor: Ghalia Indonesia. STIA-LAN Bandung. 2012. Pedoman Penulisan Hutagalung. H 2013. Analisis Implementasi
Karya Ilmiah. Bandung. dan Evektivitas Kebijakan Dana Bantuan
Subarsono, AG. 2011. Analisis Kebijakan Publik Operasional Kesehatan (BOK) terhadap
Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pencapaian SPM Bidang Kesehatan Kota
Pustaka Pelajar.
Sibolga Sumatera Utara, Medan: FKM USU Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Medan. Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Howlett, M dan Ramesh,M. 1995. Studying Public
Tahir.A.2014. Kebijakan Publik dan Transparansi Policy: Policy Cycles and Policy Subsystems. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. New York: Oxford University Press.
Bandung: Alfabeta.
Moleong, J.L.2014. Metode Penelitian Kualitatif. Umam, K.. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Jurnal
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi
Wahab, S.2014. Analisis Kebijakan dari Formulasi Laporan Tahunan BOK Puskesmas Pagarsih ke Penyusunan Model-model Implementasi
Tahun 2014
Kebijakan Publik . Jakarta: Bumi Aksara. Laporan Tahunan BOK Puskesmas Ibrahim Winarno, B. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses
Adjie Tahun 2014
dan Studi Kasus . Yogyakarta: PT. Buku Seru. Laporan Tahunan BOK Puskesmas Puter Tahun Wasistiono,S. 2006. Memahami Asas Tugas
2014
Pembantuan. Bandung: Fokusmedia. Laporan Tahunan BOK Puskesmas Padasuka Tahun 2014
Peraturan Perundang–Undangan
Jurnal
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Gedeona, Hendrikus.T. 2010. Pendekatan
Tahun 2012 Tentang Kesehatan Kualitatif dan Kontribusinya dalam Penelitian Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012
Administrasi Publik. Volume VII Nomor 3 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Maret 2010. Jurnal Ilmu Administrasi STIA Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
LAN Bandung.
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Yusuf, Iyus. 2013. Analisis Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan
Kebijakan Pembimbingan Klien Surat Keputusan Tim Pengelola BOK Tingkat
Permasyarakatan (Bapas) Kelas I Bandung. Dinas Tahun 2014
Volume X Nomor 2 Agustus 2013. Jurnal Ilmu Laporan Tahunan BOK Dinas Kesehatan Tahun
Administrasi STIA LAN Bandung. 2010 – 2014
Sulbeni. 2013. Implementasi Kebijakan Laporan Realisasi Keuangan BOK Tahun 2014
Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung.. Volume X
Laporan Tahunan BOK Puskesmas Garuda Nomor 2 Agustus 2013. Jurnal Ilmu Administrasi Tahun 2014
STIA LAN Bandung.
138
Jurnal
Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Volume XIII | Nomor 1 | April 2016