9 b.
Mendaftarakan semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subyek buku yang bersangkutan, ke
dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.
c. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di
perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi katalog secara umum adalah untuk menunjukkan tempat suatu buku, menginventarisasikan semua
koleksi yang dimiliki perpustakaan, serta memberikan kemudahan untuk mencari koleksi yang ada di perpustakaan. Katalog mempunyai fungsi yang harus
dijalankan saat penelusuran informasi.
2.1.3 Perkembangan Katalog
Peningkatan dan perkembangan jumlah informasi yang ada, membuat kebutuhan akan informasi juga ikut meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan
katalog harus dikembangkan dari waktu ke waktu. Perkembangan katalog ini memungkinkan pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
menjadi lebih cepat dan akurat. Menurut Horgan 1994 yang dikutip oleh Hasugian 2009, 152
menyatakan bahwa: “bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan bentuk fisiknya. Sebelum katalog online muncul,
telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu
”. Sedangkan Taylor 1992 yang dikutip oleh Hasugian 2009, 152
menyatakan bahwa: “katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk
fisik antara lain, katalog berbentuk buku book catalog, katalog berbentuk kartu card catalog, katalog berbentuk mikro microform catalog,
katalog komputer terpasang online computer catalog ”.
Selain penjelasan di atas, Hasugian 2009, 152 juga menjelaskan bahwa: “katalog berbentuk buku telah lama digunakan di perpustakaan, katalog
tersebut se ring juga disebut katalog tercetak printed catalog. Keuntungan dari katalog berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan
kebutuhan, dapat diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah
Universitas Sumatera Utara
10 disebarluaskan ke perpustakaan lain. Entri pada katalog berbentuk buku
dapat ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi.
Kelemahan dari katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku
baru, berarti katalog sebelumnya harus diperbaharui kembali, atau setidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku
ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah. Karena
biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang, maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap
beralih ke bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu. Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi
bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak
digunakan pada berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali
penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada.
Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali
jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri
menggunakannya, terutama bila melakukanpenelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena
harus memilah- milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya
”. Taylor 1992 yang dikutip oleh Hasugian 2009, 154 juga menjelaskan
bahwa: “bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro.
Katalog berbentuk mik ro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan computer-output microform COM. COM dibuat pada salah satu bentuk
microfilm atau microfiche. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya
pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya. Namun di sisi lain,banyak pelanggan
menemukan versi microficheyang tidak menyenangkan digunakan. Katalog komputer terpasang online computer catalog sering disebut
dengan online public access catalogue OPAC, adalah bentuk katalog terbaru yang telah digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC
cepat menjadi pilihan katalog yang digunakan di berbagai jenis perpustakaan. Dari berbagai bentuk fis ik katalog yang telah digunakan di
perpustakaan, ternyata OPAC dianggap paling luwes flexible dan paling mutakhir
”.
Universitas Sumatera Utara
11 Katalog dan automasi perpustakaan semakin berkembang dari tahun ke
tahun, bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi format dan sistem katalog juga ikut berkembang. Hal ini dinyatakan oleh Hasugian 2009, 156 bahwa:
“1. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an. Pada tahun 1960-an, pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang
sangat bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog terpasang online dianggap masih jauh dari
kenyataan. Pada awal tahun 1970-an, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal.
2. Pertengahan Tahun 1970-an. Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi di perpustakaan. Perkembangan pada
masa ini juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan pemanfaatan bersama pada berbagai perpustakaan.
3. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an. Pada era ini, penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan
fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang online terhadap berbagai simpanan file dalam sistem sirkulasi. Perkembangan lain yang
terjadi pada masa ini ialah penyediaan paket perangkat keras hardware dan perangkat lunak software atau turnkey system untuk perpustakaan
oleh beberapa perusahaan. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam
automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980-an. 4. Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980-an. Pada masa ini, perpustakaan
yang menggunakan sistem OPAC semakin meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi integrated system untuk
manajemen perpustakaan. Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak perpustakaan mulai meninggalkan katalog
kartu dan beralih ke sistem OPAC. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem. Banyak perpustakaan atau
institusi yang menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC.
5. Tahun 1990-an. Pada tahun ini, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem
milik sendiri proprietary systems bergerak kearah sistem terbuka. Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa
dijalankan pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini, memisahkan perangkat lunak software menjadi client dan
sever. Agar client dan sever dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam protokol komunikasi antar client dan sever client-server
communication protocol ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut
”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
sistem OPAC dipengaruhi oleh artikel yang ditulis oleh Don Swanson yang berisikan pemikirannya tentang katalog di masa depan yang dapat memenuhi
Universitas Sumatera Utara
12 kebutuhan pengguna. Selain itu, perkembangan sistem OPAC semakin
berkembang pesat dari kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan pengguna akan teknologi informasi sehingga
penggunaan katalog kartu atau katalog manual lainnya sudah tidak sesuai lagi digunakan di perpustakaan. Oleh sebab itu, banyak perpustakaan yang beralih ke
katalog online atau OPAC. Kemudian sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem sehingga sistem OPAC menjadi lebih
baik dari masa ke masa. Kebutuhan akan informasi membuat pemustaka lebih menginginkan akses
yang lebih cepat ke sebuah perpustakaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan, hal ini menyebabkan OPAC dikembangkan lagi supaya bisa diakses
oleh pemustaka Menurut Tharom 2001, 64 menyatakan bahwa:
“Web merupakan kumpulan dokumen–dokumen yang tersebar di mesin– mesin di internet. Dokumen ini biasa disebut page halaman HTML. Tiap
page mengandung link ke page yang lain di mesin yang lain di internet. Halaman web yang melakukan point ke halaman yang lain ini dinamakan
menggunakan hypertext. String yang melakukan link ke halaman yang lain disebut dengan hyperlink
”. Dalam layanan informasi perpustakaan, semula pemakai hanya dapat
menemukan informasi yang ada di perpustakaan tersebut secara manual, kemudian berkembang dengan memanfaatkan komputer dan intranet dapat
ditelusur melalui OPAC, dan berkembang lagi dapat diakses melalui internet atau yang sekarang dikenal dengan istilah Web 1.0. Dengan cara ini pemakai sudah
banyak yang terpuaskan karena dapat dengan cepat menemukan informasi yang mereka butuhkan.
Berbagai jenis program telah dikembangkan untuk penelusuran online ini. Tetapi cara penelusuran informasi perpustakaan ini masih bersifat satu arah atau
one-way flow of information, yang hanya kita bisa baca tanpa bisa berkomentar. Perkembangan terbaru saat ini adalah munculnya konsep yang dapat memenuhi
syarat perpustakaan yang berorientasi pemakai. Konsep ini dikenal dengan nama Library 2.0, yang dapat memberikan layanan informasi yang bersifat dua arah,
dan lebih interaktif. Dengan Library 2.0, layanan perpustakaan benar-benar dapat
Universitas Sumatera Utara
13 menampilkan bermacam-macam hal seperti photo, music, data, blog, Wikipedia,
Facebook, Friendster, sampai dengan dunia virtual sema cam “Second Life.”
Pemakai dapat „berkomukasi‟ dengan sistem, bekerjasama, dan saling melengkapi.
Perkembangan dari perpustakaan biasa atau „konvensional‟ ke perpustakaan elektronik dan kemudian ke perpustakaan digital sangat terkait
dengan perubahan karya-karya informasi dan perubahan layanan informasi, yang pada akhirnya menuntut perubahan pekerjaaan pustakawan. Sistem pengelolaan
perpustakaan pun tentu saja juga berkembang, dari pemanfaatan program-program yang bisa untuk automasi perpustakaan, dengan menampilkan kartu katalog
perpustakaan, katalog „On-line’, yang dibuat oleh pustakawan, sampai pada sistem dimana pemakai dapat „memasukkan meng-entry‟ sendiri artikelbuku
yang mereka miliki dan membuat katalog sendiri. Apabila layanan OPAC perpustakaan berkembang menjadi Web, maka
pemustaka atau masyarakat akan lebih mudah lagi mendapatkan informasi yang dibutuhkan di sebuah perpustakaan, karena pemustaka hanya perlu mengakses
situs Web sebuah perpustakaan dan mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga pemustaka dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cepat tanpa
harus menyediakan waktu untuk melihat dan mencari langsung informasi yang dibutuhkan ke perpustakaan.
2.1.4 Sistem Penelusuran