Oedipus Complexpada Tokoh Malcolm Foxworthdalam Novel Garden Of Shadows Karya V.Candrews: Sebuah Kajian Psikoanalisis

(1)

IN GARDEN OF SHADOWS NOVEL BY V.C ANDREWS: A STUDY OF PSYCHOANALYSIS

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris

Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

LISNA WATI NIM. 63710004

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

viii LEMBAR PERSETUJUAN REVISI PERNYATAAN BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

1.5 Kerangka Pemikiran 5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tokoh dan Penokohan 7

2.2 Plot 8

2.3 Telling 9

2.4 Psikoanalisis 9

2.5 Oedipus Complex 13


(3)

ix

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data 22

3.2.2 Teknik Analisis Data 23

3. 3 Sinopsis novel Garden of Shadows 24

BAB IV PEMBAHASAN

4. 1 Gejala Oedipus Complex tokoh Malcolm Foxworth 28 4.1.1 Berdasarkan yang dikatakan tokoh Malcolm Foxworth 28 4.1.2 Berdasarkan yang Dikatakan Tokoh Olivia 37 4. 2 Dampak Oedipus Complex tokoh Malcolm Foxworth 40 4.2.1 Berdasarkan yang dikatakan tokoh Alicia 40 4.2.2 Berdasarkan yang dikatakan oleh tokoh Malcolm 43 4.2.3 Berdasarkan yang dikatakan oleh Tokoh Olivia 45 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 54

5.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59


(4)

57

A .Syuropati, Mohammad. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. IN AzNa Books.

Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Bretherton, Inge. 1992. The Origins of Attachment Theory: John Bowlby And Mary

Ainsworth. Developmental Psychology

Bowlby, J. 1951. Maternal care and mental health. World Health Organization Monograph

Colin, V. 1996. Human attachment. Philadelphia: Temple University Press.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1996.Metode Linguistik: Rancangan Metode Penelitian dan Kajian Bandun. PT. Rafika Aditama

Dolloff, Lauren. 2006. “The Oedipus Complex”. Artikel on-line. 3 desember 2013 <http://www.uvm.edu/~jbailly/courses/tragedy/student%20second%20doc uments/Oedipus%20Complex.html>

Eagleton, Terry. 1996. Literary Theory An Introduction SECOND EDITION. The United States by The University of Minnesota Press.

Felluga, Dino. 2001. “Introductory Guide To Theory”. Artikel on-line. 4 july 2014 <http://www.cla.purdue.edu/english/theory/psychoanalysis/freud2.html>

Milner, Max. 1992. Freud dan Interpretasi Sastra. Jakarta: Intermasa. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:


(5)

Nygard, Travis et al. 2008. Castration. In The Cultural Encyclopedia of the Body, edited by Victoria Pitts, pages 502-507. Westport, CT: Greenwood Press. Olejníčková, Monika. 2014. The Legend of Sleepy Hollow by Washington Irving and its

Changes in Movie Adaptations. Department of English and American Studies : Faculty of Arts and Philosophy, University of Pardubice.

Rahayu, Eka Susanti. 2007. Gejala Oedipus Complex Karakter Paul Morel Dam dalam Novel Sons and Lovers Karya D.H.Lawrence. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Salkind, Neil J. 2004. An Introduction to Theories of Human Development. ThousandOaks, London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher

Selden, Raman. 1989. Practicing Theory and Reading Literature an Introduction. The university press of Kentucky.


(6)

64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

a.Nama : Lisna Wati

b.Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 21 Maret 1988 c.Alamat : Jln Sekeloa No.143, Bandung d.Phone : 089657221648

e.Jenis Kelamin : Perempuan f. Kewarganegaraan : Indonesia

g.Agama : Islam

B. Pendidikan Formal

No Tahun Institusi

1 1995 – 2001 SDN Medal Sirna 1 – Bandung 2 2001 – 2004 SMP 1 Ngamparh – Bandung 3 2004 – 2007 SMK 3 Cimahi

4 2010 – now Sastra Inggris UNIKOM

C. Pendidikan Informal

No Tahun Pendidikan Certification 1 2011 Feminist, Feminine and Text Certified 2 2011 The Seminar and Workshop of Semiotics

in Literature and Media

Certified 3 2011 Latihan Kepemimpinan Manajerial

Mahasiswa

Certified 4 2011 Public Speaking Seminar Certified


(7)

5 2011 Workshop Copy Writing Certified 6 2012 HariSastra “ Cross Culture” Certified 7 2012 Kreatif Menulis, Rejeki Tak akan Habis Certified 8 2012 English Contest 2012 Certified 9 2012 English Leadership Internal Training of

Education (ELITE)

Certified 10 2013 Copywriting Seminar “Go Viral” Certified 11 2013 Workshop Translation Certified 12 2013 Global Peace Volunteer Seminar Certified 13 2013 Seminar Pengenalan Copywriting kepada

Mahasiswa Unikom.

Certified 14 2013 Building The Translation Skill and

Confidence

Certified 15 2014 Cepat dan Mudah Membuat Website

Online dalam 30 Menit

Certified 16 2014 Seminar Kiat-kiat Sukses Studi di Jepang

melalui Beasiswa & Self-Sponsored

Certified 17 2014 Postcolonialism Seminar

“postcolonialism: An Indonesian

Perspective”

Certified

18 2014 Seminar TOEFL

“How to Train Your TOEFL” Certified

19 2014 Talk Show Menulis

“You Write What you Think” Certified

D. Pengalaman berorganisasi


(8)

vii

Sastra telah selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini kepada pihak-pihak berikut:

1. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A. 2. Bapak Dr. Juanda selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris.

3. Ibu Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum, sebagai koordinator skripsi yang selalu memberi semangat dan membimbing kami dalam pembuatan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Nia Kurniasih, M.Hum dan Bapak Tatan Tawami, S.S., M.Hum

sebagai pembimbing penulis yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan kepada penulis, memberikan waktunya, saran dan usulan yang sangat berguna di dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Nungki Heriyati, S.S, M.A, selaku dosen wali penulis yang telah memberikan dukungannya selama penulisan skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen Sastra Inggris: Ibu Nenden Rikma Dewi, M. Hum, Ibu Asih Prihandini, M.Hum, Bapak M. Rayhan Bustam, S.S., M.Hum dan Bapak Saepul Karim, S.S. yang telah banyak memberikan penulis pelajaran serta pengalaman, terima kasih banyak.


(9)

1 1.1 Latar Belakang

Hubungan antara ibu dan anak laki – laki sangatlah dekat sehingga terbentuk sebuah kedekatan yang lekat di antara keduanya. Dari kedekatan tersebut, timbul rasa ketergantungan dalam diri anak tersebut terhadap ibunya. Rasa tersebut merupakan dorongan dari anggapan seorang anak laki – laki bahwa sosok seorang ibu adalah sosok sempurna baginya yang mengerti dirinya. Hal ini membuat ia sangat mendambakan sosok seperti ibunya pada diri orang lain dan cenderung apa yang dilakukannya selalu berfokus kepada sosok tersebut. Sehingga semua itu menjadi sebuah obsesi untuk memilikinya secara utuh sehingga sampai membenci ayahnya sendiri karena dianggap rival oleh anak tersebut.

Hal tersebut merupakan salah satu gejala gangguan kejiwaan yaitu hasrat seksual tidak wajar yang dimiliki oleh seorang anak kepada ibunya yaitu Oedipus complex. Milner (1992: 116) menjelaskan bahwa Oedipus Complex adalah incest yang berisi ketertarikan anak laki-laki kepada orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda dengannya yakni ibu. Incest adalah hubungan intim yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan sedarah.

Dalam teori psikoanalisis, istilah Oedipus Complex menunjukkan emosi dan ide-ide yang ada di dalam pikiran alam bawah sadar melalui represi dinamis yang berkonsentrasi pada keinginan anak untuk memiliki orang tua dari lawan jenis


(10)

secara seksual (misalnya laki-laki tertarik pada ibu mereka, sedangkan perempuan tertarik kepada ayah mereka).

Isu Oedipus Complex tersebut tergambar dalam cerita novel yang berjudul Garden of Shadows karya V.C.Andrews. Tokoh Malcolm Foxworth diasumsikan memiliki gejala Oedipus Complex yang mempengaruhi hubungan antara dia dan tokoh lainnya di dalam novel tersebut. Misalnya, hubungan Malcolm dengan ayahnya, istrinya bahkan dengan ibu tirinya sendiri.

Oleh karena itu, penulis memilih mengangkat topik tentang Oedipus Complex yang berfokus untuk mengenali gejala dan dampaknya lewat novel Garden of Shadows karya V.C.Andrews. Di samping itu, menariknya dari tokoh Malcolm tersebut adalah walaupun sudah memiliki seorang istri yakni Olivia tetapi tetap saja dia tidak bisa melupakan sosok ibu yang sangat diobsesikannya bahkan dia terus mencari sosok ibunya pada diri perempuan lain karena menurutnya Olivia tidak seperti ibunya.

Topik tentang Oedipus Complex ini pun sudah ada yang meneliti sebelumnya yaitu Eka Susanti Rahayu dengan judul ‘Gejala Oedipus Complex Karakter Paul Morel Dam dalam Novel Sons and Lovers Karya D.H.Lawrence’. Peneliti tersebut membahas ujaran dan tindakan Paul Morel dalam novel tersebut dan lebih fokus untuk mengetahui konsep Oedipus Complex yang dikembangkan oleh D.H Lawrence dalam novel Sons and Lovers sedangkan penulis membahas gejala sekaligus dampak Oedipus Complex-nya. Sehingga penulis mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan dampak Oedipus Complex untuk dibahas. Penulis memilih topik Oedipus Complex karena bukan hanya


(11)

membahas tentang seorang laki - laki menyukai perempuan yang lebih tua tetapi juga Oedipus Complex itu merupakan gangguan kejiwaan yang disebabkan kedekatan antara seorang anak dengan ibunya sehingga anak tersebut dapat mencintai ibunya seperti halnya cinta antara sepasang kekasih atau cinta kepada lawan jenis. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui gejala dan dampak dari gangguan jiwa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penulis membatasi kajian dan topik penelitian melalui skripsi yang berjudul Oedipus Complex pada tokoh Malcolm Foxworth dalam novel Garden of Shadows karya V.C Andrews: Sebuah Kajian Psikoanalisis.

1.2 Rumusan Masalah

Dari topik yang sudah dipaparkan di atas, muncul masalah yang terkait dengan penelitian tersebut yaitu :

1. Gejala Oedipus Complex apa yang dapat dilihat pada tokoh Malcolm Foxworth dalam novel Garden of Shadow karya V.C.Andrews?

2. Dampak apa yang timbul dari gejala Oedipus Complex tersebut pada tokoh Malcolm Foxworth dalam hubungannya dengan tokoh lain di dalam novel tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


(12)

1. Mendeskripsikan gejala Oedipus Complex yang dapat dilihat pada tokoh Malcolm Foxworth di dalam novel Garden of Shadows karya V.C.Andrews.

2. Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan oleh Oedipus Complex dalam hubungan antara tokoh Malcolm Foxworth dan tokoh lainnya di dalam novel tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini penulis dapat mengenali gejala dan dampak Oedipus Complex sehingga dapat meminimalisasi dampaknya terhadap orang lain dari orang yang mengalaminya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra bagi peneliti selanjutnya, terutama dari segi kajian psikologi. Dalam hal ini, peneliti menjadi terinformasi dan mengenali gejala psikologis yang bisa jadi memiliki dampak negatif terhadap perkembangan kejiwaan seseorang. Dengan demikian, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kajian ini dari sudut pandang tertentu, kajian psikologi Oedipus Complex pada orang dewasa misalnya. Sebagai tambahan, pembaca penelitian ini diharapkan mendapat sebuah pengetahuan baru untuk mereka dalam hal psikologi terutama mengenai Oedipus Complex dan dari penelitian ini pembaca dapat mengetahui ciri dari gejala dan dampak tersebut terhadap seseorang dan orang sekitarnya. Sehingga dampak lebih jauh dan dampak jangka panjang dari gejala tersebut bisa dikenali dan dicegah sedari awal. Secara khusus, bagi peneliti selanjutnya terutama mahasiswa Sastra Inggris UNIKOM, penelitian ini dapat


(13)

dijadikan landasan teori dalam kajian psikoanalisis terutama mengenai Oedipus Complex.

1.5 Kerangka Pemikiran

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Lauren Dollof dalam artikelnya yang berjudul The Oedipus Complex (2006:par 1). Ia menyebutkan bahwa Oedipus complex adalah perasaan agresif terhadap kedua

orang tuanya:“The attachment of the child to the parent of the opposite sex,

accompanied by envious and aggressive feelings toward the parent of the same sex. “Perasaan agresif tersebut adalah perasaan di mana seorang anak mempunyai keinginan untuk memiliki ibunya dan cenderung ingin menyingkirkan sang ayah.

Di samping itu, ada attachment atau kelekatan yang terjalin antara seorang anak dan ibunya menjadikan mereka mempunyai ikatan batin yang sangat kuat seperti yang diungkapkan oleh Bowlby dan Ainsworth dalam buku Colin (1996) yang berjudul Human Attachment, mereka menyebutkan bahwa: Attachment adalah ikatan afektif abadi yang dikarakteristikkan dengan kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan figur tertentu dalam hal ini seorang anak yang ingin mempertahankan ikatannya dengan figur ibunya.

Dolloff (2006 ; par 1)juga menambahkan mengenai teori dariOedipus Complex, ia menyatakan bahwa: “These feelings are largely repressed (ie. made unconscious) because of the fear of displeasure or punishment by the parent of the same sex. “Perasaan tersebut adalah perasaan agresif yang dirasakan oleh seorang


(14)

anak kepada kedua orang tuanya. Perasaan itu berasal dari tekanan karena takut hukuman yang diberikan dari sang ayah juga ketidaksenangan akan kehadirannya. Dalam struktur kepribadian, perasaan seperti termasuk ke dalam alam bawah sadar atau unconscious. Menurut Freud unconscious adalah tempat penyimpanan dalam pikiran manusia yang di dalamnya berisi ide-ideyang tidak dapat diterimasecara sosial, keinginan, kenangan traumatis, danemosi yang menyakitkan.

Menurut Freud (Selden, 1989: 81 - 82), Oedipus Complexada dalam fase terpenting manusia yaitu seorang anak laki – laki dalam kanak – kanak mereka pernah memiliki keinginan untuk menyingkirkan ayahnya karena merasa tersaingi untuk bersama ibunya. Hal tersebut merupakan awal dari seksualitas dewasa dalam perkembangan seksual seorang anak. Akibatnya, bila seorang anak tidak dapat mengatasi fase tersebut maka akan timbul hasrat untuk memiliki ibu dan merasa bahwa ayahnya adalah saingan, seperti yang diuraikan oleh Freud di dalam buku Eagleton,Literary Theory (1996 : 134) yaitu “for the child, the parent of the same sex will come to figure as a rival in its affections for the parent of the opposite sex.”


(15)

7

Pada bab ini penulis memaparkan teori - teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun teori yang digunakan adalah teori mengenai penokohan, tokoh, plot, telling, psikoanalisis, dan Oedipus Complex. Penjabaran mengenai teori – teori tersebut dipaparkan sebagai berikut.

2.1 Tokoh dan Penokohan

Dalam sebuah karya sastra, penokohan adalah salah satu unsur yang sangat penting. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005: 166), istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” karena “penokohan” mencakup masalah seperti siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan berfungsi sebagai teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Sedangkan menurut Sudjiman (1991: 58), penokohan adalah penyajian watak dari tokoh dan penciptaan citra tokoh. Tokoh-tokoh perlu menggambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar kualitas tokoh, nalar, dan jiwanya dikenal oleh pembaca.

Selain penokohan, ada juga istilah tokoh. Tokoh membawa pembaca mengerti jalan cerita yang berarti mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam


(16)

suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2005:165) tokoh cerita atau disebut juga dengan istilah karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya fiksi atau cerita rekaan yang direpresentasikan oleh pembaca sendiri yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan.

Oleh karena itu berdasarkan pengertian di atas, tokoh dalam suatu cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak, sikap dan tingkah laku tertentu yang mengalami peristiwa atau kejadian dalam cerita tersebut.

2.2 Plot

Dalam sebuah cerita rekaan seperti novel maupun cerita pendek, plot atau alur adalah salah satu unsur penting karena plot membawa pembaca mengetahui isi cerita. Menurut Stanton dalam (Nurgiyantoro, 2005:113 ), menyatakan :

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Berdasarkan pernyataan di atas, alur atau plot suatu cerita rekaan sangat berperan penting karena plot sendiri adalah kumpulan peristiwa atau kejadian yang berlangsung dari awal sampai akhir cerita dan setiap peristiwanya memiliki keterkaitan dengan peristiwa lain yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.


(17)

2.3 Telling

Berdasarkan Hutcheon dalam skripsi Olejníčková (2014:9) menyebutkan bahwa “to tell a story means to describe, explain, summarize or extend something, such as in e.g. short stories, novels, and historical accounts.”

Dalam sebuah cerita rekaan seperti novel atau cerita pendek, telling dapat berfungsi sebagai penjelasan atau penjabaran cerita bisa secara ringkas atau menambahkan sesuatu ke dalam cerita tersebut. Maka dari itu, untuk menyampaikannya kepada pembaca dapat dilakukan oleh pengarang atau tokoh yang berbicara atau berbuat sesuatu di dalam sebuah novel atau cerita pendek

2.4 Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud sebagai studi fungsi dan perilaku psikologi manusia (Bertens, 2006).

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan :

1. Suatu metode penelitian dari pikiran yakni pikiran bawah sadar atau unconscious. Menurut Freud dalam buku Salkind yang berjudul An Introduction to Theories of Human Development (2004), unconscious atau alam bawah sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari


(18)

lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak disadari.

2. Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia. Sistematis tersebut adalah struktur kepribadian manusia.

Menurut Freud dalam artikel Felluga berjudul Introductory Guide To Theory (2001), struktur kepribadian meliputi 3 unsur yaitu sebagai berikut.

a. Id

The id is the great reservoir of the libido, from which the ego seeks to distinguish itself through various mechanisms of repression. Because of that repression, the id seeks alternative expression for those impulses that we consider evil or excessively sexual, impulses that we often felt as perfectly natural at an earlier or archaic stage and have since repressed. The id is governed by the pleasure principle and is oriented towards one's internal instincts and passions. ". (Felluga,2001:par 1)

Id merupakan kepribadian asli seseorang yang dimiliki sejak lahir. Id merupakan sumber dari kedua sistem/energi yang lain yaitu ego dan superego. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum dan sex. Di dalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu


(19)

berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Maka dari itu cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ).

b. Ego

the ego is "the representative of the outer world to the id" ("Ego and the Id" 708). In other words, the ego represents and enforces the reality principle whereas the id is concerned only with the pleasure-principle. Whereas the ego is oriented towards perceptions in the real world, the id is oriented towards internal instincts; whereas the ego is associated with reason and sanity, the id belongs to the passions. (Felluga, 2001:par 1)

Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip ini adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.

c. Superego

The super-ego is the faculty that seeks to police what it deems unacceptable desires; it represents all moral restrictions and is the "advocate of a striving towards perfection". (Felluga,2001:par 1)

Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orang tua, guru dan orang- orang lain pada anak karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai


(20)

benar atau salahnya suatu tindakan seseorang itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan. Cita-cita individu juga diarahkan pada nilai-nilai ideal tersebut, sehingga setiap individu memiliki gambaran tentang dirinya yang paling ideal.

3. Suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional. Penyakit yang dimaksud meliputi fobia, konversi, kompulsi, obsesi, kecemasan, serangan, depresi, gangguan seksual, berbagai masalah hubungan (seperti perselisihan dalam kencan dan perkawinan), dan berbagai macam masalah karakter (misalnya, rasa malu yang berlebihan, kekejaman, kejengkelan, gila kerja, gairah yang berlebihan, emosi yang berlebihan, cerewet yang berlebihan). Sedangkan menurut A. Syuropati dalam bukunya 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya (2012 : 94) Psikoanalisis sendiri adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund freud pada tahun 1856 – 1939 untuk menangani orang – orang yang mengalami masalah mental. Tugas psikoanalisis adalah menjelaskan bagaimana kepribadian manusia berkembang dan bekerja dan menyajikan teori mengenai cara individu dapat berfungsi di dalam hubungan personal dan masyarakat. Oleh karena itu, psikoanalisis memiliki hubungan dengan sastra yakni digunakan untuk mengekplarasi psikologi penulis dan karakter, untuk menjelaskan misteri naratif dan mengembangkan konsep baru psikoanalisis. Milner (1992: 112)


(21)

2.5 Oedipus Complex

Menurut John Bowlby Oedipus Complex adalah :

“It is not surprising that during infancy and early childhood these functions are either not operating at all or are doing so most imperfectly. During this phase of life, the child is therefore dependent on his mother performing them for him. She orients him in space and time, provides his environment, permits the satisfaction of some impulses, restricts others. (Bowlby, 1951:53)

Teori di atas menyebutkan bahwa seorang anak membutuhkan ibunya untuk melakukan segala sesuatu baginya. Sebagai contoh, seorang anak diajarkan oleh ibunya hal - hal kecil seperti bagaimana cara berjalan, makan dan sebagainya. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan anak tersebut sangat bergantung kepada ibunya karena sosok seorang ibu yang membuatnya pertama kali merasakan aman, dicintai, disayangi, dilindungi selain dari sosok sang ayah sendiri.

Di samping itu, Fase yang dimaksud bowlby (1951:53) di atas adalah : a. The phase during which the infant is in course of

establishing a relation with clearly identified person-his mother ; this is normally achieved by five or six months of age.

b. The phase during which he needs her as an ever-present companion ; this usually continues until about his third birthday.

c. The phase during which he is becoming able to maintain a relationship with her absentia. During the fourth and fifth years such a relationship can only be maintained in favourable circumstances and for a few days or weeks at a time ; after seven or eight the relationship can be maintained, though not without strain, for periods of a year or more

Pada saat bayi berumur lima atau enam bulan, bayi membangun hubungan dengan orang - orang disekitarnya terutama dengan ibu. Seorang mencoba


(22)

mendekatkan dengan orang yang mengurusnya sehingga terjadi ikatan antara bayi dan ibunya.

Setelah bayi beranjak ke pada masa kanak- kanak yakni tiga tahun, seorang anak masih sangat membutuhkan orang lain untuk mendampinginya. Dalam masa ini, mereka masih membutuhkan seseorang untuk menyediakan keperluan seperti makan, pakaian, dan membantu mereka ketika mandi dan berpakaian.

Ketika menginjak usia 4-5 tahun, seorang anak mempertahankan hubungan dengan ibunya. Pada masa ini, mereka mempertahankan hubungan bila menguntungkan dan keadaan ini terus berlanjut sampai mereka benar – benar mempertahankannya dengan suka rela tanpa keuntungan dan sebagainya.

Oleh karena itu, seorang anak sangat dekat ibunya karena sejak mereka lahir orang yang paling dekat dengannya adalah ibu. Seorang ibu memberi kasih sayang, perhatian, mengurus, menyediakan keperluan mereka dan menemani mereka sepanjang waktu sampai mereka dapat melakukannya sendiri.

Bowlby juga memaparkan tentang hal tersebut dalam artikel Bretherton berjudul The Origins of Attachment Theory: John Bowlby and Mary Ainsworth, yakni :

These component responses(among them sucking, clinging, and following, as well as the signaling behaviors of smiling and crying) mature relatively independently during the first year of life and become increasingly integrated and focused on a mother figure during the second 6 months. Bowlby saw clinging and following as possibly more important for attachment than sucking and crying. (Bretherton,1992)


(23)

Maksud dari teori di atas adalah respon komponen seperti menyusu ASI, mengikuti dan lengket terhadap ibu serta isyarat tersenyum dan menangis akan lebih menyatu di tahun – tahun pertama yang kemudian akan menjadi bertambah dan nantinya akan lebih fokus pada sosok ibu. Bowlby juga menyebutkan bahwa berada dekat dengan ibu lebih penting atau terasa keterikatannya untuk menjadi lekat dibandingkan melakukan aktivitas seperti menghisap air susu ibu atau asi dan menangis.

Teori lain menyebutkan bahwa Oedipus complex adalah perasaan agresif seorang anak terhadap kedua orang tuanya seperti yang dinyatakan oleh Dolloff (dalam artikelnya yang berjudul The Oedipus Complex (2001: par 1): The attachment of the child to the parent of the opposite sex, accompanied by envious and aggressive feelings toward the parent of the same sex.

Kelekatan antara seorang anak dengan ibunya dapat memunculkan hasrat ingin memiliki pada diri anak tersebut terhadap sosok seorang ibu. Sehingga anak tersebut iri terhadap ayahnya sendiri karena memiliki ibunya dan cenderung bersikap agresif bahkan memunculkan keinginan untuk melenyapkannya.

Selain itu, kelekatan tersebut dibangun oleh seorang anak dengan ibunya sejak dia lahir. Menurut Bowlby dan Ainsworth dalam buku Colin (1996) yang berjudul Human Attachment, menyebutkan bahwa attachment adalah ikatan afektif abadi yang dikarakteristikkan dengan kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan figur tertentu, terutama ketika berada di bawah tekanan. Contoh attachment yang paling familiar adalah ikatan yang


(24)

berkembang antara anak dan pengasuh utamanya (umumnya ibunya). Attachment adalah ikatan emosional, bukan perilaku.

Dolloff dalam artikelnya yang berjudul The Oedipus Complex (2001: par 1) juga menambahkan mengenai teori dari Oedipus Complex, ia menyatakan bahwa : “These feelings are largely repressed (ie. made unconscious) because of the fear of displeasure or punishment by the parent of the same sex. “

Maksud dari teori di atas adalah Perasaan yang sebagian besar tertekan karena takut akan ketidaksenangan atau hukuman oleh sang ayah dan perasaan ini ada dalam alam bawah sadar kita atau unconscious. Menurut Freud unconscious atau alam bawah sadar adalah tempat menyimpan ide-ide di dalam pikiran yang tidak dapat diterima secara sosial, keinginan, kenangan traumatis, dan emosi yang menyakitkan mengeluarkan pikiran dengan mekanisme represi psikologis. Represi psikologis adalah usaha psikologis seseorang yang bertujuan untuk meredam hasrat, insting dan keinginannya sendiri terhadap seseuatu.

Menurut Freud (Selden, 1989 : 81 - 82), mitos dari Oedipus diekspresikan ke dalam fase terpenting dalam perkembangan psikologi manusia. Berdasarkan Child Development yang dikembangkan oleh Freud dalam artikel Felluga berjudul Introductory Guide To Theory (2001) menyimpulkan bahwa perkembangan manusia mengalami beberapa fase yaitu :

a. Fase Oral (Usia 0-2 tahun)

Pada tahap Oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari


(25)

rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.

b. Fase Anal (2-4 tahun)

Setelah fase Oral, dilanjutkan dengan fase Anal. Pada tahap anal Anal, fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Fase ini berada disekitar perbatasan objek auto-erotis baru yaitu lubang dubur. Menurut Freud, kesenangan anak dalam buang air besar terhubung ke kesenangan dalam menciptakan sesuatu sendiri. c. Fase Phallic (4-7 tahun)

Pada tahap Phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Oedipus Complex menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.

d. Fase Latent (7-12 tahun)

Periode Latent adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan


(26)

interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Selama fase ini, secara bertahap seorang anak membebaskan diri dari orang tua (menjauh dari ibu dan mendamaikan diri dengan ayah) dan seorang anak juga belajar mengorbankan sesuatu untuk orang lain.

e. Fase Latency atau Genital (13 tahun atau masa pubertas)

Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

Freud berpikir bahwa anak laki - laki pernah ada dalam fase masa kanak – kanak mereka ketika mereka memiliki keinginan untuk membunuh ayah dan menikahi sang ibu. Keinginan berada di alam bawah sadar seorang anak. Hal tersebut menandai tahap awal dalam perkembangan anak terhadap seksualitas dewasa. Seorang anak dalam fase pre oedipal berorientasi kepada ibunya. Pada fase ini, sang ayah menjadi saingan untuk memperebutkan kasih sayang dari sosok ibu. Ancaman pengebirian memaksa anak untuk meninggalkan keinginan incest kepada ibunya (semua berada dalam alam bawah sadar). Kebiri atau pengebirian adalah tindakan bedah atau kimia yang bertujuan untuk


(27)

menghilangkan fungsi testis pada laki-laki atau fungsi ovarium pada perempuan. Testis adalah kelenjar kelamin laki-laki (Nygard and Sonsteby, 2008:502-503)

Kemudian, seorang anak mengidentifikasi sang ayah dan memandang dia sebagai panutan bukan sebagai sebagai saingan. Dengan cara ini transisi ke kehidupan dewasa dan identitas laki-laki dewasa dicapai. Jika fase ini tidak berhasil diatasi oleh seorang anak maka akan memunculkan cinta yang tidak wajar terhadap sang ibu. Dengan demikian, anak tersebut dapat menginginkan ibunya dan akan menganggap ayahnya sebagai rival bahkan cenderung membenci ayahnya, seperti yang dijelaskan freud dalam buku Eagleton, Literary Theory (1983 : 134) “for the child, the parent of the same sex will come to figure as a rival in its affections for the parent of the opposite sex.”.

Di samping itu, aktivitas seksual seorang anak dimulai pada saat mereka bayi. Bayi akan menghisap payudara ibunya untuk susu dan aktivitas biologis ini penting juga menyenangkan. bagi Freud, hal ini adalah aktivitas seksual pertama bagi seorang bayi. Mulut bayi menjadi sebuah 'zona erotogenic', di mana anak tersebut mungkin menginginkan kembali beberapa tahun kemudian dengan mengisap jempolnya dan beberapa tahun kemudian digantikan dengan berciuman.

“The relation to the mother has taken on a new, libidinal dimension: sexuality has been born, as a kind of drive which was at first inseparable from biological instinct but which has now separated itself out from it and attained a certain autonomy.” (Eagleton, 1983 : 133)

Seksualitas bagi Freud sendiri merupakan 'penyimpangan' dari naluri alami diri menuju tujuan lain. Tahap oral, seperti Freud menyebutnya adalah tahap


(28)

pertama dari kehidupan seksual dan berhubungan dengan dorongan untuk menggabungkan objek.

Dalam aktivitas seksual, seorang anak “who emerges from the pre-Oedipal stages we have been following is not only anarchic and sadistic but incestuous to boot: the boy's close involvement with his mother's body leads him to an unconscious desire for sexual union with her.” (Eagleton, 1983 : 134)

Dengan kata lain, aktivitas seksual anak terbentuk pada saat fase pre-oedipal dan pada fase ini seorang anak bersikap anarkis dan sadis kepada ayahnya karena merasa cemburu melihat kedekatannya dengan sang ibu dan aktivitas seksual juga terbentuk dari keterlibatan erat antara anak dengan tubuh ibunya mendorongnya memiliki keinginan untuk berhubungan seksual dengan sang ibu dan itu tersimpan di dalam alam bawah sadarnya.


(29)

21

Bab ini memaparkan objek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sinopsis serta cara penulis menganalisis data.

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah gangguan kejiwaan Oedipus Complex pada tokoh Malcolm Foxworth dalam novel Garden of Shadows karya V.C. Andrews. Penulis mendeskripsikan dan memaparkan mengenai gejala dan dampak dari Oedipus Complex yang dialami oleh Malcolm. Gejala Oedipus Complex yang dialami tokoh Malcolm menarik untuk dipaparkan karena gejala tersebut sangat mempengaruhi hubungan dengan tokoh lainnya dalam novel tersebut sehingga berdampak pada tokoh-tokoh lain.

3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Djadjasudarma (1996:8)

“Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.”

Melalui metode tersebut, penulis berusaha memaparkan data secara sistematis yang didapat dari novel. Kemudian, penulis menggunakan teori Oedipus Complex untuk mendeskripsikan gejala dan dampak yang dialami oleh


(30)

Malcolm dan menggali pengetahuan dasar tentang Oedipus Complex kepada para pembaca serta berusaha memberikan informasi tentang gejala dan dampak Oedipus Complex melalui novel Garden of Shadows karya V.C.Andrews.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan studi kepustakaan dengan membaca novel Garden of Shadows untuk memperoleh informasi dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan topik yang dibahas yakni Oedipus Complex.

Berikut ini adalah langkah – langkah yang digunakan dalam proses pengumpulan data :

1. Membaca novel

Penulis membaca novel Garden of shadows karya V.C Andrews secara menyeluruh untuk mengetahui gejala dan dampak Oedipus Complex yang muncul pada tokoh Malcolm.

2. Penulis memilih data yang relevan dengan gejala dan dampak Oedipus Complex yang muncul pada tokoh Malcolm dalam novel Garden of shadows. Data yang dipilih merupakan kata atau kalimat yang memperlihatkan adanya gejala atau dampak Oedipus Complex yakni merujuk kepada kekaguman dan kecintaan tokoh yang diteliti terhadap ibunya untuk data yang menunjukkan gejala. Sedangkan untuk data yang menunjukkan dampak ialah tokoh tersebut cenderung fokus kepada ibunya atau dengan kata lain apapun yang dilakukan pasti akhirnya mengingatkan terhadap ibunya.


(31)

3. Klasifikasi data

Penulis mengklasifikasikan data yang termasuk ke dalam kelompok gejala dan dampak Oedipus Complex pada tokoh Malcolm dalam novel Garden of shadows. Penulis memisahkan data yakni merujuk kepada kekaguman dan kecintaan tokoh yang diteliti terhadap ibunya untuk data yang menunjukkan gejala serta untuk data yang menunjukkan dampak ialah tokoh tersebut cenderung fokus kepada ibunya atau dengan kata lain apapun yang dilakukan pasti akhirnya mengingatkan terhadap ibunya. Kemudian memilih data yang paling sesuai dengan topik sehingga memudahkan pada saat analisis datanya. Dalam hal ini, data yang diambil merupakan data yang memperlihatkan percakapan atau tindakan tokoh yang mengarah pada gejala dan dampak Oedipus Complex.

3.2.2 Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, penulis mengklasifikasikan datanya kemudian menjabarkan kondisi dalam setiap teks tersebut. Kemudian penulis mencoba mencari makna tersembunyi yang merujuk kepada gejala dan dampak dari Oedipus Complex itu sendiri. Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut.

1. Setelah penulis memahami keseluruhan cerita lalu selanjutnya mencari teks yang menunjukkan adanya gejala dan dampak dari Oedipus Complex .

2. Selanjutnya, penulis mendeskripsikan setiap data yang didapat untuk menunjukkan gejala dan dampak Oedipus Complex pada data tersebut.


(32)

3. Dengan demikian, penulis dapat melihat gejala yang ditunjukkan oleh tokoh tersebut.

4. Selain melihat gejalanya, penulis juga dapat melihat dampak yang ditimbulkan oleh Oedipus Complex tersebut pada tokoh lain yang berhubungan dengan tokoh Malcolm Foxworth, misal dengan cara melihat kesinambungan sebab akibat dari suatu tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang terlibat.

5. Dari yang telah dilakukan di atas, penulis kemudian dapat mengetahui ciri - ciri yang menunjukkan adanya gejala dan dampak pada diri tokoh tersebut.

3. 3 Sinopsis novel Garden of Shadows

Novel Garden of Shadows karya V.C Andrews ini bercerita tentang Malcolm Foxworth seorang laki – laki yang ditinggal oleh ibunya ketika ia masih berumur 5 tahun. Ketika ibunya masih ada, mereka mempunyai kedekatan yang sangat lekat sehingga Malcolm tidak mudah melupakan dan melepaskan sosok sang ibu dari benaknya. Karena sangat dekatnya, Malcolm merasakan hasrat yang lain kepada ibunya tersebut yakni hasrat ingin memiliki dan tidak ingin jauh dari ibunya dan itu menimbulkan gangguan kejiwaan yang disebut gejala Oedipus Complex. Gangguan kejiwaan yang ia alami mempengaruhi hubungannya dengan orang – orang di sekitarnya termasuk ayahnya sendiri. Tidak berhenti sampai di situ, akibat gejala Oedipus Complex juga mempengaruhi pada saat ia menikah dengan Olivia. Karena sangat cintanya Malcolm kepada ibunya, sehingga ketika menikah ia cenderung lebih menginginkan anak perempuan daripada laki - laki,


(33)

padahal dari pernikahannya dengan Olivia, mereka dikaruniai dua orang anak laki - laki yakni Mal dan Joel tetapi Malcolm tidak menyayangi mereka berdua bahkan ia menyalahkan mereka karena terlahir bukan sebagai perempuan. Malcolm ingin memiliki anak perempuan karena ia ingin menghidupkan kembali sosok ibunya yang telah pergi pada diri orang lain walaupun dalam diri anaknya.

Akhirnya keinginannya terwujud ketika ayahnya yaitu Garland kembali ke rumah. Ia membawa istri baru yakni Alicia. Alicia adalah gadis muda yang baru berumur 18 tahun, sangat jauh bila dibandingkan dengan ayahnya yang berusia hampir setengah abad. Alicia mempunyai wajah yang cantik, tubuhnya langsing dan matanya biru. Selain itu, ayahnya juga membawa saudara tirinya yakni Christopher.

Pertama kali melihatnya, Malcolm langsung tertarik dengan Alicia karena ia sangat mirip dengan sosok ibunya yang telah lama menghilang. Malcolm pun berani memperkosa ibu tirinya tersebut. Peristiwa tersebut terjadi lebih dari sekali sampai akhirnya Garland memergoki dia sedang di tempat tidur bersama ibu tirinya tersebut. Saat itu, sontak membuat Garland terkejut dan marah sehingga membuat Garland menghajar Malcolm. Kemudian, mereka pun terlibat perkelahian sengit yang akhirnya menewaskan Garland.

Setelah meninggalnya Garland, Alicia ternyata hamil oleh Malcolm dan melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik dengan rambut pirang bergelombang, mata yang biru dan kaki tangan yang indah. Bayi perempuan itu sangat mirip dengan ibu Malcolm dan akhirnya diberi nama sesuai dengan nama ibu Malcolm yakni Corrine. Corrine kecil tumbuh menjadi gadis yang manis dan


(34)

mulai mengenal cinta dan ia pun menanyakan kepada ibunya yaitu Olivia yang sebenarnya adalah kakak ipar sekaligus ibu tirinya. Olivia dianggap ibu kandung oleh Corrine karena ia tidak tahu bahwa setelah melahirkannya Alicia pergi dari rumah bersama anaknya Christopher buah cintanya dengan Garland dan menyerahkan hak asuh Corrine kepada Malcolm dan Olivia.

Olivia dan anak-anaknya masih menerima pengabaian dari Malcolm. Hati Olivia sangat terpukul ketika anaknya, Malcolm Jr, meninggal dalam kecelakaan sepeda motor. Kemudian Joel, meninggal di Eropa.

Semenjak itu, kehidupan Malcolm semakin kacau ketika Christopher kembali ke rumah setelah Alicia meninggal karena kanker payudara. Christopher jatuh cinta kepada Corrine kecil dan mereka pun berhubungan secara diam - diam sampai Olivia memergoki mereka berdua sedang berhubungan intim. Lalu Malcolm marah mengetahui hubungan terlarang tersebut karena mereka sebenarnya adalah saudara walaupun bukan kandung dan setelah mengetahui kenyataan tersebut, Corrine kecil dan Christopher pergi dari rumah. Akibat peristiwa tersebut, Malcolm mengalami stroke dan Olivia menyewa detektif untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Christopher dan Corrine kecil. Detektif tersebut menemukan bahwa Christopher dan Corrine tinggal di Gladstone, Pennsylvania, dengan nama Dollanganger. Mereka memiliki empat orang anak: Christopher, Cathy dan kembar, Cory dan Carrie.

Bertahun-tahun kemudian, Corinne menulis surat kepada Olivia, mencari perlindungan dan menceritakan kematian Christopher karena kecelakaan mobil.


(35)

Olivia menyuruh Corrine kecil dan anak - anaknya pulang ke rumah untuk tinggal bersama lagi dengannya dan Malcolm.


(36)

28

Pada bab IV ini, penulis memaparkan secara detil mengenai topik yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis Oedipus Complex pada tokoh Malcolm Foxworth dalam novel Garden of Shadows karya V.C Andrews. Analisis tersebut meliputi: penjabaran mengenai gejala Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh Malcolm Foxworth dan dampak Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh tersebut. Berikut ini adalah penjabaran dari analisis berdasarkan rentetan kejadian.

4. 1 Gejala Oedipus Complex tokoh Malcolm Foxworth

Tokoh Malcolm mengalami gejala Oedipus Complex yang dapat dilihat dari beberapa data yang ditemukan oleh penulis dalam novel Garden of Shadows karya V.C Andrews. Penjabaran dari setiap datanya dijabarkan beserta dengan analisisnya berdasarkan yang dikatakan oleh setiap tokohnya sebagai berikut.

4.1.1 Berdasarkan yang dikatakan tokoh Malcolm Foxworth

Data di bawah ini adalah data yang penulis temukan dalam novel tersebut yang menunjukkan gejala Oedipus Complex berdasarkan dari apa yang dikatakan oleh tokoh Malcolm sendiri.

Kedekatan antara seorang anak dan ibunya sangatlah lekat. Oleh karena itu, wajar bila ada diantara mereka yang sulit melepaskan diri dari sosok sang ibu karena sosok tersebut adalah sosok pertama yang mengurus, memberi kasih


(37)

saying, melindungi dan mengerti, sehingga anak tersebut bisa ketergantungan terhadap ibunya. Misalnya, seorang anak laki - laki Seperti halnya tokoh Malcolm dalam novel Garden of Shadows ini yang sangat mencintai dan menyayangi ibunya bahkan cenderung mengobsesikannya. Malcolm memiliki kecintaan terhadap ibunya yang berbeda dengan anak laki - laki lainnya. Memang, seorang anak laki - laki biasanya lebih dekat dengan ibu dibanding dengan ayah tetapi dalam hal ini, Malcolm memperlihatkan rasa cinta yang tidak wajar terhadap ibunya. Malcolm memiliki hasrat ingin memiliki ibunya sendiri layaknya ia menginginkan lawan jenis seperti sepasang kekasih.

Data 1

"She ran off," he said, stopping with his back to me. Then he turned around. "She ran off with another man when I was barely five years old," he added, practically spitting out the words. (Andrews,1989:79)

Gejala Oedipus Complex terjadi saat seorang anak yang sangat dekat dengan Ayah atau ibunya memiliki perasaan agresif terhadap kedua orangtuanya, seperti ada rasa untuk memiliki Ibunya sendiri dan memiliki kecenderungan untuk membenci ayahnya bahkan ada keinginan menyingkirkannya . Hal ini mencakup interaksi baik seksual seperti sentuhan maupun nonseksual seperti kasih sayang. Misalnya, ibu lebih mencintainya anak tersebut daripada anak yang lain bahkan melebihi cinta kepada ayahnya sendiri. Hal ini akan memunculkan asumsi bahwa anak tersebut merasa diistimewakan oleh sang ibu sehingga timbul gejala Oedipus Complex tersebut.

Dalam kasus Malcolm, dirinya menginginkan Ibunya untuk tetap bersamanya dan cenderung untuk menyingkirkan Ayahnya yang dianggap sebagai


(38)

penyebab kepergian Ibunya adalah Ayahnya sendiri. Data 1 di atas adalah percakapan antara Malcolm dengan Olivia dan ilustrasi yang memperlihatkannya.

Di sini diperlihatkan bahwa ibu Malcolm pergi meninggalkannya. ibunya adalah sosok yang begitu dikagumi, dicintai, dan menjadi tempatnya bergantung. Malcolm ditinggalkan ketika dia bahkan belum beranjak lima tahun. Ayahnya berkata dengan gampangnya untuk memperlihatkan kesan bahwa ibunya tidak memiliki beban atau tidak berpikir panjang tentang perasaannya. Kesan ini dibangun untuk memunculkan citra bahwa ibunya memang pergi karena lebih memilih orang lain daripada dirinya, ayahnya, atau apa pun yang telah mereka usahakan bersama.

Dengan demikian, perasaan cintanya terhadap sang ibu bisa menjadi sebuah kebencian karena ibunya dianggap tidak membalas cintanya, apalagi ketika dikatakan bahwa ibunya pergi dengan laki – laki lain. Hal ini bisa disamakan dengan sebuah kondisi bahwa ibunya lebih memilih untuk mencintai pria lain daripada dirinya yang sudah mencintainya. Fakta ini mengindikasikan bahwa Malcolm memiliki rasa cemburu dan rasa memiliki yang begitu dalam terhadap ibunya sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ini lah yang memperlihatkan kondisi di mana Malcolm memiliki gejala Oedipus complex karena dia tidak suka dengan orang lain yang bisa bersama dengan ibunya atau kondisi di mana dia merasa tidak diindahkan oleh ibunya.

Sebagai seorang anak laki-laki tunggal yang tidak memiliki saudara atau teman, tokoh Malcolm membutuhkan kehadiran sosok untuk menemani kesehariannya terutama dari teman sebayanya atau dari figur ayah yang


(39)

dianggapnya bisa mengajaknya bermain walaupun ia dilahirkan di keluarga yang berada.

Di samping itu, ayahnya yang sering melakukan perjalanan bisnis secara tidak langsung telah membuat Malcolm merasa tidak mendapatkan sosok teman bermain tersebut sehingga menjadikannya sangat dekat dengan sang ibu. Hal ini tentunya membuat Malcolm merasa bahwa ibunya lah yang selalu ada untuk memenuhi apa pun yang menjadi keinginan atau pun kebutuhannya dan membuatnya mengecilkan arti keberadaan ayahnya. Dengan intensitas dan kualitas kebersamaan Malcolm dengan ibunya dalam keseharian, Malcolm merasa menjadi terikat dan bergantung pada sosok ibunya. Malcolm menjadi begitu kagum dan mencintai ibunya melebihi siapa pun, bahkan ayahnya sendiri. Dengan keterikatan ini, hancur perasaan Malcolm ketika dia diceritakan tentang ibunya yang tiba-tiba pergi.

Data 2

"Hardly. It was the other way around. I had to practically beg him to take me along on his business trips. After my mother left, he was so weak, he even tried to blame me for driving her away. I'll never forgive him for that. My mother loved me more than anything, and it was his own inadequacies that forced her to abandon me. Don't you understand, every time he looks into my blue eyes, he sees Corinne. He knows he could never make her love him the way she loved me. Oh, she must have hated him . . . otherwise she never would have left me. I'll never forgive him for losing her." (Andrews, 1989: 194)

Kondisi tersebut diperburuk dengan perlakuan ayahnya yang juga mengabaikannya, sebagaimana diilustrasikan data 2 di atas.


(40)

Data di atas adalah percakapan antara Malcolm dengan Olivia. Di sini menunjukan bahwa Malcolm sebenarnya ingin lebih dekat lagi dengan ayahnya karena ia merasa kesepian setelah kepergian ibunya. Malcolm sangat berharap untuk bisa lebih dicintai, disayangi dan diperhatikan oleh ayahnya seperti halnya yang didapatkan dari ibunya dulu. Semua itu dapat diwujudkan dengan mereka harus lebih intens menghabiskan waktu bersama maka kedekatan tersebut dapat terjalin dengan sendirinya. Oleh karena itu, Malcolm mau bila seandainya ia diajak ayahnya untuk ikut apabila ia melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Hal ini berarti bahwa saat ini yang ia butuhkan adalah pengganti sosok ibunya yaitu ayahnya sendiri walaupun mungkin tidak sepenuhnya dapat tergantikan tetapi setidaknya ia tidak akan terlalu kehilangan karena ada seseorang yang akan menemaninya sepanjang waktu.

Namun kenyataannya, ayah Malcolm tidak mengerti dengan keinginan putranya tersebut. Ayahnya terkesan seolah – olah menyalahkan Malcolm atas kepergian ibunya tepatnya melampiaskan segala kekecewaan padanya. sebagai seorang anak yakni tokoh Malcolm yang diperlakukan demikian oleh ayahnya akan sangat menyakitkan karena di samping ia mengharapkan perhatian, kasih sayang dan pelukan hangatnya tetapi ia juga harus disalahkan atas kekacauan yang terjadi. Sehingga sikap Malcolm pun berubah terhadap ayahnya yang pada awalnya ia ingin lebih dekat dengan ayahnya menjadi berbalik membenci dan menyalahkannya dan hal tersebut membuat hubungan mereka menjadi semakin jauh bahkan Malcolm tidak mau memaafkan sang ayah dengan apa yang terjadi.


(41)

Hal tersebut menunjukan adanya gejala Oedipus Complex yang disebabkan oleh kedekatan seorang anak dengan ibunya. Dalam hal ini yakni kedekatan Malcolm dengan ibunya dikarenakan kondisi di mana ayahnya jarang dirumah membuat ibunya lebih dekat Malcolm yang seakan – akan lebih menyayangi dan mencintainya dibandingkan dengan ayahnya karena bagi seorang istri yang jauh dari suaminya, anaklah yang menjadi pelipur lara sekaligus teman ketika ia merasa kesepian. Ibu Malcolm selalu mencurahkan setiap keluh kesahnya kepada Malcolm selayaknya ia berbagi cerita dengan seseorang yang sudah dewasa yang akan mengerti tentang hidup, tentang apa yang dirasakannya saat itu padahal Malcolm hanya seorang anak kecil yang baru berumur 5 tahun sehingga sangat tidak mungkin bila ia akan mengerti tetapi ibu Malcolm tetap melakukannya karena ia tidak memiliki teman untuk berbagi seperti yang dikatakan oleh Malcolm ketika bercerita tentang ibunya kepada Olivia "I would sit with her and she would complain to me. She respected my intelligence, you see. She never spoke down to me the way mothers often speak down to their children (Andrews, 1989:124). Oleh karena itu, hal ini dianggap oleh Malcolm seolah – olah ia merasa yakin bahwa rasa cinta dan kasih sayang dari ibunya tersebut bukan hanya sekedar hubungan antara ibu dan anak tetapi layaknya seperti ibu dan ayahnya.Malcolm berpikir bahwa ia lebih dicintai oleh ibunya dibandingkan apapun di dunia ini bahkan dengan ayahnya sendiri dan menurutnya hal tersebut menjadi kekurangan ayahnya sampai membuat ibunya pergi meninggalkannya. Oleh sebab itu, Malcolm menganggap semua itu lebih dari rasa cinta biasa seorang ibu terhadap anaknya. Maka Malcolm memiliki rasa yang berbeda


(42)

terhadap ibunya bukan hanya sekedar cinta kasih antar ibu dan anak melainkan hasrat ingin memiliki karena ia juga ingin selalu bersamanya dan didekatnya. Tetapi karena ayahnya, Malcolm menjadi kehilangan ibunya dan inilah yang menyebabkan ia membenci ayahnya.

Data 3

"My mother. You're not like my mother. You would never be like my mother. You would never leave the children we will make together, will you, Olivia? Will you?" (Andrews, 1989:81)

Dari percakapan Malcolm dan Olivia di atas, Malcolm tidak ingin anaknya mengalami apa yang ia rasakan sewaktu kecil dulu yaitu ditinggal seorang ibu. Oleh karena itu, Malcolm memilih Olivia untuk menjadi istrinya. Ia berharap Olivia tidak akan seperti itu karena menurutnya Olivia adalah perempuan baik yang akan selalu merawat anak – anaknya dengan penuh kasih sayang dan tidak akan pergi seperti apa yang ibunya lakukan padanya dulu. Pada saat ditinggalkan, ia baru berumur 5 tahun dan harus menerima kenyataan pahit bahwa ibu yang sepatutnya memberinya kasih sayang, melihatnya tumbuh berkembang, mendengarkan setiap keluh kesahnya tiba-tiba tidak ada. Ia masih sangat kecil untuk bisa menerima dan mengerti. Oleh karena itu, tidak heran bila Malcolm kesepian dan kehilangan sosok seorang ibu yang membuatnya kekurangan kasih sayang.

Bagi seorang anak tunggal yang lahir di sebuah keluarga yang kaya raya, sudah sepantasnya Malcolm meneruskan bisnis keluarganya. Dengan memikul tanggung jawab tersebut Malcolm mengambil alih bisnis ayahnya karena ia sudah tidak peduli lagi terhadap perusahaan. Sebagai suami yang ditinggal oleh istrinya,


(43)

ayah Malcolm menghibur dirinya sendiri dengan cara ia menghabiskan waktunya berkeliling eropa dan anehnya ia tidak trauma dengan pernikahannya terdahulu karena diceritakan bahwa ketika ayahnya melakukan perjalanan tersebut, ia tidak melakukannya sendiri melainkan bersama istri barunya.

Sebagai penerus perusahaan, Malcolm selalu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri dan dari perjalanan tersebut ia bukan hanya bertemu relasi bisnisnya tetapi juga ada sosok wanita yang masuk ke dalam kehidupannya yakni Olivia yang menjadi istrinya. Olivia adalah anak dari tuan Winfield pebisnis yang sukses sehingga ia hidup di keluarga yang kaya raya. Meskipun terlahir di keluarga berada, Olivia bukan anak manja yang hanya menghabiskan uang orang tuanya untuk berfoya – foya karena ia dibentuk menjadi anak perempuan yang bisa bekerja sehingga dapat menjalankan bisnis bersama ayahnya dan tidak heran akhirnya ia menjadi akuntan pribadi ayahnya di perusahaan.

Berdasarkan hal ini akan sangat menguntungkan bagi seorang pebisnis untuk mengembangkan bisnisnya jika dapat menggabungkan perusahaannya dengan perusahaan lain yang besar seperti yang dimiliki oleh keluarga Olivia. Oleh karena itu, Malcolm menikahi Olivia yang selain ia kaya raya juga baik hati dan tidak akan meninggalkan anak mereka kelak, seperti yang diperlihatkan pada data 3 di atas.

Data 4

"Are you standing there and telling me I will never have another child? Never have a daughter?"(Andrews,1989:113)

Meski pernikahan Malcolm dan Olivia tidak bahagia tetapi tetap saja sebagai sepasang suami istri mereka ingin memiliki keturunan terutama Malcolm


(44)

karena biasanya seorang laki – laki sangat menginginkan untuk memiliki penerus mereka apalagi Malcolm yang seorang pengusaha sukses dengan perusahaan besar tentu saja memerlukan seseorang untuk menggantikannya yakni seorang anak. Biasanya yang diinginkan seorang ayah untuk meneruskan perusahaan adalah seorang anak laki – laki. Hal ini tidak berlaku terhadap Malcolm karena justru ia menginginkan seorang anak perempuan saja.

Seorang suami seperti Malcolm yang sangat menginginkan anak perempuan harus menerima kenyataan bahwa ia tidak akan pernah memilikinya. Hal tersebut membuat rumah tangganya dengan Olivia semakin kacau karena kecewa dan marah keinginannya tidak dapat terwujud. Sebagaimana diperlihatkan pada data 4 di atas.

Data 4 di atas adalah percakapan antara Malcolm dan Dokter Braxten

.

Dokter Braxten adalah dokter keluarga Foxworth. Data tersebut adalah ungkapan kekecewaaan Malcolm terhadap Olivia. Bagi Malcolm yang sangat memuja ibunya yakni Corrine membuat ia ingin menciptakan Corrine yang lain dengan harapan bisa memiliki anak perempuan seperti ibunya tersebut. Seseorang yang terobsesi dengan seorang figur biasanya akan mencari sosok lain sebagai pengganti, sama seperti yang terjadi dengan Malcolm, karena sangat cintanya terhadap ibunya, ia ingin menghadirkan kembali sosoknya pada diri orang lain yakni dengan memiliki seorang anak perempuan.

Namun, diceritakan bahwa walaupun Olivia tidak bisa memberi Malcolm seorang anak perempuan, ia tidak menceraikan ataupun meninggalkan Olivia untuk menikah dengan perempuan lain. Biasanya, bagi seorang suami yang tidak


(45)

bisa mendapatkan apa yang ia inginkan dalam hal ini adalah mengenai keturunan yakni seorang anak perempuan, ia akan mencari perempuan lain yang bisa mewujudkan semua itu.

4.1.2 Beradasarkan yang Dikatakan Tokoh Olivia

Pada data ini ditunjukkan gejala Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh Malcolm berdasarkan apa yang dikatakan oleh tokoh lain yakni Olivia.

Data 5

"Her name echoes throughout this mansion," he said. "Corinne," he said. "Corinne." His hands were moving down my body, pulling at my skirt. I felt the garment tear loose and slip down. His hands felt like mad little creatures at my body, in and over the undergarments, pulling, tugging, stripping me roughly.(Andrews, 1989:80)

Data di atas adalah cerita Olivia tentang Malcolm ketika mereka berdua pertama kali berhubungan intim. Dari data tersebut tergambar bahwa walaupun Malcolm telah memiliki seorang istri yang dapat mencintai dan menyayanginya lebih dari ibunya dulu tetapi tetap saja yang ada di benaknya hanyalah Corrine bahkan saat berhubungan intim sekalipun dia membayangkan ibunya tersebut.

Padahal istrinya berekspektasi dapat berhubungan intim dengan bahagia karena sosok perempuan seperti Olivia yang sebelumnya belum pernah tertarik dengan lawan jenis, pasti sangat mendambakan sesuatu hal yang romantis dari seorang laki - laki yang membuatnya jatuh cinta dan akhirnya bisa menikah. Namun, hal tersebut tidak terwujud karena Malcolm sebagai seorang suami yang seharusnya memperlakukan istrinya dengan baik dan romantis malah terkesan


(46)

seperti mengabaikannya. Bahkan pada saat malam pertama, Olivia dibuat kecewa olehnya. Malam yang sepantasnya menjadi saat – saat yang romantis bagi sepasang pengantin baru malah Olivia dibuat kecewa dan sedih karena selama berhubungan intim tersebut Malcolm menyebut nama perempuan lain selain

dirinya yakni “Corrine” ibunya, sebagaimana diilustrasikan pada data 5 di atas.

Sepasang suami istri biasanya membangun suasana romantis ketika akan berhubungan intim sehingga ia dan istrinya dapat menikmatinya. Berbeda dengan Malcolm, ia malah membangun suasana yang sangat menyesakkan bagi Olivia karena selain Malcolm menyebut nama perempuan lain tetapi juga ia memperlakukan Olivia dengan kasar yakni seperti yang diilustrasikan di atas yakni

Malcolm menggerayangi tubuh Olivia dan tangannya bergerak ke bawah tubuh Olivia dan menarik - narik roknya. Pakaian Olivia dirobek lalu Malcolm menyelinap ke bawah. Tangannya seperti makhluk kecil yang gila menyentuh tubuh Olivia lalu ia melepaskan pakaian dalamnya kemudian menarik dan menyentakkannya dengan kasar.

Selayaknya, sepasang pengantin baru menikmati malam pertama mereka dengan bahagia dan romantis dan para suami biasanya memperlakukan istri mereka dengan lembut ketika akan berhubungan intim tetapi bertolak belakang dengan tokoh Malcolm. Ia memperlakukan Olivia seperti bukan kepada istri melainkan seorang laki - laki yang melampiaskan nafsu birahinya dengan melakukan pelecehan seksual.


(47)

Tergambar bahwa walaupun Malcolm akan melakukan hubungan intim dengan istrinya tetapi yang ada dipikirkannya hanyalah Corrine yang senantiasa ia dambakan. Dari peristiwa itu menunjukkan Malcolm memiliki ciri atau tanda – tanda bahwa ia mengalami gejala Oedipus Complex.

Data 6

So now I knew what lived in the shadows of Malcolm Neal Foxworth, haunting him Now I know why he had chosen a woman like me. I was the opposite of his mother. She was the swan; I was the ugly duckling and he wanted it that way. The love I had longed for would never be mine. Malcolm's love had already been taken and de-stroyed by the woman who haunted this room. There was none left for me.(Andrews, 1989: 82)

Data 6 di atas adalah asumsi Olivia terhadap Malcolm. Berdasarkan data ini, seorang istri yang mengetahui kenyataan bahwa suaminya ternyata tidak mencintainya melainkan mencintai perempuan lain yang tidak lain adalah ibunya sendiri, ia akan merasa sedih yang amat dalam. Apalagi ia tahu bahwa perempuan tersebut sangat berbeda dengannya dalam hal fisik karena Malcolm sangat mengagumi ibunya yang mempunyai tubuh nyaris sempurna yakni langsing dan berkulit putih bermata biru. Berbeda dengan Olivia mempunyai tubuh yang besar dan hal ini yang membuat Olivia bingung karena Malcolm tetap menikahinya tetapi tidak heran bila akhirnya Malcolm memilih Olivia menjadi istrinya karena sebagai seorang laki – laki yang mengenal sosok perempuan yang demikian tidak akan mau bila harus menikah dengan perempuan seperti ibunya karena ia mempunyai ketakutan yang besar yakni perempuan tersebut akan meninggalkannya juga anak - anaknya kelak.


(48)

Bagi seorang perempuan yang mendapatkan perlakuan demikian dari suaminya akan sangat sulit untuk menjalani pernikahan tersebut karena seorang istri merasa bila dia tidak begitu dicintai oleh suaminya. Seperti halnya yang terjadi terhadap Olivia, suaminya yakni Malcolm yang masih dihantui oleh kecintaan terhadap ibunya membuat ia tidak sepenuhnya mencintai Olivia. Namun Olivia pun tidak tinggal diam, sebagai seorang istri yang penuh dengan pertanyaan dalam benaknya terus mencari kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap suaminya tersebut, sebagaimana diperlihatkan pada data 6 diatas.

Namun, sebagai seorang istri tetap saja akan merasa kecewa karena tidak bisa mendapatkan cinta tulus dari suaminya seperti yang didambakan oleh Olivia. Seluruh kasih sayang dan cinta tulusnya telah ia berikan kepada perempuan yang telah meninggalkannya yaitu Corrine, ibunya. Oleh karena itu, tidak ada lagi cinta untuk wanita lain dan yang ada hanyalah pelampiasan seperti apa yang terjadi terhadap Olivia. Hal tersebut menunjukkan gejala Oedipus Complex pada diri Malcolm.

4. 2 Dampak Oedipus Complex tokoh Malcolm Foxworth

Dampak dari gejala Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh Malcolm berpengaruh terhadap hubungan antara tokoh tersebut dengan tokoh lainnya di dalam novel Garden of Shadows karya V.C Andrews dan dampak ditunjukkan oleh beberapa data di bawah ini.


(49)

4. 2. 1 Berdasarkan yang dikatakan tokoh Alicia

Di bawah ini adalah data yang menunjukkan bahwa adanya dampak dari gejala Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh Malcolm tersebut berdasarkan apa yang dikatakan oleh tokoh lain yakni Alicia.

Data 7

"He didn't call me Alicia when he stroked my body and kissed my breasts."

For a moment I thought I couldn't breathe. I pressed my palms against my chest and tried to swallow. In my heart I knew what she was going to say now, too, but I was terrified at hearing her say it.

"He called me Corinne. I thought he was having a dream, walking in his sleep, so I tried to reason with him, to tell him I was not Corinne, that he should wake and go back to his bedroom, but he didn't hear me. (Andrews, 1989 : 227)

Data 7 di atas merupakan percakapan antara Alicia dan Olivia. Alicia mengungkapkan bagaimana Malcolm melecehkannya sebagai seorang perempuan dan ibu. Walaupun Alicia hanya seorang ibu tiri tetapi sudah sepantasnya sebagai seorang anak dari suaminya, Malcolm bersikap hormat karena bagaimana pun juga Alicia adalah istri dari ayahnya.

Data ini adalah dampak dari gejala yang diperlihatkan oleh data 6 yaitu karena sangat terobsesinya Malcolm dengan sosok ibunya membuat ia ingin menghadirkan kembali sosoknya dalam diri perempuan lain yakni memiliki anak perempuan yang mirip dengan ibunya. Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan adalah ketika Malcolm bertemu dengan perempuan yang sangat mirip dengan ibunya, ia langsung menyukainya bahkan menginginkan anak darinya. Sebenarnya, Malcolm tidak mempunyai niat untuk mempunyai anak dari


(50)

perempuan lain selain Olivia, buktinya walaupun Olivia tidak bisa memberinya seorang anak perempuan tetapi ia tidak menceraikannya.

Namun, pada saat ia bertemu dengan Alicia. Ia adalah istri baru dari ayahnya membuat Malcolm ingin merampasnya. Hal ini karena Malcolm iri dengan ayahnya. Sebagai seorang anak yang sangat mencintai dan mendambakan ibunya, Malcolm kecewa kenapa harus ayahnya yang mendapatkan sosok seperti ibunya kembali, sedangkan ia yang sungguh – sungguh mencintai sosok tersebut tidak mendapatkan keberuntungan itu. Di samping itu, ayahnya yang membuat ibu yang sangat dicintainya tersebut pergi. Oleh karena itu, ayahnya tidak pantas untuk mendapatkannya seperti yang dikatakan oleh Malcolm kepada Alicia "You are so beautiful, Alicia," he said. "So very beautiful. You should have been my wife, not his."(Andrews,1989: 185).

Pernikahan Malcolm dan Olivia yang tidak bahagia membuat mereka semakin jauh dan hubungan antara keduanya menjadi hambar. Sebuah ikatan pernikahan di mana salah satu pihak tidak sungguh – sungguh mencintai pasangannya akan sangat berat untuk dijalani, apalagi pihak tersebut mempunyai kekecewaan maka semakin rumit hubungan itu.

Saat itu, ada sosok perempuan lain yang masuk ke kehidupan Malcolm yakni Alicia. Alicia adalah gadis muda yang baru berumur 18 tahun mempunyai wajah yang cantik, tubuhnya langsing dan matanya biru. Seketika, Malcolm langsung menyukainya karena mengingatkannya kepada sosok ibunya yang dicintainya selama ini. Diceritakan bahwa Alicia adalah ibu tiri Malcolm yang


(51)

dibawa oleh ayahnya pindah ke rumah Malcolm dan Olivia. Selain itu, Malcolm juga mempunyai adik tiri dari pernikahan Alicia dan ayahnya yaitu Christopher.

Sosok Alicia yang sangat mirip dengan ibu Malcolm membuat ia menyukai perempuan itu bahkan berani untuk memperkosanya tetapi pada saat peristiwa itu terjadi tetap saja Malcolm menyebut nama Corrine ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa sosok ibu yang ada pada ingatan Malcom tidak bisa lepas apalagi Alicia sangat mirip dengan ibunya sehingga ia terdorong untuk berbuat demikian. Seperti yang diilustrasikan pada data 7 di atas.

4.2.2 Berdasarkan yang dikatakan oleh tokoh Malcolm

Data ini merupakan data yang menunjukkan dampak dari gejala Oedipus Complex yang dialami oleh tokoh Malcolm berdasarkan dari apa yang dikatakan oleh tokoh Malcolm sendiri.

Data 8

"It's the most beautiful baby in the world, isn't it? Dimpled hands and feet, golden wavy hair, the bluest of blue eyes. . . why, my mother must have looked like this when she was a baby," he cooed with a gentleness I had never before heard in his voice. "Corinne, my sweet beautiful daughter, Corinne!" (Andrews, 1989:318)

Data 8 diatas adalah ungkapan kebahagiaan Malcolm. Data ini adalah dampak dari gejala yang ditunjukkan di data 6. Data 6 memperlihatkan bahwa Malcolm sangat menginginkan seorang anak perempuan tetapi istrinya yaitu Olivia tidak dapat mewujudkannya dan akhirnya ia mendapatkannya dari ibu tirinya yakni Alicia. Bagi seseorang yang mendapatkan cintanya kembali setelah


(52)

sekian lama kehilangan sosok yang sangat berarti dalam hidupnya dan untuk Malcolm sosok yang sangat berarti itu adalah ibunya sendiri. Kemudian, ia dapat mendapatkannya kembali dalam sosok yang berbeda yakni dari sosok anaknya sendiri. Hal ini membuat Malcolm sangat bahagia karena kerinduan terhadap ibunya yang selama ini terpendam bisa dia luapkan kepada Corrine kecil dan tidak heran bila Malcolm sangat menyayanginya.

Di sisi lain, peristiwa tersebut membuat Alicia merasa tidak dihargai dan dihormati sebagai seorang ibu walaupun hanya ibu tiri oleh anak tirinya yaitu Malcolm. Alicia harus menanggung malu dan dosa karena secara tidak langsung ia sudah menyakiti dua orang sekaligus yakni suaminya, dia adalah ayah dari orang yang sudah membuatnya sangat tidak nyaman juga menantunya, Olivia. Namun berbeda dengan Malcolm, ia sama sekali tidak terlihat menyesal ataupun bersalah atas apa yang telah dilakukannya terhadap Alicia. Hal ini karena ia menyukai Alicia. Tindakan Malcolm terhadap Alicia tersebut ternyata membuat ia mendapatkan apa yang dinginkannya sejak dulu dari Olivia yaitu seorang anak perempuan yang cantik.

Sebagai seorang suami yang sudah lama ingin memiliki anak perempuan seperti yang dialami oleh Malcolm. Ia tidak bisa mempunyai anak perempuan dari istrinya karena Olivia yaitu istrinya tidak bisa mempunyai anak lagi setelah melahirkan anak kedua mereka tetapi kini ia sangat bahagia bisa memiliki seorang anak perempuan apalagi anak tersebut sangat mirip dengan ibu yang sangat dicintainya. Anak tersebut memiliki mata ibunya yakni biru dan berambut pirang bergelombang membuat siapa saja yang melihat terpesona dengan


(53)

kecantikannya. Oleh karena itu, Malcolm menamai anak itu dengan “Corrine” seperti diilustrasikan pada data 8 di atas.

Anak tersebut dinamai Corrine karena untuk seorang laki - laki seperti Malcolm yang sangat memuja ibunya dan kini ia mendapatkan sosok yang sangat mirip dengan ibunya membuatnya ingin menghadirkan kembali sosoknya melalui anak tersebut. Dengan demikian, ia tidak akan merasa sakit lagi dengan kepergian ibunya karena ada anaknya yang menggantikannya.

Hal tersebut menunjukkan kemunculan dampak Oedipus Complex yang terjadi pada Malcolm. Saking cintanya ia terhadap ibunya sampai anaknya pun yang seorang perempuan dinamai Corrine karena sosoknya yang sangat mirip dengan ibu dia.

4.2.3 Berdasarkan yang dikatakan oleh Tokoh Olivia

Pada data ini, ditunjukkan mengenai dampak yang ditimbulkan dari gejala Oedipus Complex tokoh Malcolm berdasarkan apa yang dikatakan oleh tokoh Olivia.

Data 9

He seemed to ignore Mal and to blame Joel for not being a daughter, the daughter I never realized he wanted so much. He was even more intolerant of the sound of Joel's crying and often spent days without seeing or speaking to either child. If he had been intolerant, of Mal's growing process, he was an ogre about Joel's.(Andrews, 1989:113)

Data 9 di atas adalah persepsi Olivia terhadap Malcolm. Dari data ini terlihat bahwa Malcolm tidak menyayangi Mal dan Joel, Malcolm malah


(54)

menyalahkan mereka karena tidak terlahir sebagai anak perempuan, sebagaimana diperlihatkan data 3 di atas.

Data ini adalah dampak dari gejala yang diilustrasikan pada data 6 yakni Malcolm sangat mendambakan anak perempuan sehingga pada saat ia harus menerima kenyataan bahwa anaknya merupakan laki – laki, Malcolm cenderung tidak menyayangi mereka. Sebagai seorang istri, Olivia tahu bahwa ia telah membuat Malcolm kecewa karena tidak bisa melahirkan seorang anak perempuan tetapi apa daya semua itu adalah kehendak yang Maha Kuasa dan bagi seorang istri kebahagiaan suami adalah prioritas utama. Dengan demikian, ia pun ingin mempunyai anak lagi tetapi niatnya terhalang karena setelah kehamilannya yang kedua dia tidak bisa hamil lagi.

Kehadiran Corrine kecil membuat hubungan antara Malcolm dan kedua anak laki – lakinya yakni Mal dan Joel menjadi semakin jauh. Mal dan Joel adalah anak dari pernikahannya dengan Olivia. Namun, Malcolm tidak menyayanginya karena mereka bukan anak perempuan seperti Corrine kecil. Hal ini disebabkan karena kekagumannya terhadap ibunya membuat Malcolm sangat mendambakan anak perempuan yang mirip dengan ibunya itu.

Sebagai seorang ibu, Olivia sangat sedih melihat hubungan anaknya dengan Malcolm. Sosok ayah yang seharusnya mereka dapatkan untuk mendidik, memberi kasih sayang dan rasa aman, sama sekali tidak mereka rasakan. Bagi seorang anak akan jauh lebih menyenangkan bila bisa bermain dengan ayahnya karena kedekatan antara ayah dan anak dapat dibangun pada saat mereka bermain bersama - sama. Begitu juga yang diinginkan oleh Mal dan Joel, mereka ingin


(55)

merasakan hal yang sama seperti keluarga yang lainnya. Sebagai contoh, pergi berjalan - jalan di jembatan layaknya keluarga pada umumya lengkap bersama ayah dan ibunya sambil berpegangan tangan, bersenda gurau dan saling melempar senyum bahagia atau hanya sekedar bermain di rumah itu pun tidak Malcolm lakukan untuk membuat anak – anaknya bahagia karena ia hanya fokus untuk bekerja.

Bagi seorang wanita apalagi sudah menjadi seorang istri, tentu akan sangat menyakitkan bila divonis tidak bisa mempunyai anak lagi. Selain itu dengan tekanan yang didapatkan dari suaminya seperti Malcolm yang sangat menginginkan anak perempuan sedangkan Olivia tidak dapat mewujudkannya yang membuatnya semakin menderita. Jauh di lubuk hati Olivia yang paling dalam, sebagai seorang istri ingin sekali bersama – sama merawat kedua anaknya dengan Malcolm. Misalnya, pada saat Malcolm menghabiskan waktunya di rumah, hal ini seharusnya menjadi momen yang tepat untuk seorang ayah dapat lebih dekat dan mengenal anaknya, bisa bermain dengannya, serta mengetahui tumbuh kembangnya. Namun hal itu tidak dilakukannya karena selama di rumah Malcolm sama sekali enggan berbicara dengan mereka ataupun sekedar melihatnya. Sepanjang hari, ia hanya habiskan waktunya dengan kerja sampai larut malam selama di rumah, bahkan sekedar untuk makan malam bersama keluarga saja Malcolm sangat sulit untuk dilakukan.

Malcolm memang sangat menginginkan anak perempuan karena ia ingin menciptakan Corrine - Corrine lain yang akan hidup di dalam diri anak mereka nantinya. Hal ini karena Malcolm sangat mencintai ibunya sehingga ia tidak dapat


(56)

melepaskan diri dari bayang - bayang ibunya yang selalu menghantuinya setiap saat dan hal ini akibat dari dampak Oedipus Complex yang ia alami.

Data 10

"You don't understand." He shook his head and waved his hand in front of his face as though he were clearing away cobwebs. "It will be my way to keep constantly aware of the deceitful, beguiling ways of beautiful women, or I may allow myself to believe and trust in her too much. As much as I love her already, every time my lips say 'Corinne,' I will be reminded of my betraying mother who promised to stay and love me until I was a man. I will never be so hurt again," he concluded, nodding with the same kind of certainty he had when he made his pronouncements about the business world.(Andrews,1989:318)

Kelahiran Corrine kecil membuat Malcolm begitu bahagia seperti tergambar pada data 10 di atas. Data tersebut adalah percakapan antara Malcolm dan Olivia. Data 10 di atas merupakan dampak yang ditimbulkan dari gejala Oedipus Complex. Seseorang yang sangat memuja orang lain seperti halnya Malcolm yang sangat mencintai ibunya akan sangat sulit untuk melupakan sosok tersebut, sehingga apapun yang ia lakukan pasti akan berhubungan dengan ibunya. Misalnya, ketika Malcolm memiliki seorang anak perempuan yang sangat mirip dengan ibunya, ia merasa sosoknya ada dalam diri anak itu. Hal ini seperti seseorang yang kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya lalu ia bisa mendapatkan lagi sosok tersebut walaupun dengan orang yang berbeda tetapi setidaknya dapat mengobati kerinduan yang selama ini dirasakan. Begitu pula dengan Malcolm yang kembali mendapatkan sosok ibunya dalam diri anak tersebut, walaupun sedikit menyakitkan karena ia juga mengingat kepergian ibunya.


(57)

Corrine kecil membuat Malcolm mendapatkan kembali cintanya juga sekaligus mengingatkannya kepada masa lalu yang pahit. Meskipun seperti itu, Malcolm tetap saja bahagia dengan kehadirannya dalam hidupnya yang kosong setelah ditinggalkan oleh ibu yang sangat ia sangat sayangi dan cintai itu.

Di sisi lain, sebagai seorang istri Olivia harus menerima kenyataan bahwa setelah Alicia melahirkan, ia pergi meninggalkan rumah dan menitipkan Corrine kecil untuk dirawat serta dianggap anaknya sendiri oleh Olivia. Hal ini pasti sangat berat dijalani olehnya karena istri mana yang rela merawat dan menganggap anak dari hasil perselingkuhan suaminya, tetapi Olivia menerima semua itu dengan sabar dan ikhlas.

Dampak dari kesabaran dan keikhlasannya karena sudah merawat Corrine kecil adalah ia sangat disayangi dan dicintai oleh anak tirinya tersebut. Memang, Corrine kecil dirawat oleh Olivia sejak bayi dan tentu saja ia berpikir bahwa Olivia adalah ibu kandungnya.

Di samping itu, penyebab Alicia pergi karena suaminya yakni Garland meninggal dunia. Garland meninggal pada saat mengetahui bahwa anaknya akan menyakiti istrinya seperti yang dikatakan Alicia kepada Olivia “Garland heard it and came to the doorway in time to see Malcolm trying to smother me with his body."(Andrews, 1989:204). Seketika, Garland segera menarik Malcolm dari tempat tidur. Layaknya sebagai seorang suami yang memergoki istrinya bersama laki – laki lain, Garland langsung naik pitam lalu menghajar Malcolm dan mereka pun terlibat perkelahian sengit. Perkelahian tersebut terus berlanjut sampai


(1)

54 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis menjelaskan mengenai simpulan yang didapat dari penelitian ini dan saran bagi peneliti atau mahasiswa/mahasiswi sastra inggris UNIKOM yang tertarik atau akan melanjutkan untuk meneliti kajian ini khususnya tentang topik Oedipus Complex.

5.1 Simpulan

Dalam novel Garden of Shadows karya V.C Andrews, penulis menemukan 6 data yang menunjukkan bahwa tokoh Malcolm Foxworth mengalami gejala dan 6 data yang menunjukkan dampak Oedipus Complex sebagai simpulan dari rumusan masalah yang pertama yakni gejala Oedipus Complex yang bisa dilihat dari tokoh tersebut dan dampak dari gejala tersebut terhadap tokoh lainnya.

Di bawah ini adalah simpulan yang didapat penulis berdasarkan rumusan masalah tersebut, yaitu :

1. Tokoh Malcolm sangat bergantung terhadap sosok ibunya karena ia seorang anak laki - laki tunggal yang tidak memiliki teman sebaya atau sosok ayah yang bisa mengajaknya bermain. Maka dari itu, tokoh tersebut sangat dekat dengan ibunya sehingga ia merasa bahwa ibunyalah yang selalu ada untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya sehari-hari. Gejala Oedipus Complex ini dapat dilihat pada data 1, 2 dan 3. Selain itu, pada data 4, 5 dan 6, penulis menemukan bahwa tokoh tersebut memiliki


(2)

55

keterikatan yang mendalam dengan ibunya dan tumbuh rasa cinta serta hasrat ingin memilikinya sehingga ia cemburu bila sang ibu bersama laki – laki lain. Selain itu, tokoh Malcolm sangat terobsesi dengan ibunya karena apapun yang dilakukannya selalu berkaitan dengan sosok tersebut bahkan ia membayangkan bisa berhubungan seksual bersamanya.

2. Dampak yang timbul dari gejala Oedipus Complex yang dialami Malcolm adalah bahwa dia menyukai perempuan hanya karena mirip dengan ibunya sehingga ketika ayahnya memiliki istri baru yakni Alicia, ia langsung menyukainya bahkan ia berani memperkosa ibu tirinya tersebut dan dampak ini ditunjukkan oleh data 7 Malcolm. Selain itu, Malcolm lebih menyukai anak perempuan dibanding anak laki-laki karena anak perempuan tersebut dapat menggantikan sosok ibunya yang telah pergi, sehingga walaupun tokoh tersebut sudah mempunyai 2 orang anak laki-laki yakni Mal dan Joel dari pernikahannya dengan Olivia tetapi ia sama sekali tidak menyayangi mereka berdua. Dampak ini ditunjukkan oleh data 9. Sebagai tambahan, Malcolm cenderung over protective dan posesif terhadap anak perempuannya yang ia dapatkan dari Alicia yakni Corrine kecil. Tokoh Malcolm memberi nama anaknya tersebut dengan Corrine karena ia sangat mirip dengan ibunya, sehingga tokoh tersebut sangat memujanya dan dampak ini ditunjukkan oleh data 8,10,11 dan 12.


(3)

56

5.2 Saran

Saran penulis mengenai penelitian ini adalah Oedipus Complex bukan hanya berkaitan dengan gangguan seksual tetapi juga dapat berkaitan dengan ketergantungan kepada seseorang. Oleh karena itu, untuk menganalisisnya dapat menggunakan teori gangguan seksual atau lebih kepada psikisnya karena dari analisis yang sudah dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, seseorang yang mengalami gejala Oedipus Complex cenderung tidak menyadari bahwa ia mengalami gejala tersebut.

Di samping itu, penulis menyarankan kepada peneliti yang ingin menganalisis novel Garden of Shadows karya V.C Andrews bisa menganalisis mengenai isu resistensinya yakni ada perlawanan dalam diri tokoh Malcolm Foxworth. Setiap kali tokoh Malcolm mengingat ibunya, ia merasa bahagia membayangkan momen terindah ketika bersama orang yang sangat dicintainya namun pada saat yang sama ia berubah menjadi marah dan kecewa terhadapnya. Hal ini menunjukkan adanya perlawanan dalam benak tokoh tersebut.


(4)

(5)

(6)