SEJARAH GEREJA TIMUR KUNO WARISAN KEKRIS

Kekristenan Yahudi

NO:39/GNI/A/Pel.Umum/III/2015

(Kumpulan Tulisan) Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC

Gereja Nasrani Indonesia (GNI)

Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu

Pendahuluan

Berkaitan dengan konferensi tahunan Gereja Katolik Bebas Swedia dipenghujung bulan September, saya diundang untuk memberikan kuliah yang bertajuk Injil Y’shua = keyakinan Kristen tradisional? Pada diskusi itu saya langsung diminta untuk memberikan informasi rinci tentang pokok pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan seperti para imam menikah dan para wanita imam dan para uskup dalam Jemaat Awal.

Untuk melaksanakan janjiku saya membuat suatu rancangan versi perkuliahan yang diberikan di New York setahun lalu. Untuk hal ini saya tambahkan catatan tambahan akurat tentang suksesi rasuliterkait kepada Gereja Katolik Bebas Swedia. Ini dengan senang hati saya realisasikan permohonan ini dari rakan-rekan dekat saya Uskup Sten- Bertil Jacobson dan Uskup Evert Sundien.

Satu nasihat ahli filsafat Sokrates mengamarkan kepada murid-muridnya: Ketika engkau sedang mengatakan sesuatu, tanyai pertaka laki “Apakah itu benar? Apakah itu baik? Apakah itu perlu?” Apa yang disebutkan pada halaman berikutnya adalah benar dalam artian bahwa referensi itu adalah sumber-sumber autentik, tidak seperti halnya kita temukan dibalik buku-buku sebagai pendatang baru Risalat Yeshua. Pengungkapan Terbesar yang Tertutup dalam Sejarah oleh Michael Baigent. Opini saya mengatakan bahwa fakta-fakta itu saya rujuk adalah baik dan perlu untuk membiarkan kebenaran nyata muncul kepermukaan dengan damai. Kurangnya tenggang rasa diantara orang- orang percaya Y’shua pada masa lalu dan masa kini disebabkan tidak adanya fakta-fakta benar, kebutaan bahwa Y’shua sedang berpikir tentang saat Ia berkata: “Biarkan mereka sendirian; mereka adalah orang buta menuntun orang buta. Dan jika orang buta menuntun dikelilingiorang buta, keduanya akan jatuh kedalam lubang” (Mattai 15:14).

Kita harus menyadari bahwa edisi – edisi kitab suci alkitabiah menjadi berbeda karena rekayasa dari kepentingan politis para pemimpin gereja, pertama sekali selama masa Konsili-konsili Ekumenis hingga tahun 787. Kitab-kitab Suci ini berisi pemalsuan-pemalsuan terbesar dalam sejarah dan adalah satu dari alasan-alasan terbesar terjadinya perpecahan diantara orang-orang percaya Y’shua. Dalam perpanjangan Y’shua dan Injil Y’shua telah dimitoskan, dilegendakan, dimaterialiskan dan dipolitikkan, suatu proses yang direkayasa dan terus

merekayasa suatu spiral asing kepada Alaha. Biarkan kita dilepaskan dari kepalsuan- kepalsuan itu – demi Alaha dan demi damai sejahtera!

Demi Alaha & Damai,

1 Oktober 2006 Bertil Persson

Ambassador for Peace, Universal Peace Federation (ECOSOC)

Professor, University for Peace (UNESCO)

Kata Pengantar

Kekeristenan di Indonesia pertama kali masuk Indonesia sekitar abad ke 5 M., berasal dari Gereja Timur, yakni Gereja Assyria Kuno. Perlu diperhatikan kata TIMUR sering disalahpahami bagi penutur bahasa Indonesia dalam bahasa Inggris kata Timur ada dua: Eastern dan East. Kata “EASTERN” (artinya TIMUR tetapi tidak tepat di Timur arah condong ke arah Timur matahari terbit) dan “EAST” adalah tepat di Timur. Dalam pemahaman teologis – geografis ada perbedaan. Gereja – gereja Timur (The East) selalu merujuk Gereja Timur Kuno wilayah Assyria, India, Cina, Asia Tenggara, sampai Fasifik. Teologinya, salah satu yang membedakan adalah karakter Semitik Ibrani-Aramaik dalam liturgi, pemikiran, budaya, bahasa dan teologi. Lebih cepat kita memahami Gereja ini saat menyebut Miriam Bunda Y’shua adalah sebagai “ImatMshikha” (Bunda Msheekha) dalam bahasa Yunani disebut “Kristotokos” (Bunda Kristus) yang dipopulerkan oleh Patriak Nestorius dari Gereja Ortodoks Byzantium Yunani. Namun, Gereja Timur tidak ada kaitannya dengan Nestorius baik secara sejarah, doktrinal, tradisi, dan ritus. Gereja Timur sudah menyebut Miriam sebagai ImatMshikha sejak abad pertama Masehi hingga masa kini, sedangkan Nestorius baru lahir tahun 386 sampai 450 M. Jadi Gereja Timur tidak mengikuti ajaran-ajaran Nestorius, sebaliknya

Nestorius yang mempopulerkan Iman Gereja Timur dalam kaitannya mengenai Miriam. Para musuh Gereja Timur ini seringkali dengan pongahnya, semena-mena, dan gelap mata memberikan label “NESTORIAN” kepada Gereja Timur seperti Gereja Assyria Kuno yang berpusat di Mesopotamia (Irak – Iran).

Corak Gereja Timur yang dimaksud di sini adalah Gereja Kekeristenan Yahudi (Judeo- Christianity), yang kental dipengaruhi budaya dan pola pikir Semitik Ibrani-Aramaik, sebaliknya Gereja-gereja Timur lainnya (Eastern) adalah Gereja – gereja Yunani-Latin (Greco-Roman Christianity), dipengaruhi oleh pola pikir budaya Hellenisme – Latinisme. Kekristenan hanya memiliki dua corak lokus budaya sehingga melahirkan gaya dan pola pikir yang berbeda pula. Gereja – gereja Yunani – Latin dan semua yang berasal darinya punya karakter kolonialis dan invasi terhadap komunitas – komunitas orang percaya; secara tidak sadar mereka telah terinfiltrasi dengan semangat kolonialis terbesar dunia dari Yunani Alexander Agung III dari Makedonia (356 – 323 S.M); …bertempurlah bagi “kemuliaan Yunani!” Karakter Gereja – gereja Yunani - Latin adalah karakter “Patriotisme”, sedangkan karakter Gereja Timur adalah “Asketikisme.”

Jadi Gereja yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Gereja Timur yang disebut Gereja Assyria

7 M., (Lihat, http://latitudes.nu/christianity-in-indonesia), melalui jalur Keuskupan India.Kalau ada Gereja Ortodoks diIndonesia yang menyebut diri sebagai Gereja Timur sebenarnya adalah Gereja Ortodoks Timur (Eastern) yang berakar pada budaya Yunani dan juga Gereja Roma Katolik yang berbudaya Latin yang turunannya adalah Gereja-gereja Reformasi Protestan. Sedangkan Gereja Nasrani Katolik Ortodoks Indonesia, adalah satu gereja rasuliah independen yang mewaraisi multi – suksesi rasuliah baik dari Gereja Rasuli Barat dan Timur, tetapi isi teologinya adalah TIMUR yang Semitik Ibrani yang condong berakar pada Gereja-gereja Mar Thoma India dan Gereja Assyria Kuno serta kepada Ajaran-ajaran Rasuliah Nasrani – Yudaisme abad pertama.

yang berpusat

Kini pada zaman modern ini orang-orang percaya Y’shua yang rindu kembali kepada Ajaran-ajaran Rasuli sejak Abad Pertama hingga ke-4 (pra-Nikea) bisa mengakses langsung di bumi Indonesia. Mereka tidak perlu lagi berharap pergi ke luar negeri dengan berbagai persoalan yang akan dihadapi dan penolakan dari pihak – pihak yang berusaha mendekap warisan tradisinya tidak diboyong kepada komunitas-komunitas lain, kecuali etnis mereka saja. Ini adalah salah satu dosa-dosa Kekeristenan etnis yang menghalangi penyebaran dan amanah Maran Y’shua demi menjaga nasionalitas suatu etnis seperti bangsa Assyria yang terlunta-lunta di seluruh dunia sekarang ini dan banyak mengalami tekanan dan aniaya di Timur Tengah sehingga membuat mereka mencari salah satu alternatif pemersatu diantara mereka adalah “agama” Kekristenan Kaldea itu sendiri. Begitu juga Kekeristenan Nasrani Mar Thoma di India diporak- porandakan oleh Gereja Latin (Roma Katolik) dengan membonceng perdangangan Portugis, terpecah-pecah menjadi beberapa jurisdiksi gerejawi. Ini semua ada dampak dari formulasi keinginan memiliki Injil itu hanya untuk etnisnya saja, sehingga dosa

Etnosentrisme yang merusak ini harus dihancurkan oleh Alaha sendiri dengan meminjam tangan dari pihak luar untuk menyeberangkan kebenaran yang mereka miliki itu melalui orang lain. Contohnya, dengan munculnya dosa kekuasaan Gereja politis Roma Katolik dengan mengklaim Paus Tidak Bisa Salah dalam menentukan ajaran dan moral gereja sehingga dari dalam dirinya sendiri bergejolak perlawanan dan akhirnya satu keuskupan Nasional di Holland – Keuskupan Agung Utrecht menyatakan diri keluar dari organisasi gerejawi Roma Katolik dan menjadi mandiri. Sejak saat itu lahirlah banyak Uskup-uskup yang ditahbiskan untuk mempertahankan ajaran rasuli sejak awal. Seiring dengan kemunculan Uskup – uskup ini mereka mulai mengalihkan pandangannya ke Timur dan datang ke Timur serta menerima Tahbisan – tahbisan Suksesi Rasuli dari keuskupan Gereja Timur lalu diboyong ke Barat dan diperkenalkan di sana. Ini adalah jembatan-jembatan yang dibangun melalui peristiwa sejarah yang dilakukan Alaha sendiri untuk menyeberangkan kebenaran-kebenaran yang dipegang Gereja – gereja Timur yang cenderung etnosentrisme dan tertutup itu.

Jika manusia sudah mulai bertingkah dengan tidak benar maka Alaha mengambil alih melalui berbagai peristiwa yang muncul untuk menampar wajah-wajah pelaku dosa dalam Tubuh-Nya sebagaimana Ia dahulu juga memperlakukan bangsa Israel dengan meminjam tangan pihak lain untuk menghukum bangsa itu.

Kini jembatan-jembatan Timur dan Barat telah terbentuk dalam jurisdiksi-jurisdiksi Gereja – gereja Rasuli Independen kecil sejak abad ke-19, yang menyediakan pengajaran Rasuli awal dan dengan bebas memilih tanpa harus tunduk kepada Kanon- kanon gerejawi yang diformulasi oleh para teolog Gereja Besar. Seringkali Gereja – gereja Besar: Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Gereja Roma Katolik berkata “Tidak mengikuti KANON”! Pertanyaannya adalah siapa yang membuat kanon? Untuk kepentingan siapa kanon itu? Berlaku untuk siapa kanon itu? Apakah kanon itu diwahyukan Alaha? Apa bukti Kanon-kanon itu diwahyukan Alaha?

Pada akhirnya jawaban bagi mereka yang terobsesi KANON GEREJA, seperti ucapan Maran Y’shua Msheekha berkata: “Gereja ini memuliakan Aku dengan bibirnya, pada

hal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepadaKu, karena

ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Mattai 15:8-9).

Pasal 1 Legitimasi Pengganti Y’shua Ya’aqub, satu dari saudara-saudara Y’shua

Semua kutipan dari Kitab Suci P’shitta. (1) Ya’aqub adalah saudara Y’shua (Markus

6:3; Galatia 1:19; Mattai 13:55). (2) Ia adalah menikah (1 Korintim 9:5) dan menurut naskah Didascalia apostolorum (3:6) ia punya seorang anak perempuan dinamai Miriam. Ia dikenal baik dengan berbagai aktivitas Y’shua (Lukas 8:19; Yokhanan 2:12). Ia bertindak sebagi penilik (Uskup). (3) dari komunitas orang-orang percaya Y’shua di Yerusalem (Kisah 1 2:17; Galatia 2:1-9) dan untuk alasan ini ia menjalankan aturan memimpin dalam Konsili Rasuli Yerusalem sekitar tahun 49 M., (Kisah 15:4-28; Kisah 16:4). Ia adalah seorang penasihat Paulus (5/10-64/65) pada saat kedatangannya ke Yerusalem sekitar tahun 36 setelah perjalanan misi ketiganya (Kisah 21:15-26; Galatia 2:1-14). Sekitar tahun 60 ia “menyusun” Liturgi Mar Ya’aqub berdasarkan liturgy sinagoga (Siddur). (4) Ya’aqub menuliskan Surat Kiriman Ya’aqub ha-Tzadik sebelum tahun 62 ketika ia, menurut Flavius Josephus (37-96 M), Antiquites, XX:200.IX.1, dirajam batu hingga tewas di Yerusalem. Tradisi mengatakan bahwa ia terkadang dijuluki Ya’aqub ha-Tzadik sebab jalan hidupnya. Eusebius (260-340 M), dalam karya tulisnya, Historia Ecclesiastica, II:23, dan pakar sejarah Hegesippos (sekitar 90-180), Hypomnemata atau Memoranda, memberikan deskripsi jelas tentang dia. (5) Eusebius menulis dalam op. cit., III:11, bahwa Simon dipilih sebagai penggantinya. Ia adalah saudara Y’shua lainnya. Ia adalah uskup Yerusalem 62-67 M. Pada tahun 66 ia memimpin orang-orang percaya Y’shua (Yeshuanim) pindah ke Pella di Trans-jordan. Ia tewas dicambuk dan disalibkan. (6)

A. “Ya’aqub, hamba Alaha dan dari Maran kita Y’shua”

Dalam Igeret Mar Ya’aqub memperkenalkan dirinya sebagai “seorang hamba Alaha dan Maran kita Y’shua Msheekha” (Ya’aqub 1:1). Kemudian, mengalamatkan tulisannya kepada “dua belas suku yang ada tersebar diantara Bangsa-bangsa: Salam” (Ya’aqub 1:1), ia mengutarakan pikirannya perihal kaum sisa dari mereka yang tersebar yang memegang “kemuliaan iman dari Maran kita Y’shua Msheekha” (Ya’aqub 2:1), utamanya mereka yang tinggal di luar Yudea. (7) Kata – kata itu juga menyingkapkan tanggungjawabnya sebagai pemimpin rohaniah mereka. Igeretnya adalah surat pengembalaan. (8) Tanggungjawabnya dibuat jelas dalam konteks sejarah. Dalam naskanya Homiliae Clementus (sekitar tahun 30-97), uskup dari Roma, (9) merujuk Ya’aqub sebagai “Tuan dan Uskup di atas Para Uskup, yang memerintah Yerusalem, Jemaat Kudus dari kaum Ibrani dan Jemaat-jemaat di mana-mana”, kepala pemimpin tertinggi sebenarnya dari komunitas-komunitas orang-orang percaya Y’shua. (10) Surat Dalam Igeret Mar Ya’aqub memperkenalkan dirinya sebagai “seorang hamba Alaha dan Maran kita Y’shua Msheekha” (Ya’aqub 1:1). Kemudian, mengalamatkan tulisannya kepada “dua belas suku yang ada tersebar diantara Bangsa-bangsa: Salam” (Ya’aqub 1:1), ia mengutarakan pikirannya perihal kaum sisa dari mereka yang tersebar yang memegang “kemuliaan iman dari Maran kita Y’shua Msheekha” (Ya’aqub 2:1), utamanya mereka yang tinggal di luar Yudea. (7) Kata – kata itu juga menyingkapkan tanggungjawabnya sebagai pemimpin rohaniah mereka. Igeretnya adalah surat pengembalaan. (8) Tanggungjawabnya dibuat jelas dalam konteks sejarah. Dalam naskanya Homiliae Clementus (sekitar tahun 30-97), uskup dari Roma, (9) merujuk Ya’aqub sebagai “Tuan dan Uskup di atas Para Uskup, yang memerintah Yerusalem, Jemaat Kudus dari kaum Ibrani dan Jemaat-jemaat di mana-mana”, kepala pemimpin tertinggi sebenarnya dari komunitas-komunitas orang-orang percaya Y’shua. (10) Surat

41 M. Pusat lainnya dari orang-orang percaya Y’shua adalah Antiokia Orrhoe (di provinsi Osrohene di bagian utara Babilonia), kemudian disebut Edessa (saat ini Urfa) di bagian timur Turki. Beberapa Rasul melewati tempat ini sebagai beberapa jalan persinggahan: Bar Tolmai pada perjalanannya menuju ke Armenia, Tooma Shlikha (= rasul) pada perjalananya ke India, dan Addai Shlikha [Thaddai, Ehoda Bar Yakoub]. (14) Tooma dan Addai adalah para pendiri dan para pemimpin dari Gereja Kuno Timur tahun 33-43 dan 43-49 secara bersamaan. Plinius (61-113 M), yang pada waktu itu adalah gubernur Bithynia di bagian utara Turki, mengatakan dalam suratnya Epistolae bahwa di Edessa ada pusat aktivitas penginjilan Kristen awal. (15)

B. Manipulasi – manipulasi dari keuskupan Roma

Selama tahun 1940-an Keuskupan Suci Gereja Roma Katolik melakukan revisi dari daftar para paus dan anti-paus. Alhasil secara resmi diterima dan dipublikasikan pada tahun 1947. (16) Menurut daftar revisi itu Clementus adalah pemimpin komunitas di Roma tahun 88-97 M (Petrus tahun 42-67, Linus tahun 67-76, dan Anacletus tahun 76- 88). Ini tidak sampai setelah Clementus keuskupan mulai memberikan dirinya sendiri otoritas dari yang mana kepausan dikembangkan. Satu dari pertama yang diperkenalkan klaim bahwa Uskup Victor, pemimpin Roma pada tahun 189-199. Konggregasi – konggregasi di Timur Dekat tidak menerima hal itu. Mereka menyatakan tanpa bukti bahwa kata-kata Y’shua kepada Petrus (Shimon Keipha) dalam Injil Mattai 16:18-19 menjadi otorisasi. (17) Dalam Catechismus Romanus, mensahkan melalui Konstitusi Rasuli Fidei Depositum, ditandatangani oleh Joannes Paulus PP II tanggal 11 Oktober 1992, §§ 881-882 menyatakan bahwa paus adalah pengganti Petrus dan sebagai Vicarius Christi (Wakil Msheekha) ia adalah gembala dari seluruh gereja dan Selama tahun 1940-an Keuskupan Suci Gereja Roma Katolik melakukan revisi dari daftar para paus dan anti-paus. Alhasil secara resmi diterima dan dipublikasikan pada tahun 1947. (16) Menurut daftar revisi itu Clementus adalah pemimpin komunitas di Roma tahun 88-97 M (Petrus tahun 42-67, Linus tahun 67-76, dan Anacletus tahun 76- 88). Ini tidak sampai setelah Clementus keuskupan mulai memberikan dirinya sendiri otoritas dari yang mana kepausan dikembangkan. Satu dari pertama yang diperkenalkan klaim bahwa Uskup Victor, pemimpin Roma pada tahun 189-199. Konggregasi – konggregasi di Timur Dekat tidak menerima hal itu. Mereka menyatakan tanpa bukti bahwa kata-kata Y’shua kepada Petrus (Shimon Keipha) dalam Injil Mattai 16:18-19 menjadi otorisasi. (17) Dalam Catechismus Romanus, mensahkan melalui Konstitusi Rasuli Fidei Depositum, ditandatangani oleh Joannes Paulus PP II tanggal 11 Oktober 1992, §§ 881-882 menyatakan bahwa paus adalah pengganti Petrus dan sebagai Vicarius Christi (Wakil Msheekha) ia adalah gembala dari seluruh gereja dan

Mengenai Eksploitasi-eksploitasi lainnya terhadap nama Petrus, lihat (19).

Kepalsuan-kepalsuan lain perihal situasi orang-orang percaya Y’shua selama abad pertama adalah mereka para imam menikah dan para wanita imam-imam dan para uskup. Selama generasi pertama orang-orang percaya Y’shua adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang percaya baru yang direkrut diantara kaum Yahudi. Ketika mendirikan perkumpulan-perkumpulan disertai tradisi-tradisi Yahudi. Kemudian, pada pola hierarki politik di Roma, organisasi dari perkumpulan – perkumpulan dirubah. Lihat catatan (3). Konsep kunci nubuatan dalam Alkitab aslinya berarti mewartakan, berbicara [secara umum] dan itu adalah tujuan utama bagi para penginjil. Alasan praktis imam dan kepala perkumpulan menjadi orang yang sama dan jadi jabatan keimamatan muncul. Kisah 14:23. Konsekuensi, kata nubuatan selama abad pertama termasuk para pria dan wanita dan dalam pengertian ini dokumen-dokumen autentik menegaskan keberadaan para pria dan wanita sebagai imam dan uskup, menikah dan tak menikah. (20) Dokumen-dokumen disembunyikan oleh keuskupan Roma, tapi sekarang kita punya akses yang banyak mengenai hal itu. (21) Dalam Filipi 4:3 keuskupan Roma telah mengubah kata femina akhir asli menjadi maskulin agar cocok kepada dogma baru. Dalam Panarion, contohnya, disusun tahun 374-377 oleh Epiphanius (sekitar315-403 M), uskup dari Salamis (367-403 M), ia menulis: “Mereka punya para Uskup wanita, presbiter, dan lainnya; mereka mengatakan bahwa tak ada satupun dari hal ini membuat suatu perbedaan sebab ‘Dalam Msheekha Y’shua tidak ada pria ataupun wanita’ [Galatia 3:28]”. Pelarangan imam-imam wanita ditentukan pada Konsili Nemausensia pada tahun 394 (Kanon II).

Legitimasi Suksesi Y’shua

Keuskupan bersejarah dari Yerusalem adalah pertama dari semua dilestarikan dalam Gereja Kuno Timur dan gereja saudarinya Gereja Katolik Kaldea. Ini berharga diperhatikan bahwa ada dua gereja berbeda asli yang sudah lama berkembang dari Injil Y’shua: Gereja Ketimuran Dekat (“gereja terkait-Yahudi”) dan Gereja Katolik (“Gereja terkait Yunani-Roma”) . (22) Suksesi Rasuliah Y’shua > Ya’aqub, Yudah, Simon > Mari (petobat dari agama Zoroastrianisme) dan Abrees (ditahbiskan di Yerusalem oleh Simon) adalah masih lestari tak putus dan hanya ada dalam Gereja Katolik Kaldea.

Catatan:

(1) P’shitta adalah versi Aramaik dari Alkitab, teks tertua yang tersedia adalah sekitar dari tahun 150 M. Ref. Vööbus, Arthur, Menelusuri Jejak Tertua Peshitta, Louvain 1950. Aramaik ini adalah dalam dialek timur, dialek Galilea, digunakan oleh Y’shua dan Murid- murid-Nya dan lestari dalam Gereja Kuno Timur dan Gereja Katolik Kaldea. Ref. Lamsa, George M., Alkitab Kudus. Dari Naskah-naskah Timur Kuno, Philadelphia 1968. (P’shitto adalah versi Aramaik Barat, dibuat setelah Konsili Kalsedon 451 M., dan pengembangan dari miaphysitisme – seringkali secara salah disebut monofisitisme – dan digunakan oleh Kepatriakan Syria Antiokia dan Semua Timur.) Dialek Galilea berbeda dari dialek Yerusalem (Yudea), terkadang secara tidak tepat disebut Ibrani (jangan dikacaukan dengan Ibrani yang adalah bahasa Alkitab Yahudi - Tanakh). Mattai 26:73; Yokhanan 3:3-12.

(2) Menurut Markus 6:3 Y’shua ([Y]Ishu [Bar Yousif]) punya sejumlah saudara dan saudari: Ehodah [Bar Yousif] – Yudah, Shimun [Bar Yousif] – Simon, Yacoub [Bar Yousif] – Ya’aqub, Yousif/ “Yoses” [Bar Yousif] – Yosiph/”Yoses”. Perkawinan adalah terdaftar dibawah aturan Torah. Sebab inilah alasan kita punya silsilah akurat tentang Y’shua, Mattai 1:1-16. Mattai 13:55. Yousif [Bar Yacoub] ayah-Nya adalah Kaum Daud. (Lukas 3:23 adalah salah.) Ibu-Nya Miriam ibu-Nya adalah anak perempuan dari Hannah dan Heli. Shalome, menikah kepada Shebedee, adalah saudari dari Hannah. Mereka punya paling sedikitnya tiga anak: Yacoub dan Yokhannan, yang kemudian menjadi murid Y’shua, dan Elisabeth yang menikah kepada Shakhariah. Mereka punya paling sedikitnya satu anak: Yokhannan (kemudian dikenal sebagai Yokhannan ha- Mikveh). Y’shua dan Yokhanan ha-Mikveh adalah saudara sepupu. Miriam dan keluarganya milik pergerakan kebangkitan Mandean, dan Yokhannan ha-Mikveh adalah Imam Besar (Kohen Ha-Gadol) pada zaman Y’shua. Ref. Buckley, Jorunn Jacobsen, Sumber Besar Jiwa-jiwa, Piscataway 2006; Drower, E., Mandean dari Irak dan Iran. Kultus Mereka, Adat Istiadat, Legenda Magis, dan Dongeng, Piscataway 2002; Rudolph, Kurt, Masalah Sejarah Perkembangan Agama Mandean, Chicago 1969; memos dari pembicaraan pribadi saya dengan Sheikh Abdulla Al-Sheikh Sam dan professor Ghodban Roomi Al-Nasy di Baghdad pada tahun 1975, dipublikasikan pada sejumlah majalah dan buku-buku sekolah di Swedia.

(3) Agar mendapatkan sekilas gambaran konsep kunci berkaitan terhadap perkembangan dari tradisi Yahudi pada gereja awal berikut ini survey disusun.

Catatan jema’ah

tzibur atau

presbyteros 1) senior

Jema’ah Yahudi ada ditangan pengurus Para Penatua. Kisah 4:8; Kisah 14:23; 1 Tim. 5:21- 22

Para Penatua dipimpin oleh Para Penatua dipimpin oleh

synagogae

ecclesia

Jema’ah yang sedang berkumpul

dalam Beith Haknesset

Sinagoga diatur oleh pejabat resmi yang dipilih diantara Para Tetua . Markus 5:22

assisten

kohen

shamshana diakonos

minister

Pejabat yang diperbantukan

guru

rabbi atau

menjadi pembantu dan para sopher

rabi atau

didaskalos

magister

guru. Markus 10:35 tumpang s’mikhah

malfana

siam eida

epithesis

ton impositio

Tiap orang dilantik dengan

tangan

kheiron

menumpangkan tangan. Kisah 6:6; Kisah 13:3; 2 Tim. 13:1-6 3)

rasul

shaliach

shelekha 4) apostolos

apostolus

Orang yang diutus keluar [sebagai

seorang profesionaldan/atau

sebagai wakil] adalah seorang rasul

Orang yang belajar pada guru

1) Kata IMAM berasal dari kata presbyteros. Imam dalam tradisi Yahudi (Ibrani: kohen) hanya bisa orang yang memiliki pada satu alternatif berikut ini. Dalam Tanakh (Perjanjian Lama dalam istilah Kristen) ada tiga rekaman terkait dengan keimamatan: “imam-imam dari kaum Lewi” (dalam kitab Ulangan), “imam-imam dari anak-anak Aaron” (khususnya dalam kitab Imamat dan Bilangan), “imam-imam kaum Lewi, anak- anak Zadok” (dalam Yehezkiel 44:15). Ref. Plaut, op. cit., p 1088.

2) Dalam gereja-gereja yang berbicara bahasa Aramaik bentuk yang dimaksudkan bagi ulama / rohaniawan secara umum adalah abouna, aslinya = orang yang dihormati atau yang dituakan sebagai sepuh. Y’shua adalah dirujuk sebagai abouna. Saat kita sedang berbicara terhadap atau sedang menulis kepada seorang uskup ia dirujuk sebagai Mar, artinya Tuan, dan seorang uskup agung Maran Mar, artinya Tuan di atas Tuan-tuan. Inilah caranya kita memahami dalam merujuk kepada tulisan-tulisan Ya’aqub dan pengenalan dirinya sendiri dalam Igeret Ya’aqub.

3) Ini adalah bukan tapi pengembangan dari tahbisan Yahudi. Ref. Sanhedrin 13b/14a dalam Talmud bavli (Babylonian Talmud). Dengan demikian melambangkan kuasa-kuasa kepemimpinan dan digunakan pada pentahbisan rabbinik. Cfr 4 Mos. 27:18.

4) Y’shua memilih Dua Belas menjadi bersama Dia (Markus 3:14-15). Mereka kemudian disebut sheleky. Kata ini berasal dari shelakh, yang berarti diutus. Orang yang diutus pada suatu TUGAS disebut shelekha. Sebagai tanda utama yang bisa dilihat adalah tumpang tangan. Beberapa dari sheleky mendirikan kumpulan jema’ah-jemaah, segera dipimpin oleh seorang qashisha, yang artinya pria tua, penatua. Saat jumlah qashisha bertambah satu dari mereka dipilih menjadi abouna. Ia memilih yang lain untuk membantu dengan misi berbeda: shamshana.

(4) Ref. Plaut, W. Gunther (ed.), TTorah. Komentar Modern, New York 2005. (5) Dua Biografi Terkenal perihal Ya’aqub: Eisenman, Robert, Ya’aqub saudarai Y’shua.

Kunci untuk Menyingkap Misteri Rahasia Kekeristenan Awal dan Gulungan-gulungan Laut Mati, New York 1997; Hartin, Patrick J., Ya’aqub dari Yerusalem. Pewaris Y’shua d’Nasraya, Collegeville 2004.

(6) Ref. Lüdemann, Gerd, Para Pengganti dari pra- 70 Kekeristenan Yerusalem, dalam Sanders, E. P. (ed.), Yahudi dan Kristen Pendefinisian Dirinya sendiri, Philadelphia 1980, 1:161-173.

(7) Yudea adalah nama dari Tanah Suci yang diberikan oleh Romawi saat mereka pada tahun 63 S.M., mulai menginvasi area itu. Saat kaisar Romawi Hadrianus (76-138 M) (7) Yudea adalah nama dari Tanah Suci yang diberikan oleh Romawi saat mereka pada tahun 63 S.M., mulai menginvasi area itu. Saat kaisar Romawi Hadrianus (76-138 M)

(8) Saat Ya’aqub mengirimkan surat pengembalaannya, rasul Y’shua adalah para misonaris pada wilayah-wilayah berikut ini: Simon Keipha (Petrus) - Asia Kecil; Andreas - Yunani; Yokhanan - Asia Kecil; Filippos - Asia Kecil; Bartolomaios - Asia Kecil; Levi (Matthai) - Mesir/Ethiopia; Ya’aqub “yang muda” - ?; Tomas - India. Mari (82 M), satu dari murid 70 (Lukas 10:1), adalah seorang misionaris di Mesopotamia.

(9) Disebutkan oleh Paulus dalam Filipi 4:3 sebagai penolongnya dan rekan berjuang. (10) Cit. Strecker, Georg, Pseudo-Clementinus. Karya-karya Tulis Pengantar, dalam

Schneemelker, Wilhelm (ed.), Apokrifa Perjanjian Baru, Vol. 2, Cambridge 1991 p 496. (11) Cit. Strecker, op. cit. p 493. (12) Yudah adalah pengarang dari Surat Kiriman Yudas, surat pengembalaan yang

dialamatkan kepada “Bangsa-bangsa yang terpanggil dan dikasihi oleh Alaha sang Bapa”. Ini dituliskan di Yudea barangkali selama tahun 50-an atau 60-an. Ia tampaknya memiliki akses kepada kitab-kitab apokrifa seperti Kitab Henokh Pertama (Yudah 1: 14-

15 merujuk kepada 1 Henokh 1:9) dan Pengangkatan Musa (Yudah 1:9). (13) Di Antiokia orang-orang percaya Y’shua pertama kali disebut Meshikhaye (= para

pengikut ha-Mashiakh), dalam bahasa Yunani Khristianous. Mereka juga dikenal sebagai nasroye (= para pengikut Eashoa d’Nasraya, dan dalam Ibrani Y’shua ha- Notzri) (Kisah 11:26). Nasroye terkadang dikacaukan dengan Mandean dengan kata Nasuraia, yang artinya pria [terpelajar] yang mulia. Y’shua menjadi seorang Nasuraia ketika ia dimikveh oleh Yokhanan ha-Mikveh (Yohanes Pembaptis). Sedangkan kata “Nasrani” yang melekat pada diri Y’shua dalam tradisi Ibrani dan nubuatan Yesaya adalah sang TUNAS (Ibrani: Netsr, menjadi “Nasrani” atau “Notzri” dan bentuk jamak “Nesarim”, lihat Yesaya 11:1 dan Mattai 2:23). Pemahaman teologis Semitik abad pertama, bahwa Y’shua ha-Notzri dimaksudkan Dia adalah salah satu “TUNAS” dari Pohon Zaitun yang tumbuh, yang semua Cabang-cabang pohon ini sudah potong habis menjadi TUNGGUL yang istilah Tunggul ini merujuk kepada Isai ayahnya raja Daud dan melalui keturunan Daud ini akan lahir suatu keturunan yang menggantikan Umat Israel secara “Spiritual” (rohaniah). Umat Israel Fisik digantikan dengan Umat Israel Rohaniah dengan Perjanjian Baru yang dilandaskan pada Tubuh dan Darah Y’shua (Lukas 22:19- 20). Israel Jasmaniah (Dua Belas Suku) telah dipotong habis menjadi tunggul (Roma 11:21). Itulah sebabnya Y’shua merekonstruksi kembali Dua Belas Suku Israel dengan memilih Dua Belas Rasul (Mattai 10:1-4) dan Tujuh Puluh Hakim-hakim untuk mengawasi turunan Dua Belas Rasul ini (Lukas 10:1). Sistem keimamatan dengan persembahan “korban-korban” binatang dan lainnya dihapuskan dengan Korban Salib (Efesus 2:15-16) dengan demikian telah menghapuskan sistem korban-korban binatang

menurut Torah Keimamatan Musa-Harun (sistem keimamatan Tribalisme), digantikan dengan persembahan korban Tubuh dan Darah-Nya (Lukas 22:19-20; Mattai 26:26-29; Yokhanan 6:48-58; 1 Yokhanan 2:1-2). Jadi “Torah Moral” yang bersifat Universal – Sejagat (Yunani; katolik) tidaklah dihapuskan (Mattai 5:17-20; Lukas 16:17; Roma 3:31). Torah Moral inilah yang disebut sebagai Torah Msheekha (Galatia 6:2) yang Kuk- Nya ringan (Mattai 11:28-30) sebab orang-orang percaya Y’shua tidak perlu lagi untuk datang ke Yerusalem mempersembahkan korban-korban penebus salah atau pendamaian, dan juga semua aturan syariat keimamatan Harun merayakan Hari Raya yang wajib (Yokhanan 4:21), tetapi dimana saja Nama sang Kudus disebutkan dalam Doa mereka Alaha hadir di situ (Maleakhi 1:11; Mattai 18:19-20; Yokhanan 14:13). Amanah ini hanya disampaikan kepada Para Rasul dan Para Murid-Nya bukan kepada pembaca Kitab Suci sebab pada waktu itu Kitab Suci belum dituliskan. Jadi ini hanya berlaku kepada para pengikut para rasul saja yang terkait dengan rasul secara fakta historis dan langsung melalui adanya mata rantai tahbisan suksesi rasuliah (Ibrani: S’mikha). Dalam Iman Perjanjian Baru, pada orang-orang percaya Y’shua menjalankan Torah Moral dengan semakin bersemangat karena bebannya ringan (Kisah 21:20), salah satu dan paling umum Torah Moral ini disebut Aseret ha-Dibroth (Sepuluh Perintah MarYAH Alaha) yang dituliskan dalam Dua Loh Batu lewat jari-jari Alaha dan diberikan kepada Musa (Keluaran 20:1-17) yang mana salah satunya telah dihapuskan dengan sengaja oleh dunia Kekeristenan sejak abad ke-4 M., adalah perintah “mengingat dan menguduskan Sabat” (Keluaran 20:8-9) yang dirayakan pada Hari sabtu (hari ketujuh) bukan pada hari Minggu (hari pertama). Sanksi dari ucapan Y’shua adalah jelas bagi pelanggar Sabat ini (Mattai 5:19). Itulah sebabnya, kita masih meyakini tahbisan suksesi rasuli masih sah dalam gereja-gereja Rasuli seperti Gereja Roma Katolik, Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental tetapi ajaran-ajarannya kita harus singkirkan jauh-jauh karena semuanya sudah tercemar dengan ajaran-ajaran bida’ah.

Kemudian istilah “NASRANI” itu sendiri disebutkan dalam istilah lain dalam Injil Yokhanan sebagai Pohon Anggur yang Benar dan mereka yang percaya kepada-Nya harus dicangkokkan/dientenkan kepada salah satu cabang Pohon Anggur ini (Yokhanan 15:6); Cabang-cabang ini sendiri dimaksudkan di sini adalah melalui Suksesi Rasuli yang diberikan kepada Para Rasul-Nya yang melekat pada diri-Nya. Sehingga orang-orang percaya Y’shua harus diinisiasi melalui Mikveh Air (Baptisan Air), Mshikhna (baptisan Roh Kudus), dan Mshikhna Api (pemeteraian Roh Kudus) melalui proses keimamatan Melkisedek dalam tahbisan Sh’mikha ha-Shlyakhanuth (Suksesi Rasuli), yang tidak bisa setiap orang boleh melakukan inisiasi ini. (Mattai 3:11; Yokhanan 3:6,22; Efesus 1:13-14) orang percaya harus dibaptis AIR oleh Imam Yahudi (Ibrani: kohen), dalam hal ini Y’shua sebagai Imam Besar (kohen ha-gadol) menurut Peraturan Melkisedek (Ibrani, pasal 7-8; Mazmur 110:4). Y’shua mentransfer keimamatan Melkisedek ini kepada Para Rasul (Mattai 16:18-19; Yokhanan 20:21-23), dan Para Rasul mentransmisikan keimamatan ini kepada Shamshana atau diakon (Kisah 6:6; Kisah 7:36-38. Diakon Filipus hanya boleh membaptis dengan AIR saja), Qashisha atau Para Penatua (Kisah 14:23, Kisah 9:17-19 Hananiah atau Ananias adalah Penatua yang boleh Kemudian istilah “NASRANI” itu sendiri disebutkan dalam istilah lain dalam Injil Yokhanan sebagai Pohon Anggur yang Benar dan mereka yang percaya kepada-Nya harus dicangkokkan/dientenkan kepada salah satu cabang Pohon Anggur ini (Yokhanan 15:6); Cabang-cabang ini sendiri dimaksudkan di sini adalah melalui Suksesi Rasuli yang diberikan kepada Para Rasul-Nya yang melekat pada diri-Nya. Sehingga orang-orang percaya Y’shua harus diinisiasi melalui Mikveh Air (Baptisan Air), Mshikhna (baptisan Roh Kudus), dan Mshikhna Api (pemeteraian Roh Kudus) melalui proses keimamatan Melkisedek dalam tahbisan Sh’mikha ha-Shlyakhanuth (Suksesi Rasuli), yang tidak bisa setiap orang boleh melakukan inisiasi ini. (Mattai 3:11; Yokhanan 3:6,22; Efesus 1:13-14) orang percaya harus dibaptis AIR oleh Imam Yahudi (Ibrani: kohen), dalam hal ini Y’shua sebagai Imam Besar (kohen ha-gadol) menurut Peraturan Melkisedek (Ibrani, pasal 7-8; Mazmur 110:4). Y’shua mentransfer keimamatan Melkisedek ini kepada Para Rasul (Mattai 16:18-19; Yokhanan 20:21-23), dan Para Rasul mentransmisikan keimamatan ini kepada Shamshana atau diakon (Kisah 6:6; Kisah 7:36-38. Diakon Filipus hanya boleh membaptis dengan AIR saja), Qashisha atau Para Penatua (Kisah 14:23, Kisah 9:17-19 Hananiah atau Ananias adalah Penatua yang boleh

Dalam sejarah Kekeristenan kita melihat banyak sekali orang-orang percaya di luar Iman Para Rasul melakukan inisiasi keagamaan ini tanpa punya otoritas dengan hanya membaca kitab suci lalu membaptiskan orang lain. Inilah penyimpangan yang terjadi sejak lahirnya Reformasi Protestantisme abad ke-16 M., di Eropa, khususnya mulai dari Jerman.

Posisi Ya’aqub haTzadik adalah Maran Mar Abouna sebagai Tuan di atas Tuan-tuan yang artinya Uskup diatas Para Uskup. Itulah sebabnya istilah yang muncul dalam dunia Gereja-gereja Yunani-Roma menyebutkan istilah “Primus Inter Pares” (Utama dari Mereka yang Sejajar) tidak bisa disandang oleh Paus Gereja Roma Katolik dan Patriak Gereja Byzantium Ortodoks – Konstantinople atau siapapun dia, kecuali Uskup Yerusalem. Tapi dalam sejarah Gereja-gereja Yunani-Latin ini melakukan pemindahan paksa dan memanipulasi kepemimpinan Alkitabiah menjadi berpusat pada diri mereka sendiri dengan cara mengangkat dirinya sendiri menjadi yang utama dari yang sejajar (Self-Appointed). Jelas ini adalah pembohongan dalam sejarah Kekristenan sampai hari ini.

(14) Agabus dalam Kisah 11:28 adalah Addai sendiri. (15) Kebanyakan fakta-fakta berasal dari kunjungan saya ke Urfa tahun 1975. Ref. Segal,

J. B., Edessa “Kota Terberkati”, Oxford 1970; Wilson, Ian, Kain Kapan Turin, New York 1977.

(16) Ref. Caporilli, Memmo, Para Paus. Konsili-konsili Ekumenis. Yubilee – Tahun-tahun Kudus, Trento 2003.

(17) Mattai 16:18-19 secara sejarah dan linguistik khususnya ayat-ayat orientasi Roma, suatu tambahan jauh dari lingkup Yahudi dan Aramaik. Injil menurut Mattai adalah versi perluasan dari Injil menurut Markus dan ekspresi semacam itu tidak ditemukan di sini. Ayat pada Injil Mattai 16:18-19 dimanipulasi Gereja Roma Katolik sebagai dasar dari Pausisme, pada hal fakta sejarah justru Gereja Antiokia – Syria setelah Yerusalem yang aslinya didirikan dan dipimpin oleh Shliakh Mar Shimon Keipha. Sedangkan Gereja Roma Katolik tidak ada fakta sejarah autentik apapun bahwa Shliakh Mar Shimon Keipha pendirinya, jelasnya adalah LINUS, CLEMENT, ANAKLETUS sebagai Murid-murid Shimon Keipha dan Paulus.

Petrus (Keipha) duluan?

Saya mengingatkan adanya kemungkinan besar Linus adalah Paus pertama (2 Timotius 4:2) Paulus menulis kepada Linus di Roma. Linus aktif sebagai Uskup di Roma (Paulus menginstruksikan) sebelum Shimon Keipha (Petrus) tiba di Roma, dan tak diragukan ia adalah salah satu dari orang-orang Kristen di Roma yang Keipha dan Paulus ingin temui. Ini hanya tradisi Gereja Roma Katolik yang mengajarkan sebaliknya. Tentu saja ini tak bisa dimengerti, sebab siapa yang ingin memiliki Gereja yang Linus dirikan. Sayangnya tradisi ini sesungguhnya tidak benar. Gereja memutarbalikkan agar Paus-paus meyakini Keipha (Petrus) adalah Uskup pertama Roma, dan saya mendengar Katolik Roma mengakui ini seringkali.

Selanjutnya bukti-bukti yang membenarkan pelantikan Linus sebagai Uskup Pertama bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan dari Mar Keipha sendiri. Kata-katanya, dilestarikan dalam "Konstitusi Rasuli" (Buku. I, Pasal 46) kita membaca: 'Mengenai

mereka Para Uskup yang ditahbiskan dalam masa hidup kami, kami beritahukan kepadamu bahwa mereka ini adalah; dari Antiokia Eudius, ditahbiskan olehku, Keipha; dari Gereja Roma, Linus, saudara dari Claudia, adalah pertama ditahbiskan oleh Paulus, dan setelah wafatnya Linus, Clemens, kedua ditahbiskan

olehku, Keipha (Petrus).’ Dalam pernyataan lain Keipha menegaskan bahwa Linus adalah orang Briton (Inggris), anak dari keluarga raja. Irenaeus, murid dari Polikarpus (lahir sekitar 130 M) dan kemudian menjadi Uskup dari Smyrna, juga menegaskan mengenai pelantikan Linus. Ia menulis: "Para Rasul, telah mendirikan dan membangun Gereja di Roma, melakukan pelayanan pengawasannya dibawah Linus. Linus inilah yang disebutkan oleh Paulus dalam Surat Kirimannya kepada Timotius." (Irenaei Opera Lib.

III. C.I.). (18) Yokhanan 21:15-17. Para sarjana modern setuju bahwa Yokhanan 21 adalah suatu

tambahan pada naskah asli. Ref. Ehrman, Bart D., Y’shua Salah Kutip. Kisah Dibalik Siapa Mengubah Alkitab dan Mengapa, New York 2005, pp 61-62.

(19) Saya sudah katakana perihal referensi dokumen-dokumen autentik untuk memperhatikan perihal bias yang keuskupan Roma telah mengeksploitasi Keipha (Petrus). Sebagai suatu konsekuensi dari jarak geografis jauh antara Roma dan Antiokia Orrhoe dan diskusi-diskusi pada Konsili-konsili Ekumenis hingga tahun 787, yang sedikit demi sedikit menggiring kepada skisma (perpecahan) yang pasti antara Kekeristenan Timur dan Barat pada tahun 1054, pemalsuan-pemalsuan direkayasa, yang yang kuat berakar sebagai fakta-fakta tak terbantahkan. Saya memilih beberapa ilustrasi dan contoh-contoh bervariasi terkait kepada Surat Kiriman Keipha (Petrus).

Pada Surat Kiriman Pertama Keipha, keipha (Petrus) memberikan sejumlah referensi terhadap konteksnya. Pada pasal 1:1 ia mengalamatkan Suarat Kirimannya kepada “orang-orang terpilih dan para pendatang, yang tersebar di seluruh Pontus, Galatia, Kappadokia, Asia Kecil dan Bithynia” – pada masa lalu wilayah-wilayah ini milik

Kerajaan Babilonia. Informasi ini ditafsirkan sepertinya Keipha ada di keuskupannya di Roma memikirkan komunitas-komunitas orang-orang percaya Y’shua. Fakta bahwa ia pada tahun 33-41 M., melakukan perjalanan berkeliling di wilayah-wilayah yang ia sedang kunjungi terus menerus dengan diam-diam.

Keipha (Petrus) menyelesaikan surat kirimannya: “Jemaat terpilih yang ada di Babilonia dan Markus, bersama putraku, salam bagimu” (1 Keipha 5:13). Karena ia dianggap sebagai uskup satu-satunya di Roma, maka Babilonia ditransformasi kedalam nama samaran bagi Roma.

Dari keuskupan Roma ada keyakinan asal usul Keipha menuliskan surat kirimannya di Roma sekitar tahun 62-64 M, sebelum merebaknya penganiayaan yang diperintahkan Nero pada tahun 64 M. Tapi dalam fakta sebenarnya ia menulis surat kirimannya dalam apa yang ia sebut Babilonia (perpendekan umum bagi Kerajaan Babilonia. Ref. Basmachi, Faraj, Museum Harta Karun Irak, Baghdad 1975-1976). Di sinilah ia sedang bekerja bersama dengan “Markus, putranya”, dalam artian membantu bekerja sama sebagai misionaris.

Markus [orig. Marqos dan Yokhannan (Kisah 12:25)] menemani Keipha tahun 41/42 M., dari Babilonia ke Roma. Kemudian ia tiba dua kali di Alexandria di Mesir, kedua kali dari Roma. Eusebius, op. cit., II:15-17, menyatakan bahwa Markus tiba pertama kali sekitar tahun 43 dan kedua kalinya sekitar tahun 61 setelah misi di Libya tahun 56-60 M. Ia membawa bersama dengannya naskah Injilnya, barangkali disusun atau diselesaikan di Roma. Waktu antara perjalan pertama dan kedua ke Mesir Markus menemani Paulus. Selama tinggal di Mesir pada tahun 1981 saya berbicara dengan sejumlah pakar sejarah yang meneguhkan Eusebius, termasuk professor Aziz S. Atiya (1898-1988) dan Shenouda III, Paus dari Alexandria dan Patriak dari Keuskupan Mar Markus. Ref. al-Gamal, Nahed, Tradisi dari Mar Markus dalam Gereja Koptik, unpubl. diss., American University, Cairo 1957; el Masri, Iris Habib, Kisah kaum Koptik, Cairo 1976; Malaty, Tadros, Pengantar terhadap Gereja Koptik Ortodoks, Ottawa 1987; Meinardus, Otto, Kristen mesir Kuno dan Modern, Cairo 1977; St. Markus dan Gereja Koptik, Cairo 1968. Mengapa Markus memilih Afrika bagian Utara? Jawabannya sederhana. Dia lahir di Kirene di Libya dari orang tua Yahudi. Disebabkan penganiayaan mereka pindah ke Yerusalem di mana ia bergabung dengan orang-orang percaya Y’shua. Menurut tradisi, Markus menjadi salah satu dari murid Tujuh Puluh yang Y’shua utus “berdua-dua sebelum ia ke setiap tempat dan kota kemana ia pergi” (Lukas 10:1). Seperti Ya’aqub, Markus “menyusun” liturgy (Ibrani: Siddur), secara tradisional disebut Liturgi Mar Markus. Pada awalnya Liturgi ini sangat sederhana sekali versi liturgi Sinagoga Yerusalem. Ref. Baldovin, John, Liturgi di Yerusalem Kuno, Nottingham 1969; Dugmore, C. W., Pengaruh Sinagoga atas Ibadat Kudus, Westminster 1964. Seperti kebanyakan orang percaya dalam Injil Y’shua direkrut dari antara orang Yahudi awam, banyak dari kaum Farisi (Lukas 7:36, 13:31; Yokhanan 3:1; Kisah 5:5, 34; Y’shua sendiri diilhami oleh rabbi Hillel guru talmudik besar [sekitar 30 S.M – 20 M] dan aslinya Farisi

(Ibrani: Perushim); ref. Mayer, Reinhold, Der Babylonische Talmud, München 1963, pp 14), liturgi-liturgi awalnya sangat sederhana, disesuaikan dengan konteks lokal dan dilaksanakan dengan sepenuh hati yang tulus. Ini adalah pertama setelah beberapa ratus tahun liturgi-liturgi meningkat lebih membentuk defenitif dan dituliskan: Liturgi Mar Markus pada zaman Kyrillos I (Patriak ke-24 dari Keuskupan Mar Markus tahun 412-444 M) dan setelah ia disebut Liturgi Mar Kyrillos.

Surat Kiriman Pertama Mar Keipha telah mengalami penyisipan (interpolasi). Pada pasal 1:3-2:10 sebenarnya dikutip dari liturgi baptisan dari zaman setelah konsili ekumenis

Nikea tahun 325 agar mempertahankan doktrin-doktrin konsili itu.( 1 ) Mengenai Surat Kiriman kedua Mar Keipha, Keipha menuliskan suratnya sebagai suatu

tambahan surat pengembalaan terhadap surat kiriman pertama dan dari Babilonia (Mesopotamia – Iran/Irak). Perbedaan dalam gaya tulis antara keduanya bisa dikaitkan kepada fakta bahwa Keipha menyuruh Silvanus (Silas) untuk menuliskan surat kiriman pertama tapi agaknya bukan namun suratnya yang kedua (1 Keipha 5:12). Paralel antara pasal 2:4-18 dan 3:3 dan Surat Kiriman Yudah 1: 5-13, 17, 18 mengindikasikan bahwa Yudah punya akses kepada surat kiriman Keipha yang kedua. Pengarang dan juga tempat masih suatu perkara yang dipersoalkan sebab kesalahan informasi awal hasil rekayasa dari keuskupan Roma. Agar tiap bagian-bagian cocok, pernyataan resmi adalah Surat Kiriman “Dituliskan oleh seorang pengarang tak dikenal yang mengikuti kebiasaan menulis dengan menggunakan nama samaran yang zaman itu untuk menarik perhatian pembaca terhadap karya tulisnya [dengan menggunakan

1 Di sini doktrin Alkitab dari Protestantisme hasil dari formulasi Sola Skriptura (hanya alkitab) yang melahirkan keyakinan Innerancy Kitab Suci (Alkitab tanpa salah atau tidak ada kesalahan dalam

semua ajarannya). Pernyataan resmi terhadap biblical inerrancy dipublikasikan dalam jurnal the Evangelical Theological Society tahun 1978. Para penanda tangan pada "pernyataan Chicago atas Ketidaksalahan Alkitab"mengakui bahwa "inspirasi, bicara tegas, meujuk hanya kepada naskah autografis Kitab Suci", pada hal Kitab Suci sudah mengandung banyak interpolasi (penyisipan sana sini) bagaimana kita bisa mengatakan teks kitab suci secara autografis tak bisa salah karena kita mewarisi yang sudah banyak mengalami penambahan dan pengurangan. Kalaupun kita katakana saat penulisan tak bisa salah di mana penulis menerima ilham tetapi bisa salah juga dalam penuangan tulisan karena Alkitab tidak didiktekan langsung oleh Alaha, kata demi kata, tetapi penulis menuangkan jalan pemikirannya.

Dalam sejarah sejak masa Konsili-konsili Ekumenis para pemimpin lewat ahli kitab mereka bertanggungjawab atas banyak distorsi dari tulisan awal. Kitab Suci selalu harus ditundukkan kepada kepentingan doktrin-doktrin sektarian. Jika kita membaca kitab suci yang dimiliki Gereja-gereja Ortodoks Timur maka waspadalah Kitab Suci itu telah disisipi pengajaran dari corak dan warna teologis mereka (Kitab Suci Koine Yunani), demikian juga kitab suci Vulgata Roma Katolik yang diterjemahkan menurut konteks doctrinal dan dogma Roma.

Begitu juga alkitab Terjemahan Dunia Baru oleh Saksi-saksi Jehova menurut versi mereka sendiri. Jadi begitulah Kitab Suci dalam fakta sejarah mengalami interpolasi dalam perjalanan sejarahnya. Tujuan aslinya muncul slogan dan dogma “Innerancy Scripture” adalah untuk menggantikan klaim Paus Tidak Bisa Salah (Infallibility) dari klaim pribadi paus dipindahkan kepada Alkitab.

nama Keipha]. Penanggalan penyusunan adalah terkaan saja… ini barangkali ia [pengarang] adalah generasi Kristen ketiga – atau keempat yang menulis dalam periode antara tahun 100 dan 125 M.” (The New American Bible. Diteremahkan … oleh anggota- anggota Serikat Biblika Katolik America, Nashvill & Camden & New York 1983, p 1319 [Imprimatur: Patrick Cardinal O’Boyle, Archbishop of Washington, & John Cardinal Heenan, Archbishop of Westminster]). Origenes (185-254 M), seorang pakar teologi yang tinggal di Alexandria tahun 204-232, menurut buku-bukunya memperkenalkan dengan Surat Kiriman Kedua Mar Keipha sebagai yang dikarang oleh Keipha. Sebagaimana keuskupan Roma memandang Origenes sebagai seorang bida’ah ia tak bisa dipercaya.

(20) Menurut 1 Korintim 9:5 Keipha adalah pria menikah dan istrinya menemani dia paling sedikitnya beberapa dari perjalanan misinya, sebagaimana juga para istri dari

Para Rasul lain. Kisah 18:25-26; Kisah 21:9; Roma 16:1-16. Selibasi ( 2 ) ditentukan pada konsili Iliberi (Elvira) di Spanyol tahun 300 atau 306, (Kanon 33). Ref. Denzinger, Henry (ed.), Sumber Katolik Dogma, St. Louis & London 1957, p 25.

(21) Satu dari kebanyakan sumber penting adalah Miller, Patricia Cox (ed.), Para Wanita pada Kekristenan Awal. Terjemahan dari Naskah-naskah Yunani, Washington D.C, 2005 [publ. by The Catholic University of America Press]. Ref. also Eisen, Ute E., Para Wanita Pemegang Jabatan Resmi dalam Kekeristenan Awal. Epigrafis dan Studi Sastra, Wilmington 2000; Kadel, A., Matrologi. A Bibliografi Tulisan-tulisan oleh Para Wanita Kristen dari Abad ke-1 sampai ke-15, New York 1982; Methuen, Charlotte, Para Janda, Uskup dan Perjuangan bagi Otoritas dalam Didascalia apostolorum, dalam Jurnal Sejarah Gerejawi, 46, 1995; Stanton, G. N., Para Wanita dalam Gereja-gereja Terawal, Cambridge 1988; Torjesen, Karen Jo, Saat Para Wanita adalah Imam-imam. Kepemimpinan Para Wanita dalam Gereja Awal dan Skandal dari Perendahan mereka dalam Kebangkitan Kekristenan, San Francisco.

2 Ini agak aneh sikap Gereja Roma Katolik dan Gereja Ortodoks Antiokia-Syria yang mengaku mewarisi suksesi rasuli dari Shliakh Mar Shimon Keipha yang adalah pria menikah dan punya anak. Namun,

kedua Gereja Rasuli ini baik itu Paus Roma dan Patriak Ortodoks melakukan SELIBAT dan memaksakan sesuai aturan adat istiadat yang ditetapkan oleh tafsir manusia bahwa wajib rohaniawan tidak menikah (selibat).

Jelas sekali ini mencederai ajaran-ajaran rasuli yang bersumber dan berkarakter Yudaisme digantikan dengan ajaran-ajaran Paganisme Agama-agama Mistikisme Timur yang memandang “seksualitas” adalah sesuatu yang najis dan kotor seperti yang diajarkan kelompok bidat sesat Gnostikisme Kuno. Ini jelas tidak mewakili sikap pandang dari Shliakh Mar Shimon Keipha (Petrus).

Seorang Sadhu Kristen dari India, Sadhu Sundar Singh ( 3 September 1889) mengatakan: “Sejauh

mengenai Para Paus (atau Para Patriak Gereja Ortodoks) saya hargai sekali mereka sebagai individu-individu, tetapi saya tidak percaya pada Paus( Patriak) sebagai ‘Wakil Mshikha’ dan ‘pengganti Mar Keipha.’ Saya tidak menemukan inspirasi dan roh Mshikha ataupun Mar Keipha pada diri Paus atau Patriak. Mshikha sendiri selalu ada dalam milik-Nya sendiri ...” – Mar Sundar Singh