SEJARAH GEREJA TIMUR

Pasal 2 SEJARAH GEREJA TIMUR

(Church of the East, NOT Eastern)

Sekarang anda barangkali berkata, “Saya tak pernah mendengar Jemaat ini sebelumnya. Apakah ini merupakan denominasi baru lainnya”?

Gereja Timur memiliki akar asal-usulnya di Israel, Persia, Cina, dan Asia Tenggara, bersama dengan Shliakh Mar Shimon Keipha, Ya’aqub ha-Tzadik saudara Maran, dan Mar Thoma Ehoda sekitar tahun 33 M. Gereja ini murni berjiwa Timur dan asal-usulnya serta pemerintahan ger ejawinya bersifat “Autocephalous”, yakni hierarki yang mengatur dirinya sendiri (self ruling hierarchy). Gereja ini memiliki sebutan nama yang bervariasi antara lain; “Nestorian”, “Gereja Nasrani”, ”Gereja Kaldea” atau ”Gereja Assyria Katolik”, dan banyak sebutan lainnya. Di India mereka disebut Gereja Mar Thoma dan lebih sering diberi label secara salah “Nestorian” karena ada kemiripan keyakinan terhadap gelar Miriam Bunda Msheekha, pada hal tidak ada keterkaitan baik itu ajaran dan pribadi Nestorius Patriak Gereja Ortodoks Byzantium Nestorius (Yunani: Νεστόριος ; 386 – 450) adalah Uskup Agung Konstantinople yang menjadi Patriak sejak

10 April 428 hingga Agustus 431, saat Kaisar Theodosius II. Gereja Timur ini menyebut gelar Miriam sebagai ImatMshikha (Aramaik: ImmatMshikha adalah ”Bunda Msheekha” yang sejajar dalam bahasa Yunani Kristotokos, dan bukan Theotokos). Seluruh komunitas berdomisili di luar wilayah Barat, Gereja ini umumnya menyebut diri sebagai Gereja Timur, namun resminya disebut “Gereja Rasuli Satu Kudus Katolik Kuno Timur” atau singkatnya Gereja Assyria Timur yang pada tahun 1552 mengalami perpecahan dengan kasus hereditas di mana calon Patriak harus berdasarkan garis keturunan biologis yang diprotes oleh Yohannan Sulaqa dan memisahkan diri serta meminta bantuan Gereja Roma Katolik. Ia dikonsekrasi menjadi Patriak, menerima palium dari Paus 1552: Yohannan Sulaqa adalah rival Patriak satu kelompok para uskup Assyria wilayah Amid 10 April 428 hingga Agustus 431, saat Kaisar Theodosius II. Gereja Timur ini menyebut gelar Miriam sebagai ImatMshikha (Aramaik: ImmatMshikha adalah ”Bunda Msheekha” yang sejajar dalam bahasa Yunani Kristotokos, dan bukan Theotokos). Seluruh komunitas berdomisili di luar wilayah Barat, Gereja ini umumnya menyebut diri sebagai Gereja Timur, namun resminya disebut “Gereja Rasuli Satu Kudus Katolik Kuno Timur” atau singkatnya Gereja Assyria Timur yang pada tahun 1552 mengalami perpecahan dengan kasus hereditas di mana calon Patriak harus berdasarkan garis keturunan biologis yang diprotes oleh Yohannan Sulaqa dan memisahkan diri serta meminta bantuan Gereja Roma Katolik. Ia dikonsekrasi menjadi Patriak, menerima palium dari Paus 1552: Yohannan Sulaqa adalah rival Patriak satu kelompok para uskup Assyria wilayah Amid

Shliak Mar Thoma Ehoda adalah rasul yang membawa Jemaat ini kepada penduduk asli di India. Dalam Kitab Ma'ase Shliakh Mar Thoma, Pasal 1:1 berkata: "Pada waktu

semua Rasul-rasul berada di Yerusalem… kami membagi wilayah tugas penginjilan ke berbagai tempat di bumi ini, setiap orang dari kami harus pergi ke wilayah tertentu yang ditugaskan kepadanya dan kepada bangsa di mana Tuhan mengutus dia. Oleh karena itu, sesuai dengan undi, wilayah negeri India jatuh ke tangan Thoma Yudas."

Penulis Kristen dan para ahli sejarah sejak abad ke-4 M., mengaitkan karya penginjilan Rasul Thoma di India, dan Gereja Timur berasal dari bagian Jema’ah Terberkati ini hasil karya penginjilan sang Rasul di Abad Pertama, dan juga keturunan keluarga Perawan Marta Miriam di Asia yang menjadi Patriak di Timur yang keturunannya tetap ada dalam komunitas ini.

Patriak Katolikos (Rosh Av-kadmon) Gereja Kudus mewarisi Tahta Kursi Kerasulan Mar Keipha (Petrus), Mar Thoma untuk Selusia-Ktesphion- Babilonia, dan Kerala-India, dan Mar Ya’aqub ha-Tzadik dari Yerusalem, Mar Addai dan Mar Tumay. Tahta Suci Kursi Kerasulan Mar Ya’aqub ha-Tzadik juga meliputi seluruh Jemaat Yerusalem yang telah mengungsi ke Mesopotamia tahun 135 M. Hal ini dicatat oleh Eusebius sendiri (Lihat Sejarah Gereja, tulisan Eusebius). Orang-orang Israel tak diijinkan lagi tinggal bermukim di Kota Suci Yerusalem dengan demikian Kepatriakan diungsikan ke Mesopotamia. Sejak tahun 90 M., hingga tahun 203 M, keluarga keturunan Perawan Marta Miriam dan keluarga keturunan suaminya (Yosip) memerintah Gereja Timur sebagai Patriak. Keturunan-keturunan ini menggabungkan Suksesi Rasuliah Mar Ya’aqub ha-Tzadik dengan Suksesi Rasuliah Mar Thoma Ehoda/Yudas, Mar Addai, dan Mar Tulmay.

Ensiklopedia Katolik mencatat juga perihal ini: “dikarenakan kekuatan tangan besi tirani Romawi, pembangunan ulang kota Yerusalem sebagai salah satu bagian wilayah koloni Roma dan pendirian mezbah untuk dewa Jupiter di atas situs Bait Suci Yahudi, orang-orang Yahudi melakukan perlawanan sengit hingga titik darah penghabisan

dibawah kepemimpinan mesias palsu yang terkenal bernama Bar-Kokhba sekitar tahun 132 M. Selama masa perlawanan berdarah ini mereka juga sekaligus menganiaya orang- orang Yahudi Pengikut Msheekha atau orang-orang Nesarim dan mereka juga menolak mengakui dia sebagai ha-Mashiakh (Eus., 'Chronicle for the seventeenth year of Hadrian’ – Eus). Kaisar Hadrian menumpas para pemberontak, setelah mengadakan pengepungan selama setahun, tahun 135 M. Hasil akhir peperangan ini seluruh kota- kota yang berada di dekat Yerusalem juga mengalami kehancuran rata dengan tanah. Di atas reruntuhan kota Yerusalem ini dibangunlah kota Romawi Baru, dinamai Ælia Capitolina (Ælia adalah nama keluarga Hadrian), dan sebuah kuil Jupiter Kapitolinus dibangun di atas gunung Moria. Tak ada Orang-orang Yahudi (termasuk juga orang- orang Yahudi Nasrani) diijinkan berdomisili di dalam Kota Yerusalem, jika ada yang kedapatan maka hukuman mati ganjarannya. Hal ini mengakibatkan perobahan situasi dan kondisi total Jemaat Yerusalem yang didirikan oleh Maran Y’shua Mshekha sendiri (Besora Mar Mattai 16:18) dan dilanjutkan oleh Shliakh Mar Ya’aqub setelah inagurasinya pada masa turunnya lidah-lidah api di Yerusalem di Hari Perayaan Savu’oth (Sefer Ma’asei Shlikhim 2). Komunitas Nasrani Mesianik Yahudi Awal berakhirlah sudah, mereka semua mengungsi keluar dari Kota itu ke tempat pengasingan. Babak baru dari kelanjutan sejarah Jemaat Yerusalem Asli pun mulai berdiaspora keluar Kota Yerusalem. Sebagai ganti kedudukannya di kota itu Gereja Kristen (Goyim Non-Semitik Yahudi) mengambil alih “hak” mereka, oleh Uskup Non- Yahudi, mereka tak memiliki kenangan kota sakral bersejarah ini.”

Tahun 135 M., Kaisarea dan Antiokhia menjajah Kota Romawi Baru Alea Kapitolina dengan mendirikan bangunan di atas reruntuhan puing-puing Yerusalem Yahudi. Mereka menempatkan Uskup Yunani mereka sendiri dengan mentransplantasi gereja mereka mengambil alih tahta kerasulan Mar Ya’aqub tanpa konfirmasi dan ijin dari

Jemaat Yerusalem Semitik sebagai pewaris sah dan nama Uskup itu adalah Markos I.( 3 )

3 Daftar Patriak Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem, tahun 134-156 dengan Uskup orang Yunani adalah tidak sah atau palsu dengan mencantolkan daftar Primat Uskup Yahudi dari 1 sampai 15 adalah orang-

orang Yahudi bersunat. Tidak diketahui dengan jelas dari mana asal usul Suksesi Rasuli Uskup Markus I, orang Yunani ini, jelasnya tidak bersumber dari suksesi rasul Ya’aqub ha-Tzadik.

1. Yakobus Orang benar (Ya’aqub ha-Tzadik) (hingga tahun 62) 2. Simeon I (62-107) 3. Yustus I (107-112) 4. Zacchaeus (112-116) 5. Tobias (?) 6. Benyamin I (?-117) 7. Yokhanan I (117-119) 8. Matthityahu I (119-120) 9. Filipus (?-124)

10. Seneka (?) 11. Yustus II (?) 12. Lewi (?) 13. Efraim I (?)

Mata rantai suksesi rasuliahnya barangkali dari keuskupan Roma? Tapi bukan berasal dari rasul Ya’aqub ha-Tzadik. Inilah sebabnya setelah lewat masa kerasulan Yerusalem, kepatriakan ambil-alih ini mendapat posisi urutan ke-5 dari Lima Kepatriakan Dunia Romawi, karena Gereja ini hanya mencatut nama saja, dan tidak memiliki kesejarahan istimewa.

Jemaat Yerusalem Asli, Yudea, dan Galilea mengungsi ke wilayah kekuasaan Parthia. Di sini beberapa Patriak Gereja Kuno Assyria Timur adalah berasal dari kaum kerabat Tuhan sendiri seperti halnya:

Abris, juga disebut Abrosius dan Abrisius, adalah Uskup legendaris dari Seleusia- Ktesiphon di Persia, yang secara tradisional dikatakan duduk memerintah dari tahun 121–137 M. Abris, adalah seorang Ibrani, disebutkan dari keluarga Mar Yosip tukang kayu, ayah adopsi Y’shua dan suami Miriam Terberkati. Ia dipilih oleh Simon, putra Kleopas, Uskup Yerusalem. Ia dikenal karena pengendalian dirinya dan jujur. Ini dikatakan bahwa setelah wafat shliakh Mar Mari umat tidak setuju atas siapa yang menduduki tahta keuskupannya; dan setelah mereka menanyakan Alaha dalam doa untuk memilih orang yang paling layak diantara mereka, beberapa orang kudus terlihat dalam mimpi seorang pria meminta mereka untuk memilih Abris, tapi mereka tidak mengenal siapa dia. Kemudian visi penglihatan diulangi kembali, dan mereka memahami bahwa ia adalah orang yang akan masuk dalam gereja memeinta berkat. Ketika melihat ia, mereka paham. Mereka meminta ia ditahbiskan dalam jajaran

keimamatan segera, dan diutus ke Timur.( 4 ) Ia adalah laki-laki teladan kebajikan,

14. Yosiph I (?) 15. Yudas (?-134)

16. Mark (134-156)*

*Sebenarnya Gereja Ortodoks Yunani Yerusalem baru mulai tahun 135 setelah semua orang Yahudi diusir keluar dari Tanah Suci dan orang-orang Yunani diijinkan berdomisili di Tanah Suci. Orang-orang Yunani yang percaya kepada Y’shua Msheekha membentuk komunitas dipimpin Uskup Markos I, yang tahbisannya entah berasal dari siapa???

Daftar 1-15 adalah tidak berdasarkan fakta sejarah alias dusta dalam sejarah.Uskup Markos I adalah orang Italia yang melawan Sabat, tidak bersunat dan membuang Mitzvot Torah, dan tidak merayakan Hari Raya Yahudi, serta memakan makanan yang diharamkan orang Yahudi. Markos I adalah seorang bidat Kristen yang tak ada kaitannya dengan suksesi rasuliah Mar Ya’aqub ha-Tzadik. Semua para uskup yang berasal dari suksesi Markos I adalah tahbisan suksesi kosong dan fiktif. Siapa yang bisa membuktikan bahwa Markos I ada kaitannya dengan suksesi rasuliah dari Mar Ya’aqub ha-Tzadik? Tidak ada!

4 Ini adalah contoh pelaksanaan Pilar Iman Ketiga Nasrani Yahudi, bahwa mereka tidak hanya menggunakan dasar Kitab Suci dan Tradisi Suci dalam memutuskan sesuatu tetapi juga pesan kenabian

berupa Wahyu, yakni disebut Pilar Iman Ketiga: Wahyu. Tidak seperti pada umumnya Gereja – gereja Ortodoks Timur dan Roma Katolik dan Gereja-gereja Oriental serta Gereja-gereja Rasuli lainnya yang langsung menyerahkan pada keputusan konsensus rasional melalui konklaf atau voting suara terbanyak. Dalam keputusan gerejawi. Dan bahkan ada pengangkatan yang disinyalir dengan money berupa Wahyu, yakni disebut Pilar Iman Ketiga: Wahyu. Tidak seperti pada umumnya Gereja – gereja Ortodoks Timur dan Roma Katolik dan Gereja-gereja Oriental serta Gereja-gereja Rasuli lainnya yang langsung menyerahkan pada keputusan konsensus rasional melalui konklaf atau voting suara terbanyak. Dalam keputusan gerejawi. Dan bahkan ada pengangkatan yang disinyalir dengan money

Berikutnya penuturan hidup Mar Abris oleh ahli sejarah Yakobit Bar Hebraeus abad ke-

13, yang menggunakan dua pengucapan namanya (Abrosius dan Abrisius) dalam paragraf tunggal. Bar Hebraeus normalnya bergantung pada penuturan Mar Mari untuk informasinya, tapi dalam kasus Mar Abris jelas berasal dari sumber lain:

Setelah Mar Mari, muridnya Abrosius. Gurunya Mar Mari mengutus dia ke Antiokia, mengunjungi saudara-saudara di sana dan membawa dia kembali berita kepada mereka. Setelah Mar Mari terberkati wafat umat percaya dari Timur mengutus ke Antiokia dan meminta diberikan seorang Uskup. Dan murid-murid dari tempat itu meletakkan harapan kepada Abrosius dan mengutus dia kembali untuk duduk bertahta menggantikan gurunya. Di sana ia memerintah umat selama tujuh belas tahun hingga wafatnya. Sejumlah orang berkata tempat penguburannya tak diketahui ada di mana, tapi faktanya ia dikebumikan di Gereja Seleusia. Abrisius disebutkan adalah dari keluarga Mar Yosip tukang kayu, ayahnya Ya’aqub ha-Tzadik dan Maran Y’shua d’Msheekha.

Abraham (Mar Oraham) dari Kashkar adalah primat legendaris Gereja Timur, dari keluarga Ya’aqub, saudara Y’shua, yang secara tradisional diyakini bertahta dari tahun 159 hingga 171.

Kisah Abraham menurut Bar Hebraeus: Setelah Abrisius, Abraham. Dia juga dari keluarga Ya’aqub, saudara dari Maran. Ia

dikonsekrasi di Antiokia dan diutus ke Timur, di mana orang-orang Nasrani sedang dianiaya pada waktu itu oleh orang-orang Persia. Anak raja Persia menderita sakit epilepsi, dan raja diberitahu bahwa Mar Abraham, kepala agama Nasrani, bisa menyembuhkannya. Raja memohon Abraham untuk kehadirannya, ia memohon perhatian dengan rasa sedih dan rasa putus asa, dan ia bertanya mengapa. Kemudian Abraham menuturkan bahwa roh-roh jahat telah membuat ia dan rakyat menderita dari orang-orang Persia. Raja berjanji mengakhiri penganiayaan terhadap orang-orang pengikut Y’shua jika Abraham menyembuhkan putranya, dan orang suci ini berdoa dan menumpangkan tangannya atas putra raja. Ia sembuh, dan rasa damai diberikan kepada umat percaya. Setelah memenuhi tugasnya selama dua belas tahun, ia wafat dengan

tenang.( 5 )

politic dalam Gereja. Ini sudah menyimpang dari kebiasaan tradisi Yudaisme Kuno Jemaat Awal Nasrani dalam Y’shua.

5 Lidah-lidah Api dari energy kuasa Rukha d’Kudsha (Roh Kudus) telah diberikan kepada Para Rasul sejak perayaan Savu’oth di Yerusalem dan energy kuasa otoritas Roh Kudus tersebut ditransmisikan

Yaʿqob I adalah Primat legendaris dari Gereja Timur, dari keluarga Yosiph si Tukang Kayu suami Miriam, yang diyakini memerintah gereja ini sekitar tahun 190.

Mar Mari memberikan kisah ini dengan menuturkan: Yaʿqob, seorang Ibrani, dari keluarga Yosip, suami Miriam, diutus dari Yerusalem

setelah ia mencoba dengan halus semacam kehormatan itu, dengan rendah hati menerima jabatan tersebut, yang ia sanggupi kemudian. Ia menjalankan fungsi keimamatan dengan baik, memerintah gereja cukup baik pula. Ia seorang yang bijaksana dengan kualitas moral tinggi, yang mendevosikan dirinya dalam doa dan berpuasa. Ia memilih uskup-uskup yang benar sebagaimana cocok dengan kualitas dirinya sendiri, dan alhasil cocok dengan harapannya. Gereja-gereja didirikan dan

kepada Para Uskup selanjutnya. Tiap Uskup menerima transmisi daya kuasa Ruakh ha-Kodesh dalam dirinya saat mereka ditahbiskan tetapi sejak abad ke-4 Masehi, kita jarang dan langka mendengar bahwa kuasa Roh Kudus bekerja aktif dalam diri para uskup.

Mengapa? Sebab mereka sudah memberangus daya kuasa Roh Kudus itu dengan tidak percaya lagi dalam Pilar

Iman Ketiga:Wahyu. Mereka mengganti kuasa duniawi dengan mengadopsi kuasa politik kekuasaan gerejawi sehingga tahbisan suksesi rasuliah itu hanya bersifat upacara legalistis administrasi saja untuk jabatan administrator kepemimpinan gereja. Daya kuasa Roh Kudus sudah tidak aktif lagi, secara lahiriah mereka menjalankan ibadat dengan khidmatnya tetapi daya kuasa ibadat itu tidak diyakini lagi (2 Tim.3:5), tidak ada lagi daya kuasa yang disebutkan dalam Injil Markus 16:15-18.

Kebanyakan mitos mujizat diceritakan hanyalah dongeng-dongeng yang dibuat agar mensugesti keyakinan terhadap doktrin-doktrin yang mereka rumuskan seperti saat Konsili-konsili 1 sampai 7. Sehingga kebiasaan mendongeng Mitologi Yunani juga diadopsi dalam gereja. Efeknya, lahirlah kelompok-kelompok keagamaan Kharismatis Kristen yang rindu kembali pada zaman rasuliah. Pada zaman modern banyak uskup baik dari Gereja Ortodoks dan Katolik ikut-ikutan mengikuti arus perkembangan spiritisme modern ini dalam Pentakostalisme modern.

Sama seperti gerakan Montanus dari Frigia dari Asia Kecil abad ke-2 M., yang ternyata adalah diilhami oleh roh-roh jahat. Ini adalah efek Gereja hanya menekankan Dua Pilar Iman= Kitab Suci dan Tradisi. Sehingga jika ada persoalan cukup cari dalam Kitab Suci, jika tak terdapat dalam kitab suci dicari dalam Tradisi Suci, tetapi jika tidak ada dalam Tradisi Suci maka Individu mengambil keputusan Tafsir ataupun dibawa dalam forum yang disebut Konsili-konsili Ekumenis dan disini diputuskan beradsarkan consensus rasional dan voting suara terbanyak. Pada intinya manusia mengambil keputusan untuk emmahami sesuatu yang tak dipahami dalam Kitab Suci atau suatu perkara.

Pada hal Kitab Suci tegas mengatakan “…Nubuatan-nubuatan itu berasal dari Ilahm Alaha tidak pernah dihasilkan oleh pikiran manusia”, oleh sebab itu, jika Alaha melalui Roh Kudus memberi ilham kepada par nabi maka tentunya kita juga harus bertanya kembali kepada Alaha apa maksudnya. Inilah yang disebut Pilar Iman Ketiga: Wahyu. Kita menungguh suara kenabian dari Roh Kudus (2 Keipha 1:19-20) sebab Maran Y’shua berkata bahwa Roh Kudus akan mengajar kita (Yokhanan 16:13). Tetapi sulitnya ketika kita mengatakan hal ini para pemimpin Kristen akan dengan keras kepala dan berhati batu menolak Pilar Wahyu ini.

diperintah dengan kebijaksanaan dan loyalitas. Pada saat ini sedang muncul kerajaan kedua Persia, dan kota Ardashir dibangun dan dinamai atas nama rajanya. Kemudian juga filsuf Porphyry muncul di Mesir, yang mempublikasikan perlawanan terhadap Injil. Yaʿqob wafat setelah memerintah gereja selama delapan belas tahun dan enam bulan, dan dikebumikan di al-Madaʿin.

Catatan singkat hidup Yaʿqob diulas juga oleh Bar Hebraeus yang sepenuhnya didasarkan pada cerita Mar Mari:

Setelah Abraham, Yaʿqob. Ia juga adalah keluarga dari Yosip tukang kayu. Ia dipilih dan dikonsekrasi di Yerusalem, dan diutus ke Timur. Di sana ia langsung memilih untuk memimpin kehidupan secara sederhana dan asketikisme. Dia wafat setelah memenuhi tugasnya selama delapan belas tahun, dan dikebumikan di Seleusia. Dalam masa hidupnya Porphyry orang Sicilian, yang menyerang kebenaran Injil.

Ebid M’shikha (191 - 203) Katolikos Patriak Timur tahun 204–220. Ahadabui (Akhu d’Awu) tanun 205-220. Shahlufa (Shakhulpa dari Kashkar) 220–224

Dasar kenyataannya Gereja Assyria, di Mesopotamia dan Kaldea, jelas berasal dari akar sejarah gerejawi dari Jemaat Timur dari Mar Addai dan Mar Mari Rasul-rasul 70; dan umat Timur memberikan kehormatan sebagai Uskup pertama mereka, dari dia validasi tahbisan suci mereka berasal dalam mata rantai garis turunan Keuskupan yang tak putus. Kekristenan (Mshikhanuth) bertumbuh cepat, dan semakin bertambah jumlah orang-orang percaya, hal ini memerlukan suatu pusat baru bagi pengaruh Nasrani – Kristen. Antiokhia terlalu jauh dari pinggiran sungai Tigris, dan selanjutnya Mar Mari mendirikan keuskupan baru di Seleusia, sebuah kota penting yang menjadi tiang penopang, manakala benih iman baru disebarkan di wilayah kekuasaan Parthia, dan yang kemudian menjadi wilayah kekuasaan Persia. Mar Mari wafat tahun 82 M., dan Tahta Keuskupan dilanjutkan oleh Mar Abras, disebutkan bahwa dirinya ada hubungan pertalian darah keturunan dari keluarga Yosip, ayah dari Juruselamat kita.

Sleewa Bar Yohanna, seorang penulis orang Assyria yang hidup awal abad ke-14 M, menceritakan pada kita usaha jerih payah Mar Mari bahwa setelah Keuskupan Timur didirikan di Ktesipon, kemudian setelah monarki Persia bertahta dan didiami oleh kebanyakan kelompok Majusi, dia memuridkan Dorkman dan Kashgar dan melakukan misi yang sama kepada Irak; melakukan perjalanan melalui El-Ahraz dan Yamen; melintasi daratan Arabia dan lautan India, mempertobatkan banyak sekali orang-orang penyembah berhala memeluk keyakinan Nasrani atau Kristen melalui pewartaan dan mujizat-mujizat, dan mengumpulkan mereka kedalam Jemaat – jemaat.

Sepulangnya dia, beliau mengangkat peringkat Keuskupan Ktesiphon menjadi Kepatriakan; dan sebelum wafatnya beliau berpesan agar para penggantinya kelak harus tunduk kepada Keuskupan Bunda Jemaat Yerusalem Semitik. Menurut kisahnya, setelah wafatnya Mar Mari, serombongan orang beriman pergi ke Mdeeta Kadishta (Kota Suci) dan menemui Shimon yang menggantikan Ya’aqub, saudara Maran kita sebagai pimpinan tertinggi Jemaat di Yerusalem melaporkan padanya perihal telah wafatnya Mar Mari dan bermohon agar diangkat uskup yang baru. Sebagai hasilnya, Mar Abras dipilih dan ditahbiskan untuk mengisi jabatan yang kosong tersebut, dia menjabat sebagai Bapa Uskup pada tahun 90 M., dan memimpin selama 17 tahun, setelah itu tahta Keuskupan kosong lagi oleh wafatnya Abras yang bertepatan pada masa kekuasaan Hadrian, kaisar Romawi.

Kira-kira 22 tahun berlalu, Keuskupan diisi oleh Bapa Uskup baru, Abraham yang memimpin Jemaat Timur sejak dari tahun 130-132 M. Pemimpin generasi ke-4 tahta Keuskupan adalah Ya’aqub (Yakov I), yang menyuruh kedua muridnya, Khnaneshoo dan Aha-de-Abhooy (Ahadabui atau Akhu d’Awu) pergi ke Antiokia segera setelah kematiannya agar salah satu diantara mereka bisa ditahbiskan untuk menggantikan Bapa Uskup yang wafat. Namun pada waktu ini hubungan antara kerajaan di sebelah Timur dan Barat sedang memburuk. Kedua murid itu, sebagai konsekuensinya, setibanya di Antiokia, ditangkap dengan tuduhan sebagai mata-mata raja Persia, mereka, bersama dengan Saleeba Patriak Antiokia, divonis mati dengan cara disalibkan di kota itu. Namun, Aha-de-Abhooy berhasil meloloskan diri ke Yerusalem, di sana dia ditahbiskan oleh Mattias kepala Jemaat Yerusalem untuk menggantikan Yakov Uskup Agung Ktesiphon yang baru saja wafat. Dia memerintah Jemaat hingga tahun 205 M., dan menjadi pemimpin spiritual selama 15 tahun.

Insiden yang seringkali terjadi dengan menyedihkan terhadap orang-orang percaya hingga berujung kepada kematian sebagai martir, menimbulkan efek dikemudian hari bagi Jemaat Timur. Hal ini memunculkan kemandirian lembaga itu; kemandirian dilestarikan dan dihubungan dengan ini pada masa akan datang membuat hal yang tak mungkin bagi orang-orang Nasrani Assyria terseret dengan kesalahan-kesalahan Gereja Romanisme (Greco-Roman). Setelah jabatan Uskup Agung kosong dengan wafatnya

Saleeba, segera setelah itu dipilih Patriak Antiokhia yang baru, pemimpin spiritual ke-4, keuskupan telah sepakat bahwa Jemaat Timur tidak perlu lagi mengirimkan terpilih calon Uskup Agung untuk ditahbiskan di Antiokia, tetapi para Metropolitan, Uskup-uskup dan Tua-tua, bersama-sama dengan umat, harus memilih dan mentahbiskan seseorang yang ditunjuk menempati kedudukan di

Ktesiphon. Sleewa-Bar-Yohanna, pengarang yang disebutkan di atas, “memberi penjelasan, "pesan dari Patriak (Antiokia) bagi Jemaat Timur, diperintahkan agar Ktesiphon. Sleewa-Bar-Yohanna, pengarang yang disebutkan di atas, “memberi penjelasan, "pesan dari Patriak (Antiokia) bagi Jemaat Timur, diperintahkan agar

Pada akhirnya, Keuskupan Timur tak bergantung lagi kepada Bunda Jemaat Yerusalem untuk pentahbisan Para Uskup lagi; dan Shahlufa (Shakhulpa dari Kashkar) pengganti ke-9 tidak jadi dikirim ke Yerusalem dan Antiokia dan untuk pertama kali ditahbiskan di keuskupan setempat.

Berdasarkan perihal inilah Gereja-gereja Independen Keuskupan sejak gejolak Konsili Vatikan I tahun 1870 dari Gereja Roma Katolik, Keuskupan Suci Uthrecht – Holland memisahkan dirinya dari Kepausan Roma Katolik. Sejak saat itu mulai bergejolak melepaskan diri dari kungkungan Kekuasaan politik gerejawi baik dalam Gereja Roma Katolik dan Kepatriakan Gereja-gereja Ortodoks Timur di seluruh dunia. Mereka Gereja- gereja Rasuli Kuno Mapan ini berusaha keras membendung Uskup-uskupnya untuk tidak keluar dari organisasi mereka dengan berbagai intrik dan pernyataan – pernyataan palsu dan bida’ah serta ancaman ekskomunikasi. Tetapi sebagian Uskup- uskup pemberani menerobos pintu besi dan mereka tidak perduli dengan berbagai

6 Sebenarnya, Uskup itu adalah Pengganti Rasul, dan tiap Rasul adalah independen dalam dirinya. Namun, ada kolegialitas sesame para rasul dan demikian juga bagi para uskup ada kolegialitas uskup.

Pemimpin Para Uskup adalah Uskup di Yerusalem sebagai Av-Nasi (presiden) dari persekutuan ekumenis para uskup sesuai keputusan Para Rasul dan mandate Maran Y’shua. Tiap Uskup bisa minta tolong kepada uskup lainnya untuk mentahbiskan uskup baru dalam keuskupan mereka jika uskup itu merasa perlu untuk konfirmasi dan saksi mata dari 2 atau 3 uskup sesuai prinsip Torah (2 Korintus 13:1).

Jika dalam suatu jurisdiksi kerasulan sudah memiliki paling sedikitnya 3 uskup, maka mereka secara mandiri bisa memilih uskup agung bagi jurisdiksinya sendiri. Dan suatu keuskupan Agung jika sudah memiliki uskup agung lebih dari dua atau tiga bisa ditingkatkan menjadi Kepatriakan tergantung kebijakan oragnisasi administrasi jurisdiksi gerejawinya. Jadi tidak ada kewajiban atau kemutlakan suatu keuskupan harus tunduk total kepada uskup-uskup lainnya, setiap uskup pada hakikatnya mandiri dalam dirinya sendiri. Tetapi demiki kesatuan dan persatuan keuskupan-keuskupan maka dirasa perlu bekerjasama dengan keuskupan yang lain tetapi tidak saling menundukkan atau menguasai seperti yang dilakukan politisasi gerejawi Gereja Roma Katolik dan Gereja-gereja Ortodoks Timur lainnya yang tidak menghendaki adanya uskup mandiri sesuai hakikat fungsi keuskupan itu sendiri.

Inilah letak persoalan besar antara Gereja-gereja Rasuli Kuno dengan kelompok-kelompok Keuskupan Mandiri Baru yang muncul dengan tokoh-tokoh seperti Uskup Agung Timotheos Rene Joseph Vilatte tokoh penggagas berdirinya gereja-gereja rasuliah Katolik Ortodoks di Amerika dan Eropa, Katolik Lama di Belanda dan seluruh dunia, Uskup Agung Arnorl Harris Mathew dengan jurisdiksi Gereja Roma Lama Katolik, Uskup Agung Hugh George de Willmott Newman, Mar Georgius I yang banyak melahirkan kelompok Gereja gereja Independen Katolik Ortodoks di seluruh dunia, dan banyak lagi yang lain. Ada keanehan dari sikap Gereja-gereja Ortodoks Timur Kuno dan Roma Katolik yang menganggap “Tahbisan Suksesi Rasuli” adalah seperti properti milik mereka dan Roh Kudus ditundukkan kedalam organisasi gerejawi mereka sehingga merasa memiliki Roh Kudus. Ini adalah pandangan absurd bahwa Suksesi Rasuliah tak bisa dimiliki orang lain kecuali ada dalam organisasi gerejawi mereka saja. Roh Kudus milik semua orang bukan milik suatu organisasi gerejawi! Tidak ada gereja satupun yang bisa melahirkan suksesi rasuliah kecuali Roh Kudus itu sendiri.

intrik – intrik politis gerejawi itu karena sudah begitu muak dengan permainan catur politis gerejawi selama 1700-an ini. Berbagai fitnah dan tuduhan tidak sah (invalid), kosong dan batal (void and null), istilah episcopi vagantes (uskup-uskup pengembara yang tak banyak pengikut) ditudingkan untuk menimbulkan keraguan pada masyarakat, sakramen-sakramen sah tapi tidak direstui. Adalah sangat mengherankan Jika Gereja- gereja Besar ini merasa memiliki segalanya, pada hal keuskupan-keuskupan mandiri tidak perduli dengan suara-suara sumbang mereka seperti anjing menggonggong kafilah berlalu. Bagi mereka kelompok-kelompok jurisdiksi Gereja-gereja Rasuli Independen tidak melihat lagi ”Ajaran-ajaran, dogma, dan tradisi” gereja – gereja kuno ini mengikat mereka sebab banyak sekali pengajaran mereka ini adalah produk Teologi Pengganti (Replacement of Theology) sejak abad ke-4 M., hingga sekarang, hanya satu yang tersisa dari mereka yakni turunan suksesi rasuliah yang sudah sekarat itu yang masih hidup dalam diri mereka. Suksesi Rasuli yang dimiliki Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental serta Gereja Roma Katolik sesungguhnya sudah tak punya daya kuasa Ruakh ha-Kodesh lagi dalam dirinya, tetapi untuk menyambung mata rantai ini diperlukan seperti membelah Sungai besar menjadi ”anak-anak sungai baru” yang aliran airnya sudah kotor sekali tetapi saat air ini masuk kedalam sungai-sungai kecil dibuat semacam bendungan dan jaring-jaring agar segala sampah kotor tidak memasuki sungai-sungai kecil ini, dan air ini dibersihkan kembali agar airnya bisa dikonsumsi kembali dan menjadi bermanfaat. Air kotor ini didestilasi agar kembali menjadi murni, yakni dengan kembali kepada Ajaran-ajaran Pra-Nikea pada Abad ke1 sampai 3 Masehi dan bahkan sampai kepada zaman Musa. -- (Kutipan dipetik dari “The Flickering Light of Asia” (Kerlap-kerlip Cahaya Asia, oleh Rev. Joel E. Werda, dengan adaptasi, dan juga http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Patriarchs_of_the_Church_of_the_East ).