PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

(1)

PELAKSANAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM

PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Bangkit Jiwo Nuswantoro

6102410051

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii ABSTRAK

Bangkit Jiwo Nuswantoro. 2014. PelaksanaanPermainan Tradisional Dalam Pembelajaran PenjasorkesPada Sekolah Dasar di KabupatenTemanggung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Sekolah Dasar. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Tommy Soenyoto M.Pd

Kata Kunci: Permainan Tradisional, Penjasorkes, Sekolah Dasar

Permasalahan skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan permainan tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada setiap sekolah di kabupaten Temanggung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan tradisionaldalam pembelajaran penjasorkes pada masing-masing sekolah.

Pendekatan penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif,Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan angket. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang akurat tentangproses pelaksanaan pembelajaraan permainan tradisional pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.Lokasi dan sasaran penelitian guru penjasorkes sekolah dasar di Kabupaten Temanggung. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode uji validitas dan reliabelitas instrumen. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan prosentase.

Hasil penelitian Pelaksanaanpermainan tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada sekolah dasar di kabupaten Temanggung Tahun 2014 sangat baik yaitu sebesar 84,27%, tepat untuk digunakan dalam pembelajaran penjasorkes pada siswa disekolah dasar. Terbukti dari ketersedian waktu 74,22%, ketersediaan materi dan pembelajaran penjas sebesar 84,05% meliputi pembelajaran dan penguasaan materi 86,63%, sarana dan prasarana sekolah 78,78% dan kesesuaian kurikulum 85,47%, karakteristik permainan serta gerak yang dihasilkan sebesar 82,48% meliputi jenis permainan sebesar 83,94%, hasil gerak dan faktor resiko sebesar 84,59%, lokomotor sebesar 84,80%, non lokomotor sebesar 82,56%, manipulatif sebesar 81,98%, unsur-unsur penjas sebesar 87,28% meliputi kognitif sebesar 91,28%, afektif sebesar 97,67%, psikomotor sebesar 79,36%, jasmani sebesar 84,30%, motivasi sebesar 93,31% meliputi minat siswa 93,44%, motivasi guru 92,44%.

Simpulan:pelaksanaan permainan tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung sangat baik dan tepat untuk digunakan oleh siswa disekolah dasar. Saran: Bagi guru penjasorkes diharapkan lebih bisa mengembangkan pembelajaran permainan tradisional,Siswa diharapakan mampu melestarikan akan kecintaanya terhadap permainan tradisonal, bagi sekolah untuk selalu berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan bangsa.


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya(Ir.Soekarno).

 Barang siapa ingin mutiara harus berani terjun di lautan yang dalam(Ir.Soekarno).

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua saya tercinta: Bapak Suwito dan ibu Pariyati, terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu tercurah untuk saya.

2. Yang tercinta adiku (Yoga Aji Prabowo dan Sabrina Rahma Az-zahra) dan semua keluarga besar saya.

3. Dosen-dosen FIK yang selalu memberikan bimbingan dan bantuan.

4. Teman-teman PGPJSD angkatan 2010 dan almamater FIK UNNES.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Permainan Tradisonal Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Sekolah Dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014” dengan baik. Segala kekurangan dan keterbatasan sangat penulis sadari dalam

penulisan skripsi ini. Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan rendah

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan PJKR, FIK UNNES, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

4. Dr. Tommy Soenyoto,M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR FIKUNNES, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu kepala sekolah di sekolah dasar se- Kabupaten Temanggung yang telah, memberikan ijin pelaksanaan penelitian ini.


(8)

viii

7. Bapak, ibu, adik dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan hingga terselasaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman PGPJSD angkatan 2010 yang telah banyak membantu serta memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan penulisan skrisi ini.

Penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Semarang, 2015


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Masalah... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Bagi Peneliti ... 7

1.5.2 Bagi Guru Pendidikan Jasmani ... 8

1.5.3 Bagi Siswa ... 8


(10)

x BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani dan Olahraga... 9

2.1.1 TujuanPendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 11

2.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. ... ... 12

2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 13

2.2.1 Tujuan ... 13

2.2.2 Bahan Pembelajaran ... 13

2.2.3 Alokasi waktu ... 14

2.2.4 Peserta Didik ... 14

2.2.5 Guru Pendidikan Jasmani ... 16

2.3 Teori Bermain ... 17

2.3.1 Teori Kelebihan Tenaga ... 17

2.3.2 Rekreasi ... 18

2.3.3 Teori Atavisme atau Reinkarnasi ... 18

2.3.4 Teori Kataris ... 18

2.3.5 Teori Relaksasi ... 18

2.3.5 Teori Buhler ... 19

2.4 Fungsi Bermain Dalam Pendidikan ... 19

2.4.1 Nilai-nilai Mental ... 19

2.4.2 Nilai-nilai Fisik ... 20

2.4.3 Nilai-nilai Sosial ... 21

2.5 Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 22

2.5.1 Warming Up (Pemanasan) ... 22

2.5.2 Latihan Inti ... 23

2.5.3 Cooling Down (Pendinginan) ... 23


(11)

xi

2.7 Pengertian Permainan ... 24

2.8 Permainan Tradisional ... 24

2.7.1 Permainan Galasin Gobag sodor ... 25

2.7.2 Permainan Boy boyan atau menata pecahan genting ... 26

2.7.3 Permainan Bebentengan ... 28

2.7.4 Permainan Pindah Bintang ... 29

2.7.5 Permainan Pejam Mata ... 30

2.7.6 Permainan Kucing dan Tikus ... 32

2.7.7 Permainan Lompat Tali ... 33

2.7.8 Permainan Sepur Sepuran ... 34

2.7.9 Permaianan Ular Menangkap Ekornya ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Saran Penelitian... 38

3.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ... 39

3.3.1 Dokumentasi ... 39

3.3.2 Angket atau Kuisioner ... 40

3.3.2.1 Pertanyaan untuk mengungkap pembagian waktu dalam kurikulum... 40

3.3.2.2.Pertanyaan untuk penguasaan materi dalam pembelajaran permainan tradisional ... 40

3.3.2.3 Pertanyaan untuk mengungkap karakteristik permainan tradisional ... 41

3.3.2.4 Pertanyaan untuk mengungkap ranah ranah penjas ... 41


(12)

xii

3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data ... 41

3.4.1 Validitas Instrumen ... 41

3.4.2 Reliabelitas Instrumen ... 42

3.5 Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 53

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Pembelajaran PenjasorkesPada Sekolah

Dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 ... 45 2. Indikator PelaksanaanPermainan Tradisionaldalam


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Permainan Galasin atau Gobag Sodor ... 25

2. Permainan Boy boyan atau menata genting ... 26

3. Permainan Bebentengan ... 28

4. Permainan Pindah Bintang ... 29

5. Permainan Pejam Mata ... 30

6. Permainan Kucing dan Tikus ... 32

7. Permainan Lompot Tali ... 33

8. Permainan Sepur-sepuran ... 34


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keputusan Pembimbing ... 57

2. Surat Ijin Penelitian ... 58

3. Surat Rekomendasi Penelitian UPT ... 59

4. Surat Keterangan Bukti Penelitian Sekolah ... 60

5. Daftar Nama Guru Penjasorkes Sample Penelitian ... 65

6. Agenda penelitian ... 67

7. Kisi-Kisi Soal angket ... 68

8. Draf Permainan Tradisional ... 69

9. Soal Angket ... 72

10. RPP dan Silabus ... 86

11. Uji Coba Validitas dan Reabilitas ... 98

12. Hasil Penelitian... 103

13. Kriteria Perhitungan Skor Nilai ... 110


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangatlah pesat. Terbukti kemajuan teknologi sangat mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Hal ini juga berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi yang dipacu oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, serta membawa perubahan dalam cara berpikir, cara menghadapi hidup dan kehidupan ini. Salah satu perubahan terlihat dalam aktivitas manusia yang sekarang ini semakin menurun dengan adanya kecanggihan teknologi yang semakin pesat. Begitu juga kecanggihan teknologi juga mempengarui aktivitas anak yang semakin menurun. Terlihat dari banyaknya permainan-permainan modern sehingga permainan tradisional sekarang mulai ditinggalkan.

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, Dalam pelaksanaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga


(17)

2

dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lajim disebut sebagai seni tradisional.

Di Indonesia sendiri memiliki banyak jenis-jenis permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi waktu luang selesai melakukan kegiatan sehari hari. Tiap daerah memiliki jenis dan cara bermain yang berbeda beda, tetapi ada beberapa permainan yang mempunyai persamaan dalam hal bermain dan peraturan,hanya nama yang berbeda (Soetoto Pontjopoetro, 2008:6.11).

Sekolah merupakan suatu unit sosial yang bertugas khusus untuk melaksanakan proses pendidikan dan merupakan suatu jenis lingkungan pendidikan disamping lingkungan keluarga, masyarakat dan alam. Jenjang pendidikkan di sekolah dimulai dari SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi (Rusli Ibrahim, 2008:87).

Sekolah dasar merupakan suatu jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya dalam mendukung pendidikan nasional sehingga mutu pendidikan nasional harus dimulai dengan peningkatan mutu disekolah dasar. Kedudukan sekolah dasar sangat penting keberadaannya karena : (1) Tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti pelajaran di SLTP, (2) Melalui sekolah dasar anak didik dibekali kemampuan dasar dan keterampilan dasar agar mampu mengantisipasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan olahraga, serta keterampilan hidup lainnya life skill (Depdiknas, 2007:7) dan (3) Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang membekali atau memberikan dasar-dasar dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya (Harsuki, 2003:97).


(18)

3

Siswa sekolah dasar mereka sulit untuk duduk diam ketika hanya duduk di kelas dirasakan suatu hal yang sangat membosankan, Sehingga sebentar-bentar melihat arloji. Sewaktu tanda waktu/bel dibunyikan mereka berhambur keluar menuju tempat bermain. Siswa merasa bebas lari kesana kemari tidak beraturan untuk melampiaskan kegembiraannnya. Anak-anak tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bermain.

Secara harfiah bahwa alam merangsang untuk bergerak. alam mendorong mereka untuk bergerak, sehingga jantungnya, paru-parunya, dan otot seluruh tubuhnya akan berkembang lebih serasi.

Kesempatan anak untuk melatih potensi-potensi adalah pada waktu mereka bermain. Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam diri anak atau disebut sebagai naluri. Semua naluri harus diusahakan untuk disalurkan secara baik dan terkontrol. Oleh karena itu bermain bagi anak meerupakan kebutuhan hidupnya (Soemitro, 1992:1).

Pendidikan modern menggunakan permainan tradisional sebagai alat pendidikan bahwa bermain mengandung nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antara jiwa dan raga. Permainan merupakan bagian dari bidang studi pendidikan jasmani yang mempunyai banyak kegiatan seperti halnya kegiatan olahraga pada umumnya, dengan bermain terpaculah perkembangan-perkembangan manusia secara kejiwaan, dan sosial.

Dengan tumbuh kembangnya manusia secara keseluruhan melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam permainan ini, berarti anak-anak dipersiapkan untuk dapat mengikuti kegiatan-kegiatan bidang studi olahraga yang lain, yang juga menuntut kekuatan dan kelincahan gerak jasmaniah, kemasakan mental dan pendekatan jarak sosial (Soetoto Poentjopoetro, 2002:1.19).


(19)

4

Melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, permainan tradisional dapat disajikan sebagai bahan pelajaran pendidikan jasmani, karena setiap permainan tersebut harus terlebih dahulu dikaji nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut seperti nilai pendidikan, dalam permainan tradisional juga memiliki unsur-unsur seperti sportivitas, kejujuran, kecermatan, kelincahan, ketepatan menentukan langkah serta kemampuan bekerja sama dalam kelompok, mudah aturan permainannya, di samping jumlah pemain yang dapat melibatkan seluruh siswa di kelas yang bersangkutan dan dalam permainan guru dapat mengontrol siswanya karena adanya faktor bahaya sehingga harus ada yang dapat mempertanggung jawabkannya (Soemitro, 1992:171).

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral dan pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP, 2006:1).

Untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam pembelajaran penjas tidak lepas dari kurikulum. Kurikulum satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berlaku secara nasional. Kurikulum merupakan pedoman yang digunakan untuk menyusun dan menambah materi atau mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah yang bersangkutan (Wardani, 2002:1.4).

Pada saat ini sarana prasarana yang menunjang pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah sangat kurang memadai terutama di


(20)

5

sekolah dasar. Bahkan banyak sekolah yang tidak mempunyai peralatan yang layak untuk menunjang kegiatan kurikulum pendidikan jasmani, Tetapi kurikulum pendidikan jasmani harus berjalan dan harus dilaksanakan.

Salah satu jalan untuk mengatasi masalah ini adalah menyajikan kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan alat atau perkakas. Untunglah di tanah air kita ini daerah kaya akan permainan-permainan yang menggunkan alat maupun yang tidak menggunakan alat (Soemitro, 1992:30).

Salah satu bentuk materi pendidikan jasmani disekolah dasar adalah permainan. Permainan diharapkan mampu mengembangkan siswa didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Permainan tradisional merupakan bagian bentuk dari permainan sederhana sebagai bahan pelajaran.

Permasalahan ini juga tentu tidak berbeda dengan sebagian sekolah di Kabupaten Temanggung. Sebelum mengadakan penelitian, ada sebagian guru pendidikan jasmani yang mengajarkan permainan tradisional dalam pembelajaran penjasorkes. Hal ini dikarenakan letak sekolah dasar di wilayah Kabupaten Temanggung berada di perbukitan dan memiliki banyak tanah lapang yang memungkinkan anak untuk bermain salah satunya permainan tradisional. Siswa asyik bermain sendiri lari kesana kesana kemari tidak beraturan.

Berdasakan observasi awal peneliti melalui wawancara dengan guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kabupaten Temanggung diperoleh hasil bahwa pembelajaran pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan di sekolah dasar tersebut masih menggunakan permainan tradisional terutama pada kelas rendah. Pembelajaran permainan tradisional masih dinilai sangat efektif untuk diajarakan kepada siswa sekolah dasar yang lebih menyukai aktivitas bermain, terutama untuk sekolah-sekolah yang memiliki sarana prasarana yang masih


(21)

6

kurang mendukung untuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pengetahuan siswa tentang permainan tradisional di Sekolah tersebut masih sangat baik, permainan tradisional bagi siswa sekolah dasar disini masih melekat karena terbukti saat jam istirahat masih memainkan permainan tradisional untuk mengisi waktu istirahatnya.

Sarana prasarana di sekolah dasar tersebut sangat mendukung karena letak Kabupaten Temanggung sendiri di daerah pegunungan dan memilki banyak tanah lapang untuk menunjang pembelajaran permainan tradisional. Guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran permainan tradisional diharapkan oleh guru pendidikan jasmani mampu mengembangkan siswa untuk mencapi tujuan pendidikan yang inggin di capai.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah permainan merupakan suatu kegiatan positif bagi anak-anak sekolah dasar untuk mengisi waktu luang. Bermain merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan jasmani anak. Melakukan aktivitas dapat memberikan selingan dari kehidupan sehari hari, sehingga dapat di harapkan akan mendapatkan kesegaran kembali setelah melakukan aktivitas bermain. Permainan tradisional mengajarkan pada anak tentang bagaimana kita bersosial dan menanamkan nilai sportif, jujur dan kerja sama serta unsur-unsur seperti melempar, melompat, berlari dan nillai nilai yang terkandung dalam permainan tersebut, sehingga dari unsur-unsur dan nilai-nilai nyang terkandung di dalam permainan tradisional ini sangat sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar.

Dari uraian diatas, maka hal tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Permainan tradisional dalam


(22)

7

Pembelajaran Penjasorkes pada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014.

1.2. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, fokus permasalahan yang akan dikajii dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan permainan tradisonal dalam pembelajaran penjasorkes pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembelajaran penjasorkes pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung ?

2. Bagaimana ketersediaan materi dan pembelajaran pendidikan jasmani pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana karakteristik permainan serta gerak yang dihasilkan dalam pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung?

4. Bagaimana unsur-unsur penjas yang ada dalam pembelajaran permainan tradisional pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung?

5. Bagaimana motivasi terhadap pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional pada sekolah dasar di kabupaten Temanggung?


(23)

8 1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan permainan tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada sekolah dasar di kabupaten Temanggung Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran pendidikan jasmani dengan modifikasi permainan tradisional pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.

1.5.2 Bagi Guru Pendidikan Jasmani

1. Permainan tradisional sangat bermanfaat sekali sebagai bahan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga guru dapat mempunyai banyak sumber untuk memodifikasi permainan agar permainan lebih menarik.

2. Guru berpartisipasi dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan serta memelihara permainan tradisional yang sekarang ini sudah mulai ditinggalkan.

1.5.3 Bagi Siswa

1. Siswa dapat mengetahui berbagai macam-macam permainan tradisional.


(24)

9

2. Siswa ikut serta melestarikan permainan tradisional yang hampir punah.

1.5.4 Bagi sekolah

Berpartisipasi dalam memelihara dan melestarikan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan aset bangsa dalam hak menangkal kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Pendidikan Jasamani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral dan pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. (BSNP, 2006:1).

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di disain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani, psikomotorik,kognitifdan afektif siswa (Samsudin, 2008:2).

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif,sosial dan emosional (Depdiknas,2006:6).


(26)

11

2.1.1 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah :

Tujuan pendidikan jasmani :

a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

c. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalaui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui pendidikan jasmani. e. Mengembangakan keterampilan gerak dan ketrampilan tehnik serta

strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

f. Mengembangkan keterampilan pengeloalan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

g. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif (Samsudin, 2003:3).


(27)

12

2.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Gusril dalam buku Anirotul Qoryah (2011:92) menyatakan bahwa Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah untuk membantu siswa di dalam peningkatan kebugaran jasmani dan kesehatan melalui pengembangan penanaman sikap sportif dan kemampuan gerak dasar (fundamental basic movement), serta berbagai aktifitas jasmani, agar dapat tercapai sasaran sebagai berikut : (1) Tercapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis, (2) Mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, ketrampilan gerak dasar dan cabang olahraga, (3) Mengerti pentingnya kesehatan, kebugaran jasmani dan mental, (4) Mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabang olahraga, (5) Menyenangi aktivitas jasmani yang dapat di pakai untuk pengisian waktu luang serta kebiasaan hidup sehat dan (6) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitanya dengan kesehatan.

Bucher dalam buku Samsudin (2008:7) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan SD adalah : (1) Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental, emosional dan sosial yang berbeda, (2) Ketrampilan gerak dan kognitif harus mendapat penekanan, (3) Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelenturan, kemampuan dan koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran dalam meningkatkan kebugaran jasmani dan (6) Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian penting dari semua program.


(28)

13

Tujuan pendidikan di sekolah dasar adalah rekreasi sehingga kegembiraan adalah yang utama, sehingga anak-anak selalu dalam keadaan sehat, lincah, terampil, dan semua ini akan menunjukkan kegiatan intelektualitas anak di kelas (Soetoto Poentjopoetro, 2002:3.1).

2.2.

Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

2.2.1. Tujuan

Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan itu berfungsi untuk mengarahkan, dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa harus memahami tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat terjamin terlaksananya pengajaran yang efektif (Rusli Lutan, 2000:1).

Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Menurut para ahli dalam buku Rusli Lutan (2000:1) sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan.

2.2.2. Bahan Pembelajaran

Sukintaka (1992:71) mengatakan bahwa pada terjadinya interaksi edukatif pasti ada bahan yang disampaikan oleh guru, dan diterima oleh perserta didik. Bahan itu merupakan bagian-bagian dari permainan, adapun bagian-bagian itu


(29)

14

merupakan situasi yang terkecil dari kesatuan permainan yang harus diajarkan. Disini seorang guru dituntut kemampuannya untuk membagi-bagi permainan itu dalam bagian terkecil, tetapi bermakna bagi kebulatan suatu permainan. Termasuk didalamnya teknik apa dan unsur jasmani apa yang mendukung di samping itu guru pendidikan jasmani harus mengetahui kemampuan gerak yang bagaimana yang perlu ditingkatkan bagi anak-anak untuk tiap tahap perkembangannya.

2.2.3. Alokasi Waktu

ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian Kompetensi Dasar dan beban belajar (http://tirman.wordpress.com/pengembangan-rpp/ diunduh 02/01/2015).

2.2.4. Peserta Didik

Murid sekolah dasar perlu diajarkan berbagai macam bentuk permainan agar dapat membina, menumbuhkan dan menciptakan rasa gembira, jiwa dan raga yang sehat, sportivitas yang tinggi bagi anak-anak. Dan yang utama adalah meletakkan dasar pada anak-anak tanpa melepas atau mengesampingkan unsur yang paling utama adalah gembira (Soetoto Pontjopoetro, 2002:3).

Menurut Sugiyanto (2008:4.35) menyebutkan bahwa sifat-sifat pada anak-anak usia 6-9 tahun adalah :

1. Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmik. 2. Menyenangi pengulangan aktivitas.


(30)

15 4. Rasa ingin tahunya besar.

5. Selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan. 6. Lebih menyenangi aktivitas kelompok dari pada aktivitas individual. 7. Meningkatkan minat untuk terlibat dalam permainan yang diorganisir,

tetapi belum siap untuk peraturan yang rumit.

8. Cenderung membandingkan dirinya dengan teman-temannya, dan mudah merasa rendah diri apabila ada kekurangan pada dirinya atau mengalami kegagalan.

9. Mudah gembira karena pujian, dan mudah patah hati atau tidak senang karena kritik.

10. Senang menirukan idolanya.

11. Selalu menginginkan persetujuan orang dewasa apa yang diperbuat Sifat-sifat atau karakteristik anak usia 10 tahun sampai 12 tahun sifat yang menonjol adalah :

1. Baik laki-laki dan perempuan menyenangi permainan yang aktif. 2. Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.

3. Minat terhadap permainan yang lebih terorganisir meningkat.

4. kebanggaan akan keterampilan yang dikuasai tinggi dan berusaha untuk meningkatkan kebanggaan diri.

5. Selalu berbuat sesuatu untuk memperoleh perhatian orang dewasa, dan berbuat sebaik-baiknya apabila memperoleh dorongan dari orang dewasa.

6. Memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang dewasa dan berusaha memperoleh persetujuannya.


(31)

16

7. Memperoleh kepuasan yang besar melalui kemampuan mencapai sesuatu, membenci kegagalan atau berbuat kesalahan.

8. Pemujaan kepahlawanan kuat. 9. Mudah gembira.

10. Kondisi emosionalnya tidak stabil.

11. Mulai memahami arti akan waktu dan ingin mencapai sesuatu pada waktunya.

Melalui tahap-tahap tersebut seorang guru pendidikan jasmani dapat mengetahui keadaan anak, kemampuan gerak anak, kesenangan anak yang dapat menumbuhkan motivasi anak dan apa yang dibutuhkan anak yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.2.5. Guru Pendidikan Jasmani

Profil guru pendidikan jasmani harus mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami pengetahuan pendidikan jasmani dan kesehatan sekolah. 2. Memahami karakteristik anak sekolah dasar.

3. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak SD untuk berkreatif dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan dan keterampilan motorik anak SD.


(32)

17

4. Mampu memberikan bimbingan dan mengembangkan anak SD dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.

5. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai. Serta mengoreksi dalam proses pembelajaran bidang studi pendidikan jasmani di sekolah dasar.

6. Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak. 7. Memiliki pemahaman dan unsur-unsur kondisi jasmani.

8. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani.

9. Memililki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga.

10. Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga (Sukintaka, 1992:73).

2.3.

Teori Bermain

2.3.1. Teori Kelebihan Tenaga

Teori ini diutarakan oleh Herbert Spencer, mengatakan bahwa tenaga yang berlebihan pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan. Lebih-lebih bagi pemuda-pemuda yang kurang mendapat kesempatan untuk mengeluarkan atau melayani hasrat bergeraknya, teori ini tepat sekali.


(33)

18 2.3.2. Rekreasi

Teori ini dari Schaller dan Lazarus. Teori ini mengemukakan bahwa permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan kembali jiwa dan raganya.

2.3.3. Teori Atavisme atau Reinkarnasi

Teori ini dari Stanley Hall, menerangkan bahwa permainan anak itu adalah ulangan dari kehidupan nenek moyangnya. Memang dalam perkembangan anak itu nampak ada permainan sebagai pemburu, sebagai petani, membuat rumah, jalan-jalan. Tetapi hal ini di sebabkan oleh jiwanya anak itu, yang mewarisi dari jiwa nenek moyangnya atau karena jalan pikiran anak itu sejalan dengan manusia sederhana primitif.

2.3.4. Teori Kataris

Teori ini dari Aristoteles memandang permainan itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan ke arah yang baik.

2.3.5. Teori Relaksasi

Teori ini dari Patrick, bahwa bermain adalah menyenangkan dan dilakukan karena ingin bermain. Bermain adalah cara untuk melepaskan diri dari


(34)

19

segala kehidupan dan segala macam paksaan. Bermain menimbulkan kepuasan, menghilangkan ketegangan dan tekanan yang ada pada diri pribadi (Soetoto Pontjopoetro, 2002:1.8).

2.3.6. Teori Buhler

Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (teori Groos), juga merupakan “functionLust” (nafsu berfungsi) dan juga merupakan “Aktivitas Drang” (kemauan untuk aktif). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, lari, lompat itu mempunyai kehidupannya kelak di samping itu haruslah anak mempunyai kemampuan untuk berjalan, lari dan lompat (Sukintaka, 1992:5).

2.4.

Fungsi Bermain Dalam Pendidikan

2.4.1. Nilai-nilai Mental

Suasana di dalam bermain selalu bebas. Di dalam suasana yang bebas itu setiap individu yang ikut bermain dituntut untuk mengikuti ketentuan-ketentuan atau peraturan permainan itu sendiri. Setiap anak yang bermain ada nilai-nilai yang dipelajari dengan jalan menghayati dan berfikir untuk melaksanakan peraturan itu.

Pergaulan waktu bermain didalamnya, anak-anak akan mengenal dirinya yang berkaitan dengan ketangkasan, kepandaiannya, tanggung jawab sopan santunnya dan lain-lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatkan rasa percaya diri sendiri dan akan mempengaruhi tingginya semangat atau moril anak baik di dalam permainan maupun dalam pergaulan masyarakat. Oleh karena itu


(35)

20

guru pendidikan jasmani sewaktu menyajikan permainan memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi, agar potensi kepemimpinannya dapat berkembang. Memberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas tugas-tugas dalam permainan itu, agar potensi bertanggung jawab dapat berkembang sebaik-sebaiknya (Soemitro, 1992:4).

2.4.2. Nilai-nilai Fisik (Kesehatan)

Bahwa manusia mempunyai naluri untuk bergerak. Bergerak yang dilakukan dalam bermain tentu saja disertai kegembiraan. Bermain yang dilakukan di luar atau diruangan yang terbuka akan mempengaruhi terhadap perhatian anak, mereka akan menghirup udara yang bersih, udara yang tidak tercemar oleh hal yang dapat mencemari udara. Mereka akan berpakaian yang longgar sehingga memberikan keleluasaan untuk bergerak dan tidak terjadi geseran udara. yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai anak-anak rusak kulitnya karena terbakar matahari.

Dalam melakukan permainan, anak-anak berlari, lompat dan lari merangkak, mendorong, mengangkat dan lain-lainnya. Gerakan-gerakan ini akan mempengaruhi terhadap peredaran darah dan pernapasan. Peredaran darah akan dipercepat berarti kerja jantung akan menjadi tambah kuat, dan frekuensinya makin cepat memompa darah keseluruh tubuh. Pernapasan akan menjadi lebih dalam di samping juga menjadi lebih cepat, dan paru-paru akan terlatih dan mampu mengambil oksigen yang sebanyak-banyaknnya. Dan gerakan-gerakan sewaktu bermain akan mempengaruhi otot-otot penggerak badan akan menjadi tambah baik kerjannya. Makin meningkatnya fungsi alat peredaran darah dan pernapasan makin meningkat pula kesehatan badannya.


(36)

21

Makin terlatih fisik anak, berarti makin tinggi pula daya tahan tubuh terhadap penyakit (Soemitro, 1992:6).

2.4.3. Nilai-nilai Sosial

Anak-anak yang bermain dengan gembira itu, suasana kejiwaanya juga bebas atau lepas dari segala sesuatu yang merintanginya. Sifat-sifat yang selalu ditutupi selama ini akan muncul ke atas karena kebebasan itu, sehingga pendidik akan mudah mengetahui karakteristik atau sifat anak sewaktu mereka bermain. Didalam bermain anak akan berhadapan dengan seorang, tetapi dapat pula seorang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

Di dalam situasi bermain seorang lawan seorang, mereka belajar saling memberi dan saling menerima. Mereka juga mengukur kekuatan, kemampuan, kepandaian, keuletan sendiri dengan kemapuan, keuletan orang lain. Mereka mengakui keunggulan lawan, belajar menyadari kekurangan dirinya, belajar memperlakukan lawan sebagai teman bermain. Tanpa ada lawan, tentu saja permainan tidak akan berlangsung, maka lawan harus dianggap kawan untuk bermain. Di dalam permainan seorang lawan kelompok, ia mempunyai kesempatan untuk belajar menghadapi orang banyak. Situasi ini akan berguna bagi anak untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Ia akan menilai bahwa kelompok mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dan kelemahan dan menimbulkan taktik strategi untuk menghadapi kelompok.

Situasi bermain kelompok lawan kelompok, akan timbulnya rasa persatuan, rasa kebersamaan, rasa tanggung jawab baik pada kelompok maupun anggotanya, kerjasama antara anggota kelompok untuk tujuan bersama.


(37)

22

Di dalam situasi pertandingan, sikap sportif harus dipupuk sebaik-baiknya. Sikap sportif juga menuntut kepada pemainnya, agar kemenangan atau kekalahan dapat diterima dengan ikhlas, tidak ada dendam dan yang menang tidak menjadi sombong hal ini tidak boleh bergembira setelah mendapatkan kemenangan. Boleh bergembira, tetapi harus membatasi diri jangan sampai melukai hati kelompok lawannya. Dengan adanya sikap sportif akan menimbulkan situasi pertandingan yang menggembirakan. Kegembiraan akan menimbulkan tercapainya tujuan permainan sehingga akan berakhir dengan kepuasan (Soemitro, 1992:7).

2.5.

Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas)

2.5.1. Warming Up (Pemanasan)

Setiap melakukan kegiatan pendidikan jasmani dimulai dengan pemanasan gunanya untuk melemaskan otot-otot agar dia siap memulai kerja yang lebih berat dalam pelajaran berikutnya. Menaikkan denyut nadi dengan perlahan-lahan dan dengan mudah sampai ke training zone. Ini dapat dimulai dengan berlari sekeliling lapangan, melompat ditempat, lompat atau latihan senam selama lebih kurang tiga menit yang menyebabkan nafas akan terasa lebih berat kerjanya untuk menarik pernafasan.

Latihan ini berguna untuk mempercepat peredaran darah agar lebih cepat membawa oksigen yang segar keseluruh tubuh kejaringan otot agar siap melakukan pekerjaan yang lebih berat berikutnya (Harsuki, 2003:68).


(38)

23 2.5.2. Latihan Inti

Jenis permainan apa yang akan digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang menyebabkan denyut nadi berada dalam traning zone, sampai tercapai waktu latihan. Denyut nadi selalu diukur dan disesuaikan dengan intensitas latihan. Semua latihan inti pendidikan jasmani berada dalam latihan, yang mungkin menyebabkan denyut nadi tambah tinggi atau bertambah pelan, kalau nadi pelan maka diberikan latihan yang meningkatkan denyut nadi dan ini diatur oleh guru pendidikan jasmani dalam membuat persiapannya.

2.5.3. Cooling Down (Penenangan)

Setelah anak melakukan pekerjaan berat dalam latihan inti, maka kondisi anak-anak pelan-pelan dikembalikan seperti keadaan sebelum latihan. Mereka diberikan gerakan yang dapat menenangkan kegiatan fisik sehingga peredaran darah dikembalikan seperti biasa. Gerakan pernafasan diperlahan dan menarik nafas diperdalam dan mengeluarkan nafas perlahan-lahan melalui mulut. Setelah dilakukan berulang-ulang maka frekuensi nafas akan kembali seperti biasa. Kemudian anak-anak disuruh mengganti pakaian dan kembali belajar di kelas (Harsuki, 2003:69).

2.6.

Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam dari individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat


(39)

24

diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsanga, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Hamzah B, Uno :2009:3).

2.7.

Pengertian Permainan

Permainan merupakan aktivitas yang sangat di gemari oleh anak anak para remaja dan juga orang orang tua. Banyak para cendekiawan mengemukakan pendapatnya mengenai permainan. Ada yang berpendapat bahwa permainan atau bermain berguna bagi perkembangan pribadi, ada yang positif menyenangkan, ada pula yang menyehatkan, permainan bermanfaat bagi perkembangan biologis dan juga pendidikan. Dengan bermain dapat mengembangkan kesetabilan dan pengendalian emosi dan pengendalian emosi yang sangat penting bagi keseimbangan mental. Melalui permainan juga dapat dikembangkan kecepatan proses individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, bahkan antar negara dan bangsa di dunia ini (Soetoto Ponjopoetro, 2002:1.3)

2.8.

Permainan Tradisional

Permainan tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak yang bersumber dari suatu daerah secara tradisi, yaitu permainan tersebut diwarisi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya (Soemitro,1992:171)

Permainan yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar harus mengandung ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor,


(40)

25

dan ranah jasmani. Agar anak menampilkan dan memperbaiki keterampilan jasmani, sosial, mental, dan moral dan spiritual lewat “fairplay” dan “sport

smanship” atau bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olahragawan sejati. Melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, permainan tradisional dapat disajikan sebagai bahan pelajaran pendidikan jasmani, karena setiap permainan tersebut harus terlebih dahulu dikaji nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut seperti nilai pendidikan, dalam permainan tradisional juga memiliki unsur-unsur seperti sportivitas, kejujuran, kecermatan, kelincahan, ketepatan menentukan langkah serta kemampuan bekerjasama dalam kelompok, mudah aturan permainannya, di samping jumlah pemain yang dapat melibatkan seluruh siswa di kelas yang bersangkutan dan dalam permainan guru dapat mengontrol siswanya karena adanya faktor bahaya sehingga harus ada yang dapat mempertanggungjawabkannya. (Soemitro, 1992:171).

Macam-macam permainan tradisional yang ada di sekolah dasar :

2.7.1 Permainan Galasin/Gobak Sodor

Gambar. 2.1.Permainan Tradisional Galasin atau Gobak Sodor Sumber: http://mestakungindonesia.blogspot.com


(41)

26

Permainan ini terdiri dari 2 grup, yaitu grup jaga dan grup lawan. Setiap orang di grup jaga membuat penjagaan berlapis dengan cara berbaris ke belakang sambil merentangkan tangan agar tidak dapat dilalui oleh lawan. Satu orang penjaga lagi bertugas di garis tengah yang bergerak lurus dari penjaga lainya.

Jarak antara satu penjaga dengan penjaga lain di belakang sejauh 4 kali rentangan lengan. Wilayah permainan dan garis jaga di tandai oleh kapur. Selama permainan berlangsung, salah satu kaki penjaga harus tetap di atas garis jaga. Jadi, ia tidak bisa bergerak bebas untuk menghalangi pemain lawan untuk melaluinya. Jika pemain lawan tersentuh oleh penjaga maka pemainpun gugur. Kemenangan akan diperoleh grup jaga jika mengenai seluruh pemain lawan (A.Husna M,2009:1).

2.7.2 Permainan Boy boyan atau Menata Pecahan Genting

Gambar. 2.2.Permainan Tradisional Boy Boyan atau Menata Pecahan Genting


(42)

27 Pemain : 4 orang atau lebih

Alat/ bahan : 1. Bola kasti atau bola plastik dibuat dari buntelan koran dan dilapisi plastik lalu diikat karet. 2. Beberapa keping pecahan genting

Tempat : Lapangan luas Cara bermain

Pemain di bagi menjadi 2 grup, yaitu grup main dan grup lawan. Tugas grup main adalah merubuhkan menara genting – susunan kepingan genting – dengan menggunakan bola dari jarak tertentu. Selanjutnya, grup main terus menyusun kembali menara genting yang berserakan tersebut sambil menghindari tembakan bola dari grup lawan. Jika ada pemain terkena tembakan bola dari grup lawan maka ia gugur. Perjuangan tidak berhenti sampai disitu aja. Masih ada teman-temannya yang belum gugur untuk menyelesaikan misi permainannya.

Sementara itu, grup lawan harus saling bekerja sama menembakan bola agar semua orang di grup main gugur dan bola tidak boleh dibawa lari, tetapi harus di oper ke terman lainnya. Hindari menembak ke arah bagian kepala dan bagian tubuh yang vital (A.Husna M, 2009:2).


(43)

28 2.7.3 Permainan Bebentengan

Pemain : 4 orang atau lebih

Tempat : halaman rumah/lapangan tangan Cara bermain :

Pemain di bagi menjadi 2 grup, masing masing grup memilih tiang atau pohon sebagai bentengnya. Tugas setiap grup adalah merebut benteng musuh. Hanya saja, tidak semudah itu untuk “menduduki” benteng musuh karena mereka akan berusaha mempertahankan bentengnya dan merebut juga benteng lawanya.

Dalam permainan ini, benteng berfungsi sebagai pengisi kekuatan pemainnya. Orang yang berada di luar benteng, kekuatannya akan berkurang sehingga dapat ditangkap oleh musuh yang baru keluar dari bentengnya. Untuk itu, setiap pemain harus memperbarui kekuatannya dengan menyentuh tiang benteng agar bisa menangkap mungsuh berada lebih lama di luar bentengnya. Pemain yang tertangkap akan menjadi tawan musuh dan “dipenjara” di sebelah benteng lawan. Ia bisa diselamatkan asal disentuh oleh teman satu grupnya (A.Husna M, 2009:2).

Gambar. 2.3.Permainan Tradisional Bebentengan Sumber: http://id.wikipedia.org


(44)

29 2.7.4 Permainan Pindah Bintang

Permainan pindah bintang ini berasal dari daerah Kalimantan Timur dan kemungkinan besar permainan ini berasal dari negara Barat karena permainan ini pernah ditulis dalam buku The New Book Of Knowledge Volume VII. Permainan ini diambil dari pergerakan bintang yang seakan-akan menghilang, melompat, berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain.

Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki laki atau perempuan berusia 6 sampai 14 tahun. Pada permainan ini anak laki laki dapat bermain bersama-sama dengan anak perempuan. Pada permainan ini tidak harus mutlak digunakan alat, tetapi dapat digunakan dengan alat, tetapi dapat digunakan alat ataupun tidak.

Cara bermain :

Sebelum permainan dimulai buatlah lingkaran sebagai bintang dengan diameter kurang lebih 50 cm sebanyak kurang satu dari jumlah peserta yang ikut bermain, letak lingkaran satu dengan yang lainnya tidak begitu jauh, cukup satu rentang lengan. Untuk menentukan anak yang menjadi “aba” yaitu yang harus

Gambar. 2.4.Permainan Tradisional Pindah Bintang Sumber: http://id.wikipedia.org


(45)

30

merebut bintang dan menjadi bintang. Dapat dilakukan undian, yaitu dengan cara hompimpa dan suit yang kalah terakhir menjadi “aba”.

Selain siap semua, yang menjadi bintang akan masuk lingkaran masing-masing dan yang menjadi “aba” akan berdiri di tengah-tengah bintang-bintang. Guru membunyikan peluit maka yang menjadi bintang harus dapat pindah ke bintang lain, sementara yang menjadi “aba” dapat berusaha masuk kedalam bintang atau lingkaran. Jika salah satu dari peserta tidak dapat masuk ke dalam lingkaran, maka peserta bebas memilih mau masuk ke dalam lingkaran, maka peserta tersebut akan menjadi “aba”. Pada permainan ini tiap peserta bebas memilih mau masuk ke dalam bintang yang mana. Demikian permainan ini terus menerus dapat dimainkan dan permainan ini dapat dihentikan atas kesepakatan bersama (Soetoto Pontjopoetro dkk, 2008:6.8).

2.7.5 Permainan Pejam Mata

Pada permainan ini salah seorang anak harus memejamkan mata, maka permainan ini disebut main pejam mata. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan, tetapi tidak dapat digabungkan, umumnya

Gambar. 2.5.Permainan Tradisional Pejam Mata Sumber: http://log.viva.co.id


(46)

31

dimainkan oleh anak berusia 5 sampai 15 tahun. Pada permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, hanya memerlukan kain sapu tangan untuk menutup mata.

1. Lapangan permainan yang dipakai adalah dapat berbentuk lingkaran atau persegi empat yang dapat dibuat dengan kapur atau persegi empat yang dapat di buang seperti kapur atau bahan lainya yang tidak membahayakan anak.

2. Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah kain atau sapu tangan yang digunakan untuk menutup mata .

3. Jumlah pemain tidak terbatas, tetapi biasanya di mainkan 10 sampai 15 orang, minimal 2 orang.

Cara bermain :

Sebelum permainan ini dimulai diadakan undian terlebih dahulu dengan hompimpa dan suit, yang kalah harus menjadi “aba”, yaitu yang bertugas mencari salah satu teman dengan jalan menjamah atau memegang teman sambil mata tertutup kain.

Seluruh peserta masuk kedalam lingkaran dan yang menjadi “aba” berdiri di tengah-tengah lingkaran. Permainan dimulai “aba” berjalan kesana-kesini mencari peserta untuk ditangkap, peserta dapat berjalan kesana-kemari untuk menghindari tangkapan “aba”. Pada permainan ini peserta tidak boleh keluar dari garis lingkaran, jika peserta keluar dari garis lingkaran, maka dia dikatakan mati dan harus menggantikan temannya yang menjadi “aba”. pada permainan ini semua peserta menjadi juri, oleh sebab itu semua bertindak jujur.


(47)

32

Pada permainan ini dinyatakan kalah adalah yang sering menjadi “aba”, dan pada permainan ini tidak ada sanksi hukuman, tetapi tidak merasa malu karena diejek temannya (Soetoto Pontjopoetro dkk, 2008:6.8).

2.7.6 Permainan Kucing dan Tikus

Anak-anak dijadikan dua kelompok, salah satu kelompok membuat lingkaran sambil berpegangan tangan sedangkan kelompok yang lain menjadi tikusnya, selanjutnya ditentukan salah seorang untuk dijadikan kucingnya. Anak yang menjadi tikus berada didalam lingkaran sedangkan yang menjadi kucing berada diluar lingkaran. Kucing dan tikus bebas keluar dan masuk lingkaran, apabila ada tanda mulai atau peluit maka segera mungkin kucing mengejar tikus dan tikus berlari menghindar agar tidak tertangkap kucing, apabila ada tikus tertangkap kucing maka tikus yang tertangkap berubah menjadi kucing dan kucing yang tertangkap tadi menjadi tikus, apabila keduannya sudah menjadi tikus dan kucing maka mereka bergabung membentuk lingkaran dan yang

Gambar. 2.6.Permainan Tradisional Kucing dan Tikus Sumber: http://log.viva.co.id


(48)

33

kelompok lingkaran melakukan hompimpah dan kedua orang pertama 26 yang melakukan hompimpah menang suit dan ditentukan siapa yang menjadi kucing dan tikus. Permainan ini mengandung unsur-unsur penjas diantaranya kelincahan, daya tahan, kerjasama, koordinasi, disiplin (Herman Subarjah, 2008:3.19).

2.7.7 Permainan Lompat Tali

Cara bermain:

1. Setiap siswa diberikan satu tali untuk satu siswa kurang lebih panjangnya 2 meter. Apabila tidak cukup bisa di buat beregu.

2. Ujung tali pertama dipegang tangan kanan dan ujung satunya dipegang oleh tangan kiri. Kemudian tali diputar diatas kepala dari depan kebelakang, atau dari bekang kedepan. Pada saat tali menyentuh tanah atau lantai didepan dan melompatlah dengan satu kaki dan turun dengan kaki lainnya.

3. Pada saat memutar tali tangan harus berada di samping luar dan tidak diatas pundak. Untuk pertama latihan lompatan dilakukan dengan

Gambar. 2.7.Permainan Tradisional Lompat Tali Sumber: http://log.viva.co.id


(49)

34

gerakan sederhana baru dapat meningkat kepada yang lebih kompleks, misalnya dua putaran tali satu lompatan dan sebagainya. Unsur-unsur penjas : melatih keterampilan melompat, meloncat dan koordinasi tangan dan kaki (Soetoto Poenjopoetro, 2002:4.22).

4. Atau dapat dilakukan dua orang di sisi kanan dan kiri memegangi tali karet. Pemain yang lain harus meloncatinya. Tinggi karet mulai dari semata kaki, kemudian naik selutut, lalu sepaha kemudian se pinggang. Pada ketinggian tersebut, setiap pemain harus mampu meloncatinya tanpa menyentuh tali karet. Selanjutnya adalah setinggi dada, dagu, telinga, ubun-ubun, tangan yang diangkat keatas tanpa berjinjit, kemudian sambil berjinjit. Pemain yang melewati ketinggian tersebut asalkan tidak menggunakan alat bantu. Bila pemain tidak berhasil melompati karet dengan benar, maka ia tukar posisi menjadi pemegang karet (Husna, 2009:11).

2.7.8 Permainan Sepur-sepuran

Gambar. 2.8. Permainan Tradisional Sepur Sepuran Sumber: http://surtiawan.blogspot.com/


(50)

35 Jumlah Pemain : tidak terbatas Alat yang digunakan : Tanpa alat Tempat : dihalaman atau di lapangan Aturan permainan :

Anak-anak dibariskan menjadi tiga syaf. Syaf pertama dan kedua berdiri di tengah memanjang lapangan dan berhadapan membentuk terowongan kereta api. Caranya ialah saling berpegangan lengan dalam keadaan lurus dan mendatar. Sedangkan anak-anak pada syaf ketiga berpegangan satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian kereta api. Tugas rangkaian kereta api adalah lari kecil-kecil sambil berbelok-belok dan akhirnya memasuki terowongan. Bila mana rangkaian kereta api telah dianggap cukup gerakannya maka diadakan pergantian, yang menjadi rangkaian kereta api mengganti salah satu yang semula menjadi syaf terowongan. Demikian terus dilanjutkan sampai semua syaf pernah menjadi kereta api (Soemitro, 1992:34).

2.7.9 Ular makan Ekornya

Gambar. 2.9. Permainan Ular Menangkap Ekornya


(51)

36 Aturan permainan :

Anak-anak dibariskan menjadi empat syaf. Setiap syaf terdiri dari dua barisan putri dan dua barisan putra. Dan barisan yang berdiri paling belakang memegang perut orang yang ada didepannya. Yang berdiri paling depan berlaku sebagai kepala ular, sedangkan yang berdiri paling belakang sebagai ekor ular.Tugas kepala ular adalah berusaha secepat mungkin menangkap ekornya. Sedangkan si ekor berusaha menghindar tangkapan si kepala ular tanpa melepaskan pegangan. Bila ada anggota yang lepas peganggannya maka ia akan bertugas menggantikan tugas si ekor. Bila si ekor dapat tertangkap, maka diadakan pergantian, yaitu si kepala menjadi ekor dan si orang yang paling dekat dengan kepala menggantikan menjadi kepala (Soemitro, 1992:37).


(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi adalah suatu pengetahuan tentang berbagai macam cara kerja yang disesuaikan dengan objek ilmu yang disesuaikan. Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan syarat mutlak dari suatu penelittian. Menurut suharsimi Arikunto (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif yang bersifat eksploratif dan bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu (suharsimi, 1993 : 209).

Apabila datanya telah terkumpul, maka di klasifikasikan menjadi 2 kelompok data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Terhadap data yang bersifat kualitatif, yaitu data yang di gambarkan dengan kata-kata atau kalimat di pisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dapat diproses dengan cara di jumlahkan, di bandingkan dengan jumlah yang diharapkan dab diperoleh persentase. Data kualitatif yang ada seringkali dikuantifikasikan, diangkakan untuk mempermudah penggabungan variabel, kemudian sesudah terdapat hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali.


(53)

38

Tehnik ini sering disebut dengan tehnik deskriptif kualitatif dengan persentase (suharsimi, 1993 : 210).

3.2 Lokasi Penelitian dan Sasaran Penelitian

Lokasi penelitian tentang survei pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014, mengambil lokasi penelitian pada sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.

Sasaran penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional pada sekolah dasar tersebut.

Subyek penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani sekolah dasar di kabupaten Temanggung tahun 2014. Polulasi penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani sekolah dasar di kabupaten Temanggung.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani sekolah dasar dengan jumlah 43 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel bertujuan atau purposive sample karena didalam pengambilan sampelnya, peneliti mengambil subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan,misalnya alasan keterbersan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar dan jauh.

Peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu,tetapi ada syarat-syarat yang hrus dipenuhi;a) pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri pokok populasi. b)subyek yang di ambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang pling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. c) penetuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan (Suharsimi Arikunto, 2010:177).


(54)

39

Obyek yang diteliti pelaksanaan permainan Tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada siswa sekolah dasar.

3.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Menurut Suharsimin Arikanto (2006:160), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan atau memperoleh data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2010:305).

Data yang diperoleh oleh peneliti harus faktual, artinya hasil penelitian tersebut sesuai dengan kondisi lapangan, maka dari itu peneliti sebagai instrumen harus lebih teliti, cermat dan lugas dalam mengambil data. Hal ini harus dibuktikan dengan bukti atau temuan di lapangan agar data yang diperoleh tersebut kuat.

Untuk pengambilan data yang sesuai dengan tujuan penelitian terlebih dahulu memilih teknik pengumpulan data yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan :

3.3.1. Dokumentasi

Dokumen-dokumen bertujuan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian serta dapat memperkuat dan melengkapi data yang


(55)

40

telah diperoleh.. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang akurat tentang proses-proses pembelajaran permainan tradisional pada siswa di sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.

Data dokumentasi diperoleh dengan metode observasi, wawancara dengan guru penjas, foto serta video pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional penjasorkes pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.

3.3.2. Angket atau Kuesioner

Kuesioner sebagai alat pengukur data penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu. Kuesioner yang dirumuskan tanpa kriteria yang jelas tidak banyak manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian. Metode kuesioner ini digunakan sebagai alat pengumpul data tentang pembelajaran permainan tadisional pada siswa disekolah dasar di Kabupaten Temanggung. Angket dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan dengan perincian sebagai berikut:

3.3.2.1 Pertanyaan untuk mengungkap pembagian waktu dalam kurikulum yang terdiri dari:

1. Jumlah jam pelajaran penjas kelas rendah dan kelas tinggi terdiri dari 3 soal.

3.3.2.2. Pertanyaan untuk penguasaan materi dan pembalajaran penjas khususnya permainan tradisional yang terdiri dari:

1. Kegiatan pembelajaran guru dan penguasaan materi guru terdiri dari 3 soal.

2. Sarana dan prasarana terdiri dari 2 soal.


(56)

41

3.3.2.3 Pertanyaan untuk mengungkap karakteristik permainan serta gerak yang dihasilkan:

1. Jenis permainan terdiri dari 19 soal.

2. Hasil gerak dan faktor resiko terdiri dari 18 soal. 3. Gerak lokomotor terdiri dari 7 soal.

4. Non lokomotor terdiri dari 4 soal. 5. Gerak manipulatif terdiri dari 1 soal.

3.3.2.4 Pertanyaan untuk mengungkap ranah / unsur-unsur penjas terdiri dari :

1. Kognitif terdiri dari 1 soal. 2. Afektif terdiri dari 2 soal. 3. Psikomotor terdiri dari 5 soal. 3.3.2.5 Pertanyaan untuk motivasi terdiri dari :

1. Motivasi / minat siswa terdiri dari 7 soal. 2. Motivasi guru terdiri dari 1 soal.

3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas (Sugiyono, 2007:120-121).

3.4.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidtan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010:211).


(57)

42

Validitas instrumen penelitian ini menggunakan derajat kesahihan yang diuji melalui analisis secara rasional yang disebut dengan validitas logis. Di katakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha melalui cara yang benar sehingga menurut logikakan dicapai suatu tingkat validitas yang diinginkan. Rumus yang digunakan adalah :

∑ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan :

: Koefisien antara X dan Y

N : Banyaknya subjek/siswa yang diteliti

∑ : Jumlah skor tiap butir soal

∑ : Jumlah skor total

∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal

∑ : Jumlah kuadrat skor total (Suharsimi Arikunto, 2010:213).

3.4.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk tingkat keterandalan sesuatu. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2010:221).

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut :


(58)

43

[ ][ ∑

] Keterangan:

: reliabilitas tes secara keseluruhan

: banyaknya item

∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item

∑ : varians total

Dengan rumus varians :

∑ ∑

Keterangan:

X: skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir. N: jumlah responden uji coba. (Suharsimi Arikunto, 2010:228).

3.5 Analisis Data

Metode analisis data harus melalui alat pengambilan data yang dihasilkan. Dalam hal ini berbentuk riset deskriptif bersifat eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan status fenomena. Peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui pelaksanaan permainan tradisional pada siswa di sekolah dasar. Data yang dihasilkan nanti bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan Teknik deskriptif kualitatif dengan prosentase adalah data kualitatif yangada akan dikuantitatifkan, diangkakan sekedar untuk mempermudah dua ataulebih data variabel kemudian setelah dapat hasil akhir lalu dikualitatifkan kembali (Suharsimi Arikunto, 2010:282).


(59)

44

Rumus yang dipakai dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

% : Prosentase

n : Jumlah yang diperoleh dari data N : Jumlah skor ideal (maksimal). (Mohamad Ali, 1993:186).


(60)

53 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa pelaksanaan permainan tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 yang tergolong sangat baik, yaitu sebesar 84,27 %, tepat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa di sekolah dasar. Hal ini terbukti dari jumlah pembagian waktu pembelajaran yang baik sebesar 74,22 %, kemampuan guru dalam penguasaan materi dan pembelajaran yang tergolong baik sebesar 84,05 %, meliputi sarana prasarana, dan kesesuaian kurikulum, kemudian karakteristik permainan serta gerak yang dihasilkan dengan kriteria baik yaitu sebesar 82,48 %, meliputi jenis permainan tradisional itu sendiri, hasil gerak dan fakor resiko dari siswa. Unsur unsur penjas yang tergolong sangat baik sebesar 87,28 % meliputi kognitif, afektif, psikomotor dan jasmani siswa, serta motivasi yang tergolong baik sebesar 93,31 %, meliputi minat siswa dan motivasi guru dalam penggunaan permainan tradisional.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di atas maka saran dari penelitian ini yaitu :


(61)

54

1. Bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diharapkan lebih bisa mengembangkan pembelajaran permainan tradisional itu sendiri sehingga pembelajaran bisa efektif dan tercapai.

2. Siswa diharapakan mampu melestarikan akan kecintaanya terhadap permainan tradisonal.

3. Bagi sekolah untuk selalu Berpartisipasi dalam memelihara dan melestarikan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan aset bangsa dalam hak menangkal kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita.


(62)

55

DAFTAR PUSTAKA

Anirotul Qoriah. 2011. Filsafat Olahraga. Semarang: Universitas Negeri Semarang

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Harsuki. 2003. Pekembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Herman Subarjah. 2008. Permainan Kecil di sekolah dasar. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Husna. 2009. 100+ Permainan Tradisional Indonesia untuk Kreativitas, Ketangkasan, dan Keakraban. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Mohamad Ali. 1993. Strategi Pembelajaran Pendidikan. Bandung: Angkasa. Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdya Karya. Nurhasan. 2002. Penilaian Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Permainan Tradisional. Online at

http://kipsaint.com/isi/mengenang-permainananak- tempo-doeloe.html (diunduh 04/15/2013)

Prana. 2010. Permainan Tradisional Jawa. Klaten: PT Intan Pariwara. Rusli Ibrahim. 2005. Pengantar Kependidikan. Jakarta: Depdiknas.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: Litese.

Soemitro. 1992. Permainan Kecil. Jakarta: Depdikbud.

Soetoto Pontjopoetro. 2002. Permainan Anak Tradisional dan Aktifitas Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyanto. 2004. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suharsimi Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukintaka. 1992. Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.


(63)

(64)

57 Lampiran 1. Keputusan Pembimbing


(65)

58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian


(66)

59 Lanjutan Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian


(67)

60 Lampiran 3. Surat Rekomendasi UPT


(68)

61


(69)

62


(70)

63


(71)

64


(72)

65 Lampiran 5. Daftar Guru Pendidikan Jasmani

DAFTAR NAMA GURU PENDIDIKAN JASMANI KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG

No. Nama Keterangan

1. Chamdi SDN Giling Sari 2. Waryanti Windaryarsih SDN Kebonsari 3. Wariyati Siti Lestari SDN Walitelon Utara 4. Winarso Jaka Prasetya SDN Nampirejo

5. Dimas Galuh Panji SDN 2 Walitelon Selatan 6. Gatot Supriyanto SDN 3 Temanggung 7. Wakhid Rahayanto SDN 1 Temanggung

8. Dhany Hapzara SDN Manding Temanggung 9. Sundari SDN 2 Temanggung

10 Sani Naimulutfah SDN Joho

11. Danang Eko SD Muhamadyah 1 Temanggung 12. Toni Waluyo SDN Walitelon Selatan

13. Markus Artanto SD Masehi Temanggung 14. Ahmad Fadlil SD IT Cahaya Insani 15. Andreas Alberth Valentino SD Kristen Shekinah 16. Pujiono SDN Banyurip

17. Susilowati SDN kertosari Temanggung 18. Huta Hen Restu SDN Al Kautsar

19. Pujiono SDN Kowangan

20. Muhamad Nur Aldyon SD Universal 22. Buch Joko Purwanto SDN Lungge 23. Ahmad Mustofa SDN Jampirejo

24. Tuwandi SDN Madureso UPT DIPENDIK Kec. 25. Wiwik Nur Hayati SDN 1 Jampiroso Temanggung 26. Khoerul Azizah SDN 1 Mudal Temanggung 27. Agus Waluyo SDN 1 Sidorejo


(73)

66

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Guru Pendidikan Jasmani

DAFTAR NAMA GURU PENDIDIKAN JASMANI KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

No. Nama Keterangan

1. Ir’fai SDN 2 Tlogopucang

2. Setyo Eryanto SDN Banjarsari 3. Kurnia Deny Pamungkas SDN 2 Kembang Sari 4. Andika Kristya Hermawan SDN Margolelo 5. Mulyadi SDN 2 Tlogopucang 6. Amir Mujiono SDN Blimbing 7. Puji Prayitno SDN 1 Ngemplak

8. Suhardi SDN 1 Gesing

9. Retnowati SDN 2 Kedungumpul 10 Nsw. Hidayat SDN 1 Tlogopucang

11. Sa’adah SDN Samiranan

12. Sudarmudi SDN Wadas

13. Rochimin SDN Rowo

14. Suprapto SD Negeri Rowo. UPTD Pendidikan kec. Kandangan Kab, Temanggung

15. Saefulah SD 2 Gesing


(74)

67 Lampiran 6. Agenda Penelitian

AGENDA PENELITIAN

Pelaksanan

Penelitian

Waktu/Pelaksanaan

Keterangan

1. Observasi Awal

a. 2-3 Januari 2014 a. Wawancara guru penjasorkes di SDN 1 Tlogopucang. b. Wawancara guru

Penjasorkes di SDN 2 Tlogopucang 2. Observasi a. 16 Januar 2014 sampai 6

Febuari 2014

a. Obeservasi pelaksanaan pembelajaran permainan

tradisional pada sekolah dasar di kecamatan

Kandangan 3. Angket/

Kuisioner

a. 17 September 2014 b. 2 Oktober 2014

a. Pengisian Angket kuisioner kepada guru penjasorkes di Kecamatan

Temanggung b. Pengisian angket

kuisioner guru penjasorkes di Kecamatan


(75)

68 Lampiran 7. Kisi-Kisi Kuisioner

KISI-KISI KUISIONER

Variabel Indikator Sub-Indikator 1. Pelaksanan

pembelajaran permainan tradisional penjasorkes pada siswa sekolah dasar

1. Waktu a. Pembagian jumlah jam

2. Materi dan pembelajaran penjasorkes

a. Pembelajaran b. Penguasaan materi c. Kesesuainan

kurikulum d. Sarana dan

prasarana 3. Karakteristik

permainan

a. Hasil gerka secara keseluruhan b. Lokomotor c. Non lokomotor d. Manipulatif e. Gerak dalam

permainan 4. Ranah penjas a. Ranah penjas

secara keseluruhan b. Kognitif

c. Afektif d. Psikomotor e. Jasmani 5. Minat siswa a. Motivasi siswa


(76)

69 Lampiran 8. Draf Karakteristik Permainan


(77)

70


(78)

71


(79)

72 Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

ANGKET ATAU KUESIONER

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan keadaan sesungguhnya.

1. Menurut bapak/ibu berapa jam/waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran permainan tradisional penjasorkes kelas bawah atau kelas rendah ?

a. 2 jam b. 3 jam c. 4 jam d. 5 jam

2. Menurut bapak/ibu berapa jam/waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran permainan tradisional penjasorkes kelas atas atau kelas tinggi ?

a. 2 jam b. 3 jam c. 4 jam d. 5 jam

3. Menurut bapak/ibu apakah sudah mencukupi waktu yang tersedia untuk pembelajaran permainan tradisional penjasorkes untuk kelas bawah dan kelas tinggi?

a. Sudah mencukupi

b. Tidak mencukupi sama sekali c. Kurang mencukupi

d. Belum mencukupi

4. Bagaimana proses pembelajaran penjas yang bapak/ ibu lakukan di masing-masing sekolah?

a. Melakukan pemanasan b. Melakukan pendinginan

c. Melakukan pemanasan, inti, dan penutup d. Tidak pernah sama sekali

5. Jenis olahraga apakah yang sering bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Atletik


(80)

73 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

a. Senam b. Kesehatan

6. Ada berapa jenis bentuk permainan tradisional yang bapak/ibu ketahui? a. 1 jenis permainan

b. 2 jenis permainan c. 3 Jenis permainan d. Lebih dari 3

7. Apakah sarana prasara yang dimiliki sekolah bapak/ibu sudah mencukupi dalam permbelajaran penjasorkes?

a. Sangat mencukupi b. Mencukupi

c. Kurang mencukupi d. Tidak mencukupi

8. Bagaimana yang bapak/ibu lakukan apabila lingkungan kurang mendukung dengan proses belajar mengajarnya?

a. Tidak mengajar

b. Pembelajaran seadanya c. Ditinggal pergi

d. Memodifikasi

9. Apakah bapak/ibu menggunakan sumber dalam memberikan pembelajaran permainan tradisional ?

a. Jarang menggunakan sumber b. Tidak menggunakan sumber c. Menggunakan sumber

d. Asal-asalan menggunakan sumber

10. Apakah bapak/ibu dalam penyusunan perencanaan untuk bahan ajar permainan tradisional di sesuaikan dengan kurikulum?

a. Sangat sesuai kurikulum b. Sesuai kurikulum

c. Kurang sesuai

d. Tidak sesuai sama sekali


(81)

74 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

a. Mengetahui

b. Belum mengetahui c. Tidak mengetahui

d. Tidak mengetahui sama sekali

12. Pernakah permainan galasin/grobak sodor bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Diajarkan

b. Kadang-kadang diajarkan c. Belum pernah diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

13. Apakah siswa mengetahui tersebut Permainan galasin/grobak sodor ? a. Mengetahui sekali

b. Mengetahui c. Tidak tahu

d. tidak tahu sama sekali

14. Apakah bapak/ibu mengetahui permainan “boy boyan”/ menata pecahan genting?

a. Tidak mengetahui b. Belum mengetahui c. Tidak yahu sama sekali d. Mengetahui

15. pernahkah Permainan “boy boyan”/ menata pecahan genting bapak/ibu ajarkan di sekolah?

a. Diajarkan

b. Belum pernah diajarkan c. Kadang-kadang diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

16. Apakah siswa mengetahui permainan boy boyan/ menata pecahan genting ?

a. Mengetahui sekali b. Mengetahui


(82)

75 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

d. tidak tahu sama sekali

17. Apakah bapak/ibu mengetahui permainan Bebentengan? a. Mengetahui

b. Belum mengetahui c. Tidak mengetahui

d. Tidak mengetahui sama sekali

18. Pernakah permainan Bebentengan bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Diajarkan

b. Kadang-kadang diajarkan c. Belum pernah Diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

19. Apakah siswa mengetahui permainan Bebentengan tersebut? a. Mengetahui sekali

b. Mengetahui c. Tidak tahu

d. Tidak tahu sama sekali

20. Apakah bapak/ibu mengetahui permainan pindah bintang ? a. Mengetahui

b. Belum mengetahui c. Tidak mengetahui

d. Tidak mengetahui sama sekali

21. Pernakah permainan pindah bintang bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Diajarkan

b. Kadang-kadang diajarkan c. Belum pernah diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

22. Apakah siswa mengetahui permainan pindah bintang tersebut? a. Mengetahui sekali

b. Mengetahui c. Tidak tahu

d. tidak tahu sama sekali


(83)

76 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

a. Mengetahui

b. Belum mengetahui c. Tidak mengetahui

d. Tidak mengetahui sama sekali

24. Pernakah permainan pejam mata bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Diajarkan

b. Kadang-kadang diajarkan c. Belum pernah diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

25. Apakah siswa mengetahui permainan pejam mata tersebut? a. Mengetahui sekali

b. Mengetahui c. Tidak tahu

d. tidak tahu sama sekali

26. Apakah bapak/ibu mengetahui permainan kucing dan tikus ? a. Mengetahui

b. Belum mengetahui c. Tidak mengetahui d. Tidak tahu sama sekali

27. Pernakah permainan kucing dan tikus bapak/ibu ajarkan di sekolah? a. Diajarkan

b. Kadang-kadang diajarkan c. Belum pernah diajarkan d. Tidak pernah sama sekali

28. Apakah siswa mengetahui permainan kucing dan tikus tersebut? a. Mengetahui sekali

b. Mengetahui c. Tidak tahu

d. Tidak tahu sama sekali

29. Apakah guru mengetahui dan mengajarkan permainan lompat tali? a. Mengetahui


(84)

77 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

c. Mengetahui dan mengajarkan d. Tidak tahu sama sekali

30. Apakah permainan galasin/grobak sodor berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

31. Apakah permainan boy boyan/menata pecahan genting berbahaya untuk diajarkan?

a. Berbahaya sekali b. Berbahaya

c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

32. Apakah permainan bebentengan berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

33. Apakah permainan pindah bintang berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

34. Apakah permainan pejam mata berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

35. Apakah permainan kucing dan tikus berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang


(85)

78 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

d. Tidak berbahaya

36. Apakah permainan lompat tali berbahaya untuk diajarkan? a. Berbahaya sekali

b. Berbahaya c. Kadang-kadang d. Tidak berbahaya

37. Bagaimana gerak permainan galasin/grobak sodor ? a. Berkelompok

b. Berpasangan c. Individu

d. Berpencar dan bersembunyi

38. Bagaimana gerak yang terdapat didalam permainan boy boyan/menata pecahan genting?

a. Berkelompok b. Berpasangan c. Individu

d. Berpencar dan bersembunyi

39. Bagaimana gerak permainan kucing dan tikus yang ada didalamnya? a. Berkelompok

b. Berpasangan

c. Individu dan membentuk lingkaran d. Berpencar dan bersembunyi

40. Bagaimana gerak yang ada dalam permainan pindah bintang ? a. Berkelompok

b. Berpasangan c. Individu

d. berlari dan berkelompok

41. Bagaimana gerak yang ada dalam permainan gobag sodor? a. Berkelompok

b. Berpasangan c. Individu


(86)

79 Lanjutan Lampiran 9. Angket atau Kuisioner

42. Bagaimana gerak yang ada di dalam permainan lompat tali ? a. Berkelompok

b. Berpasangan/individu c. Bersembunyi

d. Berpencar

43. Bagaimana gerak yang ada di dalam permainan boy boyan/menata pecahan genting?

a. Berkelompok b. Berpasangan c. Individu

d. Berpencar dan berkelompok

44. Apakah gerak yang dihasilkan dan ranah-ranah yang terdapat dalam permainan bebentengan tersebut sudah sesuai yang diharapkan apa belum ?

a. Tidak sesuai b. Belum sesuai

c. Sudah sesuai dan tercapai d. Tidak sesuai sama sekali.

45. Apakah gerak yang dihasilkan dan ranah-ranah yang terdapat dalam pindah bintang tersebut sudah sesuai yang diharapkan apa belum?

a. Sudah sesuai dan tercapai b. Belum sesuai

c. Tidak sesuai

d. Tidak sesuai sama sekali

46. Apakah gerak yang dihasilkan dan ranah-ranah yang terdapat dalam permainan pejam mata tersebut sudah sesuai yang diharapkan apa belum?

a. Sudah sesuai dan tercapai b. Belum sesuai dan tercapai c. Tidak sesuai


(1)

117 Lanjutan Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Siswa melakukan Pemanasan (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 6. Aktivitas Siswa Saat Melakukan Pemanasan Melalui pendekatan permainan


(2)

118 Lanjutan lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 7. Aktivitas pembelajaran Permainan Tradisional Bebentengan (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 8. Aktivitas pembelajaran Permainan Tradisional Galasin/ Gobag Sodor (Sumber: Penelitian 2014)


(3)

119 Lanjutan Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 9. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Temanggung (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 10. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Temanggung (Sumber: Penelitian 2014)


(4)

120 Lanjutan Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 11. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Temanggung (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 12. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Temanggung (Sumber: Penelitian 2014)


(5)

121 Lanjutan Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 13. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Kandangan (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 14. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Kandangan (Sumber: Penelitian 2014)


(6)

122 Lanjutan Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 15. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Kandangan (Sumber: Penelitian 2014)

Gambar 16. Pengisian Kuisioner Guru penjasorkes di Kecamatan Kandangan (Sumber Penelitian 2014)


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN CROSS VOLLEY BALL BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KETANON SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

2 19 151

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PADA SEKOLAH DASAR DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2015

0 10 137

SURVEI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

3 88 157

SURVEI PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DAN EVALUASI PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2011

0 5 98

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGEMBANGAN GERAK DASAR DAN SELF ESTEEM.

0 4 49

(ABSTRAK) SURVEI PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DAN EVALUASI PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2011.

0 0 2

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES.

0 1 90

IDENTIFIKASI TENTANG HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017.

0 2 128

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SLEMAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2015/2016.

0 0 95

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014

0 0 6