Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III
RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-6
b. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat sejauh mana keberhasilan program pembangunan kesejahteraan
sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci. IPM sendiri secara konseptual merupakan suatu ukuran komposit yang mencerminkan pendidikan,
kesehatan dan pendapatan yang diperoleh oleh penduduk. Dalam periode 5 lima tahun belakangan ini, IPM Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan, sehingga
pada Tahun 2013 mencapai angka 75,49 jika dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 75,11.
2. Rencana Target Ekonomi Makro pada Tahun Perencanaan
Kondisi perekonomian Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 diprediksikan akan semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian
kebijakan pembangunan ekonomi harus tetap antisipatif terhadap sejumlah tantangan. baik yang bersumber dari faktor internal dalam negeri maupun faktor
eksternal global yang diperkirakan masih belum sepenuhnya kondusif bagi tercapainya kinerja ekonomi yang optimal. Hambatan bersumber dari faktor
internal antara lain terbatasnya sumber-sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan pembangunan. penanggulangan bencana. penanggulangan berbagai
wabah penyakit. tuntutan upah ketenagakerjaan dan ancaman inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antara lain
dampak terjadinya perubahan ekonomi global. dengan maraknya perdagangan bebas serta peningkatan harga BBM dan tingkat inflasi. Disisi lain. pasar
bebasglobalisasi yang semakin kompetitif menuntut kesiapan semua pelaku usaha untuk memperbaiki kualitas produk barang dan jasa agarr lebih berdaya saing.
Oleh sebab itu. guna mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk- produk lokal dipasar regional maupun global diperlukan peningkatan kualitas dan
produktifitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada standar mutu nasional SNI maupun standar mutu internasional ISO serta kejelasan akan
Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI.
Adapun kerangka ekonomi makro Kabupaten Kerinci tahun 2015-2016 dapat diprediksikan dengan mempertimbangkan berbagai asumsi ekonomi yang
diperkirakan akan terjadi di Kabupaten Kerinci. Dengan asumsi struktur perekonomian Kabupaten Kerinci yang masih didominasi oleh tiga sektor yaitu
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa, maka laju pertumbuhan ketiga sektor dominan tersebut akan secara signifikan berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan PDRB secara agregat, sehingga laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 diproyeksikan akan berada pada
angka kisaran 6,57 persen dan Tingkat Pendapatan Perkapita sebesar Rp. 6,2 Juta dengan Inflasi Kabupaten Kerinci berkisar antara 7,5
– 8,5 persen. Dari uraian di atas dan mengacu pada kebijakan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Kerinci 2014-2019, maka fokus kebijakan pembangunan daerah pada tahun 2016 menitik beratkan
pada pembangunan dibidang ekonomi, terutama untuk meningkatkan nilai tambah bagi penduduk Kabupaten Kerinci yang mayoritas bergerak di bidang pertanian.
Titik berat pembangunan di bidang ekonomi tersebut mempunyai konsekuensi logis perlunya peningkatan kualitas perencanaan pembangunan, terutama dalam
mengawal proses perumusan strategi sehingga menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat sasaran, yaitu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi,
perluasan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan. Dengan keterbatasan kemampuan fiskal daerah untuk mendorong perekonomian, maka kebijakan
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III
RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-7
ekonomi daerah secara sistematis harus lebih diarahkan untuk mengupayakan program-program pembangunan strategis yang mampu berperan sebagai stimulus
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah yang selanjutnya perlu menjadi komitmen bersama dalam pelaksanaannya. Oleh sebab
itu, efisiensi dan efektifitas implementasi dari kebijakan alokasi anggaran pembangunan
akan lebih
ditingkatkan dengan
mempertajam prioritas
pembangunan ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat luas dengan memanfaatkan segenap potensi
sumberdaya ekonomi lokal di wilayah Kabupaten Kerinci.
B. Arah kebijakan Keuangan Daerah
1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah.
Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh masyarakat.
Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan prinsip kewajaran “horisontal” dan kewajaran “vertikal”. Prinsip dari kewajaran horisontal
menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama harus diberlakukan sama, sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi pada konsep
kemampuan wajib pajaknon pajak retribusi untuk membayar, artinya masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban
pajak yang tinggi pula. Tentunya untuk menyeimbangkan kedua prinsip tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional untuk
menghilangkan rasa ketidakadilan.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut danatau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusatdaerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;
2. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah;
3. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah;
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan
daerah; 5.
Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat; 6.
Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.