Parkinsonisme Meilina, S.Ked 406080067
peningkatan risiko mendapat penyakit ini. Faktor genetik juga diduga berperan terjadinya Parkinson. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan
peningkatan risiko 2-3x timbulnya penyakit Parkinson pada keluarga derajat satu dari pasien Parkinson. Di samping itu telah diidentifikasi mutasi di gen alfa-
synuclein pada kromosom 4 pada keluarga dengan Parkinson yang autosomal dominan, dan gen parkin di kromosom 6 yang autosomal resesif. Terdapat dua
hipotesis yang menjelaskan mekanisme degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson yaitu: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
Hipotesis Radikal Bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksida dan radikal
oksida lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada lanjut usia mungkin mekanisme ini gagal.
Hipotesis Neurotoksin
Diduga bahwa satu zat neurotoksin atau lebih berperan dalam proses neurodegenerasi pada Parkinson. Sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat
MPTP 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine atau sejenis toksin MPTP yang secara selektif toksik terhadap substansia nigra dan lokus ceruleus serta
mencetus sindrom yang serupa dengan Parkinson pada manusia.
I.2.2 Parkinson Sekunder Simptomatik
Beragam kelainan atau penyakit yang dapat menyebabkan Parkinson sekunder diantaranya: aterosklerosis, iskemi otak, obat-obatan fenotiazin,
butirofenon, obat-obatan golongan anti psikotik misalnya: haloperidol, fluphenazine, klorpromazin, anti emetik misalnya metoklopramid, zat toksik
CO, karbondisulfida, mangan, sianida, penyakit infeksi otak Encefalitis virus, perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju,
infark lakunar, dan tumor serebri.
I.2.3 ParaParkinson
Pada kelompok ini, gejala Parkinson merupakan sebagian dari gambaran penyakit secara keseluruhan.
Manifestasi berbagai penyakit gejala klinis berupa sindrom Parkinson: a. Sindrom Shy-Drager .
Pada sindrom ini, selain gejala Parkinson, juga ada gangguan otonom. Gejala berupa Parkinsonisme dan gangguan otonom inilah yang disebut
sebagai sindrom Shy Drager. Gejala lain selain gejala-gejala Parkinsonisme tersebut adalah menghilangnya keringat, mulut kering, miosis, retensi urin
inkontinensia urin, impoten. Kelumpuhan pita suara merupakan gejala permulaan gangguan otonom, menyebabkan stridor dan sumbatan nafas
sehingga memerlukan trakheostomi.
b. Sindrom Steele-Richardson olzewski Progressive Supranuclear Palsy. Ditemukan sekitar 8 dari semua jenis Parkinson dan biasanya pada umur
64 tahun 50-77. Gejalanya berupa: supranuklear oftalmoplegi, akinesia, rigiditas, nuchal dystonia, pseudobulbar palsy disartria, disfagi, gangguan
kognitif.
c. Penyakit Wilson.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
172
Parkinsonisme Meilina, S.Ked 406080067
Etiologinya dikarenakan kekurangan enzim seruloplasmin alfa-2-globulin sehingga Cu tidak dapat diikat mengakibatkan terjadi pengendapan Cu di
ganglia basal korpus striatum dan nukleus lentikularis, hati dan membran descement pada kornea mata. Pada hati lama kelamaan akan mengalami
sirosis post nekrosis. Biasanya terjadi pada orang muda, familial dan progresif. Gambaran patologi berupa pelunakan atrofi otak dan warna
kecoklatan pada korpus striatum, sirosis hepatik dan astrosit yang dapat berubah menjadi glia sel alzheimer jenis I dan II. Pigmentasi pada
membran descement kornea disebut kayser-Fleischer ring hijau kecoklatan.
d. Hidrosephalus Normotensif. Hidrosefalus normotensif pada lanjut usia tampak dalam 3 trias khusus,
yaitu gangguan berjalan, demensia, dan inkontinensia. Gangguan berjalan termasuk bagian dari gangguan berjalan apraxia, yaitu cara berjalan
magnetik dengan langkah pendek, kesulitan berputar dan kurangnya balance kontrol.
Sindroma ini bermanifestasi ke dalam dua varian, yaitu simptomatik dan idiopatik. Jenis simptomatik memiliki penyebab yang jelas, misalnya
meningitis atau perdarahan subarachnoid. Sedang jenis idiopatik tidak jelas penyebabnya, maka diagnosis jenis ini tergantung dari adanya perbaikan
setelah terapi pintas. Perbedaan pergerakan pada penyakit ini dengan penyakit Parkinson adalah
ayunan lengan lebih jelas dibandingkan dengan penyakit Parkinson, dan tidak adanya resting tremor. Untuk membantu diagnosa digunakan
pemeriksaan CT-Scan, MRI dan Radioisotop sisternography. Dapat dilakukan terapi dengan lumbal pungsi cairan serebrospinal dan terapi
pintas ventrikulo peritoneal shunt.
e. Penyakit Jacob Creutfeldt. Penyakit prion jarang disertai dengan sejumlah mutasi gen protein prion
yang berbeda, namun terdapat dalam bentuk infeksius familial dan sporadik sebagai dominan autosomal. Onsetnya pada usia pertengahan. Bentuk
yang paling umum pada berbagai derajat degenerasi neuron berbentuk seperti spons, hilangnya neuronal, gliosis dan pembentukan plak amiloid,
demensia progresif yang cepat, mioklonus, gangguan motorik, perubahan karakteristik pada EEG. Sebagian besar akan meninggal satu tahun setelah
onset, dan pada kasus infeksius yang disebabkan oleh prosedur bedah serta infeksi hormon pertumbuhan manusia yang terbuat dari kelenjar hipofisis.
f. Atrofi Palidal Parkinson Juvenilis. Keadaan yang berkembang pada kehidupan awal biasanya bersifat familial
tapi kadang-kadang terjadi sporadis, yang ditandai dengan peningkatan tonus otot dengan perilaku khas dan fasies paralisis agitans yang
disebabkan oleh degenerasi progresif pada globus pallidus, substansia nigra, dan traktus piramidalis.
g. Hallerverdon Spatz Disease. Gangguan herediter ditandai dengan pengurangan jumlah selaput mielin
yang nyata di globus palidus dan substansia nigra, penumpukan pigmen besi, polidisartria, dan kemunduran mental progresif. Disebut juga status
dismielinatus. Gangguan ini diturunkan sebagai resesif autosomal, dimulai pada dekade pertama atau kedua. Kematian sebelum usia tiga puluhan.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
173
Parkinsonisme Meilina, S.Ked 406080067
II. GAMBARAN KLINIS 1. Tremor