RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Perbup | Kabupaten Kerinci Ranc BAB 3_perbup

(1)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-1

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Makro Ekonomi Daerah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci yang digambarkan atas dasar harga konstan 2000, dari tahun 2010 hingga 2014 mempunyai rata-rata pertumbuhan 6,28 persen pertahun. Berturut-turut pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci pada tahun 2010 sebesar 5,88 persen, tahun 2011 sebesar 5,72 persen, tahun 2012 sebesar 6,55 persen dan tahun 2013 sebesar 6,44 persen dan tahun 2014 diproyeksikan sebesar 6,79 persen. Bila dilihat dari sektor-sektornya, pada tahun 2014 seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Sektor konstruksi memberikan pertumbuhan tertinggi diantara sektor lainnya, yaitu sebesar 9,14 persen. Sedangkan sektor Pertambangan & Penggalian hanya tumbuh sebesar 6,12 persen, terendah diantara sektor lainnya.

Sementara itu, sektor utama dengan kontribusi PDRB ADHK tertinggi sebesar 67,71 persen atau sebesar Rp.972.654 Milyar yang merupakan penyedia lapangan usaha sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kerinci yaitu sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan dengan secara keseluruhan mengalami peningkatan dan laju pertumbuhannya sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni sebesar 6,71 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,48 persen. Sektor pertanian ini berperan sebagai sektor utama yang mensuplai berbagai produk bahan makanan baik nabati maupun hewani untuk kebutuhan rumah tangga dan bahan baku industri. Sebagai kebutuhan pokok, permintaan komoditas bahan makanan bersifat relatif inelastis, artinya pengaruh harga dan pendapatan konsumen relatif kecil bila dibandingkan dengan pengaruhnya terhadap permintaan produk industri. Produk-produk pertanian yang berasal dari Kabupaten Kerinci di suplay ke berbagai daerah di Sumatera dan Pulau Jawa bahkan di ekspor ke negara tetangga. Faktor inilah salah satu yang menjadi keunggulan Kabupaten Kerinci.

a. Kapasitas keuangan daerah

Kondisi keuangan daerah Kabupaten Kerinci dari tahun 2013–2017 menunjukkan pertumbuhan yang positif, sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini :


(2)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-2

Tabel 3.1

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2013 - 2017

NO Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Target Tahun 2015

Proyeksi /Target pada Tahun Rencana

2016*

Proyeksi /Target pada

Tahun 2017** Keteranagn

1 2 3 4 5 6 7 8

1.1 Pendapatan asli daerah 36.470.030.655,34 61.548.418.491,91 59.877.570.740,00 60.282.120.175,91 77.631.193.529,00

1.1.1 Pajak daerah 5.897.981.146,14 7.884.577.611,03 10.952.500.000,00 10.952.500.000,00 16.896.023.475,00

1.1.2 Retribusi daerah 4.253.425.473,00 2.468.029.581,00 3.532.100.000,00 3.547.100.000,00 11.952.579.592,00

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan 4.786.894.192,93 6.542.202.465,00 7.542.202.465,00 7.542.202.465,00 16.177.467.807,00

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah 21.531.729.843,27 44.653.608.834,88 37.850.768.275,00 38.240.317.710,91 32.605.122.655,00

1.2 Dana perimbangan 647.505.138.350,00 673.545.200.956,00 679.584.608.062,00 702.808.114.000,00 757.273.355.679,00

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan

pajak 85.509.515.350,00 77.693.635.956,00 67.341.011.062,00 40.563.427.000,00 90.924.016.792,00

1.2.2 Dana alokasi umum 501.185.353.000,00 545.365.585.000,00 550.843.627.000,00 600.843.627.000,00 607.492.780.596,00

1.2.3 Dana alokasi khusus 60.810.270.000,00 50.485.980.000,00 61.399.970.000,00 61.401.060.000,00 58.856.558.291,00

1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 117.694.921.405 134.125.096.028,00 186.901.470.462,00 215.350.894.848,00 359.901.110.876,00

1.3.1 Hibah - -

1.3.2 Dana darurat - -

1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari

pemerintah daerah lainnya 26.737.865.993 36.781.564.028,00 29.805.279.762,00 36.860.704.148,00 45.000.345.876,00

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 78.244.689.000,00 81.343.532.000,00 141.096.190.700,00 162.490.190.700,00 298.900.765.000,00 1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi

pemerintah daerah lainnya**) 12.712.366.412 16.000.000.000,00 16.000.000.000,00 16.000.000.000,00 16.000.000.000,00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

(1.1 +1.2+1.3) 801.670.090.410 869.218.715.475,91 926.363.649.264,00 978.441.129.023,91 1.194.805.660.084,00

Ket : *) Hasil Pembahasan TAPD, 2015

**) Proyeksi RPJMD Kabupaten Kerinci 2014-2019 Sumber : Data diolah Bappeda Kabupaten Kerinci, 2015


(3)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-3 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2014 meningkat relatif cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2013. Pada Tahun 2013 realisasi Pendapatan Daerah mencapai 99,70 persen menjadi sebesar Rp.801.670.090.410,- dari target semula dalam APBD-P Tahun 2013 sebesar Rp. 804.070.506.154,-. Sementara itu, pada Tahun 2014 realisasi Pendapatan Daerah mencapai 100,93 persen menjadi sebesar Rp.869.218.715.475,91,- dari target semula sebesar Rp.861.204.537.270,-. Pelampauan target pendapatan daerah Tahun 2014 disebabkan karena tingginya realisasi pendapatan dari BLUD, bagi hasil Pajak dari Provinsi dan peningkatan Dana Penyesuaian. Disamping itu, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) realisasinya masih dibawah 100 persen.

Komponen Penerimaan Daerah terbesar setelah Dana Alokasi Umum adalah Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) serta Dana Alokasi Khusus. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang rincian APBN, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) terutama bagi hasil Minyak Bumi dan Bagi Hasil Gas Bumi pada APBD-P Tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan, masing-masing sebesar Rp.13.985.579.000,- dan Rp.14.119.848.000,- dari target semula sebesar masing-masing Rp.21.904.867.000,- dan Rp.22.300.971.000,- menjadi sebesar Rp.7.919.288.000,- dan Rp.8.181.123.000,-.

Kondisi diatas, berpengaruh pada struktur APBD-P Tahun 2015. Namun pada Tahun 2016, pendapatan daerah diperkirakan tetap akan mengalami peningkatan dari target APBD Tahun 2015. Apabila target pendapatan daerah dalam APBD Tahun 2015 sebesar Rp.926.363.649.264,-, maka pada Tahun 2016 diperkirakan pendapatan daerah sebesar Rp.978.441.129.023,91. Peningkatan pendapatan ini diharapkan terjadi pada pos penerimaan Dana Alokasi Umum dan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.

Kemudian, realisasi Belanja Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2013 dan 2014 serta target/ proyeksi Tahun 2016 dan 2017 serta realisasi Pembiayaan Daerah tergambar pada tabel berikut ini :


(4)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-4

Tabel 3.2

Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2013 – 2017

NO Uraian

Jumlah Realisasi Tahun

2013

Realisasi Tahun 2014

Target Tahun 2015

Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016*

Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2017**

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

2.1 Belanja Tidak Langsung

2.1.1 Belanja pegawai 367.999.967.678,00 399.025.849.630,00 490.047.433.522,00 507.047.433.522 567.213.138.120

2.1.2 Belanja bunga - -

2.1.3 Belanja subsidi - - - -

2.1.4 Belanja hibah 20.663.767.437,00 3.848.342.836,00 6.125.000.000,00 5.000.000.000 32.512.281.274

2.1.5 Belanja bantuan sosial 3.597.500.000,00 5.105.650.000,00 5.174.250.000,00 4.000.000.000 7.030.540.356

2.1.6 Belanja bagi hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* - - - -

2.1.7

Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa*

36.662.059.657,05 40.305.206.822,43 57.316.821.700,00 115.000.000.000 54.941.299.824

2.1.8 Belanja tidak terduga 50.000.000,00 500.000.000,00 1.000.000.000 1.685.802.530

B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 428.973.294.772,05 448.285.049.288 559.163.505.222,00 632.047.433.522,00 663.383.062.104,00

2.2 Belanja Langsung

2.2.1 Belanja pegawai 35.798.639.618,00 37.820.586.177,00 43.709.178.195,00 38.818.005.458 58.406.219.373,00

2.2.2 Belanja barang dan jasa 131.673.856.360,60 150.179.144.356,00 190.758.498.508,00 169.412.117.592 208.012.969.651,00

2.2.3 Belanja modal 199.891.340.234,00 201.494.580.769,00 183.278.729.474,00 162.769.354.511 298.159.232.840,00

C JUMLAH BELANJA LANGSUNG 367.363.836.212,60 389.494.311.302 417.746.406.177,00 370.999.477.561,00 564.578.421.864,00

D TOTAL JUMLAH BELANJA 796.337.130.985 837.779.360.590 976.909.911.399,00 1.003.046.911.083,00 1.227.961.483.968,00

Ket : *) Hasil Pembahasan TAPD, 2015

**) Proyeksi RPJMD Kabupaten Kerinci 2014-2019 Sumber : Data diolah Bappeda Kabupaten Kerinci, 2015


(5)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-5

Tabel 3.3

Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2013 – 2017

NO Uraian

Jumlah Realisasi

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2014

Target Tahun 2015

Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016*

Proyeksi /Target pada

Tahun Rencana 2017** Keterangan

1 2 3 4 5 6 6

3.1 Penerimaan pembiayaan

3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya

(SILPA) 50.595.890.924,29 44.194.450.729,15 58.088.464.600,00

24.605.782.059,09

33.155.823.844,00

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -

3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan -

3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah -

3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman -

3.1.6 Penerimaan piutang daerah -

JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 50.595.890.924 44.194.450.729 58.088.464.600 24.605.782.059,09 33.155.823.844,00

3.2 Pengeluaran pembiayaan

3.2.1 Pembentukan dana cadangan -

3.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah 11.709.000.000,00 8.077.000.000,00 7.542.202.465,00

3.2.3 Pembayaran pokok utang -

3.2.4 Pemberian pinjaman daerah -

JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 11.709.000.000 8.077.000.000 7.542.202.465 - -

JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 38.886.890.924 36.117.450.729 50.546.262.135 24.605.782.059,09 33.155.823.844,00

Ket : *) Proyeksi RPJMD Kabupaten Kerinci 2014-2019 **) Hasil Pembahasan TAPD, 2015


(6)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-6

b. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat sejauh mana keberhasilan program pembangunan kesejahteraan sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci. IPM sendiri secara konseptual merupakan suatu ukuran komposit yang mencerminkan pendidikan, kesehatan dan pendapatan yang diperoleh oleh penduduk. Dalam periode 5 (lima) tahun belakangan ini, IPM Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan, sehingga pada Tahun 2013 mencapai angka 75,49 jika dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 75,11.

2. Rencana Target Ekonomi Makro pada Tahun Perencanaan

Kondisi perekonomian Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 diprediksikan akan semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian kebijakan pembangunan ekonomi harus tetap antisipatif terhadap sejumlah tantangan. baik yang bersumber dari faktor internal (dalam negeri) maupun faktor eksternal (global) yang diperkirakan masih belum sepenuhnya kondusif bagi tercapainya kinerja ekonomi yang optimal. Hambatan bersumber dari faktor internal antara lain terbatasnya sumber-sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan pembangunan. penanggulangan bencana. penanggulangan berbagai wabah penyakit. tuntutan upah ketenagakerjaan dan ancaman inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global. dengan maraknya perdagangan bebas serta peningkatan harga BBM dan tingkat inflasi. Disisi lain. pasar bebas/globalisasi yang semakin kompetitif menuntut kesiapan semua pelaku usaha untuk memperbaiki kualitas produk barang dan jasa agarr lebih berdaya saing. Oleh sebab itu. guna mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal dipasar regional maupun global diperlukan peningkatan kualitas dan produktifitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada standar mutu nasional (SNI) maupun standar mutu internasional (ISO) serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Adapun kerangka ekonomi makro Kabupaten Kerinci tahun 2015-2016 dapat diprediksikan dengan mempertimbangkan berbagai asumsi ekonomi yang diperkirakan akan terjadi di Kabupaten Kerinci. Dengan asumsi struktur perekonomian Kabupaten Kerinci yang masih didominasi oleh tiga sektor yaitu pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa, maka laju pertumbuhan ketiga sektor dominan tersebut akan secara signifikan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan PDRB secara agregat, sehingga laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 diproyeksikan akan berada pada angka kisaran 6,57 persen dan Tingkat Pendapatan Perkapita sebesar Rp. 6,2 Juta dengan Inflasi Kabupaten Kerinci berkisar antara 7,5 – 8,5 persen.

Dari uraian di atas dan mengacu pada kebijakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kerinci 2014-2019, maka fokus kebijakan pembangunan daerah pada tahun 2016 menitik beratkan pada pembangunan dibidang ekonomi, terutama untuk meningkatkan nilai tambah bagi penduduk Kabupaten Kerinci yang mayoritas bergerak di bidang pertanian. Titik berat pembangunan di bidang ekonomi tersebut mempunyai konsekuensi logis perlunya peningkatan kualitas perencanaan pembangunan, terutama dalam mengawal proses perumusan strategi sehingga menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat sasaran, yaitu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan. Dengan keterbatasan kemampuan fiskal daerah untuk mendorong perekonomian, maka kebijakan


(7)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-7 ekonomi daerah secara sistematis harus lebih diarahkan untuk mengupayakan program-program pembangunan strategis yang mampu berperan sebagai stimulus serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah yang selanjutnya perlu menjadi komitmen bersama dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu, efisiensi dan efektifitas implementasi dari kebijakan alokasi anggaran pembangunan akan lebih ditingkatkan dengan mempertajam prioritas pembangunan ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat luas dengan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya ekonomi lokal di wilayah Kabupaten Kerinci.

B. Arah kebijakan Keuangan Daerah 1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah.

Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan prinsip kewajaran

“horisontal” dan kewajaran “vertikal”. Prinsip dari kewajaran horisontal

menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama harus diberlakukan sama, sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi pada konsep kemampuan wajib pajak/non pajak (retribusi) untuk membayar, artinya masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban pajak yang tinggi pula. Tentunya untuk menyeimbangkan kedua prinsip tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional untuk menghilangkan rasa ketidakadilan.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;

2. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah; 3. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah;

4. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan daerah;

5. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;

6. Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.


(8)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-8 Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan target pendapatan dilakukan antara lain dengan, penelitian potensi pendapatan daerah, pembebasan dan penyederhadanaan prosedur pajak dan non pajak, pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga, operasionalisasi penagihan pajak daerah, pelayanan pada

event tertentu di kabupaten/kota seperti pameran pembangunan, pasar malam dan

lain-lain.

Berdasarkan arah kebijakan umum dan target pendapatan yang ingin dicapai pada tahun 2016 maka strategi kebijakan umum pendapatan daerah sebagai upaya pencapaian target adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Peningkatan pendapatan asli daerah dari masyarakat, harus berdasarkan pada Peraturan Daerah, terutama untuk membiayai layanan-layanan yang diberikan, sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terwujud. Peraturan Daerah tersebut dibuat untuk:

1. Memperkuat otonomi daerah dan demokrasi, dimana pajak daerah dan retribusi daerah dijadikan sebagai saluran aspirasi daerah dan mempermudah penerapan tingkat pelayanan dengan beban pajak daerah dan retribusi daerah;

2. Meningkatkan akuntabilitas Pemerintah Daerah;

3. Memberikan insentif untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan layanan.

Salah satu upaya yang telah dilakukan dan diandaikan untuk meningkatkan penerimaan daerah adalah dengan menggali sumber- sumberpungutan daerah yang baru (ekstensifikasi) berdasarkan ketentuan yangmemenuhi kriteria pungutan daerah yang baik dan benar serta tidakbertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Arah pengelolaan pendapatan daerah dimasa depan difokuskan pada langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemantapan kelembagaan dan sistem pemungutan pendapatan daerah 2. lntensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah.

3. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah.

4. Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat wajib pajak/retribusi daerah.

5. Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. 6. Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah.

7. Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah.

8. Peningkatan peran dan fungsi UPT-PPD dan Kantor Bersama Samsat sebagai ujung tombak pelayanan publik.

9. Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah dengan Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota serta instansi terkait.


(9)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-9 Peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), semakin besar dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil serta Lain-lain Pendapatan yang Sah

Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber Dana Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan program program unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan pendapatan dari bagi hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan Bagi Hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil. Pemerintah Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.

Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi melalui koordinasi penyaluran dana bagi hasil PBB, dan CHT adalah :

1. Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan dan lain- lain pendapatan yang sah,

2. Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangka pengembangan yang lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu, kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu disusun dalam kerangka yang sistimatis dan terpola.

Belanja daerah pada Tahun 201 6 diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan yang telah ditargetkan dalam RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2 01 4- 2 01 9. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi), dimana keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat (hasil).

Struktur belanja dalam APBD sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 201 1 dibagi atas kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dengan rincian sebagai berikut:


(10)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-10

a. Belanja Tidak langsung

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:

1) Belanja Pegawai berupa penyediaan gaji dan tunjangan serta tambahan penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

2) Belanja bunga digunakan untuk pembayaran atas pinjaman Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat. Dalam Pemenuhan Pendanaan sejalan dengan penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya pengalokasian anggaran dalam APBD, Kabupaten Kerinci tidak melakukan pinjaman, sehingga tidak ada Pembayaran Bunga Pinjaman.

3) Belanja Hibah digunakan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka pemerintah daerah dapat melakukan pemberian hibah kepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan perundang-undangan sepanjang dianggarkan dalam APBD. Pemberian hibah harus dilakukan secara selektif sesuai dengan urgensi dan kepentingan daerah serta kemampuan keuangan daerah, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan urusan wajib dan tugas - tugas pemerintahan daerah lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.

4) Belanja Bantuan Sosial digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, bantuan sosial diberikan kepada kelompok/anggota masyarakat yang dilakukan secara selektif/tidak mengikat dan jumlahnya dibatasi.

5) Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan dari pemerintah daerah Kabupaten/ Kota kepada Pemerintahan Desa sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Bantuan Keuangan kepada Partai Politik yang tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait.

6) Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program/kegiatan.

b. Belanja Langsung

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:

1) Belanja pegawai merupakan pengeluaran untuk honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

2) Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran untuk pembelian/ pengadaan barang yang dinilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan


(11)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-11 dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

3) Belanja modal merupakan pengeluaran untuk pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan. Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut:

a. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan harapan selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

b. Prioritas

Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan wilayah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan infrastruktur guna mendukung ekonomi kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

c. Tolok ukur dan target kinerja

Belanja daerah pada setiap kegiatan disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

d. Optimalisasi belanja langsung

Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak ketiga, sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Transparansi dan Akuntabel

Setiap pengeluaran belanja dipublikasikandan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja. Pelaporan dan pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasil.


(12)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-12

3. Arah Kebijakan Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam penyusunan APBD dimungkinkan adanya defisit maupun surplus. Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan belanja, sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar dibandingkan beban. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan pembiayaan daerah.

Pembiayaan adalah transaksi keuangan dearah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. dalam hal terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa Lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan, maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan serta dapat juga berupa penyertaan modal (Investasi).


(1)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-7 ekonomi daerah secara sistematis harus lebih diarahkan untuk mengupayakan program-program pembangunan strategis yang mampu berperan sebagai stimulus serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah yang selanjutnya perlu menjadi komitmen bersama dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu, efisiensi dan efektifitas implementasi dari kebijakan alokasi anggaran pembangunan akan lebih ditingkatkan dengan mempertajam prioritas pembangunan ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat luas dengan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya ekonomi lokal di wilayah Kabupaten Kerinci.

B. Arah kebijakan Keuangan Daerah 1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah.

Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan prinsip kewajaran “horisontal” dan kewajaran “vertikal”. Prinsip dari kewajaran horisontal menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama harus diberlakukan sama, sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi pada konsep kemampuan wajib pajak/non pajak (retribusi) untuk membayar, artinya masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban pajak yang tinggi pula. Tentunya untuk menyeimbangkan kedua prinsip tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional untuk menghilangkan rasa ketidakadilan.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;

2. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah; 3. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah;

4. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan daerah;

5. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;

6. Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.


(2)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-8 Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan target pendapatan dilakukan antara lain dengan, penelitian potensi pendapatan daerah, pembebasan dan penyederhadanaan prosedur pajak dan non pajak, pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga, operasionalisasi penagihan pajak daerah, pelayanan pada

event tertentu di kabupaten/kota seperti pameran pembangunan, pasar malam dan

lain-lain.

Berdasarkan arah kebijakan umum dan target pendapatan yang ingin dicapai pada tahun 2016 maka strategi kebijakan umum pendapatan daerah sebagai upaya pencapaian target adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Peningkatan pendapatan asli daerah dari masyarakat, harus berdasarkan pada Peraturan Daerah, terutama untuk membiayai layanan-layanan yang diberikan, sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terwujud. Peraturan Daerah tersebut dibuat untuk:

1. Memperkuat otonomi daerah dan demokrasi, dimana pajak daerah dan retribusi daerah dijadikan sebagai saluran aspirasi daerah dan mempermudah penerapan tingkat pelayanan dengan beban pajak daerah dan retribusi daerah;

2. Meningkatkan akuntabilitas Pemerintah Daerah;

3. Memberikan insentif untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan layanan.

Salah satu upaya yang telah dilakukan dan diandaikan untuk meningkatkan penerimaan daerah adalah dengan menggali sumber- sumberpungutan daerah yang baru (ekstensifikasi) berdasarkan ketentuan yangmemenuhi kriteria pungutan daerah yang baik dan benar serta tidakbertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Arah pengelolaan pendapatan daerah dimasa depan difokuskan pada langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemantapan kelembagaan dan sistem pemungutan pendapatan daerah 2. lntensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah.

3. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah.

4. Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat wajib pajak/retribusi daerah.

5. Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. 6. Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah.

7. Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah.

8. Peningkatan peran dan fungsi UPT-PPD dan Kantor Bersama Samsat sebagai ujung tombak pelayanan publik.

9. Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah dengan Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota serta instansi terkait.


(3)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-9 Peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), semakin besar dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil serta Lain-lain Pendapatan yang Sah

Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber Dana Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan program program unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan pendapatan dari bagi hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan Bagi Hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil. Pemerintah Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.

Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi melalui koordinasi penyaluran dana bagi hasil PBB, dan CHT adalah :

1. Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan dan lain- lain pendapatan yang sah,

2. Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangka pengembangan yang lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu, kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu disusun dalam kerangka yang sistimatis dan terpola.

Belanja daerah pada Tahun 201 6 diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan yang telah ditargetkan dalam RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2 01 4- 2 01 9. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi), dimana keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat (hasil).

Struktur belanja dalam APBD sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 201 1 dibagi atas kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dengan rincian sebagai berikut:


(4)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-10 a. Belanja Tidak langsung

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:

1) Belanja Pegawai berupa penyediaan gaji dan tunjangan serta tambahan penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan. 2) Belanja bunga digunakan untuk pembayaran atas pinjaman Pemerintah

Daerah kepada Pemerintah Pusat. Dalam Pemenuhan Pendanaan sejalan dengan penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya pengalokasian anggaran dalam APBD, Kabupaten Kerinci tidak melakukan pinjaman, sehingga tidak ada Pembayaran Bunga Pinjaman.

3) Belanja Hibah digunakan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka pemerintah daerah dapat melakukan pemberian hibah kepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan perundang-undangan sepanjang dianggarkan dalam APBD. Pemberian hibah harus dilakukan secara selektif sesuai dengan urgensi dan kepentingan daerah serta kemampuan keuangan daerah, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan urusan wajib dan tugas - tugas pemerintahan daerah lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.

4) Belanja Bantuan Sosial digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, bantuan sosial diberikan kepada kelompok/anggota masyarakat yang dilakukan secara selektif/tidak mengikat dan jumlahnya dibatasi.

5) Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan dari pemerintah daerah Kabupaten/ Kota kepada Pemerintahan Desa sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Bantuan Keuangan kepada Partai Politik yang tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait.

6) Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program/kegiatan.

b. Belanja Langsung

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:

1) Belanja pegawai merupakan pengeluaran untuk honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

2) Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran untuk pembelian/ pengadaan barang yang dinilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan


(5)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-11 dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

3) Belanja modal merupakan pengeluaran untuk pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan. Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut:

a. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan harapan selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

b. Prioritas

Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan wilayah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan infrastruktur guna mendukung ekonomi kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

c. Tolok ukur dan target kinerja

Belanja daerah pada setiap kegiatan disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

d. Optimalisasi belanja langsung

Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak ketiga, sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Transparansi dan Akuntabel

Setiap pengeluaran belanja dipublikasikandan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja. Pelaporan dan pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasil.


(6)

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Bab III

RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016 III-12 3. Arah Kebijakan Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam penyusunan APBD dimungkinkan adanya defisit maupun surplus. Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan belanja, sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar dibandingkan beban. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan pembiayaan daerah.

Pembiayaan adalah transaksi keuangan dearah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. dalam hal terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa Lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan, maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan serta dapat juga berupa penyertaan modal (Investasi).