Latar Belakang Asas Perlakuan yang Sama Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita Bangsa Indonesia dengan kemerdekaannya ialah kebebasan untuk hidup mandiri membangun masyarakat adil dan makmur di atas tumpah darahnya yang kaya akan berbagai sumber alam untuk bergerak bebas di dunia, membantu atas dasar persamaan derajat dan mewujudkan suatu dunia yang damai. Agar cita-cita luhur tersebut dapat diwujudkan, kemerdekaan yang telah berhasil direbut harus diisi dengan berbagai bidang pembangunan. Karena dengan pembangunan, yaitu pembangunan secara menyeluruh dalam semua sector yang melibatkan semua lapisan masyarakat dalam pembangunan, tujuan mulia yang dicita-citakan tersebut dapat terwujud. 1 Salah satu aspek yang berperan dalam pembangunan tersebut adalah dengan adanya penanaman modal atau investasi yang besar. Kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Keberadaan kedua instrumen hukum itu diharapkan agar investor baik investor asing maupun investor domestik dapat menanamkan investasinya di Indonesia. 2 1 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 2. 2 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing, dimana pihak investor dalam negeri takut didominasi dan dieksploitasi oleh para investor asing. Padahal di sisi lain, pihak investor asing sangat dibutuhkan untuk perkembangan suatu Negara. Namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan bahwa kehadiran investasi asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas multiplier effect. Manfaat yang dimaksud yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi transfer of technology maupun alih pengetahuan transfer of know how. 3 Sekalipun kehadiran investor membawa manfaat bagi negara penerima modal, di sisi lain investor yang hendak menambahkan modalnya juga tidak lepas dari orientasi bisnis business oriented, apakah modal yang diinvestasikan aman dan bisa menghasilkan keuntungan. Selain pertimbangan ekonomi, investor juga mempertimbangkan non-ekonomi seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, penegakan hukum dan sosial budaya merupakan faktor penentu yang tidak kalah pentingnya untuk menentukan keberhasilan investasi. 4 Pada masa Orde Baru, jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia cukup tinggi yaitu investasi infrastruktur dianggarkan 7 hingga 8 persen dari Produk Domestik Bruto. Pertumbuhan penanaman modal swasta asing secara 3 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2007, hlm. 8. 4 Ibid., hlm. 9. Universitas Sumatera Utara langsung foreign direct investment-yakni, yang dana-dana investasinya langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti memberii lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya di Negara-negara dunia ketiga seperti di Indonesia ini, telah berlangsung secara sangat cepat selama sekian dasawarsa terakhir ini. Apabila pada tahun 1962 nilai totalnya baru mencapai sekitar US 2,4 milyar maka di tahun 1980 jumlahnya telah melonjak menjadi sekitar US 11 milyar, kemudian naik lagi hingga US 35 milyar di tahun 1990, serta berpuncak sebesar lebih dari US 120 milyar di tahun 1997. 5 Hal ini disebabkan karena stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan terkendali sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalam berusaha di Indonesia. Sementara itu, jumlah investasi khususnya saat investor asing masuk ke Indonesia pada masa Era Reformasi mengalami penurunan yang sangat signifikan karena seringnya terjadi konflik di masyarakat, yaitu investasi infrastruktur dianggarkan 3 hingga 4 persen dari Produk Domestik Bruto. 6 5 NN, Perusahaan Multinasional, dikutip dari Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakkan investasi di Indonesia, sebagaimana diinventarisasikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala internal yang dimaksud meliputi : http:lifesupportalchemist.wordpress.com diunggah terakhir pada tanggal 2 Aapril 2014. 6 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 4. Universitas Sumatera Utara 1. Kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yangsesuai; 2. Kesulitan memperoleh bahan baku; 3. Kesulitan danapembiayaan; 4. Kesulitan pemasaran; 5. Adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham. Sedangkan yang dimaksud dengan kendala eksternal, meliputi : 1. Faktor lingkungan bisnis, baik nasional, regional dan global yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang diberikan pemerintah; 2. Masalah hukum; 3. Keamanan maupun stabilitas politik yang merupakan faktor eksternal ternyata menjadi faktor penting bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia; 4. Adanya peraturan daerah, keputusan menteri, undang-undang yang turut mendistorsi kegiatan penanaman modal; dan 5. Adanya undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yang menimbulkan ketidakpastian dalam pemanfaatan areal hutan bagi industri pertambangan. 7 Pada tahun 2006, karena melihat sudah terdapat situasi yang tidak relevan lagi di bidang penanaman modal, maka Pemerintah telah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Penanaman Modal. Dan pada tanggal 29 Maret 2007, 7 Ibid., hlm. 4. Universitas Sumatera Utara RUU itu telah disahkan oleh DPR RI menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Diharapkan dengan adanya UUPM ini, seluruh aspek yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal baik bagi investor maupun negara penerima penanaman modal dapat saling menguntungkan. Karena di dalam UUPM telah diatur tentang fasilitas atau kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada investor. Pemberian kemudahan ini dimaksudkan agar investor, khususnya investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya investasi itu adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, menampung tenaga kerja, meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi, dan lain-lain. 8 Jika ditelaah secara khusus di dalam Pasal 3 angka 1 huruf d UUPM, maka disebutkan bahwa asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal UUPM ini merupakan UU yang mencerminkan sikap pro ataupun berpihak terhadap investor. Karena UUPM ini begitu mengayomi berbagai kebutuhan dan memberiikan manfaat bagi para investor. Investor yang dimaksud dalam UUPM ini bukan hanya saja yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Sikap pemerintah di dalam UUPM ini sudah menuju kepada adanya jaminan atas kepastian hukum yang diterapkan bagi investor. Hal ini terlihat dengan adanya penerapan asas perlakuan yang sama bagi seluruh investor yang ingin menanamkan modalnya. 8 Ibid., hlm. 7. Universitas Sumatera Utara negara adalah merupakan asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun penanam modal dari suatu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya. Pasal 4 ayat 2 UUPM menetapkan perlakuan sama antara penanaman modal asing PMA dan penanaman modal dalam negeri PMDN dengan tetap mengacu kepada kepentingan nasional. Kaedah dalam Pasal 4 ayat 2 mengandung dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberiiikan perlakuan sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya pengecualian semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional. 9 Kemudahan yang dimaksud dalam UUPM ini terlihat juga dari adanya peraturan akan adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang bertujuan untuk mengefisienkan proses prosedural pembuatan izin usaha. Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP ini merupakan cerminan dari peningkatan pelayanan pemerintah kepada para investor. PTSP yang diatur dalam Pasal 25 ayat 5 dan 26 ayat 1 UUPM ini bertujuan untuk membantu investor dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman modal. PTSP yang 9 Asmin Nasution, Transparansi Dalam Penanaman Modal, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008, hlm. 94. Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pejabat yang berwenang ini merupakan satu kegiatan yang memang dapat mengefisienkan waktu dan biaya para investor. Dengan adanya pembaharuan yang sangat positif di dalam UUPM ini, maka penulis merasa tertarik untuk mencari hubungan dari pemberlakuan asas perlakuan yang sama bagi investor di dalam pelaksanaan PTSP di bidang penanaman modal di Indonesia.

B. Perumusan Masalah