Lokasi, Jenis dan Volume

21 2 Melakukan kaji terap teknologi pengendalian hayati spesifik lokasi APH, pesnab dan musuh alami. 3 Menyiapkan bahan APH untuk kegiatan uji mutu dan uji efikasi lapangan. 4 Malaksanakan kegiatan revitalisasi brigade proteksi tanaman. 5 Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Perangkat Perlindungan ke Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Lokasi, jenis dan volume kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan seperti pada Lampiran 3, 4, 5, 6 dan Lampiran 7. D. Simpul Kritis a. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan terlambat menyusun Juklak pemberdayaan perangkat, sehingga penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat atau tidak tepat sasaran. Juklak harus disusun paling lambat dua minggu setelah Pedoman Teknis diterima. 22 b. LL, LUPH dan Sub Lab. Hayati terlambat menyusun juknis pemberdayaan perangkat, sehingga penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu dan sasaran. Juknis harus disusun paling lambat satu minggu setelah juklak dibuat. c. Pelaksanaan kegiatan uji mutu APH dan uji efikasi APH terlambat dilaksanakan, karena dalam pelaksanaannya harus bekerja sama dengan lembagainstitusi yang terakreditasi di bidangnya. Penjajakan lembaga institusi pelaksana kegiatan uji mutu dan uji efikasi dilaksanakan lebih awal. d. Belum dilengkapi SOP yang memenuhi standar sehingga sulit untuk menelusuri apabila terjadi kesalahan. Menyusun atau menyempurnakan SOP yang ada sesuai dengan standar yang baku. e. Terbatasnya kapasitas dan kemampuan untuk memproduksi APH dalam jumlah yang dibutuhkan, dengan kualitas yang sesuai standar. Kerjasama dengan UPTDBBP2TP Medan, Surabaya, dan AmbonBPTP Pontianak untuk memenuhi APH yang diperluka n. f. Pengadaan bahan pengendali berupa pestisida kimia insektisida, fungisida, herbisida, tidak tepat sasaran karena tidak didasarkan pada data hasil pengamatan dan laporan OPT yang memiliki potensi serangan 23 sangat cepat berkembang dan merusak. Pengadaan bahan pengendali berupa pestisida kimia insektisida, fungisida dan herbisida harus didasarkan pada data hasil pengamatan dan pelaporan OPT yang memiliki potensi serangan sangat cepat berkembang dan merusak. g. Koordinasi antara unit-unit pemadaman yang ada belum terpadu, sehingga pelaksanaan pengendalian kebakaran lahan dan kebun terkesan sendiri-sendiri. Untuk itu, perlu dilakukan harmonisasi antar unit pemadaman yang ada dan sosialisasi peraturan terkait pemadaman kebakaran lahan dan kebun. h. Keterlambatan informasi dari tingkat locus kejadian ke dinas kabupaten mengakibatkan kebakaran lahan dan kebun terlambat ditangani. Untuk itu, perlu mengefektifkan patroli dan pemantauan hotspot dan kebakaran secara dini dan segera melaporkannya 24

IV. PENGADAAN BARANG