bersekutu pada Riau-Johor untuk melawan Penetrasi Aceh. Meski Aceh menaklukkan Haru tetapi tetap saja berontak terhadap dominasi Aceh. Aceh pun
tetap saja mengirim ekspedisi militer untuk menghantam Haru yang kemudian berubah nama menjadi “Guri” dan di awal abad ke-17 M menjadi “Deli”.
2.1.1 Kesultanan Deli
Perperangan Kerajaan Haru dan Aceh terjadi, Sultan Mahmud Iskandar Muda mengutus seorang Laksmana Paduka Gocah Pahlawan sebagai Panglima
perang dan kerajaan Haru berhasil ditaklukkan. Untuk memperluas jajaran wilayah kekuasaan Aceh, maka ditempatkanlah Paduka Gocah Pahlawan untuk
memimpin daerah perwakilan Wali Negeri sebagai Raja Kesultanan Deli Pertama, wilayahnya dari Tamiang hingga Rokan. Pada tahun 1669, Deli memisahkan diri
dari Kerajaan Aceh, memanfaatkan situasi Aceh yang sedang melemah ketika itu dipimpin oleh raja perempuan, Ratu Taj Al-Alam Tsafiah Al-Din.
Berdasarkan hikayat Deli disebut Gocah Pahlawan berasal dari India Delhi, nama aslinya adalah Muhammad Deli Khan, dan masih keturunan raja
India yang terdampar di Pasai setelah melepas diri karena konflik dari ayahandanya di Pagaruyung. Tokoh ini berkulit hitam karena itu beliau di gelar
dengan Lebai Hitam. Pemerintahan pertama Kesultanan berada di Delitua, maka tidak heran banyak sebagian masyarakat menganggap nama Deli berasal dari
nama daerah di India. Sejak ditetapkannya lokasi Kesultanan Deli, pusat pemerintahan telah
mengalami beberapa kali perpindahan. Semasa Gocah Pahlawan kesultanan deli berada di Delitua, kemudian setelah beliau mangkat dan digantikan oleh anaknya
Universitas Sumatera Utara
Tuanku Panglima Parunggit, lokasi Pemerintahan bergeser ke Medan Deli, berikutnya bergeser lagi ke daerah Labuhan Deli semasa Tuanku Panglima
Pasutan. Akhirnya pada tahun 1890 Sultan Ma’mun Al-Rasyid Alamsyah kembali memindahkan Pemerintahan Kesultanan Deli kembali ke Medan Pelly dkk, 1986,
dalam Baiduri, Ratih, 2012:17. Semula Gocah Pahlawan terkenal karena mengalahkan 7 orang pengacau
dari bangsa Turki. Karena jasa-jasanya inilah kemudian Sultan Aceh mengangkatnya menjadi Panglima perang. Banyak peperangan yang berhasil di
raih oleh Gocah Pahlawan, sampai peperangan terakhir dengan kerajaan Haru maka sangat wajarlah beliau diangkat menjadi wakil Aceh memerintah di Delitua.
Sebelumnya wilayah telah terbagi 4 hukum wilayah asal yang disebut dengan Urung. Setiap Urung dipimpin oleh datuk-datuk yang memiliki hak
otonomi setiap masing-masing wilayah. Keempat wilayah tersebut adalah Sepuluh Dua Kota atau Hamparan Perak, Sukapiring, Petumbak, Sinembah dan Sunggal.
Urung Sunggal adalah yang paling terbesar dan terkuat, maka untuk tujuan politiknya Sri Paduka Gocah Pahlawan mengikat tali persaudaraan dengan
menyunting adik datuk Sunggal bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti pada tahun 1632 Baiduri, dari sinar, 2012: 21.
Daerah dalam wilayah Imperium Kesultanan Deli yaitu, Deli dan sekitarnya, Sunggal atau disebut Serbanyaman, Sepuluh dua kota kemudian
menjadi Amparan Perak, Suka Piring, dan Senembah.
Universitas Sumatera Utara
SUNGGAL
MEDAN
LABUHAN DELI
DELI SEKITARNYA
S E P
U L
U H
D U
A K
O T
A
P E
RCUT
SE N
E M
BAH
LON GAER SER
BA N
YA M
A N
S U
K A
P IR
IN G
GLUGUR
T. LANGKAT
Gambar 2, peta wilayah imperium kesultanan deli sket ulang, sumber: baiduri ratih
Kedudukan Deli semangkin menonjol, Sri Gocah Pahlawan menguasai jalur tepi pantai yaitu antara Kuala Belawan dan Kuala Percut, dengan dukungan
Aceh maka jalur tersebut sebagai jalur yang paling potensial bagi sumber ekonomi Deli.
Disamping itu kemajuan bidang politik juga terlihat, atas karena dukungan para ke 4 datuk Urung. Kesepakatan antara para datuk Urung dengan Sri Gocah
Pahlawan adalah Ulon Janji. Ulon Janji merupakan pengesahan pengangkatan baru dari setiap pergantian kesultanan dari keturunan sultan. Pelantikan sultan ini
memiliki beberapa serimonial upacara kesultanan diantaranya adalah mengucapkan sumpah jabatan.
Setelah Sri Gocah Pahlawan meninggal dunia, kesultanan diletakkan pada anaknya Panglima Perunggit. Ibukota kerajaan deli dipindahkan dari Percut ke
daerah padang datar atau Medan Deli. Masa-masa itu kerajaan Aceh mulai
Universitas Sumatera Utara
melemah setelah mangkatnya Sultan Iskandar Thaani, karena setelahnya pemerintahan Aceh dipimpin oleh raja-raja perempuan. Disinilah Panglima
Perunggit memproklamirkan Deli merdeka atau terpisah dari Aceh dan berhubungan dengan Belanda di Malaka sinar,1991, dalam Baiduri, Ratih,
2012:23. Setelah meninggalnya Panglima Perunggit, pemerintahan diletakkan pula
kepada anaknya Panglima Paderap, sejarah tidak banyak menuliskan perjalanan masa pemerintahannya. Hanya menerangkan terjadinya gejolak keributan
perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya. Akhirnya Deli harus dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yaitu Serdang dan Langkat.
Panglima Panderap yang menggantikan ayahandanya Panglima Perunggit yang telah wafat. Berikutnya digantikan lagi oleh Panglima Pasutan Kembali
ibukota dipindahkan dari padang datar ke Labuhan Deli. Beliau digantikan oleh Tuanku Panglima Gandar Wahid, dan datuk 4 suku atau datuk Urung semangkin
kokoh sebagai wakil rakyat. Pada masa pemerintahan Sultan Amaluddin Mengedar Alam, John
Anderson mengunjungi deli ketika itu berperang melawan kerajaan Pulau Brayan, Langkat dan Sunggal pada tahun 1823 M. Putra ketiga dari Tuanku Gandar
Wahid ini memerintah pada tahun 1804 sampai dengan 1850, pada masa pemerintahannya hubungan dan pengaruh kerajaan Siak lebih kuat dari kerajaan
Aceh, hal ini ditandai dengan pemberian gelar Kesultanan kepada kerajaan Deli. Kembali kekuasaan kerajaan Deli berpindah pangku setelah meninggalnya
Sultan Amaluddin Mengedar Alam digantikan oleh putranya Sultan Osman
Universitas Sumatera Utara
Perkasa Alamsyah pada tahun 1850 sampai tahun 1858 M. Aceh kembali menaklukkan Deli pada tahun 1854 M. Beliau mendapat pengesahan dari kerajaan
Aceh, bahwa kesultanan Deli merupakan daerah yang berdiri sendiri. Untuk kedua kalinya Deli menjadi merdeka dari Aceh atas wilayah kekuasaan Aceh, yang
ditandai denngan diberikannya pedang Bawar dan Cap Sembilan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh kerajaan Siak di wilayah kesultanan Negeri
Deli. Sultan Osman diberi gelar dari Kerajaan Aceh sebagai “ Wakil Sultan Aceh”.
Sultan Osman meninggal pada tahun 1858 M, dan digantikan Sultan Mahmud Perkasa Alam pada tahun 1861 M sampai dengan tahun 1873 M. Beliau
mengangkat adiknya sebagai Raja Muda Sulaiman. Pada masa Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah inilah membuat perjanjian dengan Belanda armada pimpinan
Residen Riau, E. Netscer menjadikan pelabuhan Deli sebagai basis pertahanan Belanda dalam menghadapi musuh-musuhnya sinar 1971, dalam Baiduri, Ratih,
2012: 24. Sultan Mahmud meninggal dunia pada tanggal 25 oktober 1873 M dan
digantikan oleh putranya yang cukup muda yaitu Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Karena masih muda beberapa waktu untuk sementara
pamannya Raja Muda Sulaiman yang memerintah Deli.
Universitas Sumatera Utara
Gambar…..Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah foto koleksi Istana Maimoon
Setelah cukup usia, Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah memimpin langsung Pemerintahan kesultanan Deli. Masa beliau kerajanaan Deli
mencapai puncaknya. Perdagangan tembakau semakin maju pesat, dengan demikian kemakmuran kesultanan Deli diperhitungkan. Pusat ibukota Deli
kembali dipindahkan ke Medan dan mendirikan Istana Maimun, Masjid Raya, taman kolam Raja, balai kerapatan tinggi serta fasilitas-fasilitas kepentingan
umum lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1924 M dan digantikan oleh Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah.
Pada masa Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah hubungan dagang terjalin dengan baik dengan luar Negeri serta dengan kerjaan-kerajaan lain
di Nusantara. Masa Pemerintahannya pada tahun 1924 sampai dengan 1945,
Universitas Sumatera Utara
dimana beliau mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia yang diploklamirkan Merdeka pada tahun 1945. Sejak saat itu kedaulatan Sultan-Sultan
Deli selanjutnya menjadi penguasa tertinggi Adat Istiadat dan kebudayaan Melayu Deli. Selanjutnya pergantian penguasaan tertinggi Adat berpindah kepada Sultan
Osman Al Sani Perkasa Alam, setelah wafatnya Sultan Amaluddin. Berikutnya berganti kembali penguasa Adat kepada Sultan Azmi Perkasa Alam, lalu Sultan
Otteman Mahmud Perkasa Alam, dan yang terakhir Sultan Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam pada tahun 2005 sampai saat ini tahun penelitian ini dilaksanakan
2014.
2.1.2 Masjid Al-Mashun Medan