Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita- cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga
aturan atau hukum setempat. Kearifan lokal yang ada di Kabupaten Bojonegoro, berupa kegiatan perlindungan mata air, Perlindungan
Hutan dan Keanekaragaman hayatinya. Secara umum mata air dipercaya oleh hampir seluruh
masyarakat desa memiliki kesakralan, sehingga apabila terjadi kerusakan mereka percaya akan mengakibatkan bencana. Beberapa
kearifan Lokal yang saat ini masih terjaga adat istiadatnya di Kabupaten Bojonegoro antara lain :
1. Kayangan Api.
Gambar 6.Foto-foto Kayangan Api.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro
71
Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro
72
Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro
73
Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro
74
Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
Nama Kayangan Api Adalah berupa sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa
Sendangharjo Kecamatan Ngasem, sebuah desa yang memiliki kawasan hutan sekitar 42,29 dari luas desa.Sumber Api oleh
masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara-
upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masalalu. Dari berbagai sumber cerita, maka Kayangan Api yang
letakya sekitar 25 km dari ibukota Bojonegoro dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting
yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono. Tempat wisata ini telah dibenahi dengan
berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya. Lokasi kayangan api
sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebasoutbound.
2. Masyarakat Samin. Ajaran Samin Saminisme yang disebarkan oleh
Samin Surosentiko 1859-1914, adalah sebuah konsep
penolakan terhadap budaya
kolonial Belanda
dan penolakan terhadap
kapitalisme yang muncul pada masa
penjajahan Belanda
abad ke-19 di Indonesia
. Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh sebagai perjuangan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro
75
Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bojonegoro
melawan kesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk perluasan
hutan jati .
Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-
wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang
harus dilakukan rakyat
terhadap Belanda misalnya dengan tidak membayar
pajak . Terbawa oleh sikapnya yang menentang
tersebut mereka membuat tatanan, adat istiadat
dan kebiasaan- kebiasaan tersendiri.
Orang-orang Samin sebenarnya kurang suka dengan sebutan “
Wong Samin ” sebab sebutan tersebut mengandung arti
tidak terpuji yaitu dianggap sekelompok orang yang tidak mau membayar pajak, sering membantah dan menyangkal aturan yang
telah ditetapkan sering keluar masuk penjara
, sering mencuri kayu
jati dan perkawinannya tidak dilaksanakan menurut
hukum Islam
. Para pengikut
Saminisme lebih suka disebut “
Wong Sikep “,
artinya orang yang bertanggung jawab sebutan untuk orang yang ber
konotasi baik dan jujur.
3. Sumber Mata Air.