BLOK IV. NILAI PEROLEHAN AKTIVA TETAP
13
2008 adalah 2X3.000.000+1X7.000.000 = Rp13.000.000 2009 adalah 3 x 3.000.000 + 2 X 7.000.000 = Rp 23.000.000
Metode lain yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode jumlah angkathe sum of the digits method. Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan
yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan. Metode ini dirumuskan sbb:
D
t
= V [T – t+1] [TT+12], dimana:
D
t
= Penyusutan tahun ke t V = Nilai aktiva tetap
T = Usia pakai t = , , ,……….. dst
Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan sebagi penghitung.
Kedua metode diatas dapat dihitung dengan atau tanpa memperkirakan nilai sisa harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa
Contoh metode jumlah angka dengan nilai sisa: Pada awal tahun 2005 PT X membeli mesin cetak seharga Rp 500.000,- Perkiraan umur
ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 50.000,- Maka Perkiraan nilai penyusutan adalah sbb:
Tahun Dasar
Sisa Umur Pecahan
Beban Nilai Buku
Penyusutan Rp
dalam tahun Penghitungan Penyusutan
2005 500.000
1 2005 450,000
5 515
150,000 350,000
2 2006 450,000
4 415
120,000 230,000
3 2007 450,000
3 315
90,000 140,000
4 2008 450,000
2 215
60,000 80,000
5 2009 450,000
1 115
30,000 50.000
15 1515
450,000
Nilai Sisa
Penyusutan barang modal tak berwujud intangible asset dikenal dengan istilah amortisasi. Cara penghitungan umumnya mirip dengan penyusutan barang modal
berwujud kecuali untuk hak atas penambangan dan hak atas pengolahan hutan.
14
Penyusutan atau amortisasi kedua jenis barang modal tak berwujud ini dihitung berdasarkan persentase satuan produksi yang telah direalisasi dalam tahun yang
bersangkutan. Contoh : PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas
bumi di suatu lokasi sebesar Rp 500.000.000,00. Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalah sebanyak 200.000.000 barel. Setelah produksi minyak dan gas
bumi mencapai 100.000.000 barel, maka penghitungan amortisasi adalah sebagai berikut: 100.000.000200.000.000 barel 50 X Rp 500.000.000,00 = Rp 250.000.000,00.
Pengurangan penyusutan terjadi karena adanya pengurangan barang modal
yang dimiliki perusahaan. Nilai pengurangan dicatat sebesar akumulasi penyusutan barang tersebut.
Revaluasi penyusutan terjadi karena adanya perubahan penilaian barang modal berdasarkan harga pasar. Revaluasi dapat mengakibatkan penurunan atau kenaikan
harga barang modal yang mengakibatkan juga terjadinya penurunan dan kenaikan penyusutannya.