38 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
SIPNAP tersebut. SIPNAP terdiri dari software tingkat Unit Pelayanan Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit; Software Tingkat Dinas Kesehatan KabKota dan Pelaporan ke Provinsi
dan Pusat dilakukan melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet.
2. Software Pelaporan Dinamika Obat PBF
Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bahwa Pedagang Besar Farmasi PBF dan setiap cabangnya terdapat beberapa kewajiban yang harus diikuti,
diantaranya mengacu
kepada Keputusan
Menteri Kesehatan
Nomor 1191MenkesSKIX2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
918MenkesPERIX1993 tentang Pedagang Besar Farmasi. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1191MenkesSKIX2002, Pasal 18 ayat 1 menyatakan bahwa Pedagang
Besar Farmasi dan setiap cabangnya wajib menyampaikan laporan secara berkala sekali 3 tiga bulan mengenai usahanya yang meliputi jumlah penerimaan dan penyaluran masing-
masing jenis obat kepada Menteri dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model PBF-9. Hal ini diaplikasikan melalui
suatu sistem pelaporan secara elektronik. Dalam rangka memfasilitasi pelaporan dinamika obat Pedagang Besar Farmasi tersebut diperlukan adanya sistem pelaporan yang
komprehensif, terintegrasi dan mudah dikelola. Selama ini pihak PBF biasanya melaporkan distribusi obat tersebut melalui dokumen hardcopy yang dikirimkan lewat pos, dalam
jumlah lembar kertas yang tidak sedikit. Sistem ini dinilai tidak efisien dan tidak efektif ,oleh karena itu pihak Kementerian Kesehatan dalam hal ini Ditjen Binfar dan Alkes telah
membuat sebuah sistem pelaporan dengan menggunakan software agar pelaporan distribusipenyaluran obat yang terpusat mudah dikelola, diakses dan didistribusikan.
Aplikasi Software Sistem Pelaporan PBF Pedagang Besar Farmasi merupakan suatu sistem yang dirancang untuk dapat mengakumulasi dan mengakomodasi data secara cepat,
tepat dan akurat. Dalam operasionalnya, sistem software ini sangat diperlukan dalam mengelola informasi pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan yang berasal dari sektor
swasta dalam hal ini PBF. Dengan menggunakan software tersebut maka PBF hanya
mengirimkan laporan distribusi obat dalam bentuk file softcopy ke Dinas Kesehatan Provinsi, yang kemudian data softcopy tersebut
akan diolahdikompilasi oleh Dinas Kesehatan provinsi. Hasil olahankompilasi data oleh Dinas Kesehatan Provinsi tersebut kemudian
dikirimkan juga dalam bentuk softcopy ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Ditjen Binfar dan Alkes.
39 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
Dengan menggunakan software PBF yang telah dikembangkan dimulai pada triwulan IV tahun 2008 sesuai surat Dirjen Binfar dan Alkes No IR.01.02I41508 tanggal 15 September
2008, maka diharapkan meningkatnya jumlah PBF yang melapor tepat waktu dengan menggunakan sistem informasisoftware Dinamika Obat PBF yang mendukung dalam
pengontrolan secara nasional kegiatan pelaporan bidang Pedagang Besar Farmasi PBF, yang nantinya juga akan mempermudah PBF dalam mendapatkan informasi dengan
meningkatkan accessibility dan sharing data PBF. Tampilan aplikasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 37 .
Gambar 37. Tampilan Aplikasi Dinamika Obat PBF
3. Software Pelayanan Informasi Obat PIO
Dewasa ini perkembangan dalam dunia pengobatan sangat pesat, diikuti dengan ledakan jumlah disertai jenis obat yang beredar. Seiring dengan itu, penggunaan obat yang
rasional menjadi suatu hal yang mutlak diterapkan untuk menghasilkan efek terapi yang optimal. Salah satu komponen dalam penggunaan obat yang rasional adalah tersedianya
informasi terkait Pelayanan Informasi Obat. Hal ini memungkinkan pasien selaku pengguna
40 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
obat memiliki informasi yang memadai mengenai obat yang dikonsumsi dari segi dosis, cara pakai, efek samping yang mungkin terjadi, dan lain sebagainya.
Pentingnya pemberian layanan informasi ini juga berdasarkan Undang-Undang Konsumen UU No. 81999 dimana konsumen berhak memperoleh informasi mengenai
produk yang digunakan dan merupakan hak konsumen untuk menuntut bila tidak diberikan. Dalam rangka memberikan Pelayanan Informasi Obat yang seluas-luasnya kepada
masyarakat maka Ditjen Binfar dan Alkes telah membuat Software Pelayanan Informasi Obat yang melekat pada website Kementerian Kesehatan sehingga masyarakat dapat dengan
mudah mengaksesnya dari internet www.binfar.depkes.go.id
, tampilan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 38 .
Gambar 38. Tampilan Software Pelayanan Informasi Obat
Software Pelayanan Informasi Obat dalam bentuk Compact Disc CD dan online melalui website ini dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang
lebih baik menuju pelayanan kesehatan yang paripurna. Pelayanan Informasi Obat adalah salah satu bentuk pekerjaan kefarmasian yang diberikan kepada konsumen selaku pengguna
obat berdasarkan kepada konsep Pharmaceutical Care. Software Pelayanan Informasi Obat
41 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
ini juga melengkapi buku-buku, leaflet, poster, standar dan pedoman pelayanan kefarmasian yang sudah ada, antara lain:
1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 2 Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
3 Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas 4 Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
5 Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit 6 Pedoman Pelayanan Farmasi Tata Laksana Terapi Obat Untuk Pasien Geriatri
7 Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan 8 Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
9 Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit K3-IFRS 10 Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang yang hidup dengan HIVAIDS ODHA
4. e-Registration Indonesia National Single Window INSW
Indonesia National Single Window INSW merupakan suatu sistem online yang memungkinkan dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal single
submission of data and information dan pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron single and synchronous processing of data and information dan pembuatan
keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang single decision making for customs release and clearance of cargoes.
Seluruh lingkup tahapan sistem tersebut diatas terkoneksi dalam portal INSW yaitu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan
dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis
yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhankebandarudaraan dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.
Sistem ini juga melintasi ruang lingkup antar institusi pemerintahKementerian terkait komoditi yang menjadi tanggungjawabnya. Yang melatarbelakangi adanya Indonesia
National Single Window antara lain: 1
Alasan Eksternal Kesepakatan RegionalInternational yaitu memenuhi komitmen Pemerintah
dalam kerangka
kerjasama ekonomi
Regional ASEAN
maupun Internasional.
42 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
2 Alasan Internal KebutuhanKepentingan Nasional yaitu tuntutan nasional untuk
mendorong kinerja pelayanan ekspor-impor dan menyelesaikan permasalahan yang menghambat kelancaran arus barang.
Dilaksanakannya INSW terhadap penanganan lalu lintas barang ekspor-impor diharapkan dapat:
a. meningkatkan kecepatan proses semua layanan yang terkait ekspor-impor b. meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan ekspor-impor
c. meningkatkan validitas dan akurasi datainformasi yang terkait ekspor-impor d. menjadi instrumen pengawasan atas seluruh layanan ekspor-impor
e. meningkatkan daya saing nasional dan mendorong masuknya investasi f.
mendorong Good Governance untuk seluruh layanan publik dari semua instansi pemerintah menjadi transparan, akuntabel dan real time.
Kementerian Kesehatan RI adalah salah satu Kementerian yang mengeluarkan perizinan di bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan ke dunia usaha sehingga harus masuk dalam
sistem INSW tersebut sebagai Government Agencies GA. Kementerian Kesehatan bersama dengan 17 Instansi KementerianLembaga lainnya merupakan GA yang tergabung dalam
sistem INSW. Agar sistem perizinan yang terkait dengan impor dan ekspor di lingkungan Kementerian Kesehatan termasuk dalam bagian INSW maka dibangunlah Sistem E-Licensing
untuk Perizinan di lingkungan Kementerian Kesehatan yang terkoneksi dengan INSW. Sistem perizinan di Kementerian Kesehatan terkait dengan impor-ekspor adalah sistem
perizinan kefarmasian Narkotika, Psikotropika dan Prekursor dan Sistem Perizinan Alat Kesehatan dalam bentuk Surat Keterangan ImporEkspor Alat Kesehatan, dimana
pelaksanaan Sistem Elektonik Indonesia National Single Window INSW di lingkungan Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 825MenkesSKIX2008 tentang Pemberlakuan Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia National Single Window di
lingkungan Departemen Kesehatan. Ditjen Binfar dan Alkes dalam rangka melaksanakan perizinan terkait dengan NSW telah
membuat Sistem Perizinan secara online berbasis Website Web Service melalui www.e-
pharm.depkes.go.id yang terkoneksi dengan portal INSW yang ada di Ditjen Bea dan Cukai
dan 5 Pelabuhan Utama Tanjung Perak di Surabaya, Tanjung Mas di Semarang, Tanjung Priok di Jakarta, Belawan di Medan, dan Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Dengan
43 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
demikian pelaku usaha dalam mengurus izinnya dapat melakukan secara online melalui website perizinan tersebut diatas. Tampilan website perizinan INSW dapat dilihat pada
gambar 39 .
Website perizinan INSW dapat diakses melalui berbagai cara, yaitu: 1
dapat diakses melalui portal INSW yaitu www.insw.go.id
2 dapat diakses melalui website Kementerian Kesehatan yaitu
www.depkes.go.id .
3 dapat langsung diakses ke alamat
www.e-pharm.depkes.go.id .
Gambar 39. Tampilan Sistem E-Licensing
44 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
BAB IV PENUNJANG PROGRAM
A. Pembiayaan
Sejak Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Ditjen Binfar dan Alkes berdiri pada tahun 2002, pagu alokasi APBN terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan
bahwa pengelolaan kegiatan dalam upaya pencapaian sasaran program kefarmasian dinilai baik. Peningkatan program tidak hanya melalui peningkatan program yang dilakukan di
tingkat pusat tapi juga program di daerah. Dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan, pemerintah pusat dan daerah
memiliki tugas bersama dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas serta memenuhi akses obat dengan jumlah dan jenis yang cukup. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah berupaya dengan menyelenggarakan serangkaian reformasi melalui sejumlah program pembiayaan kesehatan langsung ke daerah
melalui Program Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
1. Kantor Pusat
Sumber : Bagian Keuangan - Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Tahun 2002 - 2010 Gambar 40. Alokasi dan Realisasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Periode Tahun 2002 - 2010
83,06 94,98 99,87 88,43
96,01 63,84
93,95 95,82
94,98
D a
la m
R ib
u a
n R
u p
ia h
45 | P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 0
Pada periode tahun 2002 sampai dengan 2004 alokasi anggaran terdiri dari Daftar Isian Kegiatan DIK dan Daftar Isian Proyek DIP.
Daftar Isian Kegiatan DIK merupakan anggaran belanja rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas yang bersifat rutin.
Daftar Isian Proyek DIP Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan anggaran belanja pembangunan yang mempunyai tujuan yaitu meningkatkan pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan. DIP Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri dari proyek peningkatan
pembinaan yanfar, peningkatan pembinaan farmasi komunikasi dan klinik, peningkatan pembinaan obat rasional, peningkatan pembinaan obat publik dan perbekkes, peningkatan
dan pembinaan produksi dan distribusi alkes. Pengadaan obat-obatan pada periode 2002- 2004 adalah pengadaan obat-obatan bufferstock pusat yang anggarannya di DIP peningkatan
pembinaan obat publik dan perbekkes. Pada tahun 2005 terjadi perubahan dokumen anggaran yang semula DIK dan DIP
menjadi DIPA Daftar Isian Pelaksaan Anggaran. Alokasi anggaran pada tahun 2005 meningkat 6,25 kali lipat dari tahun 2004, hal ini disebabkan karena peningkatan alokasi
pengadaan dan distribusi obat bufferstock provinsikabkota, bufferstock pusat, dan cadangan bencana. Pada tahun 2006 alokasi pengadaan obat-obatan dan vaksin meningkat
3.04 kali lipat dari tahun 2005 karena adanya penambahan pengadaan program flu burung dan pengadaan obat untuk keluarga miskin selain itu juga terdapat pembangunan gudang
obat pusat dan perlengkapan sarana gedung. Pada tahun 2007-2010 semua pengadaan obat program secara keseluruhan berada pada Ditjen Binfar dan alkes karena sesuai dengan
output Ditjen Binfar dan Alkes yaitu program obat dan perbekalan kesehatan. Realisasi tahun 2002 sebesar 83,06 karena DIK untuk belanja pegawai hanya 29.
Realisasi terendah yang dicapai oleh Ditjen Binfar adalah tahun 2007 yaitu 63,84. Hal ini disebabkan karena pengadaan pada satuan kerja Sekretariat Ditjen Binfar dan alkes ada yang
tidak terealisasi antara lain: -
Vaksin flu burung -
Pengadaan obat flu burung -
Early detection kit -
Pembuatan naskah akademik RUU tentang obat -
Revisi regulasi perundang-undangan tentang pangan