Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus

2.5 Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus

2.5.1 Blood Disease Bacterium (BDB)

Ralstonia solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5 sampai 0,7 x 1,5 sampai 2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih (Semangun, 2006).

2.5.2 Pseudomonas solanacearum

Sifat morfologi P. solanacearum berukuran 0,5–0,7 x 1,5–2,5 mikron, berbentuk batang dengan ujung membualat, tidak membentuk kapsul, tanpa spora, motil dengan satu flagela polar, isolat yang virulen umumnya flagelnya pendek dan pergerakan lambat (Fahri, 2008).

2.5.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)

PMoV termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan ukuran lebar 12 nm dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang tersusun atas 9500 nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (Mesofil) terdapat badan inklusi berbentuk cakra (Pinwheel inclusion), melingkar, berkeping-keping dan di dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut (Hidayat, 2009).

2.5.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Virus PStV mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4 sampai 8. Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang mirip dengan cakra (Hidayat, 2009).

2.5.5 Tungro

Penyakit kerdil hampa yang menyerang pada tanaman padi disebut juga Penyakit tungro. Penyakit ini disebabkan oleh dua bentuk partikel virus tungro yang berasosiasi yakni virus batang (Rice Tungro Bacilliform Virus atau RTBV) yang berukuran panjang 100-300 nano meter dan lebarnya 30 sampai 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat (Rice Tungro Spherical Virus atau RTSV), bergaris tengah 30 nano meter (Rahmawati. 2012).

2.5.6 Klasifikasi

2.5.6.1 Blood disease bacterium (BDB)

Blood disease bacterium (BDB) disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum yang diklasifikasikan dalam kingdom Bakteri, filum Proteobacteria, kelas Beta Proteobacteria, ordo Burkholderiales, famili Ralstoniaceae, genus Ralstonia, dan spesies Ralstonia solanacearum (Semangun, 2006).

2.5.6.2 Pseudomonas solanacearum

Pseudomonas solanacearum diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria, filum Proteobacteria, kelas Gama Proteobacteria, ordo Pseudomonadales, famili Pseudomonadaceae,genus Pseudomonas,dan spesies Pseudomonas solanacearum (Nur, 2013).

2.5.6.3 PMoV (Peanut mottle virus)

PMoV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies Peanut mottle virus (Hidayat, 2009).

2.5.6.4 PStV (Peanut strippe virus)

PStV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies Peanut stripe virus (Hidayat, 2009).

2.5.6.5 Tungro

RTBV (Rice tungro bacilliform virus) diklasifikasikan dalam group VII (dsDNA-RT), famili Caulimoviridae, genus Tungrovirus, dan spesies Rice tungro bacilliform virus (Rahmawati. 2012).

RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) diklasifikasikan dalam group IV ((+)ssRNA), famili Sequiviridae, genus Waikavirus, dan spesies Rice tungro spherical virus (Rahmawati. 2012).

2.5.7 Daur Hidup

2.5.7.1 Blood disease bacterium (BDB)

Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.) yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh (Hadisutrisno, 2008).

2.5.7.2 Pseudomonas solanacearum

Siklus hidup bakteri Pseudomonas solanacearum pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yaitu mengadakan penginfeksi pada bagian tanah dan tanaman. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari bakteri ini bakteri menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh tanaman (Semangun, 2006).

2.5.7.3 PMoV (Peanut mottle virus)

Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah (Arachis hypogeae L.) dapat diketahui dari ditularkannya penyakit oleh kutu daun Aphis craccivora . Satu sampai tiga ekor kutu telah cukup untuk menularkan penyakit. Dalam badan kutu, virus hanya dapat bertahan selama 24 jam karena virus bersIfhat nonpersisten, Selanjutnya kutu yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika dibiarkan mengisap selama 3 menit (Semangun, 2006).

2.5.7.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Daur hidup PStV (Peanut Stripe Virus), penyakit ditularkan secara mekanis oleh serangga dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV ditularkan oleh kutu daun, dengan cara yang sama pada PmoV (Hidayat, 2009).

2.5.7.5 Tungro

Dalam siklus hidupnya, virus tungro dibawa oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens), dengan mengisap tanaman sakit dan menyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng hijau berlangsung secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah mengisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 sampai 9 hari kemudian (Rahmawati, 2012).

2.5.8 Gejala serangan

2.5.8.1 Blood Disease Bacterium (BDB)

Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda) berubah warnanya tanpa menunjukkan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan ini dapat berlangsung lama sampai buah hampir menyelesaikan proses pemasakannya.

Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu satu minggu semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-daun tadi menjadi coklat (Hadisutrisno, 2008).

Disebut penyakit darah karena jika akar atau batang tanaman sakit dipotong, akan keluar cairan kental yang berwarna merah dari berkass pengangkutan yang merupakan lendir bakteri (ooze) yang mengadung massa dari koloni bakteri. perubahan khas pada buah ialah mula-mulanya berkass pembuluh berwarna kuning atau coklat. perubahan ini meluas ke plassenta dan parenkim buah. bahkan juga ke berkas pembuluh kulit buah. seterusnya seluruh buah terserang menguning dan isisnya terlarut sedikit demi sedikit. ruang dalam buah yang dalam berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri. ketika buah dipotong lendir tersebut akan keluar (Hadisutrisno, 2008).

Apabila batang tanaman yang terinfeksi penyakit dipotong dan ditekan, maka akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna coklat dan mengeluarkan massa lendir berwana keabuan. Apabila batang yang dipotong tersebut dimasukkan ke dalam air jernih, maka akan mengeluarkan benang putih halus yang merupakan massa bakteri (Hadisutrisno, 2008).

2.5.8.2 Pseudomonas solanacearum

Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi, daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning.

Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah, dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang terserang biasanya akan roboh dan mati (Semangun, 2006).

2.5.8.3 PMoV (Peanut mottle virus)

PMoV (Peanut mottle virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang

(Semangun, 2006).

2.5.8.4 PStV (Peanut strippe virus)

Gejala serangan PStV (Peanut stripe virus) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (Diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit bilur (Tjahjadi, 2008).

2.5.8.5 Tungro

Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.

Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) (Rahmawati,2012).

2.5.9 Pengendalian secara umum

2.5.9.1 (BDB) Blood Disease Bacterium

Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa bibit yang sehat dapat diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk sumber bibit sebaiknya digunakan hanya rumpun yang benar-benar sehat. Bibit dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya dan diketahui bebas dari BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya dilakukan pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak (Anaf, 2008).

2.5.9.2 Pseudomonas solanacearum

Pengendalian Pseudomonas solanacearum yang dapat dilakukan adalah dengan Sanitasi, agar lingkungan kebun agar selalu bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus bunga tanaman dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai selesai pembungaan serta eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua tanaman yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit (Anaf, 2008).

2.5.9.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)

Pengendalian PMoV (Peanut Mottle Virus) yaitu dengan varietas Tahan Penanaman varietas kacang tanah yang tahan terhadap infeksi virus belang kacang tanah merupakan cara pengendalian yang efektif, murah cocok dengan pengendalian lain dan mudah diterima petani. Namun sejauh ini belum ditemukan varietas tanaman kacang tanah yang tahan terhadap serangan PMoV. Namun ada jenis kacang tanah liar yang sangat tahan terhadap serangan, yaitu Arachis diogoi, A. helodes, A. globrata. Pendekatan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman transgenik diharapkan dapat membantu upaya pembentukan tanaman yang tahan terhadap serangan infeksi PmoV (Anaf, 2008).

Benih Sehat Bebas Virus. Benih sehat merupakan modal utama dalam pengendalian serangan virus. Penggunaan benih asalan dari tanaman sebelumnya yang terserang inveksi PMoV sering menjadi penyabab terjadinya ledakan penyakit terutama saat populasi vector tinggi. Penggunaan varietas yang tidak menularkan PMoV melaui benih juga merupakan upaya mengurangi intensitas serangan PMoV di lapang. Benih yang kecil dan keriput menunjukan presentase penularan yang lebih tinggi disbanding benih normal. Oleh karena itu penggunaan benih besar/normal dapat mengurangi sumber inokulum.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan benih bebas virus member dampak nyata pada daerah yang lingkungannya relatif bersih dari sumber-sumber inokulum. Tetapi tidak member pengaruh nyata pada daerah endemic atau terkontaminasi virus seperti di lahan percobaan (Anaf, 2008).

2.5.9.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Di lapang, penyebaran PStV ditentukan oleh kelimpahan dan aktivitas vector, sehingga logikanya pengendalian vector dengan insektisda dapat menekan populasi vector yang selanjutnya menekan penyakit. Namun untuk virus- virus nonpersisten (seperti PStV), penyemprotan insektisida tidak efektif menekan intensitas virus meskipun dapat mengurangi populasi vector. Insektisida umumnya tidak mengakibatkan serangga mati secara cepat, sehingga sebelum mati serangga tersebut masih mampu mengisap dan menularkan virus ke tanaman lain (Anaf, 2008).

2.5.9.5 Tungro

Waktu tanam tepat Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Anaf, 2008).

Tanam serempak Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum (Anaf, 2008).

Menanam varietas tahan Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda, Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0% sampai 9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0% sampai 79,1%. Penelitian di Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung mencapai 75,7% (Anaf, 2008).