Metode Analisa Data
D. Metode Analisa Data
Dalam usaha mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesis, maka digunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis kontribusi, matrik kinerja, dan analisis elastisitas. Untuk mengukur kinerja hasil pengupayaan pajak hotel dan pajak restoran digunakan tolak ukur administrasi, yaitu efisiensi dan efektifitas (Devas, 1989)
1. Analisis Kontibusi Pajak
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kontribusi suatu pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah. Rumusan yang digunakan untuk melihat kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD adalah (Halim,2004) :
Realisasi P. Hotel Kontribusi P. Hotel =
Realisasi PAD
Realisasi P. Restoran Kontribusi P. Restoran =
× 100% Realisasi PAD
Rumus yang digunakan untuk melihat kontribusi Pajak hotel dan pajak restoran terhadap pajak daerah adalah (Halim,2004) :
Realisasi P. Hotel
Kontribusi P. Hotel = × 100%
Realisasi P. Daerah
Realisasi P. Restoran Kontribusi P. Restoran =
× 100% Realisasi P. Daerah
2. Matriks Kinerja Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Analisa ini digunakan untuk mengetahui jenis pajak daerah yang berpotensi atau tidak, maka diperlukan identifkasi dan klasifikasi kondisi yang didasarkan pada jumlah serta perkembangan setiap jenis pajak, artinya :
a. Koposisi penerimaan, yaitu total hasil setiap jenis pajak daerah terhadap rata-rata hasil penerimaan keseluruhan.
b. Pertumbuhan penerimaan yaitu kenaikan (perubahan penerimaan) setiap jenis penerimaan pajak daerah terhadap kenaikan atau pertumbuhan pajak daerah.
Secara tabel matrik, komposisi penerimaan dan pertumbuhan penerimaan jenis pajak daerah dapat dilihat di Tabel – berikut ini (W.K. Jaya,1996) :
Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak Hotel dan Restoran Komposisi
Pertumbuhan (G)
Sumber : Wihana Kirana Jaya, dalam PUOD 1998. Modul Managemen Madya Penataran Managemen Sektor Strategis . Yogjakarta:P3EB-UGM, hal : 29.
: Pertumbuhan setiap jenis pajak : Pertumbuhan seluruh penerimaan pajak daerah
: Total setiap jenis pajak
: Rata-rata seluruh penerimaan pajak daerah
Berdasarkan matrik kinerja pajak maka klasifikasi pajak daerah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 kondisi, yaitu :
a. Prima, apabila jenis pajak daerah memberikan kontribusi dan pertumbuhan sama atau lebih dari 1
b. Potensial, apabila pajak daerah memberikan kontribusi lebih atau sama dengan dari 1 ,sedangkan pertumbuhannya kurang dari 1
c. Berkembang, apabila pajak daerah memberikan kontribusi kurang dari 1 sedangkan pertumbuhannya sama dengan atau lebih dari 1
d. Terbelakang , apabila pajak daerah memberikan kontribusi dan pertumbuhan kurang dari 1.
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan masing-masing jenis pajak daerah dingunakan rumus (Halim, 2002) :
Keterangan : : Laju pertumbuhan jenis pajak daerah : Jumlah jenis pajak daerah tahun ke-t
: Jumlah jenis pajak daerah tahun ke-t -1 tahun Matrik kinerja Pajak Hotel dan Restoran ini untuk
menghitung dan mengetahui potensi pungutan dari Pajak Hotel dan
Restoran apakah termasuk dalam kategori prima, berkembang, potensial, dan terbelakang.
3. Analisis Efesiensi Pajak
Analisis ini digunakan untuk mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutupi biaya pemungutan pajak. Apakah besarnya biaya pungut yang dikeluarkan sesuai dengan realisasi penerimaan pajak. Rumus Efisiensi Pajak Hotel adalah (Halim, 2004) :
E Biaya Pemungutan P. Hotel P. Hotel =
× 100% Realisasi Penerimaan P. Hotel
Rumus Efisiensi Pajak Restoran adalah (Halim, 2004) :
E Biaya Pemungutan P.Restoran
P. Restoran = × 100% Realisasi Penerimaan P.Restoran
Apabila hasil analisis mendekati angka 1 % atau yang kecil ,maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemungutan pajak hotel dan pajak restoran di Kota Surakarta efisien terbukti.
4. Analisis Efektifitas Pajak
Anaisis ini digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak terhadap target penerimaan pajak yang bersangkutan.
Rumus Efektifitas Pajak Hotel adalah (Halim, 2004) :
Ef Realisasi Penerimaan P. Hotel t
P. Hotel = t × 100% Target Penerimaan P. Hotel
Rumus Efektifitas Pajak restoran adalah (Halim, 2004) :
Ef Realisasi Peneriman P.Restoran t
P. Restoran = t × 100% target Penerimaan P. Restoran
Apabila hasil perhitungab analisis efektifitas pajak hotel dan restoran menunjukkan angka yang besar atau prosentase mendekati 100% maka hipotesis yang menyatakan bahwa penerimaan pajak hotel dan pajak restoran sudah dikelola secara efektif terbukti
5. Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Analisis ini digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan besarnya derajat kepekaan dan tingkat perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) akibat adanya perubahan pada jumlah pajak hotel dan pajak restoran.
Elastisitas PAD terhadap Pajak Hotel yaitu persentase perubahan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disebabkan oleh persentase perubahan penerimaan pajak hotel.
Rumus Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel dan Pajak Restoran adalah (Soedarsono, 1986) :
Prosentase Perubahan PAD Elastisitas = Prosentase Perubahan P. Hotel / P. Restoran
Dalam perhitungan menggunakan elastisitas tersebut akan diperoleh tiga kemungkinan hasil perhitungan, yaitu :
1. E > 1 (Elastis) Artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variabel independen) mengalami perubahan sebesar 1 % maka PAD (variabel dependen) akan mengalami kenaikan perubahan lebih dari 1 %.
2. E < 1 (Inelastis) Artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variabel independen) mengalami perubahan sebesar 1 % maka PAD (variabel dependen) akan mengalami perubahan kurang dari 1 %.
3. E = 1 (Unitary elastis) Artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variabel independen) mengalami perubahan sebesar 1 % maka PAD (variabel dependen) akan mengalami perubahan sebesar 1 % atau besarnya perubahan variabel independen (kenaikan / penurunan) sama dengan perubahan variabel dependen.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta
1. Keadaan Geografis
Kota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15”dan 110°45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan 7°56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan di sebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari. Menurut Gambar 4.1 sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 64%, Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar jugayaitu berkisar antara 15% dari luas lahan yang ada.
Gambar 4.1
Persentase Luas Penggunaan Tanah Di Kota Surakarta Berdasar Penggunaannya tahun 2010
Sumber : BPS Kota Surakarta
Suhu Udara rata-rata di Kota Surakarta pada tahun 2010 berkisar antara 25,8°C sampai dengan 28,8°C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 70 persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Januari dengan jumlah hari hujan sebanyak
26 hari. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 568 mm jatuh pada bulan Januari. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Januari sebesar 18,3mm per hari hujan.
2. Pemerintahan
a. Wilayah Administrasi
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 Kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 601 dan jumlah RT Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 Kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 601 dan jumlah RT
b. Kepegawaian
Jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2010 tercatat sebanyak 10.284 orang. Dengan jumlah ini berarti terjadi penurunan sebesar 1,09 % disbanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10.397 orang. Rasio pegawai laki-laki dibanding pegawai perempuan sebesar 105, naik dibanding tahun sebelumnya sebesar 103. Ini berarti secara gender peranan perempuan di kepegawaian Kota Surakarta pada tahun 2010 terjadi penurunan. Dilihat dari tingkat pendidikan, PNS Kota Surakarta yang berpendidikan di atas SLTA mencapai 73,28%. Dengan angka ini menunjukkan bahwa SDM di Kota Surakarta sudah berkualitas cukup baik. Hal ini berkaitan dengan rekruitmen pegawai yang mensyaratkan pendidikan tinggi dan tuntutan pada pegawai untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama bagi mereka yang akan menduduki jabatan-jabatan tertentu.
3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
a. Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Penduduk kota Surakarta mencapai 499.337 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 95,02 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Penduduk kota Surakarta mencapai 499.337 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 95,02 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk
Tabel 4.1
Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2006 – 2010
Pertumbuhan Tahun
Jumlah penduduk
-5,46 Sumber : BPS Kota Surakarta
Tabel 4.2
Luas wilayah, Jumlah penduduk, dan Tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2010
Tingkat Wilayah
Jumlah penduduk
Luas Wilayah
Laki-laki Perempuan Kepadatan
Jumlah
Total Laweyan
Pasar Kliwon
Sumber : BPS Kota Surakarta
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Umur dan Jenis Kelamin tahun 2010
Tahun
Laki-laki
Perempuan Jumlah
Sumber : BPS Kota Surakarta Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa komposisi jumlah penduduk terbesar pada tahun 2010 berada pada umur 15- 34 tahun yang berjumlah 217.691. hal ini menunjukkan jumlah penduduk terbesar di Kota Surakarta tergolong dalam katagori usia produktif.
b. Ketenagakerjaan
Jumlah Penduduk bekerja di kota Surakarta pada tahun 2010 mencapai 235.356, atau sebesar 47,13% dari seluruh penduduk kota Surakarta. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,20% dari Penduduk yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di kota Surakarta cukup tinggi dalam
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk 15 tahun Keatas yang berkerja Berdasarkan Lapangan usaha di Kota Surakarta Tahun 2010
Jenis Kelamin Lapangan Usaha
Pertanian, Perikanan
812 1.362 Pertambangan
0 0 0 Industri Pengolahan
19.771 46.063 Listrik, Gas dan Air
556 10.223 Perdagangan, Rumah
48.636 99.030 Angkutan, Pergudangan,
3.735 15.528 Keuangan dan Asuransi
Sumber : BPS Kota Surakarta
4. Industri dan Perdagangan
a. Industri
Berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja, maka di Kota Surakarta terdapat 215 perusahaan dengan skala besar dan sedang. Perusahaan industri dengan tenaga kerja lebih dari 20 tenaga kerja dikategorikan sebagai perusahaan sedang dan besar. Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan industri sedang dan besar pada tahun 2010 sebesar 16.585. Tabel 6.1.1 sampai 6.1.9 menunjukkan potensi industry pengolahan di Kota Surakarta dengan berbagai karakteristiknya.
Tabel 4.5
Banyak Pengelolahan Industri besar dan sedang dan Banyaknya pekerjanya berdasarkan kelompok kerja di Kota Surakarta tahun 2010
No.
Kelompok Industri
Jumlah Jumlah Industri
Pekerja
1 Makanan dan Minuman 33 1.123 2 Pengolahan Tembakau
4 1.309 3 Tekstil
58 4.590 4 Pakaian Jadi
36 3.494 5 Kulit dan Barang dari Kulit
3 30 6 Kayu, Brg2 dr kayu & anyaman dr rotan
1 27 7 Kertas dan Barang dari Kertas
4 106 8 Penerbitan, percetakan
24 2.309 9 Kimia dan Barang dari kimia
6 285 10 Karet dan barang dari karet
20 2.046 11 Barang dari logam, kecuali mesin
2 57 12 Mesin dan perlengkapannya
4 157 13 Radio,televisi & peralatan komunikasi
1 26 14 Peralatan kedokteran,alat optik,jam dll
1 65 15 Furniture dan pengolahan lainnya
Jumlah 215 16.585
Sumber : BPS Kota Surakarta
b. Perdagangan
Dilihat dari banyaknnya surat ijin yang diberikan menurut jebis pedagang di kota Surakarta tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa jumlah pedagang dari tahun sebelumnya 2009 mengalami peningkatan dari jumlah 1.723 ke tahun 2010 sebesar 18.886. Hal ini menunjukkan bahwa iklim perdagangan di kota Surakarta bakin baik dari tahun ke tahun.
Tabel 4.6
Banyak Pedagang Yang mendapat ijin Menurut Jenisnya di Kota Surakarta tahun 2010
Katagori Pedagang Baru Perpanjang Jumlah
1. Pedagang Besar (PB) : SIUP 150 - 150
2. Pedagang Menengah (PM)
3. Pedagang Kecil
Sumber : BPS Kota Surakarta
B. Analisa Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Untuk mengetahui seberapa besar pajak hotel dan pajak restoran berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka perlu dilakukan analisis kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1. Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Kontribusi pajak hotel terhadapat Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak hotel dengan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah. Analisis kontribusi pajak terhadap Pendapatan asli daerah dilakukan
Pendapatan Asli Dearah kota Surakarta. Adapun formulanya sebagai berikut (Halim,2004) :
Pada tabel 4.7 berikut dapat diliat perhitungan kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010.
Tabel 4.7 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD
PAD Kontribusi Tahun
Realisasi Pajak Hotel
Sumber : DPPKA Kota Surakarta ,diolah.
Dari tabel 4.7 tersebut maka dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota Surakata pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2006 ke 2007, yaitu mengalami penurunan kontribusi dari 5,34% pada tahun 2006 ke tingkat kontribusi sebesar 4,92% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi kontribusi pajak Dari tabel 4.7 tersebut maka dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota Surakata pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2006 ke 2007, yaitu mengalami penurunan kontribusi dari 5,34% pada tahun 2006 ke tingkat kontribusi sebesar 4,92% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi kontribusi pajak
Dilihat dari keseluruhan selama lima tahun terakir kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta sudah tergolong kriteria baik yaitu diatas 1%. Rata-rata kontribusi pajak hotel terhadap Pendpatan Asli Daerah kota Surakarta adalah sebesar 6,38 ,hal ini menunjukkan bahwa pajak hotel memiliki kontribusi yang berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dari tahun 2006 sampai dengan 2010.
2. Analisis Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kontribusi pajak restoran terhadapat Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak restoran dengan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah. Analisis kontribusi pajak terhadap Pendapatan asli daerah dilakukan untuk melihat seberapa besar pajak restoran berkontribusi terhadap
Pendapatan Asli Dearah kota Surakarta. Adapun formulanya sebagai berikut (Halim,2004) :
16 ĸ 6Ė ́bu ́ \. Ė = 16 × 100% \Ƽ
Pada tabel 4.8 berikut dapat diliat perhitungan kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010.
Tabel 4.8 Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD
PAD Kontribusi Tahun
Realisasi P. Restoran
Sumber : DPPKA Kota Surakarta ,diolah.
Dari table 4.8 tersebut maka dapat dilihat bahwa kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dari tahun ketahun kecuali pada tahun 2006 ke tahun 2007 , yaitu mengalami penurunan dari tingkat kontribusi 7,35 % pada tahun 2006 ke tingkat kontribusi sebesar 6,93% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Surakarta Dari table 4.8 tersebut maka dapat dilihat bahwa kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dari tahun ketahun kecuali pada tahun 2006 ke tahun 2007 , yaitu mengalami penurunan dari tingkat kontribusi 7,35 % pada tahun 2006 ke tingkat kontribusi sebesar 6,93% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Surakarta
Dilihat dari keseluruhan selama lima tahun terakir kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta sudah tergolong kriteria baik yaitu diatas 1%. Rata-rata kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Surakarta adalah sebesar 8,01 ,hal ini menunjukkan bahwa pajak restoran memiliki kontribusi yang berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dari tahun 2006 sampai dengan 2010.
C. Analisis Kontribusi pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah.
Untuk mengetahui seberapa besar pajak hotel dan pajak restoran berkontribusi terhadap Pajak Daerah digunakan analisis kontribusi. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis tersebut maka dilakukan analisis kontribusi pajak hotel terhadap Pajak Daerah dan analisis kontribusi pajak restoran terhadap Pajak Daerah.
1. Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah Kota Surakarta dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak hotel dengan jumlah penerimaan pajak daerah. Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dilakukan untuk melihat seberapa besar pajak hotel berkontribusi terhadap pajak daerah kota Surakarta. Adapun formulanya sebagai berikut (Halim,2004) :
Pada table 4.9 berikut dapat diliat perhitungan kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010.
Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah
Realisasi Pajak Hotel Pajak Daerah Kontribusi Tahun
Sumber : DPPKA Kota Surakarta ,diolah.
Dari tabel 4.9 tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi pajak Dari tabel 4.9 tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi pajak
Dilihat dari rata-rata keseluruhan selama 5 tahun, peranan pajak hotel terhadap pajak daerah menunjukkan peranan kontribusi yang berarti yaitu sebesar 12,99 yang memenuhi kriteria sangat berkontribusi diatas 4%.
2. Analisis Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah
Kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah Kota Surakarta dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak restoran dengan jumlah penerimaan pajak daerah. Analisis kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah dilakukan untuk melihat seberapa besar pajak restoran berkontribusi terhadap pajak Kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah Kota Surakarta dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak restoran dengan jumlah penerimaan pajak daerah. Analisis kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah dilakukan untuk melihat seberapa besar pajak restoran berkontribusi terhadap pajak
16 ĸ 6Ė ́bu ́ \. Ė = 16 × 100% \1Ȭ1 1 1
Pada table 4.10 berikut dapat diliat perhitungan kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010.
Tabel 4.10 Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah
Pajak Daerah Kontribusi Tahun
Realisasi Pajak Restoran
Sumber : DPPKA Kota Surkarta, diolah
Dari table 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 tingkat kontribusi sebesar 16,19% atau sebesar Rp 5.779.781.864,- dari 35.702.606.248,- . Pada tahun 2007 tingkat kontribusi sebesar 14,96 atau sebesar Rp 6.193.638.884,- dari Rp 41.404.082.034,-. Pada tahun 2008 tingkat kontribusi sebesar 2008 atau sebesar Rp 7.647.041.788,- dari 46.855.622.021,-. Pada tahun 2009 tingkat kontribusi sebesar 17,34 Dari table 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 tingkat kontribusi sebesar 16,19% atau sebesar Rp 5.779.781.864,- dari 35.702.606.248,- . Pada tahun 2007 tingkat kontribusi sebesar 14,96 atau sebesar Rp 6.193.638.884,- dari Rp 41.404.082.034,-. Pada tahun 2008 tingkat kontribusi sebesar 2008 atau sebesar Rp 7.647.041.788,- dari 46.855.622.021,-. Pada tahun 2009 tingkat kontribusi sebesar 17,34
Dilihat dari rata-rata keseluruhan selama 5 tahun, peranan pajak restoran terhadap pajak daerah memberikan kontribusi yang berarti yaitu 16,35% yang memenuhi kriteria sangat berkontribusi diatas 4%.
D. Matrik Kinerja Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Matrik kinerja Pajak Hotel dan Restoran ini digunakan untuk menghitung dan mengetahui potensi pungutan dari Pajak Hotel dan Restoran apakah termasuk dalam kategori prima, berkembang, potensial, dan terbelakang. Hasil dari perhitungan dan pengelompkan kategori kinerja jenis pajak daerah kota Surakarta tahun 2010 adalah :
Tabel 4.11 Matrik kinerja Pajak Hotel dan Pajak Restoran
No Jenis Pajak Daerah Pertumbuhan �ú Komposisi ú Kriteria
1 Pajak Hotel
2.69 1.05 Prima
2 Pajak Restoran
0.86 1.02 Potensial
3 Pajak Hiburan
0.68 0.56 Terbelakang
4 Pajak Reklame
1.21 0.46 Berkembang
Pajak Penerangan
5 0.63 2.81 Potensial
Jalan
6 Pajak Parkir
0.49 0.10 Terbelakang
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah. Berdasarkan tabel diatas , potensi pajak daerah yang tergolong prima hanya di Pajak hotel dengan rasio perkembangan jenis pajaknya Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah. Berdasarkan tabel diatas , potensi pajak daerah yang tergolong prima hanya di Pajak hotel dengan rasio perkembangan jenis pajaknya
Dari perhitungan dan pengelompokan diatas terbukti bahwa pajak hotel dan restoran tergolong pajak yang berpotensial dalam penerimaan pajak daerah kota Surakarta. Menyusul di bawahnya pajak penerangan jalan yang tergolong potensial dan pajak reklame yang tergolong berkembang serta pajak hiburan dan parkir yang tergolong terbelakang.
E. Analisis Efektifitas Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Efektifitas adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu perbandingan antara pendapatan yang sebenarnya terdapat pendapatan potensial dari suatu pajak dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar benar memenuhi kewajiban. Seperti halnya pada pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran, efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran ini pun digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu hal telah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan pajak restoran dapat Efektifitas adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu perbandingan antara pendapatan yang sebenarnya terdapat pendapatan potensial dari suatu pajak dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar benar memenuhi kewajiban. Seperti halnya pada pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran, efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran ini pun digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu hal telah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan pajak restoran dapat
1. Analisi Efektifitas Pajak Hotel
Analisis ini digunakan untuk mengukur hubungan antara capaian realisasi pendapatan hotel dengan target pajak hotel yang telah ditetapkan. Rumus efektifitas pajak hotel adalah (Halim,2004):
Target penerimaan pajak hotel didapat berdasarkan dari realisasi penerimaan pada tahun sebelumnya. Berikut ini adalah efektifitas pemungutan pajak hotel di Kota Surakarta pada tahun 2006 sampai dengan 2010 :
Tabel 4.12
Efektifitas Pemungutan Pajak Hotel Kota Surakarta tahun 2006-
Realisasi Pajak Hotel Target Pajak Hotel Efektifitas Pajak hotel Tahun
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah. Berdasarkan tabel 4.12 tingkat efektifitas pajak hotel dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tingkat efektifitas terendah adalah 100,06 kemudian pada tahun 2007 sebesar 100,45 , Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah. Berdasarkan tabel 4.12 tingkat efektifitas pajak hotel dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tingkat efektifitas terendah adalah 100,06 kemudian pada tahun 2007 sebesar 100,45 ,
Keseluruhan tingkat efektifitas dari tahun 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan tingkat diatas 100%. Berdasarkan rata-rata keseluruhan tingkat efektifitas sebesar 110,07 menujukkan bahwa tingkat efektifitas sudah terbuktik efektif dengan tingkat keefektifitasannya diatas 100%.
2. Analisi Efektifitas Pajak Restoran
Analisis ini digunakan untuk mengukur hubungan antara capaian realisasi pendapatan pajak restoran dengan target pajak restoran yang telah ditetapkan. Rumus efektifitas pajak restoran adalah :
\6 ́h16 \. Ė
16 Target penerimaan pajak restoran didapat berdasarkan dari
́h116 \. Ė
realisasi penerimaan pada tahun sebelumnya Berikut ini adalah efektifitas pemungutan pajak restoran di Kota Surakarta pada tahun 2006 - 2010 :
Tabel 4.13 Efektifitas Pemungutan Pajak Restoran
Realisasi P. Efektifitas P. Target P. Restoran Tahun
Restoran Restoran
Sumber : DPPKA Kotas Surakarta, diolah.
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan tingkat efektifitas pajak restoran mengalami fluktuatif. Pada tahun 2006 efektifitas pemungutan pajak sebesar 100,96% ,pada tahun 2007 sebesar 103,23% ,pada tahun 2008 tingkat efektifitas sebesar 101,96% ,pada tahun 2009 meningkat sebesar 108,52 dan tertinggi pada tahun 2010 sebesar 108,52.
Keseluruhan tingkat efektifitas dari tahun 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan tingkat diatas 100%. Berdasarkan rata-rata keseluruhan tingkat efektifitas sebesar 100% menujukkan bahwa tingkat efektifitas sudah terbuktik efektif dengan tingkat keefektifitasannya diatas 100%.
F. Analisis Efisiensi Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Efisiensi atau daya guna menunjukkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak dengan realisasi penerimaan pajak yang bersangkutan. Biaya pemungutan itu sendiri adalah biaya yang langsung dikeluarkan oleh DPPKA Kota Surakarta untuk memungut pajak Efisiensi atau daya guna menunjukkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak dengan realisasi penerimaan pajak yang bersangkutan. Biaya pemungutan itu sendiri adalah biaya yang langsung dikeluarkan oleh DPPKA Kota Surakarta untuk memungut pajak
1. Analisis Efisiensi Pajak Hotel
Analisis efisiensi pajak hotel menunjukkan perbandingan antara biaya pemungutan pajak hotel dengan realisasi penerimaan pajak hotel, dimana jika hasil perhitungan efisiensi mendekati 1% maka pemungutan pajak hotel dinyatakan sudah efisien. Untuk menghitung tingkat efisiensi pajak hotel digunakan rumus sebagai berikut :
́1ƅ1 \ hu6 uĖ16 \. ́́6́ \. Ė = 16 × 100% \6 ́h116 \.
Berikut adalah perhitungan efisiensi pajak hotel Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010 :
Tabel 4.14 Efisiensi Pemungutan Pajak Hotel Surakarta
Realisasi Pajak Hotel Biaya Pemungutan P. Hotel Efisiensi Tahun
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah
Berdasarkan pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi pemungutan pajak hotel cenderung mengalami fluktuatif. Pada tahun 2006 tingkat efisiensi pemungutan pajak hotel sebesar 3,55%. Pada
2008 , efesiensi pemungutan pajak hotel mengalami penurunan menjadi 4,33%. Pada tahun 2009 , efisiensi pemungutan pajak mengalami peningkatan menjadi 4,28%. Pada tahun 2010 , efisiensi pemungutan pajak hotel mengalami penurunan menjadi 4,22%.
Keseluhan tingkat efisiensi dan rata-rata dari keseluruhan efisiensi yang menunjukkan angka 4,14% dikatagorikan sebagai kriteria sudah efisien berdasarkan kinerja keuangan Kepmendagri nomor 690.900.327 tahun 1996.
2. Analisis Efisiensi Pajak Restoran
Analisis efisiensi pajak restoran menunjukkan perbandingan antara biaya pemungutan pajak hotel dengan realisasi penerimaan pajak restoran, dimana jika hasil perhitungan efisiensi mendekati 1% maka pemungutan pajak restoran dinyatakan sudah efisien. Untuk menghitung tingkat efisiensi pajak restoran digunakan rumus sebagai berikut :
́1ƅ1 \ hu6 uĖ16 \. Ė
Berikut adalah perhitungan efisiensi pajak restoran Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2010 :
Tabel 4.15 Efisiensi Pemungutan Pajak Restoran Surakarta Realisasi P. Restoran Biaya Pemungutan P. Restoran Efisiensi
Tahun (Rp)
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah
Berdasarkan tabel 4.15 dilihat bahwa tingkat efisiensi pemungutan pajak hotel tahun 2006 sampai 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tingkat efisiensi sebesar 4,33% dan menurun pada tahun 2007 menjadi 4,28%. Pada tahun 2008 tingkat efisiensi menurun kembali menjadi 4,22%. Pada tahun 2009 tingkat efisiensi meningkat di angka 4,44%. Pada tahun 2010 tingkat efisiensi menurun dari tahun sebelumnya menjadi 4,39%.
Keseluruhan tingkat efisiensi dari tahun perhitungan 2006 sampai dengan 2010 dan dari rata-rata keseluruhan sebesar 4,33% dikatagorikan sebagai kriteria sudah efisien berdasarkan kinerja keuangan Kepmendagri nomor 690.900.327 tahun 1996.
G. Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel dan Pajak Restoran digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika terjadi Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel dan Pajak Restoran digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika terjadi
Elastisitas =
Dalam perhitungan menggunakan elastisitas tersebut akan diperoleh tiga kemungkinan hasil perhitungan, yaitu :
a. Elastis (E > 1), artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variable independen) mengalami perubahan sebesar satu persen maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) (variabel dependen) akan mengalami kenaikan perubahan lebih dari satu persen.
b. Elastis (E < 1), artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variable independen) mengalami perubahan sebesar satu persen maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) (variabel dependen) akan mengalami kenaikan perubahan kurang dari satu persen.
c. Elastis (E = 1), artinya apabila pajak hotel dan pajak restoran (variable independen) mengalami perubahan sebesar satu persen maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) (variabel dependen) akan mengalami perubahan sebesar satu persen atau besarnya perubahan variabel independen (kenaikan / penurunan) sama dengan perubahan variabel dependen.
1. Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Hotel
Analisis elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak hotel digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah Analisis elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak hotel digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah
Tabel 4.16
Elastisitas PAD terhadap Pajak Hotel di Kota Surakarta
Tahun 2006-2010
Pertumbuhan PAD
Elastisitas Tahun
Pertumbuhan
Pajak Hotel
Pajak Hotel (Rp)
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah. Tabel 4.16 menunjukkan pertumbuhan PAD Kota Surakarta dan Pertumbuhan Penerimaan pajak hotel pada tahun 2006 sampai dengan 2010. Pada tahun 2007 pertumbuhan PAD sebesar 13,73% dan pertumbuhan pajak hotel sebesar 4,78%. Pada tahun 2008 pertumbuhan PAD sebesar 15,09% dan pertumbuhan pajak hotel sebesar 18,39%. Pada tahun 2009 PAD mengalami penurunan sebesar -0,93% pada tahun sebelumnya dan pajak hotel mengalami peningkatan sebesar 39,09%. Pad tahun 2010 Pertumbuhan PAD sebesar 11,93% dan pertumbuhan pajak hotel sebesar 48,93%.
Nilai elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak hotel Nilai elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak hotel
Rata-rata dari nilai elastisitas Pendapatan Asli Daerah terhdap Pajak hotel selama lima tahun adalah sebesar 0,98% yang berarti jika pajak hotel berubah 1 % maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,98% (inelastis).
2. Analisis Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pajak Restoran
Analisis elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak restoran digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika terjadi perubahan pada penerimaan pajak restoran Berdasarkan analisis ini kita akan dapat mengetahui bagaimana sensitifitas dari pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan pajak restoran. Perhitungan Analisis elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak restoran digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepekaan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika terjadi perubahan pada penerimaan pajak restoran Berdasarkan analisis ini kita akan dapat mengetahui bagaimana sensitifitas dari pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan pajak restoran. Perhitungan
Tabel 4.17
Elastisitas PAD terhadap Pajak Hotel di Kota Surakarta
Tahun 2006-2010
Pertumbuhan Elastisitas Tahun
Pajak (Rp)
Restoran (Rp) (%)
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, diolah.
Tabel 4.17 menunjukkan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dan penerimaan pajak restoran tahun 2006 sampai dengan 2010. Pada tahun 2007 pertumbuhan PAD sebesar 13,73% dan pertumbuhan pajak restoran sebesar 7,16%. Pada tahun 2008 pertumbuhan PAD sebesar 15,09% dan pertumbuhan pajak restoran sebesar 23,47. Pada tahun 2009 PAD mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar -0,09% dan penerimaan pajak restoran meningkat sebesar 18,28. Pada tahun 2010 pertumbuhan PAD sebesar 11,93% dan pertumbuhan pajak restoran sebesar 15,59%.
Nilai elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak restoran cenderung mengalami fluktuatif. Pada tahun 2007 nilai elastisitas Nilai elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pajak restoran cenderung mengalami fluktuatif. Pada tahun 2007 nilai elastisitas
Rata-rata dari nilai elastisitas Penerimaan Asli Daerah terhdap pajak restoran selama lima tahun adalah sebesar 0,82% yang berarti jika pajak hotel berubah 1 % maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,82% (inelastis).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN