Karakteristik Hiperplasia Endometrium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012-2014

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Astry Amelia Harahap NIM : 120100007

Alamat : Jl.Imam GG tebu no 27e NomorTelpon : +6282273489990

Email : astryameliahrp@gmail.com JenisKelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir :tapsel, 15 mei 1994 Warganegara : indonesia

Agama : islam

Status Pendidikan : 1.TK Alquran padang sidempuan 2. SDN 066045 Medan

3. SMP Negeri 7 Medan 4. SMA Negeri 1 Medan

5. Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan


(2)

No Nama Usia Riwayat paritas

Riwayat Menarche

Riwayat

menopause BMI Gambaran histopatologi

1 Natty 41 - 50

Tahun

multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik

2 Zawina 31 - 40

Tahun

Skundipara 14 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik

3 Rosita 31 - 40

Tahun

Skundipara 8 obese class 1 Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 4 Nurhayati 51 - 60

Tahun

multipara 11 52 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 5 Sri Sudarti 41 - 50

Tahun

Grande Multipara

10 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 6 Rosidawati 41 - 50

Tahun

multipara 11 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik

7 Rapimah 41 - 50

Tahun

multipara 14 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik

8 Suanyah 41 - 50

Tahun

multipara 13 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik

9 Seriati 31 - 40

Tahun

Skundipara 15 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 10 Ersada Sembiring 41 - 50

Tahun

Grande Multipara

11 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 11 Restaria Harianja 41 - 50

Tahun

multipara 13 Hiperplasia Endometrium

Simpleks Tanpa Atipik 12 Syarpah Husna 41 - 50 Skundipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium


(3)

Tahun Simpleks Tanpa Atipik 13 Diva Novita < 30 Tahun Primipara 10 pre obese

14 Irani Berta < 30 Tahun Skundipara 8 51 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik

15 Tugiem 41 - 50

Tahun

multipara 10 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 16 Togi Marlina 31 - 40

Tahun

multipara 11 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 17 Nurliana 41 - 50

Tahun

multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik

18 Nazila 51 - 60

Tahun

multipara 10 overweight

19 Nur Atika 41 - 50 Tahun

multipara 10 normal range Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik 20 Netty Sihombing 31 - 40

Tahun

Grande Multipara

14 underweight Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik 21 Merli Asnadaniate 41 - 50

Tahun

multipara 12 Hiperplasia Endometrium

Simpleks dengan Atipik

22 Katima > 60 tahun Skundipara 13 Hiperplasia Endometrium

Simpleks dengan Atipik 23 Nurbani 41 - 50

Tahun

Skundipara 12 normal range Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik

24 Raodah 41 - 50

Tahun

multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 25 Mahyalen 41 - 50

Tahun

multipara 11 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 26 Ivani Muliati 41 - 50 multipara 14 normal range Hiperplasia Endometrium


(4)

27 Nauli > 60 tahun multipara 13 overweight Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 28 Hj. Lasmi 41 - 50

Tahun

multipara 12 53 Hiperplasia Endometrium

Kompleks dengan atipik 29 Sri Juwita Br

Keliat

> 60 tahun Grande Multipara

14 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 30 Faujiah Anim 41 - 50

Tahun

Skundipara 12 obese Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 31 Rosinta Sihotang 41 - 50

Tahun

multipara 13 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik

32 Ardina 31 - 40

Tahun

Skundipara 13 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 33 Paidah Br

Rumapea

< 30 Tahun Skundipara 12 52 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 34 Saminih 51 - 60

Tahun

multipara 14 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 35 Idawati Sihotang 51 - 60

Tahun

Grande Multipara

18 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 36 Caniukur Br

Ginting

< 30 Tahun multipara 14 normal range Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 37 Tutiati 51 - 60

Tahun

Grande Multipara

14 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 38 Juariah 41 - 50

Tahun

Skundipara 11 54 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 39 Reni Siahaan < 30 Tahun multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium


(5)

40 Ngatimen 41 - 50 Tahun

Skundipara 12 54 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik 41 Laila Hastati

Tambunan

41 - 50 Tahun

multipara 13 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik

42 Rukyah 31 - 40

Tahun

multipara 14 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 43 Siti Rahayu 41 - 50

Tahun

multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium Kompleks dengan atipik

44 Zaitun 31 - 40

Tahun

multipara 11 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 45 Azrina Hazrah 41 - 50

Tahun

multipara 13 normal range Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 46 Hidrawati 31 - 40

Tahun

multipara 14 55 underweight Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 47 Sahrina Saragi < 30 Tahun Skundipara 14 normal range Hiperplasia Endometrium

Simpleks dengan Atipik 48 Heddbah 51 - 60

Tahun

multipara 14 underweight Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 49 Kartina 41 - 50

Tahun

multipara 12 54 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 50 Herlive 41 - 50

Tahun

Grande Multipara

13 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 51 Herawati 41 - 50

Tahun

multipara 12 overweight Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 52 Suryani 51 - 60

Tahun

multipara 12 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik 53 Lasrani 41 - 50

Tahun

Grande Multipara

13 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik


(6)

55 Hemina 41 - 50 Tahun

multipara 13 overweight Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik 56 Mei Syarah 41 - 50

Tahun

multipara 14 pre obese Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik 57 Siti Rahma 31 - 40

Tahun

multipara 14 normal range Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik


(7)

Lampiran 3

HASIL OUTPUT SPSS

Tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

2012 25 43,9 43,9 43,9

2013 15 26,3 26,3 70,2

2014 17 29,8 29,8 100,0

Total 57 100,0 100,0

Usia Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

< 30 Tahun 6 10,5 10,5 10,5

31 - 40 Tahun

11 19,3 19,3 29,8

41 - 50 Tahun

30 52,6 52,6 82,5

51 - 60 Tahun

7 12,3 12,3 94,7

> 60 tahun 3 5,3 5,3 100,0

Total 57 100,0 100,0


(8)

Riwayat Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Primipara 1 1,8 1,8 1,8

Skundipara 13 22,8 22,8 24,6

Multipara 35 61,4 61,4 86,0

Grande multipara 8 14,0 14,0 100,0

Total 57 100,0 100,0

Riwayat Menarche Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

8 2 3,5 3,5 3,5

10 5 8,8 8,8 12,3

11 7 12,3 12,3 24,6

12 16 28,1 28,1 52,6

13 11 19,3 19,3 71,9

14 14 24,6 24,6 96,5

15 1 1,8 1,8 98,2

18 1 1,8 1,8 100,0


(9)

Riwayat Menopause Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent Valid

Missing

51-55 8 14,0 100,0 100,0

Total 8 14,0 100,0

System

49 86,0 100,0

Total 57 100,0

Riwayat Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Missing

underweight 3 5,3 5,7 5,7

normal range 18 31,6 34,0 39,6

overweight 4 7,0 7,5 47,2

pre obese 26 45,6 49,1 96,2

Obese 1 1,8 1,9 98,1

Obese class 1 1 1,8 1,9 100,0

Total 53 93,0 100,0

system 4 7,0

Total 57 100,0


(10)

Gambaran Histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Missing

Hiperplasia Endometrium Simpleks Tanpa Atipik

25 43,9 45,5 45,5

Hiperplasia Endometrium Kompleks tanpa Atipik

8 14,0 14,5 60,0

Hiperplasia Endometrium Simpleks dengan Atipik

14 24,6 25,5 85,5

Hiperplasia Endometrium kompleks dengan Atipik

8 14,0 14,5 100,0

Total 55 96,5 100,0

System 2 3,5


(11)

29

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2013. Endometrial (Uterine) Cancer. Available at: www.foundationforwomenscancer.org [Accssed 20 Mei 2015].

American Cancer Society, 2013.Survival rates for endometrial cancer. Available at:

http://www.cancer.org/cancer/endometrialcancer/overviewguide/endomet rial--uterine--cancer-overview-survival-rates

Amran, R., 2013. Pemeriksaan Histopatologi Kuretase Endometrium Dan Sikatan Endometrium Penderita Usia Lebih 40 Tahun Dengan Pendarahan Uterus Abnormal. Available at: www.unsripress.unsri.ac.id. [Accessed 15 April 2015].

Cahyanti, R.D.,2008. Bcl-2 And Apoptotic Index In Simple And Complex Non-Atypical Endometrial Hyperplasia. Obstetri Ginekologi Universitas Diponegoro Semarang.

Edwards, B.K., Tucker, M.A, Fraumeni JF Jr. 2006. New Malignancies Among CancerSurvivors. National Cancer Institute. : SEER Cancer Registries, 1973-2000 NIH Publ. No. 05-5302. available athttp://seer.cancer.gov/archive/publications/mpmono/MPMonograph_co mplete.pdf [Accssed 20 Mei 2015].

Drife, J., Magowan, B., 2004. The nomal mnstrual cycle. In: Clinical Obstetics and Gynecology. Edisi 1. Saunders, 121.


(12)

Effendi, A., Fidiawati, W.A., Ruza P.R.,2006. Profil Penderita Karsinoma Endometrium Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Periode 2008 - 2013. Available at:http://jom.unri.ac.id. [Accessed 08 April 2014].

Ellenson, L.H., Pirog, E.C., 2010. The Female Genital Tract. In:Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N.,and Aster, J.C., (Eds.) Robbins and Cotran. Pathologic basis of disease. Eight edition. Saunders Elsevier.

Ganong, W.F., 2003. Perkembangan dan fungsi sistem reproduksi. Dalam: Widjajakusumah, M.D. (Eds.) Fisiologi kedokteran.Edisi 20. Penerbit buku kedokteran EGC.

Hidayati, N., Kurniawati, T., 2011.Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.

Indahwati, D., Aloysius, S., Ucke, S., 2007. Hubungan Kerapatan Reseptor Hormon Estrogen pada Wanita Perimenopause terhadap Kejadian Tipe Hiperplasia Endometrium. Available at: http// .majour.maranatha.edu/index.php/jurnal.../view/.../pdf [Accessed 5 Desember 2015]

Kampono, N., 2011. Kanker ganas alat genital. Dalam Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, R.P. (Eds.) Ilmu Kandungan.Edisi ketiga. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta, 300-301.

Kenchaiah, 2002. Obesity and The Risk of Heart Failure. New England Journal of Medicine. 347(5) No. 5. www.nnejm.org [Accesed 25 May 2015].


(13)

31

Carlson, M., Thiel, K., 2011. Progesterone, Obesity, and the Prevention of

Endometrial Cancer.Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964851/ [Accesed 5 Desember 2015]

May, J., Mehasseb, M.K., Endometrial cancer, 2013. Obstetrics, Gynaecology and Reproductive Medicine, 23:9.

National Cancer Institute, 2012.Physician Data Query (PDQ). Endometrial

cancer treatment. Available at:

www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/endometrial/healthprofessio nal [Accesed 20 Mei 2015].

Paulsen, F., Waschke, J, 2013 Panggul dan Rongga etroperioneal. Dalam: Sugiharto, L., Suyono, Y.J., Setia, R. (Eds.)Sobotta Atlas der Anatomie des Menschhen Innere Organe.Edisi 23. Penerbit buku kedokteran EGC.

Reed, S., Newton, K.M.,.Clinton, W.L., Epplein, M., Garcia, R., Alison, K., Voigt, L.V and Weiss, N.S., 2010. Incidence Of Endometrial

Hyperplasia. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [Accesed 05 April 2015].

Snell, R.S., 2008.Genital Femina dan Persalinan.Dalam: Suwahjo, A.,Liestyawan, Y.A. (Eds.) Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta, 812-821.

Sofian, A., Kampono, N., 2006. Peran Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin sebagai Penanda Asal Jaringan Kanker Endometrium.Majalah Kedokteran Indonesia. 56(2), 46-50.


(14)

Sofoewan, M.S., 2012. Endometrium dan Desidua. Dalam: Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Winknjosastro, G.H. (Eds.) Ilmu Kebidanan.Edisi keempat. P.t. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta,130-138.

Syarief, F., 2011. The Effect of Chitosan Fiber Supplementation with Omega-3 in Fish Oil on Plasma Triglyceride and Total Cholesterol in Obese Employees. JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, Vol. 2.

The American College of Obstetrician and Gynecologists, 2012. Endometrial Hyperplasia. Available at: http://www.acog.org. [Accessed 05 April 2015].

Tri, D.E., 2009. Hubungan Berbagai Parameter Dalam Mendeteksi Kelainan Histopatologi Endometrium Pada Mioma Uteri Dengan Perdarahan Uterus Abnormal. Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-UI /RSCM Jakarta.

World Cancer Research Fund / American Institute for Cancer Research, 2013. Continuous Update Project Report. Food, Nutrition, Physical Activity, and the Prevention of Endometrial Cancer. Available at http://www.dietandcancerreport.org [Accessed 25 May 2015].

World Health Organization (WHO), 2004 . Classification Of Obesity. Available athttp://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.[Accessed 25 May 2015].

World Health Organization (WHO), 2003 . Tumor Of The Uterine Corpus. In : Tavassoli, F.A., Devilee, P. (Eds.), Pathology and Genetics Tumours Of The Breast and Female Genital Organs. Lyon : IARC, 228-230.


(15)

14 BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

2.3.Kerangka Konsep

Kerangka konsep karakteristik penderita hiperplasia endometrium di Rumah Sakit Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2012-2014 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. KerangkaKonsep

2.4.Defenisi Operasional

- Hiperplasia endometrium adalah suatu lesi pra kanker yang ditandai dengan pendarahan pada uterus yang abnormal dan peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan ukuran kelenjar, susunan kelenjar bertambah menjadi 2-3 lapis (Cahyanti, 2008).

Hiperplasia Endometrium

Data penderita Gambaran histopatologi

- Usia

- Riwayat Paritas - Riwayat Menstruasi - Obesitas

- Hiperplasia Endometrium simpleks tanpa atipik

- Hiperplasia Endometrium simpleks dengan atipik

- Hiperplasia Endometrium kompleks tanpa atipik

- Hiperplasia Endometrium kompleks tanpa atipik


(16)

- Data penderita adalah data yang tercatat dan terdiagnosa hiperplasia endometrium, yaitu berupa:

1. Usia adalah lamanya hidup penderita hiperplasia endometrium dihitung berdasarkan tahun penderita menjadi pasien di rumah sakit Haji Adam Malik/ Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan tercatat direkam medis.

 Alat ukur : Melakukan pengumpulan data pada rekam medis  Cara ukur : Observasi

 Skala ukur : Ordinal

 Kategori : Usia dikelompokkan menjadi: 1. <30 tahun

2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. 51-60 tahun 5. >60 tahun

2. Riwayat paritas adalah banyaknya jumlah kehamilan bagi seorang perempuan yang melahirkan bayi dan dapat hidup pada setiap kehamilan (Hidayanti dan Kurniawati, 2011).

 Alat ukur : Melakukan pengumpulan data pada rekam medis  Cara ukur : Observasi

 Skala ukur : Nominal

 Kategori : Riwayat paritas dikelompokkan menjadi: 1. Nulipara: paritas 0

2. Primipara: paritas 1 3. Skundipara: paritas 2 4. Multipara : paritas 3-4 5. Grandemultipara: paritas >5


(17)

16

3. Riwayat menstruasi:

Usia menarche adalah usia menstruasi (haid) pertama yang biasanya terjadi pada wanita usia 10-14 tahun (Ganong, 2003).  Usia menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus

menstruasi yang berkaitan dengan tingkat usia lanjut wanita (Ganong, 2003).

4. Obesitas adalah keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui berat ideal (Syarief, 2011; Kenchaiah, 2002). Yang dapat ditulis dengan IMT.Untuk mengetahui Indeks masa tubuh (IMT) dapat menghitung dengan cara:

IMT= BB (kg ) (TB )2

Keterangan:

IMT= Indeks Masa Tubuh BB= Berat Badan (kg) TB= Tinggi Badan (m)

 Alat ukur : Melakukan pengumpulan data pada rekam medis  Cara ukur : Observasi

 Skala ukur : Nominal

Kategori: Menurut WHO (2004) klasifikasi obesitas dibagi menjadi:

1. Underweight : <18,50 2. Severe thinness : <16,00 3. Moderate thinness : 16,00-16,99 4. Mild thinness : 17,00-18,49 5. Normal range : 18,50-24,99


(18)

6. 0verweight : >25,00 7. Pre-obese : 25,00-29,99 8. Obese : >30,00 9. Obese class I : 30,00-34,99 10. Obese class II : 35,00-39,99 11. Obese class III : > 40,00

- Gambaran histopatologi hiperplasia endometrium adalah gambaran mikroskopis sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis menurut klasifikasi WHO 2003.

a. Alat Ukur : Melakukan pengumpulan data pada rekam medis

b. Cara Ukur : Observasi c. Skala Ukur : Nominal

d. Kategori :Hiperplasia endometrium dikelompokkan menjadi:

1. Hiperplasia endometrium simpleks tanpa sel atipik gambaran histopatologinya ditandai dengan banyaknya kelenjar yang mengalami poliferasi dan dilatasi dengan tepi yang tidak teratur dan mulai tampak hilangnya stroma (WHO, 2003). 2. Hiperplasia endometrium kompleks tanpa sel atipik

menunjukkan gambaran susunan kelenjar yang padat, terdapat gambaran kelenjar yang irreguler, dengan ukuran bervariasi, (WHO, 2003).

3. Hiperplasia endometrium simpleks dengan sel tipik menunjukkan kelenjar yang padat sekali. Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan dan menumpuk (WHO, 2003). 4. Hiperplasia endometrium kompleks menunjukkan kelenjar yang padat sekali, bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan dan menumpuk(WHO, 2003).


(19)

17 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2012-2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana setiap sampel hanya diteliti satu kali dan pada waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan Desember 2015, yang mencakup penelusuran kepustakaan, pembacaan proposal, pengumpulan dan pengolahan data, serta pembacaan hasil penelitian.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pasien wanita yang didiagnosa hiperplasia endometrium tahun 2012-2014 di RSUP Haji Adam Malik /Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.


(20)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap dianggap dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling sehingga sampel yang diambil mencakup seluruh pasien hiperplasia endometrium di rumah sakit umum Haji Adam Malik / Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2012-2014.

4.4. Kriteria inklusi dan Eksklusi 4.4.1. Kriteria inklusi

 Mempunyai data rekam medik yang lengkap (umur, kelompok usia, riwayat paritas, usia menarche, usia menopause, riwayat keluarga, dan obesitas).

 Penderita hiperplasia endometrium yang didiagnosa secara histopatologi.

4.4.2. Kriteria eksklusi

- Data rekam medis yang tidak lengkap.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Data penderita hiperplasia endometrium dari tahun 2012-2014 di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dikumpul dari data sekunder yaitu rekam medis. Setelah selesai, peneliti akan mendapatkan surat selesai penelitian dari RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.


(21)

19

4.6. Rencana Penelitian

Tabel 4.1Rencana Penelitan No. Keterangan

Maret-Mei

Juni Juli Agustus Sept- Nov

Des

1. Penelusuran kepustakaan 2. Pembacaan

proposal penelitian 3. Pengumpulan

data

4. Pengolahan data

5. Pembacaan hasil penelitian 4.7. Metode Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Science) Windows sesuai dengan tujuan penelitian.

.

4.8. Ethical Clearance

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.


(22)

BAB 5

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelian

Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumat Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP Haji Adam Malik, Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini juga dilakukan di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang terletak di Gedung Abdul Hakim Lantai 1 Jln. Universitas No. 1 Kampus USU Medan. Departmen Patologi Anatomi merupakan pusat pendidikan patologi anatomi bagi peserta pendidikan sarjana kedokteran dan pendidikan keahlian patologi anatomi disamping sebagai laboratorium yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat untuk pemeriksaan patologi anatomi.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medik pasien yang terdiagnosa secara hitopatologi menderita hiperplasia endometrium yang terdapat di ruang rekam medis RSUP Haji Adam Malik/Departemen FK USU Medan. Data diambil berasal dari dua kurun waktu, yaitu data rekam medis pada januari 2012 sampai desember 2014. Jumlah penderita hiperplasia endometrium adalah berjumlah 57 data rekam medik yang


(23)

21

diperoleh dari RSUP Haji Adam Malik Medan/Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan.

5.1.2.1. Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Tahun

Tahun Frekuensi (n) Persentase (%)

2012 25 43,9

2013 15 26,3

2014 17 29,8

Jumlah 57 100,0

Berdasarkan kategori tahun sampel (Tabel 5.1), didapatkan insidensi yang paling banyak adalah pada tahun 2012 dengan jumlah 25 orang (43,9 %) dan insidensi paling sedikit adalah tahun 2013 dengan jumlah 15 orang (26,3%). Tabel 5.2 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan

Kategori Usia

Usia (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

<30 6 10,5

31-40 11 19,3

41-50 30 52,6

51-60 7 12,3

>60 3 5,3

Jumlah 57 100

Berdasarkan kategori kelompok usia sampel (Tabel 5.2), didapatkan insidensi yang paling banyak adalah pada kelompok usia 41-50 tahun dengan jumlah 30 orang (52,6 %) dan insidensi paling sedikit adalah kelompok usia > 60 tahun denga jumlah kasus 3 orang (5,3%)


(24)

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Paritas

Jumlah Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)

Primipara 1 1,8

Skundipara 13 22,8

Multipara 35 61,4

Grande Multipara 8 14,0

Jumlah 57 100,0

Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Paritas (Tabel 5.3), didapatkan jumlah paritas yang paling banyak adalah pada kelompok multipara (paritas 3-4) sebanyak 35 orang (61,4%) dan jumlah yang paling sedikit adalah pada kelompok primipara (paritas 1) sebanyak 1 orang (1,8%).

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium berdasarkan Usia Menarche

UsiaMenarche Frekuensi (n) Persentase (%)

8 2 3,5

10 5 8,8

11 7 12,3

12 16 28,1

13 11 19,3

14 14 24,6

15 1 1,8

18 1 1,8

Jumlah 57 100

Dari data penelitian ini, riwayat menarche (Tabel 5.4) dimulai dari usia 8-18 tahun dan insidensi paling banyak terdapat pada usia 12 tahun yaitu 16 orang


(25)

23

(28,1%) dan jumlah yang paling sedikit adalah usia 15 dan 18 tahun yaitu 1 orang (1,8%).

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Usia Menopause

Usiamenopause Frekuensi (n) Persentase (%)

51-55 8 100,0

Total 8 100,0

Dari data penelitian ini, riwayat menopause (Tabel 5.5). Dari usia 51-55 tahun dan didapatkan frekuensi sebanyak 8 orang (100%).

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Obesitas

IMT Frekuensi (n) Persentase (%)

Underweight 3 5,7

Normal range 18 34,0

Overweight 4 7,5

Pre obese 26 49,1

Obese 1 1,9

Obese class 1 1 1,9

Jumlah 53 100

Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Tingkat Obesitas (Tabel 5.6) yang diukur dengan IMT, didapatkan tingkat obesitas yang paling banyak adalah pada kelompok pre-obese (25,00-29,99) dengan jumlah 26 orang (45,6%) dan jumlah yang paling sedikit adalah obese & obese class 1 dengan jumlah 1 orang (1,8%).


(26)

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium BerdasarkanGambaran Histopatologi

Hiperplasia Endometrium Frekuensi (n) Persentase (%) Simpleks

- Tanpa sel atipik - Dengan sel atipik

25 14

45,5 25,5 Kompleks

- tanpa sel atipik - dengan sel atipik

8 8

14,5 14,5

Total 55 100,0

Berdasarkan gambaran histopatologi, didapatkan jumlah gambaran histopatologi hiperplasia endometrium yang paling banyak adalah pada kelompok hiperplasia endometrium simpleks tanpa atipik dengan jumlah 25 orang (43,9%) dan jumlah yang paling sedikit adalah kelompok hiperplasia endometium kompleks dengan atipik dengan jumlah 8 orang (14,0%) (Tabel 5.7).

5.2. Pembahasan

Hiperplasia endometrium merupakan suatu kelainan endometrium berupa peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan ukuran kelenjar, susunan kelenjar bertambah menjadi 2-3 lapis (Ellenson and Pirog, 2010).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium yang didiagnosa berdasarkan usia, riwayat paritas, riwayat menarche, tingkat obesitas dan gambaran histopatologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU Medan dari tahun 2012 sampai 2014.

Dari hasil penelitian terhadap 57 sampel, didapatkan bahwa frekuensi tertinggi usia pasien hiperplasia endometrium yaitu berusia 41-50 tahun dengan jumlah 15 orang (26,3%) (Tabel 5.2). Hal ini sama dengan penelitian yang


(27)

25

dilakukan oleh Indahwati (2007), bahwa dari 30 sampel didapatkan 16 orang (53,3%) usia 45-49 tahun yang mengalami hiperplasia endometrium. Hal ini dapat diterangkan karena kurun usia tersebut merupakan masa transisi atau masa pre-menopause dimana terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum akibat tidak adanya ovulasi sehingga estrogen tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium.

Berdasarkan riwayat paritas, didapatkan jumlah paritas yang paling banyak adalah pada kelompok paritas 3-4 (multipara) dengan jumlah 35 orang (61,4%) dan jumlah yang paling sedikit adalah pada kelompok paritas 1 (primipara) dengan jumlah 1 orang (1,8%) (Tabel 5.3). Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahwati (2011) dan Cahyanti (2008). Indahwati (2007) mendapatkan 18 orang dari 30 sampel mempunyai riwayat paritas 3-4 (multipara) yang mengalami hiperplasia endometrium, dan Cahyanti (2008), mendapatkan 36 orang di antara 76 sampel yang mengalami hiperplasia endometrium dengan riwayat paritas 3-4 (multipara).

Berdasarkan riwayat menstruasi yang dilihat dari riwayat menarche dan menopause, frekuensi tertinggi riwayat menarche (Tabel 5.4) adalah usia 12 dan 14 tahun dengan jumlah 6 orang, sedangkan riwayat menopouse (Tabel 5.5) adalah usia >51 tahun dengan jumlah 8 orang. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2008) riwayat menarche adalah usia 12-16 tahun dengan jumlah 55 orang dan riwayat menopause adalah usia 50-52 tahun dengan jumlah 7 orang yang mengalami hiperplasia endometrium. Hal ini terjadi karena stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium (Indahwati, 2011).

Dari data penelitian berdasarkan tingkat obesitas yang dihitung berdasarkan IMT 53 sampel, frekuensi tertinggi adalah pre-obese (25,00-29,99) dengan jumlah 15 orang (Tabel 5.6). Hal ini sama dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Cahyanti (2008) di Semarang, bahwa dari 76 sampel didapatkan


(28)

27 orang yang mengalami hiperplasia endometrium dengan klasifikasi IMT pre-obese. Hal ini disebabkan karena pada obsitas terjadi peningkatan hormon estrogen karena tingginya kadar estradiol yang dihasilkan dari aromatisasi dari androgen pada jaringan adiposa dan konvensi dari androstenedione menjadi astrone pada otot dan adiposa (Carlson and Thiel, 2009).

Dari data penelitian 55 sampel, frekuensi tertinggi gambaran histopatologi hiperplasia endometrium adalah hiperplasia endometrium simpleks tanpa atipik. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahwati (2011) (Tabel 5.7), bahwa dari 30 sampel didapatkan 17 orang dengan riwayat hiperplasia endometrium tanpa sel atipik. Tetapi terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2008) di Semarang, bahwa dari 76 sampel didapatkan 33 orang mengalami hiperplasia endometrium kompleks tanpa atipik. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan reseptor estrogen baru akan berdampak bila ada stimulasi dari estrogen. Semakin rapat reseptor estrogen semakin besar pula kemampuan untuk dapat distimulasi oleh estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap tipe hiperplasia yang terjadi (Indahwati, 2007).


(29)

27 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jumlah penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik /Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012-2014 adalah sebanyak 57 kasus.

2. Insidensi tejadinya hipeplasia endometrium lebih banyak terdapat pada kelompok usia 41-50 tahun. Riwayat paritas pada hiperplasia endoetrium pada penelitian ini terdapat pada riwayat paritas multipara (paritas 3-4). Riwayat menarche paling banyak terdapat pada usia 12 tahun dan riwayat menopause terdapat pada usia 51-55 tahun, dan Riwayat obesitas dari hasil perhitungan IMT pada penelitian ini paling banyak terdapat pada kelompok pe-obese (25,00-29,99).

3. Hasil histopatologi hiperplasia endometrium didapatkan lebih banyak terdiagnosis sebagai hiperplasia endometrium simpleks tanpa sel atipik.

6.2. Saran

1. Rekam medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih baik dalam penyusunan kelengkapan data, agar dalam pengumpulan data, pengolahan data hasil penelitian bisa menjadi lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya mengenai hiperplasia endometrium sebaiknya menggunakan populasi penelitian yang lebih luas dengan menggunakan data dari beberapa tempat yang bertujuan untuk memperbanyak data sehingga karakteristik penderita hiperplasia endometrium dikenali lebih baik lagi.


(30)

3. Diharapkan bagi masyarakat mengenali tentang karakteristik hiperplasia endometrium sehingga dapat dilakukan pencegahan dini dan menurunkan angka insidensi.


(31)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uterus

2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus

Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus uteri ke serviks adalah 8 cm, ukuran cornu ke cornulebih dari 5 cm, dan ukuran anterior ke posterior adalah 2,5 cm (Paulsen and Waschke, 2013). Secara histopatologi struktur uterus dari dalam ke luar terdiri atas: lapisan endometrium di korpus uteri dan lapisan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos atau miometrium, dan lapisan serosa. Endometrium dilapisi oleh sel epitel kolumnar bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa yang membentuk invaginasi ke dalam stroma selular, dan jaringan yang banyak mengandung pembuluh darah. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri

dan berperan penting dalam siklus menstruasi selama masa reproduksi (Snell, 2012).

Kelenjar dan stroma mengalami perubahan siklik, terjadi pergantian fase pengelupasan dan fase pertumbuhan baru yang berlangsung sekitar 28 hari. Endometrium mempunyai dua lapisan yaitu: (1). lapisan fungsional, yang akan mengelupas pada saat menstruasi; dan (2). lapisan basal yang tidak ikut mengelupas. Epitel lapisan fungsional mengalami poliferasi aktif setelah periode menstruasi sampai terjadi ovulasi, kemudian kelenjar endometrium mengalami fase sekresi. Perubahan histologi endometrium normal selama siklus menstruasi di pengaruhi oleh perubahan sekresi hormon steroid ovarium. Jika endometrium terus-menerus terpapar oleh stimulasi estrogen baik endogen, maupun eksogen akan menyebabkan hiperplasia endometrium (Sofoewan, 2012).


(32)

2.1.2. Fisiologi menstruasi

Manusia merupakan salah satu spesies yang mempunyai siklus reproduksi bulanansetiap 28 hari. Siklus menstruasi terjadi akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus. Setelah fase akhir menstruasi, endometrium akan memulai fase poliferasi dan lapisan endometrium akan menebal kembali. Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium yang terdiri atas: fase folikular, ovulasi, dan pasca ovulasi (fase luteal). Sedangkan siklus uterus yang terdiri atas: fase proliferasi, fase sekresi, dan fase menstruasi(haid). Hormon-hormon yang mengatur siklus menstruasi adalah: hypothalamus pituitary ovarian endocrine axis, gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle stimulating hormone(FSH), luteinizing hormone (LH) (Drife and Magowan, 2004).

2.1.2.1.Siklus ovarium

Siklus ovarium dimulai dengan fase folikular. Pada fase folikular, terjadi peningkatan kadar FSH dan LH (hari pertama sampai hari ke-8) yang akan memacu perkembangan 10-20 folikel, namun hanya terdapat satu folikel yang dominan. Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi ini merupakan pemicu penurunan hormon estrogen maupun progesteron pada akhir siklus. Perubahan hormon pada fase pematangan folikel (hari ke-9 sampai hari ke-14) terjadi peningkatan produksi hormon estrogen yang progresif (terutama hormon estradiol) dari folikel. Meningkatnya kadar hormon estrogen menyebabkan umpan balik negatif ke GnRH untuk mencegah hiperstimulasi pematangan folikel. Fase ovulasi adalah fase pembesaran folikel (hari ke-14) secara cepat yang diikuti pecahnya folikel. pada fase ini, terjadi peningkatan hormon estrogen sehingga terjadi peningkatan sekresi LH. Menjelang ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan diikuti peningkatan kadar progesteron.Fase luteal, selama fase luteal (hari ke-15 sampai hari ke-28) kadar GnRH tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke-26 sampai hari ke-28. Korpus luteum sendiri meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Jika terjadi konsepsi dan implantasi korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan


(33)

6

gonadotropin yang dihasilkan oleh trophoblast. Jika konsepsi dan inplantasi tidak terjadi, maka korpus luteum mengalami regresi dan terjadi menstruasi (Sofoewan, 2012).

2.1.2.2. Siklus uterus

Siklus uterus dimulai dari fase poliferasi. Pada fase proliferasi, tebal lapisan endometrium 0,5 mm akan bertumbuh menjadi 4-5 mm. Fase poliferasi terbagi atas 3 tahapan yaitu: (1). fase awal (hari ke-4 sampai hari ke-7) terjadi regenerasi epitel, kelenjar masih pendek dan mitosis epitel, stroma padat disertai mitosis; (2). Fase pertengahan (hari ke-8sampai hari ke-10) ditandai dengan gambaran kelenjar panjang dan berbentuk kurva, epitel permukaan menjadi kolumnar dan terdapat mitosis; dan (3). fase proliferasi lanjut, kelenjar berkelok-kelok, inti pseudostratified dan stroma tumbuh sangat aktif dan tebal (Kurman and Mazur, 2005). Setelah terjadi ovulasi, akan diikuti fase sekretori. Fase sekretori, vaskularisasi endometrium sangat meningkat dan stroma endometrium longgar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung dan menggumpar, serta mulai mensekresikan cairan. Akhir dari siklus uterus adalah fase menstruasi. Fase menstruasi terjadi regresi korpus luteum, pasokan hormon untuk endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, karena terjadi nekrosis di endometrium, juga terjadi spasme dan nekrosis dinding arteri spiralis. Yang menimbulkan pendarahan berbercak, selanjutnya menyatu dan menghasilkan darah menstruasi (Ganong, 2008).

2.2.Hiperplasia Endometrium 2.2.1. Defenisi dan Epidemiologi

Hiperplasia endometrium merupakan suatu keadaan patologis pada endometrium berupa peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan ukuran

kelenjar, susunan kelenjar bertambah menjadi 2-3 lapis (Ellenson and Pirog, 2010).


(34)

Insidensi hiperplasia endometrium simpleks pada perempuan kelompok umur 18-90 tahun adalah 58 per 100 ribu pertahun, sedangkan hiperplasia endometrium kompleks tanpa sel atipik adalah 63 per 100 ribu, dan hiperplasia endometrium dengan sel atipik adalah 17 per 100 ribu perempuan. Insidensi hiperplasia simpleks dan kompleks yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 50-54 tahun masing-masing 142 dan 212 per 100 ribu perempuan pertahun. Sedangkan insidensi hiperplasia atipik yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 60-64 tahun yaitu 54 per 100 ribu perempuan pertahun. Secara keseluruhan, insidensi hiperplasia endometrium yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 50-54 tahun (386 per 100 ribu pertahun), dan jarang terjadi pada kelompok umur perempuan di bawah umur 30 tahun (6 per 100 ribu pertahun). Insidensi ini terus meningkat setiap interval waktu 5 tahun yaitu 30-54 tahun (Reed et al., 2009).

2.2.2. Etiologi

Hiperplasia endometrium merupakan kelainan yang tergantung pada hormon estrogen (estrogen-dependent disease) dan mempunyai faktor risiko yang sama dengan karsinoma endometrium, dimana stimulasi hormon estrogen endogen dan eksogen akan memacu proliferasi endometrium secara berlebihan. Stimulasi estrogen endogen dapat berupa faktor menstruasi, obesitas, anovulasi, hiperplasia stroma ovarium, dan tumor yang mampu mensekresi estrogen. Faktor menstruasi, seperti halnya menarche dini (<12 tahun), menopause lambat (>52 tahun) dan nuliparitas diperkirakan terjadi peningkatan paparan kumulatif estrogen oleh karena total jumlah siklus menstruasi yang lebih banyak sepanjang hidupnya dan perlu dinilai keteraturan siklus menstruasi berupa fase sebelum adanya perdarahan (minimal 3 siklus terakhir), memiliki interval 21-35 hari dengan lama 2-8 hari, dan dapat diperkirakan untuk menstruasi tanggal berikutnya (Cahyanti, 2008).

Kondisi anovulasi atau oligoovulasi yang sering bermanifestasi klinis dengan adanya infertilitas mengakibatkan penurunan dan tidak adanya efek peranan progesteron pada endometrium. Hal ini menyebabkan endometrium tidak mengalami perubahanpada gambaran histopatologi dan fungsinya menjadi suatu


(35)

8

fase sekresi melainkan akan terstimulasi terus oleh efek mitogenik estradiol (E2) yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari endometrium. Kondisi anovulasi yang paling umum adalah pada kasus Sindroma Polikistik Ovarium (PCOS). Pada PCOS, 75% terdapat resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang diduga akan memacu angiogenesis, ekspresi aromatase dan menghambat apoptosis serta menstimulasi proliferasi sel ovarium dan endometrium, kasus ini sering terjadi pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh/ IMT ≥ 30). Pada obesitas, jaringan lemak dan depositnya di perifer merupakan sumber utama aromatase, sehingga pada wanita post-menopause hal ini merupakan sumber estrogen dengan adanya konversi androgen di adrenal dan ovarium. Fungsi stroma ovarium pada wanita post-menopause tetap normal, tetapi bila didapatkan penyimpangan seperti hiperplasia stroma, maka menyebabkan sintesis estrogen yang meningkat dan memacu terjadi hiperplasia endometrium sampai menjadi suatu karsinoma endometrium. Tumor ovarium, baik itu primer maupun sekunder, dapat berhubungan dengan peningkatan fungsi ovarium dalam mensintesis estrogen, seperti tumor sel stroma, sel teka dan granulosa. Salah satu review mengemukakan bahwa ada hubungan antara adenokarsinoma endometriod ovarium dengan endometrium, tetapi mekanisme ini sepertinya merupakan karsinogenesis yang spontan dengan adanya kesamaan epitel pada keduanya dibandingkan salah satu tumor menginduksi pada salah satu tumor lainnnya (Cahyanti, 2008).

2.2.3. Gambaran klinis

Menurut The American College of Obstetrician and Gynecologists (2012) tanda dan gambaran yang paling umum dari hiperplasia endometrium pendarahan abnormal pada uterus seperti: (1).Pendarahan selama menstruasi yang berat ataupun berlangsung lebih lama dari biasanya; (2).Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari (dihitung dari hari pertama periode menstruasi dan periode menstruasi berikutnya); dan (3). Pendarahan setelah menopause.


(36)

2.2.4. Gambaran histopatologi

Gambaran histopatologi dari hiperplasia endometrium terdapat peningkatan perbandingan kelenjar terhadap stroma, tepi kelenjar tidak teratur dengan ukuran kelenjar yang bervariasi. Aktivitas mitosis kelenjar tampak jelas dengan derajat yang berbeda. Sering tejadi peningkatan vaskularisasi stroma di dalam epitel (Tri, 2009).

WHO (2003) mengklasifikasikan hiperplasia endometrium berdasarkan ada atau tidak adanya gambaran sel atipik, dan juga berdasarkan kompleksitas kelenjarnya dibagi menjadi simpleks dan kompleks (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Klasifikasi Hiperplasia Endometrium (WHO, 2003) Hiperplasia endometrium tanpa sel atipik - Simpleks

- Kompleks Hiperplasia endometrium dengan atipik - Simpleks

- Kompleks

2.2.4.1. Hiperplasia tanpa sel atipik

Berdasarkan struktur kelenjarnya hiperplasia endometrium yang tanpa sel atipik terbagi atas hiperplasia simpleks dan kompleks .

Histopatologi hiperplasia endometrium tanpa sel atipik yang simpleks.Gambaran yang tampak adalah banyaknya kelenjar yang mengalami poliferasi dan dilatasi dengan tepi yang tidak teratur dan mulai tampak hilangnya stroma. Perubahan karakteristik kelenjar dalam susunan, bentuk, derajat ketidakteraturan, dan percabangannya. Dapat terlihat metaplasia skuamos, walaupun hal ini jarang terjadi (Amran, 2013).


(37)

10

Gambar 2.1. Hiperplasia tanpa sel atipik yang simpleks (Ellenson and Pirog, 2010).

Hiperplasia endometrium tanpa sel atipik yang kompleks menunjukkan gambaran susunan kelenjar yang padat, terdapat gambaran kelenjar yang irreguler, dengan ukuran bervariasi, sebagian berdilatasi bercabang dengan lekukan dan tonjolan, dan kadang-kadang kelenjar saling berdekatan dan menempel karena padatnya (back-to-back position), dengan stroma yang minimal (gambar 2.2). Rasio kelenjar dan stroma lebih dari 2:1. Derajat kepadatan kelenjar inilah yang membedakan hiperplasia simpleks dan kompleks. Kadang juga ditemukan gambaran kelenjar dengan lumen kistik (Amran, 2013).

Gambar 2.2. Hiperplasia endometrium kompleks tanpa sel atipik. Kelenjar saling bertumpukan dan ukuran serta bentuknya ireguler (Ellenson and Pirog, 2010).


(38)

2.2.4.2. Hiperplasia Atipik

Hiperplasia atipik dapat berbentuk simpleks maupun kompleks, secara umum hiperplasia kompleks dengan kelenjar yang padat sekali. Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan dan menumpuk (Gambar 2.3 dan 2.4). Walaupun kompleks sangat padat, kelenjar pada hiperplasia atipik dikelilingi stroma dengan adanya gambaran kelenjar yang sangat berdekatan/menonjol. Hiperplasia atipik simpleks memperlihatkan gambaran kelenjar yang kurang padat dibandingkan dengan yang kompleks(Amran, 2013).

Gambar 2.3. Hiperplasia kompleks atipik. Kelenjar berdekatan dan sangat ireguler tetapi masih dipisahkan oleh stroma (Ellenson and Pirog, 2010).

Gambar 2.4. Hiperplasia kompleks atipik. Dengan pembesaran tinggi, tampak sel atipik yang ireguler, stratifikasi inti dengan inti bulat. Sitoplasma eosinofilik dan


(39)

12

2.2.5. Diagnosa

Terapi yang tepat pada penderita hiperplasia endometrium sangat ditentukan oleh adanya ketepatan diagnosis histopatologi, yang tergantung pada ketepatan dalam mendapatkan sediaan endometrium. Banyak cara untuk mendapatkan sediaan endometrium, diantaranya adalah sitologi, biopsi, dilatasi dan kuretase (D & C), serta biopsi dengan histeroskopi. Dari beberapa review cara diagnosis hiperplasia endometrium sebelumnya bahwa pengambilan sediaan dengan dilatasi dan kuretase adalah cara yang terbaik dengan mengurangi subjektifitas gambaran endometrium bila dibandingkan dengan biopsi menggunakan histeroskopi, serta lebih akurat dibandingkan dengan sitologi dan biopsi dengan akurasi 97% dan mempunyai nilai sensitivitas 98%, spesifitas

95%,positive predictive value 96% serta negativepredictive value 98% (Cahyanti, 2008). Pada beberapa tahun ini, penggunan ultrasonografi transvaginal

untuk menilai kelainan endometrium pada penderita dengan perdarahan pervaginam banyak dilakukan. Cara ini bukan merupakan alat prediksi yang tepat untuk menilai keadaaan patologis endometrium tetapi dapat dilakukan untuk mengukur ketebalan endometrium (The American College of Obstetrician and Gynecologists, 2012).

2.2.6. Komplikasi

Berkembangnya hiperplasia endometrium yang tidak mendapatkan terapi menjadi suatu karsinoma endometrium. Hubungan patogenesis berkembangnya hiperplasia endometrium menjadi suatu karsinoma endometrium dipengaruhi oleh aktivitas paparan estrogen yang mengakibatkan proliferasi yang tidak terkontrol. Kanker endometrium merupakan salah satu jenis keganasan di endometrium yang berasal dari pelapis epitel kelenjar dan berpotensi melibatkan miometrium. Kanker endometrium termasuk kanker ginekologik yang paling sering terjadi di dunia berat, menempati urutan keempat kanker pada perempuan setelah kanker payudara, kolon, dan paru (American Cancer Society, 2013; World Cancer Research Fund, 2013).


(40)

2.2.7. Pengobatan

Ada banyak penyebab pendarahan uterus abnormal. Jika pendarahan di diagnosis dengan hiperplasia endometrium, dapat diobati dengan progestin yang diberikan secara oral, krim, dan dalam alat kontrasepsi. Dosis dan lamanya pemberian tergantung pada usia dan jenis hiperplasia. Jika memiliki tipe hiperplasia kompleks dengan atipik resiko kanker sangat meningkat dan biasanya histerektomi merupakan pilihan pengobatan terbaik (The American College of Obstetrician and Gynecologists, 2012; National Cancer Institute, 2012).


(41)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Karsinoma endometrium merupakan salah satu jenis keganasan di endometrium yang berasal dari pelapis epitel kelenjar dan berpotensi melibatkan miometrium. Kanker endometrium merupakan kanker ginekologik yang paling sering terjadi di dunia Barat, menempati urutan keempat dari semua jenis kanker

pada perempuan setelah kanker payudara, kolon, dan paru (Effendi et al., 2013). Berdasarkan data Office of National Statistic terjadi

peningkatan Insidensi karsinoma endometrium dari 2 per 100 ribu wanita di bawah 40 tahun per tahun menjadi 40-50 per 100 ribu wanita per tahun (Kampono, 2011; Edward et al., 2006; May and Mehasseb, 2013).

Kanker endometrium sering didahului oleh hiperplasia sel-sel endometrium yang merupakan lesi pra-kanker. Hiperplasia endometrium secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan uterus yang abnormal. Penyebab hiperplasia endometrium diduga akibat ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron, yang dihasilkan oleh ovarium. Dalam pengaturan siklus menstruasi, kadar kedua hormon ini dapat berubah setiap bulannya. Bila efek estrogen berlebihan atau produksi estrogen dalam tubuh lebih banyak dari progesteron, maka sel-sel endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh dengan sangat cepat. Bila hiperplasia endometrium tidak diatasi, maka akan berkembang menjadi karsinoma endometrium. Berdasarkan gambaran histopatologi tingkat atipia sel, hiperplasia endometrium terbagi atas hiperplasia endometrium dengan/ tanpa sel-sel atipik, sedangkan berdasarkan kompleksitas kelenjar, hiperplasia endometrium dapat terbagi menjadi jenis simpleks dan kompleks (Cahyanti,2008). Angka kejadian hiperplasia endometrium simpleks pada perempuan kelompok umur 18-90 tahun adalah 58 per 100 ribu perempuan pertahun, sedangkan hiperplasia endometrium kompleks tanpa sel atipik adalah 63 per 100 ribu perempuan, dan dengan sel atipikaladalah 17 per 100 ribu perempuan


(42)

(Reed et al.,2009). Untuk data penderita hiperplasia endometrium di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Hiperplasia endometrium lebih berisiko pada perempuan kelompok umur di atas 35 tahun, belum pernah hamil, menopause pada usia tua, haid pertama (menarche) pada usia dini, mempunyai riwayat penyakit (seperti DM,sindroma polikistik ovarium, atau penyakit tiroid), obesitas, merokok dan riwayat keluarga (The American College of Obstetrician and Gynecologists, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui:”Bagaimana karakteristik penderita hiperplasia endometrium di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012-2014?”

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012-2014.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012-2014.

2. Untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium berdasarkan kelompok usia, riwayat paritas, usia menarche, usia menopause, dan obesitas.

3. Mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium berdasarkan gambaran histopatologi.


(43)

3

1.4Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai informasi data epidemiologi hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik/Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan

2. Untuk menambah wawasan tentang karakteristik hiperplasia endometrium 3. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian

selanjutnya.


(44)

ABSTRAK

Hiperplasia endometrium merupakan kelainan endometrium berupa peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan ukuran kelenjar, susunan kelenjar bertambah menjadi 2-3 lapis.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik dan Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan berdasarkan usia, riwayat menstruasi, riwayat paritas, obesitas dan gambaran histopatologi. Populasi penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis penderita hiperplasia endometrium tahun 2012-2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Terdapat 57 kasus penderita hiperplasia endometrium pada tahun 2012 sampai 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Departmen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita hiperplasia endometrium adalah kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 30 orang (52,6 %), dengan riwayat paritas terbanyak pada kelompok multipara (paritas 3-4) sejumlah 35 orang (61,4%). Riwayat menstruasi yang terdiri dari menarche adalah usia 12 tahun yaitu 16 orang (28,1%) dan menopause pada umur51-55 tahun sebanyak 8 orang (5,3%). Riwayat obesitas terbanyak terdapat pada kelompok pre-obese (25,00-29,99) sebanyak 26 orang (45,6%). Gambaran histopatologi hiperplasia endometrium`yang terbanyak adalah tipe simpleks tanpa atipik dengan jumlah 25 orang (43,9%).

Sebagai kesimpulan, penelitian ini mendapatkan karakteristik hiperplasia endometrium pada usia 41-50 tahun, riwayat paritas multipara, riwayat menarche usia 12 tahun, riwayat menopause usia 51-55 tahun, preobese, dan gambaran histopatologi tipe simpleks tanpa atipik.


(45)

iii

ABSTRACT

Endometrial hyperplasia is an endometrial abnormalities where it increases proliferation of endometrial glands, which caused in a change in the ratio of glands and stroma, the shape and size of the gland, the arrangement of gland increases to 2-3 layers.

This research is a descriptive study, which aims to determine the characteristics of patients with endometrial hyperplasia at Haji Adam Malik Hospital and Department of Pathology, Faculty of Medicine, University of North Sumatera based on age, menstrual history,history of parity, obesity and histopathology. The population of this research is secondary data from medical records of patients with endometrial hyperplasia in the year of 2012-2014 which include the inclusion and exclusion criteria.

There were 57 cases of endometrial hyperplasia from 2012 to 2014 at Haji Adam Malik Hospital and Department of Pathology, Faculty of Medicine, University of North Sumatera. The results of this research shows that the largest age group who are suffering from endometrial hyperplasia was in age group 41-50 years which is 30 patients (52,6 %), with most of parity in the group of multiparous (parity 3-4) with 35 patients (61,4%). The menstrual history consisting of menarche was 12 years old, which was 16 patients (28,1%) and menopause at the age of51-54 years with 8 patients (5,3 %). Most of obesity was found in pre-obese group (25.00-29.99) which was 26 patients (45,6%). Most common histopathology was simplex type with 25 patients (43,9%).

In conclusion, this research have the characteristics of endometrial hyperplasia at the age of 41-50 years old, multiparous of parity, menarche age of 12 years, menopause at age 51-55 years old, preobese and histopathology of simplex type without atypical.

Keywords: Endometrial Hyperplasia, Characteristics, Histopathology


(46)

UTARA MEDAN TAHUN 2012-2014 OLEH:

ASTRY AMELIA HARAHAP 120100007

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(47)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERPLASIA ENDOMETRIUM DI RSUP HAJI ADAM MALIK DAN DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN TAHUN 2012-2014

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

ASTRY AMELIA HARAHAP 110100007

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(48)

(49)

ii

ABSTRAK

Hiperplasia endometrium merupakan kelainan endometrium berupa peningkatan proliferasi kelenjar endometrium yang mengakibatkan adanya perubahan rasio kelenjar dan stroma, bentuk dan ukuran kelenjar, susunan kelenjar bertambah menjadi 2-3 lapis.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita hiperplasia endometrium di RSUP Haji Adam Malik dan Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan berdasarkan usia, riwayat menstruasi, riwayat paritas, obesitas dan gambaran histopatologi. Populasi penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis penderita hiperplasia endometrium tahun 2012-2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Terdapat 57 kasus penderita hiperplasia endometrium pada tahun 2012 sampai 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Departmen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita hiperplasia endometrium adalah kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 30 orang (52,6 %), dengan riwayat paritas terbanyak pada kelompok multipara (paritas 3-4) sejumlah 35 orang (61,4%). Riwayat menstruasi yang terdiri dari menarche adalah usia 12 tahun yaitu 16 orang (28,1%) dan menopause pada umur51-55 tahun sebanyak 8 orang (5,3%). Riwayat obesitas terbanyak terdapat pada kelompok pre-obese (25,00-29,99) sebanyak 26 orang (45,6%). Gambaran histopatologi hiperplasia endometrium`yang terbanyak adalah tipe simpleks tanpa atipik dengan jumlah 25 orang (43,9%).

Sebagai kesimpulan, penelitian ini mendapatkan karakteristik hiperplasia endometrium pada usia 41-50 tahun, riwayat paritas multipara, riwayat menarche usia 12 tahun, riwayat menopause usia 51-55 tahun, preobese, dan gambaran histopatologi tipe simpleks tanpa atipik.

Katakunci: Hiperplasia Endometrium, Karakteristik, Gambaran Histopatologi


(50)

ABSTRACT

Endometrial hyperplasia is an endometrial abnormalities where it increases proliferation of endometrial glands, which caused in a change in the ratio of glands and stroma, the shape and size of the gland, the arrangement of gland increases to 2-3 layers.

This research is a descriptive study, which aims to determine the characteristics of patients with endometrial hyperplasia at Haji Adam Malik Hospital and Department of Pathology, Faculty of Medicine, University of North Sumatera based on age, menstrual history,history of parity, obesity and histopathology. The population of this research is secondary data from medical records of patients with endometrial hyperplasia in the year of 2012-2014 which include the inclusion and exclusion criteria.

There were 57 cases of endometrial hyperplasia from 2012 to 2014 at Haji Adam Malik Hospital and Department of Pathology, Faculty of Medicine, University of North Sumatera. The results of this research shows that the largest age group who are suffering from endometrial hyperplasia was in age group 41-50 years which is 30 patients (52,6 %), with most of parity in the group of multiparous (parity 3-4) with 35 patients (61,4%). The menstrual history consisting of menarche was 12 years old, which was 16 patients (28,1%) and menopause at the age of51-54 years with 8 patients (5,3 %). Most of obesity was found in pre-obese group (25.00-29.99) which was 26 patients (45,6%). Most common histopathology was simplex type with 25 patients (43,9%).

In conclusion, this research have the characteristics of endometrial hyperplasia at the age of 41-50 years old, multiparous of parity, menarche age of 12 years, menopause at age 51-55 years old, preobese and histopathology of simplex type without atypical.


(51)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran Universita Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Hiperplasia Endometrium di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012-2014”. Dalam penyelesaian kaya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat binbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Betty, M.Ked. (PA), Sp.PA, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian.

3. Kepada para dosen penguji, dr. Chairil Amin Batubara, Sp.s dan dr. Andre Pasha Ketaren, M.Ked (cardio), Sp.JP yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penyelesaian laporan hasil peneliian ini. 4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

5. Orang tua penulis M. Azhar Harahap dan Juliana yang telah memberikan dukungan selama ini dalam bentuk moril maupun materi.

6. Abang penulis Mustafa Riko Harahap yang telah memberikan dukungan selama penyusunan penelitian.

7. Kakak penulis Mentari Adelina Harahap yang telah memberikan dukungan selama penyusunan penelitian.


(52)

8. Adik penulis Riky Ovaliansyah Harahap, Akmal Hakim Harahap, Abdul Khadir Fahmi Harahap yang telah memberikan dukungan selama penyusunan penelitian.

9. Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian Andrea Aghita Tarigan, Shanmuga Priya A/P Dhandapani dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberi saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian

10.Ucapan terima kasih kepada seluruh sahabat yang luar biasa, khususnya Johanes Irpan Nadapdap, Rava, Khansa salsabila, Dessy Ratnasari Mariza, Nur Harini Purba, Mutia Hamdani, syaidah May Sarah, Wendy Isman Sitepu, Rizky Priyanka, Leo Martin, Mahindika, Dina Firanda B, Namoratta R, Novianti, Milla Shera atas dukungan dan motivasi yang sangat membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan waasan dan penigkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 14 Desember 2015

Astry Amelia Harahap


(53)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN....………... i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

DAFTAR SINGKATAN……… xi BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……….

1.2. Rumusan Masalah……… 1.3.Tujuan Penelitian……….. 1.3.1. Tujuan Umum……… 1.3.2. Tujuan Khusus………... 1.4. Manfaat Penelitian………...

1 2 2 2 2 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uterus ………...……….. 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus...………... 2.1.2. Fisiologi Siklus Menstruasi………... 2.1.2.1. Siklus Ovarium………...…………... 2.1.2.2 . Siklus Uterus…...………...………... 2.2. Hiperplasia Endometrium………... 2.2.1. Defenisi dan Epidemiologi………..…... 2.2.2. Etiologi………... 2.2.3. Gambaran Klinis………... 2.2.4. Gambaran Histopatologi………... 2.2.4.1. Hiperplasia Tanpa Sel Atipik..……….. 2.2.4.2. Hiperplasia Atipik………... 2.2.5. Diagnosa………...………. 2.2.6. Komplikasi………. 2.2.7. Pengobatan………. 4 4 5 5 6 6 6 7 8 9 9 11 12 12 13


(54)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………...……... 3.2. Definisi Operasional………...……….

14 14 BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian…...………... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian…………..…………... 4.2.1. Waktu Penelitian………..………...…………... 4.2.2. Tempat Penelitian…………...………. 4.3. Populasi dan Sample………...………. 4.3.1. Populasi Penelitian………. 4.3.2. Sampel Penelitian………... 4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 4.4.1. Kriteria Inklusi………... 4.4.2. Kriteria Eksklusi………... 4.5. Metode Pengumpulan Data………... 4.6. Rencana Penelitian………...……… 4.7. Metode Analisis Data………..…..…...

17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19 19 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian………... 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 5.1.2. Dekripsi Data Penelitian………...

5.1.2.1 Distribusi penderita Hiperplasia

Endometrium... 5.2. Pembahasan……… 20 20 20 21 24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……….. 6.2. Saran……… 27 27 DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN 29


(55)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Hiperplasia Endometrium Simple Tanpa Sel Atipik 9 Gambar 2.2 Hiperplasia Endometrium Kompleks Tanpa Sel Atipik 10 Gambar 2.3 Hiperplasia Endometrium Simple Sel Atipik 11 Gambar 2.4 Hiperplasia Endometrium Kompleks Sel Atipik 11

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian 13


(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hiperplasia Endometrium 9

Tabel 4.1 Rencana Penelitian 19

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Tahun

21

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Usia

21

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Paritas

22

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Menarche

22

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Menopause

23

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Obesitas

23

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Gambaran Histopatologi


(57)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Data Induk

LAMPIRAN 3 OutputSPSS

LAMPIRAN 4 Izin Suvei Awal Penelitian LAMPIRAN 5 EthicalClearance

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian


(58)

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone FSH : Follicle Stimulating Hormone LH : Luteinizing Hormone

PCOS : Policystik Ovarian Syndrome IMT : IndeksMassaTubuh

BB : BeratBadan TB : TinggiBadan


(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN....………... i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

DAFTAR SINGKATAN……… xi BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……….

1.2. Rumusan Masalah………

1.3.Tujuan Penelitian……….. 1.3.1. Tujuan Umum……… 1.3.2. Tujuan Khusus………... 1.4. Manfaat Penelitian………...

1 2 2 2 2 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uterus ………...………..

2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus...………... 2.1.2. Fisiologi Siklus Menstruasi………... 2.1.2.1. Siklus Ovarium………...…………... 2.1.2.2 . Siklus Uterus…...………...………... 2.2. Hiperplasia Endometrium………... 2.2.1. Defenisi dan Epidemiologi………..…... 2.2.2. Etiologi………... 2.2.3. Gambaran Klinis………... 2.2.4. Gambaran Histopatologi………... 2.2.4.1. Hiperplasia Tanpa Sel Atipik..……….. 2.2.4.2. Hiperplasia Atipik………... 2.2.5. Diagnosa………...………. 2.2.6. Komplikasi………. 2.2.7. Pengobatan………. 4 4 5 5 6 6 6 7 8 9 9 11 12 12 13


(2)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………...……... 3.2. Definisi Operasional………...……….

14 14 BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian…...………... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian…………..…………... 4.2.1. Waktu Penelitian………..………...…………... 4.2.2. Tempat Penelitian…………...………. 4.3. Populasi dan Sample………...………. 4.3.1. Populasi Penelitian………. 4.3.2. Sampel Penelitian………... 4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 4.4.1. Kriteria Inklusi………... 4.4.2. Kriteria Eksklusi………... 4.5. Metode Pengumpulan Data………... 4.6. Rencana Penelitian………...……… 4.7. Metode Analisis Data………..…..…...

17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19 19 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian………... 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 5.1.2. Dekripsi Data Penelitian………...

5.1.2.1 Distribusi penderita Hiperplasia

Endometrium... 5.2. Pembahasan……… 20 20 20 21 24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……….. 6.2. Saran……… 27 27 DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN 29


(3)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Hiperplasia Endometrium Simple Tanpa Sel Atipik 9 Gambar 2.2 Hiperplasia Endometrium Kompleks Tanpa Sel Atipik 10 Gambar 2.3 Hiperplasia Endometrium Simple Sel Atipik 11 Gambar 2.4 Hiperplasia Endometrium Kompleks Sel Atipik 11

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian 13


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hiperplasia Endometrium 9

Tabel 4.1 Rencana Penelitian 19

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Tahun

21

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Usia

21

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Paritas

22

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Menarche

22

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Menopause

23

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Riwayat Obesitas

23

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Hiperplasia Endometrium Berdasarkan Gambaran Histopatologi

24


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Data Induk

LAMPIRAN 3 OutputSPSS

LAMPIRAN 4 Izin Suvei Awal Penelitian LAMPIRAN 5 EthicalClearance

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian


(6)

xi

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

FSH : Follicle Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

PCOS : Policystik Ovarian Syndrome

IMT : IndeksMassaTubuh

BB : BeratBadan

TB : TinggiBadan


Dokumen yang terkait

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes dengan Pulasan Van Gieson di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 78 101

Hubungan Usia Penderita dengan Gambaran Histopatologi Hiperplasia Endometrium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

1 51 139

Profil penderita tumor ganas pada testis yang didiagnosa secara histopatologidi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan 2008 - 2012

0 44 54

Prevalensi Karsinoma Hepatoseluler di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009-2012

1 66 71

Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009-2010

0 46 59

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Dengan Pulasan Van Gieson Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

3 62 101

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes dengan Pulasan Van Gieson di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 0 17

Hubungan Usia Penderita dengan Gambaran Histopatologi Hiperplasia Endometrium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 0 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 . Pengelolaan Lingkungan Hidup - Hubungan Usia Penderita dengan Gambaran Histopatologi Hiperplasia Endometrium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan T

0 0 53

Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Dengan Pulasan Van Gieson Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

0 0 17