Rehabilitasi Kebun PELAKSANAAN KEGIATAN

Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 5

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rehabilitasi Kebun

1. Tujuan Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang. 2. Sasaran Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT hama, penyakit dan gulma seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 3. Ruang Lingkup Rehabilitasi kebun adalah upaya perbaikan kondisi tanaman pertumbuhan dan produktivitas melalui teknologi sambung samping. 3.1.Persyaratan Kebun Kebun kakao yang akan direhabilitasi adalah kebun hamparanberkelompok dengan kondisi sebagai berikut : Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 6 - Tanamannya masih umur produktif umur15 tahun dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping. - Jumlah tegakanpopulasi tanaman antara 70-90 dari jumlah standar 1.000 pohonha. - Produktivitas tanaman rendah 500 kghatahun tetapi masih mungkin untuk ditingkatkan. - Jumlah pohon pelindung50 dari standar. - Terserang OPT utama hama PBK, Helopeltis spp., penyakit busuk buah, kanker batang dan penyakit VSD. - Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian, meliputi : Curah hujan 1500-2.500 mm sangat sesuai dan 1.250-1.500 mm atau 2.500-3.000 mm sesuai; Lereng 0-8 sangat sesuai dan 8-15 sesuai. 3.2. Entres - Entres harus diambil dari cabang plagiotrop dengan kriteria tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda semi hardwood. - Stek entres yang akan digunakan untuk sambung samping harus berasal dari cabang plagiotrop. - Untuk kemudahan distribusi dan untuk menjaga kesegaran mata entres, maka cabang plagiotrop yang diambil sebagai Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 7 sumber stek entres dikemas dalam kotak karton yang diberi media serbuk gergaji yang telah dicampur dengan alkosob 5 gramliter air atau kemasan dan bahan lain yang memenuhi syarat teknis yang dapat mempertahankan kesegaran cabang plagiotrop yang dikemas tersebut. - Stek entres yang digunakan untuk sambung samping minimal terdiri dari 2 mata. - Entres kakao yang diedarkan harus sudah disertifikasi oleh UPTDIP2MBBBP2TP. - Entres pada kegiatan Rehabilitasi Kakao menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, dan Scavina 6. Apabila entres tidak tersedia di provinsikabupaten yang bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsikabupaten terdekat dengan menggunakan klon yang sama. 3.3. Pestisida - Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan inventarisasi serangan hama dan Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 8 penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten. - Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama hama Helopeltis spp., ulat kilan Hyposidra talaca dan PBK adalah insektisida berbahan aktif antara lain lamda sihalotrin+tiamektosam, lamda sihalotrin, alfa sipermetrin, sipermetrin+klorfirifos, abamektin, triazopos dan malation. - Insektisida tersebut digunakan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp., Conopomorpha cramerella, dan Hyposidra talaca. - Penyakit VSD dicegah dengan fungisida berbahan aktif antara lain azoxystrobin, azoxystrobin + difenokonazol, propikonazol + difenokonazol, flutriafol dan hexaconazole. - Penyakit kanker batang dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga hidroksida. Fungisida tersebut digunakan dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 9 3.4.Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk compound non subsidi. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan NTT menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009. - Pupuk dikemas dalam kemasan khusus bertuliskan “Pupuk Gernas Kakao Tidak u ntuk Diperjualbelikan di Pasar” dan harus dilakukan uji mutu dilapangan. - Diaplikasikan 1 satu kali, yaitu sebelum atau setelah dilakukan penyambungan. 3.5.Peralatan - Alat semprot knapsack sprayer, 0,2 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida insektisida dan fungisida. - Spesifikasi teknis knapsack sprayer sebagaimana pada Lampiran 2. 3.6. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk penebangan batang utama kakao sebesar Rp. 750.000.- tujuh ratus lima puluh ribu per hektar. Penyaluran bantuan upah kerja dilakukan secara kontraktual Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 10 bersamaan dengan pengadaan sambung samping. 4. Pelaksanaan 4.1.Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1 Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CPCL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :  Petani - Pemilik kebun. - Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga KK. - Bersedia melaksanakan rehabilitasi dan mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan membuat pernyataan tertulis. - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 11 - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran adalah lebih kurang 30 orang.  Kebun - Luas pemilikan lahan maksimal 4 empat hektar. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 4.1. 2 Calon petani peserta hasil inventarisasi diajukan oleh Kepala Dinas Kabupaten Kota Yang Membidangi Perkebunan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. 4.2.Sambung Samping - Sambung samping dilakukan dengan dua sambungan per pohon pada dua sisi batang bawah dengan ketinggian sekitar 50cm dari permukaan tanah. Untuk meningkatkan daya tumbuh Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 12 sambung samping agar diberi perlakuan dengan stimulanperangsang daya tumbuh. - Sambungantempelan dinyatakan hidup apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. Akan tetapi apabila tunas dengan dua daun terbuka tersebut kering atau busuk berarti sambungan gagal. - Tunas yang baru tumbuh harus dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Tiga bulan setelah penyambungan apabila entres sudah melekat erat pada batang bawah, maka tali pengikat pertautan baru dibuka. - Cabang batang utama yang menaungi tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap. - Batang utama dipotong setelah tunas hasil sambung samping tumbuh. - Sambungantempelan yang “hidup” yang “dibayar”. 4.3.Penanaman Pohon Pelindung Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m atau tanaman bernilai ekonomis Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 13 lainnya seperti pohon kelapa, meranti nyatohpalupi dan lain-lain. 4.4.Pemupukan - Diaplikasikan 1 satu kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan. 4.5.Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan apabila hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya peningkatan intensitas serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya. - Pengamatan OPT dilakukan oleh kelompok tani atau regu pengendali OPT. 6. Waktu Pelaksanaan sambung samping dilakukan pada awal musim kemarau. 7. Lokasi Kegiatan rehabilitasi tanaman dilaksanakan di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 1. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 14 8. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 9. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Invetaris CPCL; b. Proses pelaksanaan pengadaan di daerah yang berpotensi terjadi sanggah gagal lelang c. Kesadaran petani terhadap pemeliharaan kebun

B. Pemberdayaan Petani