Persepsi Pemustaka Terhadap Layanankatalog Online Dalam Pencarian Informasi Di Perpustakaan Universitas Negeri Padang

(1)

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANANKATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI

PADANG

SKRIPSI

Oleh:

IRSYADI IRMAN

NIM 120723016

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN

KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang begiti besar, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Persepsi Pemustaka terhadap Layanan Katalog Online Dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Dalam penyelesaian skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat adanya bimbingan, motivasi dan bantuan dri brbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Ucapan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, terimakasih teristimewa penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta WILDAWARNIS, S.Pd., dan Ayah terbaik sedunia IRMAN, S.pd., nenekku Hj. NURIJAH BINTI

RASYID, adinda tersayang RAHMI FADHILAH, A. Md., yang selalu

memberikan motivasi dan semangat kepada Penulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU 2. Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya

3. Ishak, S.S, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan waktu, semangat serta bimbingan dan arahan bagi Penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

4. Drs. Jonner Hasugian, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan banyak bimbingan dan saran yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini


(4)

5. Drs. Yunaldi, M.Si. selaku Kepala Perpustakaan UNP, yang telah memberikan ijin dan kesempatan serta bantuan kepada Penulis dalam melakukan observasi dan pengumpulan data penelitian

6. Kepada teman-teman seperjuangan, Fahrul Rozi, S. Sos., Fandi Ahmad, A.Md., Fetridal Andri, S.Sos., Riyan Sanjaya, S. Sos., Septia Munawarah, A. Md., Shinta Tri Septiani, S. Sos., Yusfebri Rahmayanti, S. Sos., Pri Utami, S. Sos., serta yang lainnya yang telah memberikan semangat untuk Penulis.

7. Kepada yang spesial bagi penulis, Indah Sutra Elita, A. Md., yang terus memberikan semangat dan dukungan serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Kepada sahabat-sahabat terbaik, Lailatur Rahmi, S. Sos., dan Feni Rusydiani Silvi, S. Sos., yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian, dan juga semangat serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini

9. Kepada sahabatku Sherly Glauri, S. PdI., yang telah memberikan motivasi dan semangat bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga semua yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan dari Allah SWT.

Medan, 26 November 2014 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……... ... ... i

KATA PENGANTAR... ... ii

DAFTAR ISI ……... ... ... iv

DAFTAR TABEL... ... vi

DAFTAR GAMBAR... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ... viii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Rumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Ruang Lingkup ... 4

BAB IIKAJIAN TEORI Online Public AccessCatalog (OPAC) .. ... 5

Pengertian ... . 5

Tujuan dan Fungsi ... . 6

Perkembangan Katalog ... . 9

Sistem Penelusuran ... ... . 13

Prosedur Penggunaan ... . 16

Kelebihan dan Kekurangan ... . 18

Manfaat OPAC ... 19

Sistem Temu Balik Informasi (STBI) ... . 20

Pengertian ... . 20

Komponen... ... 20

Persepsi ... 21

Pengertian ... 21

Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi... 22

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 25

3.2Lokasi Penelitian ... 25

3.3Populasi dan Sampel ... 25

3.4Skala Pengukuran ... 26

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.6Kisi-kisi Kuisioner ………... 27

3.7Analisis Data ………... 27

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP ... 29


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 47 5.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 27

Tabel 4.1 ... 37

Tabel 4.2 ... 38

Tabel 4.3 ... 39

Tabel 4.4 ... 40

Tabel 4.5………...…... 41

Tabel 4.6………... 41

Tabel 4.7 ... 42

Tabel 4.8 ... 43

Tabel 4.9 ... 44

Tabel 4.10 ... 44

Tabel 4.11 ... 45

Tabel 4.12………... 46

Tabel 4.13 ………...…... 46

Tabel 4.14 ... 47

Tabel 4.15 ... 48

Tabel 4.16 ... 49

Tabel 4.17 ... 49


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 51

Lampiran 2 ... 54

Lampiran 3 ... 58

Lampiran 4 ... 59

Lampiran 5 ... 68


(10)

ABSTRAK

Irman, Irsyadi. 2014. “PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN

KATALOG ONLINE DALAM PENCARIAN INFORMASI DI

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog onlinedalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang, 25131.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Perpustakaan UNP Periode 2012 – 2013, yang telah mendapatkan pengarahan dalam melakukan pencarian informasi di OPAC dan perpustakaan sebanyak 34.867 orang. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin, dari jumlah populasi sebesar 34.867 orang maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang. Individu sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak atau kebetulan (accidental sampling).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPAC di perpustakaan UNP masih belum dapat membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian informasi koleksi di perpustakaan. Hal ini terlihat dari 47% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat membantu dalam pencarian informasi, 45% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan dapat menunjukkan dan menampilkan seluruh karya yang dikarang dan 65% responden menyatakan setuju OPAC di perpustakaan mampu memberikan gambaran keberadaan koleksi dan kekayaan koleksi yang dimiliki perpustakaan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi sekarang ini semakin menjamur keberadaannya sehingga kebutuhan akan informasi juga semakin meningkat baik di kalangan mahasiswa, pelajar, umum dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka disediakan wadah yang dapat memberikan layanan informasi terutama informasi tentang literatur agar bisa dijangkau oleh publik salah satunya adalah perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Perpustakaan adalah institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Mahasiswa sangat membutuhkan informasi yang lengkap untuk menunjang proses belajar di perguruan tinggi, untuk itu disediakanlah sebuah perpustakaan yang menyediakan segala kebutuhan mahasiswa akan informasi sesuai dengan apa yang dipelajari dan dibutuhkannya. Perpustakaan ini disebut dengan perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991, 52). Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan sumber informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena itu pengelolaannya harus baik dan maksimal, baik dalam pengadaan bahan-bahan pustakan, penempatan tenaga pustakawan, maupun dalam pengelolaan koleksinya, sehingga ketika pemustaka mencari informasi di perpustakaan tidak mengalami


(12)

kesulitan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Sepanjang sejarah, perpustakaan merupakan satu-satunya pranata ciptaan manusia, tempat manusia dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas ruang lingkupnya. Oleh karena itu masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai efek sosial, ekonomi, politik dan edukatif (Sulistyo-Basuki, 2004, 3).

Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan suatu unit kerja yang ada di UNP yang mempunyai tugas mengadakan, mengolah, menyajikan, melestarikan, dan menyebarluaskan koleksi bahan pustaka yang ada untuk mendukung pencapaian program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan UNP juga menjadi perpustakaan pusat bagi seluruh mahasiswa UNP untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Menurut data yang diperoleh dari koordinator bidang layanan teknis perpustakaan UNP melalui observasi langsung, Perpustakaan UNP memiliki koleksi buku teks sebanyak 42.521 judul yang terdiri dari 200.996 eksemplar, pada kenyataannya di OPAC hanya terdapat 19.469 judul dan 98.573 eksemplar yang dientri ke OPAC, kemudian jumlah anggota perpustakaan pada tahun ajaran 2012/2013 adalah sebanyak 34.867 mahasiswa, dan komputer yang disediakan untuk mengakses layanan OPAC (Online Public Access Catalog) sebanyak dua unit komputer.

OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses oleh pemustaka untuk menelusuri data catalog yang disediakan oleh perpustakaan. Penerapan OPAC di perpustakaan disamping menghemat waktu pengguna dalam penelusuran, juga mampu meningkatkan keefektifan pencarian informasi yang dilakukan oleh pemustaka. Apabila OPAC diterapkan oleh perpustakaan perguruan tinggi, fungsinya tidak hanya memudahkan pemustaka mendapatkan temu kembali informasi yang dibutuhkannya, serta mampu meningkatkan kinerja pustakawan dalam melakukan pelayanan terhadap pemustaka.

Pencarian informasi melalui OPAC bisa efektif apabila semua komponen penting dalam pencarian informasi telah terpenuhi, seperti:

a. User, yaitu pemustaka atau orang yang melakukan pencarian informasi di perpustakaan


(13)

b. Query/keyword, yaitu kata kunci yang digunakan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan melalui OPAC

c. Dokumen, yaitu informasi yang tersedia di perpustakaan dan data-datanya telah dientri atau dimasukkan ke OPAC

d. Indeks, yaitu daftar informasi koleksi yang dimiliki perpustakaan yang datanya disusun menurut subjek, pengarang, ataupun judul koleksi dan dientri ke OPAC

e. Machine, yaitu alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan untuk membantu pemustaka dalam melakukan pencarian informasi, agar lebih menghemat waktu dan tenaga, dan juga membantu pemustaka mengetahui informasi koleksi apa saja yang disediakan oleh perpustakaan.

Namun pada kenyataannya terdapat beberapa hal yang masih kurang memenuhi persyaratan dalam pelayanan OPAC terhadap pemustaka saat melakukan penelusuran informasi. Berdasarkan pengamatan awal penulis, kunjungan yang dilakukan di perpustakaan UNP bahwa alat penelusuran OPAC tersebut belum memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka, yaitu dari hal temu balik informasi. Hal ini terlihat ketika pemustaka menelusur informasi mengenai keberadaan bahan pustaka yang sedang tersedia di perpustakaan. Pada OPAC dijelaskan koleksi sedang tersedia, sedangkan kenyataannya setelah pemustaka menuju rak, koleksi yang diinginkan sedang tidak tersedia.

Permasalahan lainnya adalah kurangnya minat pengguna untuk memanfaatkan layanan OPAC dalam melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan di perpustakaan, walaupun perpustakaan UNP sendiri telah menyediakan sarana dua unit komputer untuk penelusuran melalui OPAC. Kebanyakan pengguna yang datang mengabaikan layanan OPAC yang disediakan perpustakaan dan langsung menuju ke rak koleksi untuk mencari informasi atau bahan pustaka yang dibutuhkan. Hal ini cenderung membuat temu kembali informasi yang dilakukan oleh mahasiswa memakan waktu yang cukup lama dan kurang efisien.


(14)

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya layanan OPAC yang disediakan oleh perpustakaan UNP penulis ingin melakukan penelitian tentang “Persepsi Pemustaka Terhadap Layanan Katalog Online dalam Pencarian Informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan persepsi pemustaka terhadap layanan katalog online dalam pencarian informasi di perpustakaan Universitas Negeri Padang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan katalog online dalam pencarian informasi di Perpustakaan Universitas Negeri Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:

a. Bagi perpustakaan UNP, dapat meningkatkan kualitas layanan OPAC bagi pemustaka khususnya dalam pelayanan penelusuran atau temu kembali informasi di perpustakaan UNP.

b. Bagi penelitian selanjutnya, agar menjadi referensi dan bahan rujukan tambahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi peneliti, dapat mengetahui dan lebih memahami lagi tentang manfaat OPAC di perpustakaan Perguruan Tinggi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang limgkup dalam penelitian ini meliputi pemanfaatan OPAC, penelusuran OPAC, dan prosedur penggunaan OPAC di perpustakaan UNP.


(15)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Online Public Acces Catalog (OPAC)

2.1.1 Pengertian

OPAC adalah suatu sarana yang disediakan oleh perpustakaan untuk mempermudah pemustaka dalam melakukan penelusuran sebuah atau beberapa informasi suatu koleksi yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Ishak (2009, 100) pengertian OPAC adalah “Katalog Online atau disebut juga dengan Online Public Access Catalog (OPAC) adalah database

online yang berisikan koleksi bahan perpustakaan satu perpustakaan atau kelompok perpustakaan”.

Sedangkan menurut Hasugian (2009, 155) “OPAC adalah suatu sistem temu balik informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file cantuman dan indeks. Hal ini menghasilkan pangkalan data yang dapat ditelusur sebagai sisi keluaran (output) dari sistem”.

Supriyanto (2008, 134) juga menyatakan pengertian Online Public Acces Catalog (OPAC) adalah sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi Perpustakaan yang dapat diakses oleh umum.

Pendapat lain dikemukakan oleh Corbin (1985) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) menyatakan bahwa:

“OPAC merupakan katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari satu atau beberapa koleksi Perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya dan dibuat secara online serta sebagai sarana untuk dapat memeriksa status dari suatu bahan Perpustakaan”.

Pengertian diatas memberikan penjelesan tentang pentingnya OPAC dalam penelusuran informasi bagi pengguna. Perpustakaan harus menyediakan suatu layanan yang memberikan pemahaman penggunaan melalui pendidikan pemakai. Pendidikan pemakai awal dalam memberikan wawasan ilmu pengetahuan dalam penggunaan OPAC.

OPAC di UNP adalah salah satu sarana atau layanan katalog online yang disediakan perpustakaan untuk memberikan kemudahan bagi pemustaka dalam melakukan pencarian koleksi dan temu kembali informasi di perpustakaan. Selain


(16)

itu, OPAC di UNP dapat diakses oleh umum tanpa harus datang langsung ke perpustakaan, karena sistem OPAC di UNP telah berbasis web, pemustaka dapat mencari informasi koleksi yang tersedia di perpustakaan dengan cepat dan tepat tanpa harus datang ke perpustakaan, sehingga pencarian informasi koleksi oeh pemustaka lebih efektif dan efisien.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi

Setiap perpustakaan mempunyai alasan tertentu untuk mengembangkan sistem kerumahtanggaannya, dari sistem manual menjadi sistem yang menggunakan komputer. Walaupun alasan-alasan tetrsebut ada yang bersifat spesifik untuk perpustakaan tertentu, tetapi biasanya terdapat beberapa alasan yang berlaku umum bagi semua perpustakaan.

Salmon (1985, 20) menyatakan ada sejumlah alasan yang valid untuk mengaplikasikan komputer (automasi) di perpustakaan, antara lain ialah untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat atau lebih murah dibanding dengan sistem manual atau untuk memberikan suatu pelayanan baru.

Selain pendapat itu, Duval (1992, 23) juga menyatakan bahwa:

“dari berbagai alasan untuk melakukan automasi di perpustakaan, alasan berikut adalah yang paling sering dijumpai dan dikutip yaitu meningkatkan efisiensi pemrosesan (increased processing efficiency), memperbaiki layanan kepada pengguna (improvedservice to users), penghematan dan penekanan pembiayaan (saving money and containing cost), memperbaiki administrasi dan informasi manajemen (improved administrative and management information) sebagai jawaban atas kegagalan system manual dan sebagai suatu basis untuk melakukan reorganisasi. Satu hal menarik dari alasan di atas ialah perbaikan administrasi dan informasi manajemen. Hal ini dipandang sangat penting karena kegagalan perpustakaan termasuk perpustakaan perguruan tinggi untuk melakukan fungsinya ialah karena tidak didukung oleh administrasi dan informasi manajemen yang baik”. Sistem perpustakaan yang berbasis komputer akan dapat dengan mudah menghasilkan berbagai jenis statistik berkenaan dengan kegiatan perpustakaan. Misalnya sirkulasi, pengatalogan, pengadaan dan sebagainya. Ketersediaan informasi pada sistem yang berbasis komputer, akan mengakibatkan pengambilan keputusan manajemen yang cenderung akurat, efisien dan efektif.


(17)

Dalam kegiatan sehari-hari, pemakai akan menjumpai pemakaian komputer walaupun intensitasnyan berbeda-beda. Misalnya pemakai akan menemui penggunaan komputer di Bank, pemesanan tiket pesawat terbang ataupun disekolah dan perguruan tinggi. Dalam kegiatan tersebut pemakai akan senang menggunakan jasa perpustakaan bantuan komputer asal saja sistem komputer yang dipasang di perpustakaan memenuhi persyaratan-persyaratan sistem komputer.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 93), menyatakan alasan pemanfaatan teknologi informasi yang memudahkan pemustaka, yaitu:

a. Efektif biaya, artinya penggunaan sistem berbantuan komputer tidak berbeda dengan biaya metode manual.

b. Nyaman, Artinya mudah diperoeh

c. Penggunaannya mudah, artinya instruksi yang diberikan jelas, prosedur yang digunakan langsung tidak berbelit-belit

d. Penggunaannya sistem berbantuan komputer dianggap lebih mentereng, dan secara ekonomis menarik serta lebih bergengsi

e. Menghibur artinya komputer merupakan mainan baru bagi pemakai. Sedangkan Saleh (1996, 158) menyatakan beberapa hal yang menjadi alasan untuk menyediakan OPAC perpustakaan antara lain :

1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan

Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam. Pemakai yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari layanan-layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan penelusuran CD ROM dan lain-lain.

2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu

Sebelum adanya OPAC perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan, sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu. Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat. 3. Keragaman media informasi yang dikelola

Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti multimedia, audio visual kini banyak dikoleksi oleh perpustakaan.

4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi

Selain kecepatan dalam memperoleh informasi, pemakai juga membutuhkan ketepatan informasi yang didapatkannya dari perpustakaan. Pertanyaan-pertanyaan tentang informasi secara spesifik harus bisa dijawab secara spesifik pula. Dengan bantuan teknologi


(18)

komputer pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.

Menurut Siregar (2004, 57) pengertian katalog online ialah:

“katalog online merupakan peralihan dari bentuk manual ke bentuk

online, disamping banyak menghemat waktu pemustaka dalam penelusuran, OPAC juga mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan pengatalogan bahan pustaka baru. Katalog elektronik terbukti mampu mempromosikan koleksi perpustakaan sehingga penggunanya semakin tinggi”.

Menurut Cutter yang dikutip oleh Darmono (2001, 87) tujuan pengkatalogan adalah:

1. Memudahkan seseorang menemukan sebuah karya yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya

2. Memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama pengarang, subjek dan jenis literaturnya

3. Membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisinya secara bibliografis dan karakternya (topik).

Sedangkan menurut Kusmayadi (2006, 53) Tujuan penyediaan OPAC adalah :

1. Pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan.

2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi.

3. Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

4. Mempercepat pencarian informasi.

5. Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan luas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan penyediaan OPAC di perpustakaan adalah untuk memberi kepuasan kepada pengguna dan staf perpustakaan dan mempercepat pencarian informasi yang tersedia di perpustakaan.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Yusup (1995, 76) bahwa fungsi katalog secara umum adalah sebagai berikut :

a. Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan-bahan lain dengan menggunakan lambang-lambang angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil (call number).


(19)

b. Mendaftarakan semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subyek buku yang bersangkutan, ke dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.

c. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi katalog secara umum adalah untuk menunjukkan tempat suatu buku, menginventarisasikan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan, serta memberikan kemudahan untuk mencari koleksi yang ada di perpustakaan. Katalog mempunyai fungsi yang harus dijalankan saat penelusuran informasi.

2.1.3 Perkembangan Katalog

Peningkatan dan perkembangan jumlah informasi yang ada, membuat kebutuhan akan informasi juga ikut meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan katalog harus dikembangkan dari waktu ke waktu. Perkembangan katalog ini memungkinkan pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan menjadi lebih cepat dan akurat.

Menurut Horgan (1994) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152) menyatakan bahwa:

“bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan bentuk fisiknya. Sebelum katalog online muncul, telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu”.

Sedangkan Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 152) menyatakan bahwa:

“katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog berbentuk kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog komputer terpasang (online computer catalog)”.

Selain penjelasan di atas, Hasugian (2009, 152) juga menjelaskan bahwa: “katalog berbentuk buku telah lama digunakan di perpustakaan, katalog tersebut se ring juga disebut katalog tercetak (printed catalog). Keuntungan dari katalog berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah


(20)

disebarluaskan ke perpustakaan lain. Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi.

Kelemahan dari katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berarti katalog sebelumnya harus diperbaharui kembali, atau setidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah. Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang, maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.

Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama bila melakukanpenelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah- milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya”.

Taylor (1992) yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) juga menjelaskan bahwa:

“bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro. Katalog berbentuk mik ro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan

computer-output microform (COM). COM dibuat pada salah satu bentuk microfilm atau microfiche. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya. Namun di sisi lain,banyak pelanggan menemukan versi microficheyang tidak menyenangkan digunakan. Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut dengan online public access catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telah digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC cepat menjadi pilihan katalog yang digunakan di berbagai jenis perpustakaan. Dari berbagai bentuk fis ik katalog yang telah digunakan di perpustakaan, ternyata OPAC dianggap paling luwes ( flexible ) dan paling mutakhir”.


(21)

Katalog dan automasi perpustakaan semakin berkembang dari tahun ke tahun, bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi format dan sistem katalog juga ikut berkembang. Hal ini dinyatakan oleh Hasugian (2009, 156) bahwa:

“1. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an. Pada tahun 1960-an, pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog terpasang (online) dianggap masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970-an, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal. 2. Pertengahan Tahun 1970-an. Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi di perpustakaan. Perkembangan pada masa ini juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan pemanfaatan bersama pada berbagai perpustakaan.

3. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an. Pada era ini, penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi. Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini ialah penyediaan paket perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey system untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980-an.

4. Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980-an. Pada masa ini, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system) untuk manajemen perpustakaan. Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak perpustakaan mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem. Banyak perpustakaan atau institusi yang menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC.

5. Tahun 1990-an. Pada tahun ini, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendiri (proprietary systems) bergerak kearah sistem terbuka. Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa dijalankan pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini, memisahkan perangkat lunak (software) menjadi client dan sever. Agar client dan sever dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam protokol komunikasi antar client dan sever (client-server communication protocol) ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sistem OPAC dipengaruhi oleh artikel yang ditulis oleh Don Swanson yang berisikan pemikirannya tentang katalog di masa depan yang dapat memenuhi


(22)

kebutuhan pengguna. Selain itu, perkembangan sistem OPAC semakin berkembang pesat dari kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan pengguna akan teknologi informasi sehingga penggunaan katalog kartu atau katalog manual lainnya sudah tidak sesuai lagi digunakan di perpustakaan. Oleh sebab itu, banyak perpustakaan yang beralih ke katalog online atau OPAC. Kemudian sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem sehingga sistem OPAC menjadi lebih baik dari masa ke masa.

Kebutuhan akan informasi membuat pemustaka lebih menginginkan akses yang lebih cepat ke sebuah perpustakaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan, hal ini menyebabkan OPAC dikembangkan lagi supaya bisa diakses oleh pemustaka

Menurut Tharom (2001, 64) menyatakan bahwa:

“Web merupakan kumpulan dokumen–dokumen yang tersebar di mesin– mesin di internet. Dokumen ini biasa disebut page (halaman HTML). Tiap page mengandung link ke page yang lain di mesin yang lain di internet. Halaman web yang melakukan point ke halaman yang lain ini dinamakan menggunakan hypertext. String yang melakukan link ke halaman yang lain disebut dengan hyperlink)”.

Dalam layanan informasi perpustakaan, semula pemakai hanya dapat menemukan informasi yang ada di perpustakaan tersebut secara manual, kemudian berkembang dengan memanfaatkan komputer dan intranet dapat ditelusur melalui OPAC, dan berkembang lagi dapat diakses melalui internet atau yang sekarang dikenal dengan istilah Web 1.0. Dengan cara ini pemakai sudah banyak yang terpuaskan karena dapat dengan cepat menemukan informasi yang mereka butuhkan.

Berbagai jenis program telah dikembangkan untuk penelusuran online ini. Tetapi cara penelusuran informasi perpustakaan ini masih bersifat satu arah atau

one-way flow of information, yang hanya kita bisa baca tanpa bisa berkomentar. Perkembangan terbaru saat ini adalah munculnya konsep yang dapat memenuhi syarat perpustakaan yang berorientasi pemakai. Konsep ini dikenal dengan nama

Library 2.0, yang dapat memberikan layanan informasi yang bersifat dua arah, dan lebih interaktif. Dengan Library 2.0, layanan perpustakaan benar-benar dapat


(23)

menampilkan bermacam-macam hal seperti photo, music, data, blog, Wikipedia, Facebook, Friendster, sampai dengan dunia virtual semacam “Second Life.”

Pemakai dapat „berkomukasi‟ dengan sistem, bekerjasama, dan saling melengkapi.

Perkembangan dari perpustakaan biasa atau „konvensional‟ ke perpustakaan elektronik dan kemudian ke perpustakaan digital sangat terkait dengan perubahan karya-karya informasi dan perubahan layanan informasi, yang pada akhirnya menuntut perubahan pekerjaaan pustakawan. Sistem pengelolaan perpustakaan pun tentu saja juga berkembang, dari pemanfaatan program-program yang bisa untuk automasi perpustakaan, dengan menampilkan kartu katalog perpustakaan, katalog „On-line’, yang dibuat oleh pustakawan, sampai pada sistem dimana pemakai dapat „memasukkan/ meng-entry‟ sendiri artikel/buku

yang mereka miliki dan membuat katalog sendiri.

Apabila layanan OPAC perpustakaan berkembang menjadi Web, maka pemustaka atau masyarakat akan lebih mudah lagi mendapatkan informasi yang dibutuhkan di sebuah perpustakaan, karena pemustaka hanya perlu mengakses situs Web sebuah perpustakaan dan mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga pemustaka dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cepat tanpa harus menyediakan waktu untuk melihat dan mencari langsung informasi yang dibutuhkan ke perpustakaan.

2.1.4 Sistem Penelusuran

Sistem penelusuran sangat diperlukan dalam menelusuri informasi, supaya pemustaka menjadi lebih mudah dalam mencari sebuah informasi, dan juga tidak membuat pemustaka menjadi bingung dalam menentukan kata kunci apa yang harus diketik untuk sebuah informasi tertentu yang dibutuhkan.

Menurut Hasugian (2004, 6) mengemukakan ada beberapa jenis penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC, yaitu :

1. Penelurusan dengan browsing (browse searching). Penelurusan dengan teknik browse, yaitu menelusuri dengan memeriksa satu persatu cantuman dari dokumen yang ada, proses ini memang akurat, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga kurang efisien untuk dilakukan.


(24)

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching). Penelurusan dengan menggunakan kata kunci (keyword) tertentu sebagai query. Kata kunci bisa berubah menjadi istilah atau kata yang dirumuskan secara bebas atau kata/istilah baku/standar.

3. Penelusuran terbatas (limited searching). Penelusuran dengan melakukan pembatasan kepada ruas data tertentu, pembatasan

database tertentu, pembatasan tahun tertentu, pembatasan bahasa, negara, dan sebagainya.

OPAC menggunakan beberapa jenis penelusuran dalam mencari informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Penelusuran yang ingin digunakan pengguna berdasarkan pemahaman yang memudahkan dalam temu balik informasi.

Menurut Saleh (1996, 76) Teknik penelusuran OPAC terbagi dalam lima bagian, yaitu :

a. Penelusuran dengan kamus istilah. Penelusuran menggunakan istilah yang sudah dibuat oleh CDS atau ISIS pada saat mengindeks suatu ruas atau sub ruas.

b. Penelusuran bebas. Pengguna bebas mengetikkan apa saja yang ingin dicari karena sistem ini merupakan pengganti katalog.

c. Penelusuran dengan ekspresi Boolean. Penelurusan dengan Boolean

ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan umpan balik informasi yang lebih tepa sesuai dengan apa yang diinginkan.

d. Penggunaan teknik ANY merupakan cara mengelompkkkan istilah yang dapat dipakai sebagai penelusuran.

e. Pemotongan istilah. Pemotongan istilah digunakan apabila akan menjaring seluruh kata yang ada dalam basis data yang diminta dalam bentuk query.

Teknik penelusuran OPAC harus memberikan ketentuan standar tentang penelusuran informasi yang baik bagi pengguna. Informasi yang tersedia pada Perpustakaan Perguruan Tinggi sesuai dengan kurikulum yang ada. Civitas akademika terlibat langsung dalam perancangan teknik penelusuran OPAC.

Penelusuran dengan menggunakan OPAC dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Rowley yang dikutip oleh Hasugian (2001, 55) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC, yaitu:

1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching) menggunakan satu kata atau lebih

4. Penelusuran frase, dengan memasukkan frase dalam kutipan, hal ini berguna untuk melokalisir frase yang berisikan kata-kata yang tidak diindeks (stopwords) atau kata-kata umum


(25)

5. Penelususran index-silang, misalnya menelusur lebih dari satu indeks dalam pernyataan penelusuran tunggal

6. Logika Boolean, didukung oleh operator AND, OR dan NOT.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jenis penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC yaitu:

1. Penelusuran dengan merawak (browser searching)

Penelusuran dengan merawak (browser seraching) artinya menelusur katalog dengan cara memeriksa satu persatu cantuman yang ada pada katalog perpustakaan tersebut. Penelusuran dengan cara merawak ini membutuhkan banyak waktu, sebab pengguna harus melihat semua cantuman yang ada pada katalog perpustakaan tersebut. Jadi, penelusuran dengan merawak ini kurang efisisen digunakan oleh pengguna, akan tetapi hasil dari penelusuran ini sangat akurat.

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching)

Penelusuran dengan kata kunci (keyword searching) artinya menelusur katalog dengan menggunakan kata kunci atau query. Kata kunci yang digunakan berupa kata atau istilah yang dirumuskan secara bebas oleh pengguna untuk mengekspresikan kebutuhannya, sehingga pengguna dapat secara bebas memasukkan kata atau istilah yang sesuai dengan kebutuhannya ke dalam sistem. Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan panggilan dokumen (recall) yang tinggi sedangkan relevansi (precision) atau kesesuaiannya dengan kebutuhan pengguna cenderung rendah.

3. Penelusuran frase

Penelusuran frase artinya menelusur OPAC dengan memasukkan frase yang berisikan kata-kata yang tidak diindeks (stopwords) atau kata-kata umum (common words). Penelusuran dengan menggunakan teknik ini biasanya akan menghasilkan recall yang tinggi sementara precisionnya rendah sehingga hasil dari penelusuran ini kurang efisien.

4. Penelususran indeks-silang

Penelususran indeks-silang yaitu melakukan penelusuran pada sistem OPAC dengan menggunakan indeks-silang. Misalnya menelusur dengan lebih dari satu indeks dalam pernyataan penelusuran tunggal.


(26)

5. Logika boolean

Penelusuran dengan logika boolean yaitu merumuskan query dengan beberapa istilah terlebih dahulu sebelum melakukan penelusuran ke sistem OPAC. Penelusuran ini dapat menggunakan operator And, Or dan Not. Operator And

digunakan untuk mempersempit hasil pencarian agar lebih spesifik. Operator Or

digunakan untuk memperluas hasil pencarian termasuk sinonim dan istilah yang terkait. Sedangkan operator Not digunakan untuk mengecualikan catatan yang tidak diinginkan dari hasil pencarian dan berguna untuk membedakan kata kunci yang sama.

2.1.5. Prosedur Penggunaan

Dalam proses sistem temu balik informasi pemakai merupakan komponen yang paling penting. Pada dasarnya pemakai memiliki kebutuhan, seperti data, informasi, dan pengetahuan. Kemudian pemakai mencatat apa yang akan menjadi kebutuhannya sebagai perwakilan untuk proses input dalam sistem. Pemakai tidak hanya mencatat, selain itu juga menganalisa query yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan pemakai. Setelah menyeleksi lakukan penelusuran informasi dengan memasukkan kata kunci (keyword) pada mesin pencari atau OPAC. Penelusuran menggunakan alat temu balik atau sebuah mesin pencari seperti OPAC, kemudian masukkan query atau keyword yang telah di analisa, sehingga terjadilah proses pemanggilan dalam sistem. Proses pemanggilan terjadi dan menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan pemakai, seperti daftar judul-judul yang dicari pengguna dan disertai nama pengarang, subjek, nomor kelas, dan lain sebagainya. Namun tidak selamanya hasil yang muncul relevan dengan kebutuhan pengguna, maka dari itu pemakai mengevaluasi hasil yang telah ada sesuai dengan kebutuhan nya dan sesuai dengan query yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil tersebut tentu ada yang relevan dengan pemakai dan ada juga yang tidak relevan dengan kebutuhan pemakai. Kemudian informasi yang relevan tersebut kembali kepada pemakai pengguna dan informasi yang tidak relevan tersebut diulang kembali dengan menentukan query yang cocok agar menampilkan hasil yang relevan.


(27)

Relevan Tidak Relevan

Gambar 2.1 Prosedur Penelusuran OPAC

Sistem penelusuran (searching) pada katalog online di Perpustakaan UNP terdapat 2 (dua) sitem pencarian, yaitu pencarian sederhana (simple search) dan pencarian kompleks (advanced search).Pencarian sederhana yaitu input deskripsi buku atau keyword yg disediakan seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari dan judul buku, dan pencarian kompleks (advanced search) yaitu input deskripsi buku atau

keyword yang disediakan lebih lengkap, seperti lokasi, ditampilkan, obyek cari, judul, pengarang, subyek, penerbit dan mata kuliah. Sehingga pengguna dapat lebih mudah mencari informasi dengan keyword yang simple maupun kompleks atau lengkap.

Teknik penelusuran menggunakan katalog perpustakaan ini biasanya difokuskan untuk menemukan sebuah kode atau angka klasifikasi yang akan menuntun pemakai ke dalam sumber informasi / koleksi perpustakaan yang dibutuhkan. Pemakai akan diarahkan kepada jajaran koleksi perpustakaan. Pemakai atau staf dapat menelusur melalui 3 entri penting yakni berdasarkan judul, pengarang dan/atau subyek.

Penelusuran katalog menurut masing-masing jenisnya yaitu : 1. Katalog Pengarang

Apabila sebuah katalog entri utamanya adalah pengarang, maka seperti kita ketahui katalog pengarang disusun menurut abjad. Misalnya, nama pengarang Bafadal, maka dapat dicari kolom pengarang dengan cara mengetik Bafadal maka semua koleksi dengan nama Bafadal akan muncul.

Analisa Pencatatan

Kebutuhan Pengguna

Alat / Sumber Penelusuran

Hasil


(28)

2. Katalog Judul

Pada katalog judul yang menjadi entrinya adalah judul. Katalog judul. Katalog judul disusun berdasarkan abjad, judul yang telah diketahui, pemustaka bisa langsung mnegetik judul yang diinginkan, maka semua judul yang berhubungan akan muncul

3. Katalog Subjek

Katalog subjek disusun berdasarkan nomor klas dan cara penelusurannya yaitu, pemustaka mengetik nomor klas dari subjek buku. Misalnya pemustaka mengetahui nomor klas 300 dari subjek ilmu sosial, pemustaka bisa langsung mengetik pada subjek dengan urutan 300 (http://library.unisba.ac.id/katalog.htm, 10 mei 2014 : 23.00 WIB)

2.1.6. Kelebihan dan Kekurangan

OPAC adalah suatu sistem untuk membantu pemustaka dalam melakukan pencarian informasi yang dikembangkan dari bentuk manual ke bentuk digital. Perkembangan ini dikarenakan kebutuhan pemustaka akan informasi terus meningkat dari waktu ke waktu. Akan tetapi, meskipun OPAC mempunyai banyak kelebihan dari katalog manual, OPAC juga memiliki beberapa kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan OPAC dijelaskan oleh pendapat beberapa para ahli, yaitu:

Menurut Hermanto (2007, 1) OPAC memiliki keuntungan, yaitu : 1. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

2. Penelusuran dapat dilakukan di mana saja tidak harus datang ke perpustakaan dengancatatan sudah online ke internet.

3. Menghemat waktu dan tenaga.

4. Pengguna dapat mengetahui keberadaan koleksi dan status koleksi apakah sedang dipinjam atau tidak.

5. Pengguna mendapatkan peluang lebih banyak dalma menelusuri bahan pustaka.

Menurut Fatahi yang dikutip oleh Hasugian (2004, 9) menyatakan bahwa: “OPAC memiliki beberapa kelebihan dari katalog kartu yaitu sisi penelusuran mencakup interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan pengguna (user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities), keluaran dan tampilan (out and display), ketersediaan dan akses (availabilitu and access)”.

OPAC juga memiliki peluang kekurangan. Menurut Hermanto (2007, 1) adalah :


(29)

a. Belum semua bahan pustaka masuk ke data komputer sehingga pengguna mengalami kesulitan dalam melakukan penelusuran.

b. Tergantung aliran listrik, bila listrik mati maka kegiaan penelusuran bahan pustaka akan terganggu.

c. Kurangnya ketersediaan komputer terminal OPAC untuk menelusuri informasi yang dimiliki perpustakaan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan OPAC di perpustakaan memiliki banyak kelebihan, di antaranya: memudahkan pemustaka mencari informasi koleksi dan menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan pencarian koleksi, dan beberapa kekurangan OPAC di UNP yaitu: sangat tergantung dengan aliran listrik, kurangnya data koleksi yang dientri ke dalam OPAC, dan kurangnya jumlah komputer pendukung untuk mengakses OPAC.

2.1.7 Manfaat OPAC

Penerapan sistem OPAC di perpustakaan memberikan beberapa manfaat dalam melakukan pencarian informasi di perpustakaan. Kochtanek dan Matthews (2002, 203) menyatakan bahwa:

Initially there were three main benefits that resulted when an OPAC was introduced into a library. These benefits included:

a. Reduced costs to provide a library catalog b. Improved access to the collection

c. Immediate access to location and status information”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa awalnya ada tiga manfaat utama ketika sebuah OPAC diperkenalkan ke dalam perpustakaan, antara lain: mengurangi biaya untuk menyediakan katalog perpustakaan, peningkatan akses ke koleksi sehingga pengguna dapat menemukan koleksi perpustakaan dengan lebih cepat, akses cepat ke lokasi sehingga pengguna tidak harus berkeliling perpustakaan untuk mencari koleksi yang diinginkan karena pada OPAC dapat diketahui lokasi dari suatu koleksi dan pengguna juga dapat mengetahui informasi status dari suatu koleksi apakah sedang tersedia di perpustakaan atau tidak.


(30)

2.2. Sistem Temu Balik Informasi

2.2.1. Definisi Sistem Temu Balik Informasi

Sistem Temu Balik Informasi (Information Retrieval System - IRS) merupakan salah satu tipe sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal yang perlu diingat adalah bahwa informasi yang diproses terkandung dalam sebuah dokumen yang bersifat tekstual. Dalam konteks ini, temu kembali informasi berkaitan dengan representasi, penyimpanan, dan akses terhadap dokumen representasi dokumen. Dokumen yang ditemukan tidak dapat dipastikan apakah relevan dengan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan dalam query.

Menurut Salton (1989) menyebutkan bahwa STBI suatu proses untuk mengidentifikasi, mengenali dan memanggil dokumen tertentu dalam rangka memberikan jawaban atas permintaan informasi.

Dari pendapat Salton diatas dapat disimpulkan bahwa, ”Terpanggilnya tidaknya suatu dokumen tergantung dengan kesamaan query dengan wakil dokumen”. Bebarapa para ahli juga memberikan pengertian tentang sistem temu balik informasi. Semua ini harus memudahkan pemakai sistem informasi untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Sementara itu, data retrieval memiliki lingkup yang sempit, yaitu bagaimana mencocokkan antara kata-kata terkandung di sebuah dokumen dengan kata- kata yang digunakan seseorang dalam mencari informasi

Beberapa pengertian diatas memberikan kesimpulan bahwa sistem temu balik informasi adalah suatu proses temu balik atau penemuan kembali informasi yang tersimpan dengan menggunakan sarana temu balik yaitu katalog manual ataupun online dan dalam penelusuran menggunakan perwakilan dari suatu dokumen atau disebut juga dengan query agar dengan mudah menemukan informasi yang relevan dengan pengguna.

2.2.2 Komponen Sistem Temu Balik Informasi

Penelusuran informasi secara online adalah bahagian dari sistem temu balik informasi (information retrieval system). Penelusuran informasi secara


(31)

(retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi. Dapat tidaknya suatu dokumen terpanggil dari suatu file

(situs) adalah tergantung pada kesamaan antara dokumen dengan query (Salton dalam Hasugian 1999). Permintaan informasi ke dalam sistem informasi dirumuskan dalam bentuk query. Penelusuran secara online (terhubung dengan komputer lain) dapat dikategorikan atas dua bentuk yaitu intranet (terhubung dengan komputer lain dalam jaringan lokal) dan internet (terhubung dengan jaringan global atau internasional).

Layanan elektronik yang bersifat onlineintranet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan lokal, software dan dokumen elektronik. Penelusuran dalam layanan elektronik secara online-internet diperlukan infrastruktur berupa komputer server, komputer personal, jaringan internet yang terhubung dengan jasa salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen elektronik.

Hasugian (2008, 14) menyatakan bahwa terdapat lima komponen dalam sistem temu balik informasi, yaitu:

1. User (pengguna/pemakai). 2. Query atau keyword (kata kunci) 3. Dokumen.

4. Indeks.

5. Machine (Match Function).

Komponen penelusuran informasi ini harus ada pada katalog Perpustakaan. Perpustakaan Perguruan Tinggi memerlukan komponen yang sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna dalam penelusuran informasi. Kata kunci harus jelas diketikan pada sistem penelusuran OPAC.

2.3. Persepsi 2.3.1 Pengertian

Persepsi bisa diartikan juga dengan anggapan, pemikiran ataupun penilaian terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan. Pengertian persepsi yang dinyatakan dalam buku Depdiknas (2003), yaitu:

“Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsinya. “Persepsi adalah kesan


(32)

seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya”.

Sedangkan menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:

“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.

Sementara itu Rakhmat (1998, 51) juga menyatakan bahwa “persepsi adalahpengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga memberikan makna pada sensori stimuli”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi merupakan suatu penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41). Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.

Arikunto dalam Ali (2004, 19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku

4. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural (kebiasaan) 5. Faktor eksternal dan internal.


(33)

Faktor eksternal pada perpustakaan antara lainnya) kerjasama antar perpustakaan agar informasi-informasi tersebut dapat terseleksi dengan baik, b) menyediakan informasi yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mahasiswa dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri maupun luar negeri.

Sedangkan faktor internal pada perpustakaan yaitu: a) koleksi, b) sumber daya manusia, c) infrastruktur yang dapat mendukung layanan di perpustakaan seperti OPAC, komputer, ruangan yang nyaman disertai dengan pendingin ruangan (AC).

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan.

Proses pembentukan persepsi disini merupakan hal yang harus dibahas dalam penelitian, karena merupakan langkah pertama untuk menentukan bagaimana persepsi pengguna terhadap pemanfaatan layanan katalog online di Perpustakaan UNP.

Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71) diuraikan sebagai berikut:

”Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor, perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengardan apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.”

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan, pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan perhatian.


(34)

Persepsi pemustaka terhadap layanan OPAC di UNP adalah suatu pandangan, penilaian maupun kesan pemustaka ketika melakukan pencarian informasi menggunakan OPAC yang disediakan oleh perpustakaan. Pemustaka dapat menilai dan mendapatkan kesan setelah menggunakan OPAC dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Pemustaka akan memberikan sebuah respon terhadap penerapan OPAC apabila pemustaka tersebut menggunakan dan memanfaatkan OPAC yang disediakan oleh pihak perpustakaan, persepsi muncul apabila pemustaka mendapatkan manfaat atau tidak dalam mencari informasi yang dibutuhkan melalui OPAC.


(35)

Pilihan Sangat Setuju (SS) bobot 5 Pilihan Setuju (S) bobot 4 Pilihan Kuramg Setuju (KS) bobot 3 Pilihan Tidak Setuju (TS) bobot 2 Pilihan SangatTidak Setuju (STS) bobot 1

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pernyataan untuk diisi oleh responden.

2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Kisi-kisi Kuesioner

Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.1 kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Item Jumlah

Layanan OPAC

Hasil Penelusuran OPAC 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 Manfaat OPAC 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14

8

Prosedur Penggunaan OPAC 15, 16, 17, 18 4

JUMLAH 18

3.7 Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dirangkum menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Bogdan dalam Sugiyono (2012, 332) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya data tersebut


(36)

ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya untuk selanjutnya dianalisis dan di interpretasikan. Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang diperoleh N = Jumlah Responden

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi data, maka digunakanlah metode penafsiran yang dikemukakan oleh Supardi (1979: 20) sebagai berikut:

1- 25% Sebagian kecil 26- 49% Hampir setengah 50% Setengah

51-75% Sebagian besar 76-99% Pada umumnya 100% Seluruhnya


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Layanan OPAC Berdasarkan Persepsi Pemustaka di Perpustakaan UNP

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang didasarkan atas perolehan data dari responden. Interpretasi pada data dianalisis secara deskriptif, yaitu mengungkap kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis data.

4.3 Hasil Penelusuran OPAC

Tabel 4.1 Katalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

1.

Katalog online

(OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi.

Sangat Setuju 36 36

Setuju 47 47

Kurang setuju 10 10

Tidak Setuju 6 6

Sangat Tidak Setuju 1 1

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan OPAC yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi sebanyak 36 responden (36%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 47 responden (47%) menyatakan setuju, 10 responden (10%) menyatakan kurang setuju, 6 responden (6%) menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (1%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwakatalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi sudah dikategorikan baik dikarenakan hampir setengah responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa katalog online (OPAC) yang tersedia di Perpustakaan UNP dapat membantu anda dalam penelusuran koleksi., walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju


(38)

bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan OPAC untuk membantu pemustaka dalam melakukan penelusuran koleksi.

Tabel 4.2 Proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

2

Proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah

dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda.

Sangat Setuju 32 32

Setuju 40 40

Kurang Setuju 24 24

Tidak Setuju 4 4

Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan penelusuran OPAC mudah dipahami sebanyak 32 responden (32%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 40 responden (40%) menyatakan setuju, 24 responden (24%) menyatakan kurang setuju, 4 responden (4%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa proses penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC mudah dipahami karena tampilan deskripsinya familiar dan didisain sesuai dengan kebutuhan anda., walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan


(39)

meningkatkan kemampuan OPAC agar lebih mudah dipahami tampilan deskripsinya dan disain sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tabel 4.3 Jika anda akan menelusur koleksi perpustakaan, maka anda menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

3

Jika anda akan menelusur koleksi perpustakaan, maka anda menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak

Sangat Setuju 36 36

Setuju 46 46

Kurang Setuju 7 7

Tidak Setuju 11 11

Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan menggunakan OPAC sebelum menuju rak sebanyak 36 responden (36%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 46 responden (46%) menyatakan setuju, 7 responden (7%) menyatakan kurang setuju, 11 responden (11%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa pemustaka dalam menelusur koleksi perpustakaan, pemustaka menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam menelusur koleksi perpustakaan, pemustaka akan menggunakan sarana penelusuran OPAC sebelum menelusur langsung ke rak, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya lebih memperhatikan pemustakanya agar dalam menelusur koleksi hendaknya pemustaka menggunakan layanan opac agar koleksi yang diingikan lebih mudah di dapat.


(40)

Tabel 4.4 OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

4

OPAC yang sudah terintegrasi

(terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak.

Sangat Setuju 19 19

Setuju 42 42

Kurang Setuju 25 25

Tidak Setuju 10 10

Sangat Tidak Setuju 4 4

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak sebanyak 19 responden (19%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 42 responden (42%) menyatakan setuju, 25 responden (25%) menyatakan kurang setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 4 responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, dapat membantu untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan meningkatkan OPAC yang sudah terintegrasi (terhubung) dengan sistem sirkulasi, agar dapat membantu pemustaka untuk mengetahui apakah suatu koleksi sedang dipinjam atau tidak tertera di OPAC.


(41)

Tabel 4.5 Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

5

Melalui OPAC, anda mendapatkan

informasi yang dibutuhkan di perpustakaan

Sangat Setuju 30 30

Setuju 46 46

Kurang Setuju 20 20

Tidak Setuju 1 1

Sangat Tidak Setuju 3 3

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan sebanyak 30 responden (30%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 46 responden (46%) menyatakan setuju, 20 responden (20%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, dan 3 responden (3%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa Melalui OPAC, anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan di perpustakaan, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya lebih memperhatikan layanan OPAC yang ada di perpustakaan agar pemustaka lebih memanfaatkan layanan yang tersedia di perpustakaan dikarenakan dengan menggunakan layanan opac sistem pencarian koleksi yang dibutuhkan akan di dapat dengan lebih mudah.


(42)

Tabel 4.6 Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

6

Data di OPAC relevan dengan koleksi di rak

Sangat Setuju 16 16

Setuju 37 37

Kurang Setuju 32 32

Tidak Setuju 10 10

Sangat Tidak Setuju 5 5

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan data di OPAC relevan dengan koleksi di rak sebanyak 16 responden (16%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 37 responden (37%) menyatakan setuju, 32 responden (32%) menyatakan kurang setuju, 10 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 5 responden (5%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa data di OPAC relevan dengan koleksi di rak sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa data di OPAC relevan dengan koleksi di rak, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan pustakawanya dalam mengentri koleksi yang ada di perpustakaan, agar koleksi yang ada di perpustakaan sesuai/atau relevan dengan data yang ada di OPAC.


(43)

4.4 Manfaat OPAC

Tabel 4.7 Melalui OPAC, apabila anda tidak menemukan koleksi yang anda cari maka anda dapat menemukan alternatif koleksi lain yang memiliki subjek yang sama.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

7

Melalui OPAC, apabila anda tidak menemukan koleksi yang anda cari maka anda dapat

menemukan alternatif koleksi lain yang memiliki subjek yang sama.

Sangat Setuju 24 24

Setuju 48 48

Kurang Setuju 22 22

Tidak Setuju 6 6

Sangat Tidak Setuju 0 5

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan melalui OPAC, apabila anda tidak menemukan koleksi yang anda cari maka anda dapat menemukan alternatif koleksi lain yang memiliki subjek yang sama sebanyak 24 responden (24%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 48 responden (48%) menyatakan setuju, 22 responden (22%) menyatakan kurang setuju, 6 responden (6%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa melalui OPAC, apabila anda tidak menemukan koleksi yang anda cari maka anda dapat menemukan alternatif koleksi lain yang memiliki subjek yang sama sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan bahwa data melalui OPAC, apabila anda tidak menemukan koleksi yang anda cari maka anda dapat menemukan alternatif koleksi lain yang memiliki subjek yang sama., walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya memperhatikan koleksi apa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.


(44)

Tabel 4.8 Mengetikkan nama pengarang, OPAC akan menampilkan seluruh karya yang dikarang oleh pengarang tersebut.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

8

Mengetikkan nama pengarang, OPAC akan menampilkan seluruh karya yang dikarang oleh pengarang tersebut.

Sangat Setuju 38 38

Setuju 45 45

Kurang Setuju 8 8

Tidak Setuju 9 9

Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan mengetikkan nama pengarang, OPAC akan menampilkan seluruh karya yang dikarang oleh pengarang tersebut.sebanyak 38 responden (38%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 45 responden (45%) menyatakan setuju, 8 responden (8%) menyatakan kurang setuju, 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis, bahwa dalam mengetikkan nama pengarang, OPAC akan menampilkan seluruh karya yang dikarang oleh pengarang tersebut, sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam mengetikkan nama pengarang, OPAC akan menampilkan seluruh karya yang dikarang oleh pengarang tersebut, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal di atas. Dengan demikian pihak perpustakaan harusnya mempertahankan banhkan meningkatkan efektivitas sistemnya dalam hal pencarian berdasarkan subjek maupun pengarang.


(1)

diserahi tanggung jawab untuk melaksanakan Proyek Perintis Sekolah Pembangunan.

Mulai tahun akademik 1975 pembaharuan pembaharuan dalam bidang pengembangan program mulai dirintis dengan pemakaian sistem kredit semester (sks) yang pada tahun 1979 dilaksanakan di semua perguruan tinggi di seluruh Indonesia sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun berikutnya, tahun 1976 dan 1977 dibuka program tanpa gelar sebagai jawaban dari meningkatnya permintaan guru-guru sekolah menengah. Program tanpa gelar atau program sertifikat ini dikenal dengan nama Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP), dengan jurusan-jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Tahun 1977 program sertifikat ini dimekarkan dengan membuka bidang studi baru, yaitu Bimbingan dan Penyuluhan, Keterampilan Jasa, serta Keterampilan Kerajinan. Sementara itu, pada tahun yang sama, dibuka pula program sertifikat lain bernama Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (PGSLA) dengan bidang studi Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kedua jenis program sertifikat ini berlangsung sampai tahun 1978.

Dengan pengintegrasian Sekolah Tinggi Olahraga (STO) tahun 1977, IKIP Padang menambah sebuah fakultas baru, yaitu Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK) dengan jurusan-jurusan Pembina Olah Raga, Pemasalan dan Rekreasi, dan Olah Raga dan Kesehatan. Dengan demikian, IKIP Padang telah mempunyai enam fakultas.

Pada tahun 1979 IKIP Padang membuka program S0, S1 dan Akta Mengajar I, II, III dan IV. Program S0 terdiri dari Program D1, DII dan DIII yang khusus menghasilkan guru SLTP dan SLTA.

Dengan Keputusan Mendikbud tanggal 14 Maret 1983, ditetapkan nama-nama fakultas dalam IKIP secara nasional, yakni Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Fakultas Pendidikan Matematika


(2)

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Fakultas Pendidikan Olah Raga Kesehatan (FPOK), dan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK).

Pada tahun 1990, sesuai kebijakan Mendikbud Republik Indonesia bahwa pelaksanaan program LPTK di bawah satu atap maka Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO) di Sumatera Barat (Bukittinggi dan Padang) diintegrasikan ke IKIP Padang menjadi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Guru Kelas dan Jurusan PGSD Pendidikan Jasmani (Penjas). Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kwalitas guru Sekolah Dasar. Demikian pula, pada tahun 1994, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandar Buat Padang juga diintegrasikan ke IKIP Padang menjadi jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) di FIP IKIP Padang.

Program Pascasarjana (PPs) UNP telah dirintis sejak tahun 1981 dengan nama Kegiatan Pengumpulan Kredit (KPK) di bawah binaan Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta dengan program studi Administrasi Pendidikan. Status KPK ditingkatkan menjadi program studi yang berdiri sendiri dengan SK Dirjen Dikti No. 517/Dikti/Kep/1992 tanggal 31 Desember 1992. Pada tahun akademik 1994/1995 Program Studi Administrasi Pendidikan dikelompokkan menjadi beberapa konsentrasi, yaitu Manajemen Pendidikan, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Bahasa. Pada tahun 1996/1997 dibuka lagi dua konsentrasi, yaitu Teknologi Pendidikan dan Manajemen Lingkungan. Pada tahun 1997/1998 beberapa konsentrasi telah berstatus menjadi Program Studi.

6. Periode Universitas Negeri Padang (UNP) (1999 - sekarang)

Perubahan IKIP Padang menjadi Universitas Negeri Padang (UNP) ditetapkan dengan Kepres Nomor 93 tahun 1999 Tanggal 24 Agustus 1999. Sebelumnya, berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud Nomor 1499/D/1996 tanggal 20 Juni 1996, Dirjen Dikti menyetujui


(3)

pemberian tugas yang lebih luas kepada IKIP Padang untuk menyelenggarakan program-program studi nonkependidikan, di samping tetap menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan tenaga kependidikan. Sejak tahun akademik 1997/1998, IKIP Padang telah mulai menyelenggarakan berbagai program studi nonkependidikan sebagai perluasan mandat yang diberikan pemerintah, melalui surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 1884/D/I/1997 tanggal 1 Agustus 1997, dengan membuka program studi: 1) Bahasa dan Sastra Indonesia, 2) Bahasa dan Sastra Inggris, 3) Matematika, 4) Biologi, 5) Fisika, dan 6) Kimia untuk Jenjang program S1. Sedangkan program studi 1) Teknik Elektro, 2) Teknik Sipil, 3) Teknik Mesin, 4) Teknik Otomotif, 5) Tata Boga, dan 6) Tata Busana dibuka untuk Jenjang Program D3, dan Teknik Otomotif Jenjang D3. Dengan demikian, UNP tidak hanya menyiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga kependidikan tetapi juga menyiapkan tenaga akademik dan profesional di bidang nonkependidikan tertentu.

Pada tahun akademik 1999/2000 UNP mendapat persetujuan lagi membuka program studi nonkependidikan baru, yaitu 1) Teknik Otomotif D3, 2) Manajemen S1, dan 3) Ilmu Keolahragaan S1. Kemudian, pada tahun Akademik 2001, UNP membuka lagi empat program studi nonkependidikan yaitu: Teknik Pertambangan (D3), Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan (D3), Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan (S1) dan bidang kependidikan yaitu: Pendidikan Sosiologi dan Antropologi (S1). Maka, sampai tahun akademik 2001/2002 UNP sudah membuka 19 program studi Nonkependidikan dan akan menyusul untuk program studi lainnya.

Dengan berubahnya IKIP Padang menjadi UNP, maka terjadi perubahan nama-nama fakultas menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan tahun 2005 melalui persetujuan DIKTI No 2816/D/T/2004 tanggal 22 Juli 2004 dan Surat Keputusan Rektor No


(4)

05/J.41/KP/2005 tanggal 2 januari 2005 bertambah satu fakultas lagi yaitu Fakultas Ekonomi (FE).

Untuk Program Pascasarjana (S2) pada tahun 2001, dikeluarkan izin pembukaan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Dengan demikian saat ini PPs UNP memiliki 6 Program Studi, yaitu Administrasi Pendidikan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa, Teknologi Pendidikan, Ilmu Lingkungan, dan Bimbingan Konseling. Di samping itu PPs UNP juga memiliki 10 konsentrasi, yaitu (1) Manajemen Pendidikan, (2) Manajemen Pendidikan Lingkungan, (3) Manajemen Pendidikan Olah Raga, (4) Pendidikan Bahasa Indonesia, (5) Pendidikan Bahasa Inggris, (6) Pendidikan Ekonomi/Geografi, (7) Pendidikan Sejarah/PPKN, (8) Pendidikan Sosiologi/Antropologi, (9) Teknologi Pendidikan dan (10) Pendidikan Kejuruan. Untuk Tahun ajaran 2003/2004 PPs melaksanakan Program Doktor (S3) dengan program studi Ilmu Pendidikan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 940/D/T/2003, tanggal 7 Mei 2003.

Di samping Program Pascasarjana di atas, pada tahun 2000 UNP membuka Program S2 Magister Manajemen (MM) yang pada awalnya diselenggarakan atas kerjasama dengan Universitas Jember. Namun, sejak keluarnya SK Dirjen Dikti No. 2596/D/T/2000 tanggal 6 Agustus 2001, UNP mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan Program Magister Manajemen secara mandiri. Pada tahun 2003, Program MM terakreditasi pada BAN PT berdasarkan SK BAN PT No. 068/BAN-PT/Ak-II/S2/VII/2003. Program MM UNP saat ini memiliki tiga konsentrasi, yaitu Manajemen Publik, manajemen Pemasaran, dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Visi

Menjadi universitas unggul dalam bidang ilmu kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni di kawasan Asia Tenggara tahun 2020 berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


(5)

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas di bidang kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni berlandaskan nilai-nilai moral dan agama.

2. Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas sebagai upaya mengembangkan ilmu kependidikan, sains, teknologi, olahraga ,dan seni untuk kemaslahatan bangsa.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, hasil penelitian, dan model pembelajaran yang inovatif pada tingkat nasional dan internasional.

4. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas sebagai upaya penerapan ilmu kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni untuk kemajuan bangsa.

5. Meningkatkan tata kelola universitas yang baik (good university governance).

6. Meningkatkan kerjasama lokal, nasional,dan internasional.

7. Mengembangkan landasan kelembagaan dan melaksanakan kebijakan untuk menuju universitas yang unggul di kawasan Asia Tenggara. Tujuan:

1. Menghasilkan tenaga profesional yang bermoral dan agamis di bidang pendidikan, sains, teknologi, olahraga dan seni.

2. Menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan adaptif terhadap perubahan lingkungan global.

3. Menciptakan mahasiswa yang cerdas, santun, sehat jasmani, dan rohani.

4. Menghasilkan karya ilmiah dan model pembelajaran yang inovatif. 5. Tersebarluaskannya ilmu pengetahuan, hasil penelitian, dan model

pembelajaran pada tingkat nasional dan internasional.

6. Meningkatnya mutu dan jumlah implementasi ilmu kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni melalui pengabdian masyarakat.


(6)

7. Terbantunya masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan kemasyarakatan dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian.

8. Terwujudnya tata kelola yang baik (good university governance). 9. Terlaksananya pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan pelanggan. 10. Terjalinnya kerja sama di tingkat lokal, nasional, dan internasional. 11. Terwujudnya universitas unggul di kawasan Asia Tenggara pada

tahun 2020.

12. Terbangunnya budaya akademik yang berwawasan global Fungsi:

1. Sebagai pusat layanan informasi untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran.

2. Sebagai pusat layanan informasi untuk kegiatan peneliti.

3. Sebagai pusat layanan informasi untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Motto