BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. SASARAN OBAT ANTIJAMUR
Dengan meningkatnya infeksi jamur pada tahun-tahun terakhir ini, kita membutuhkan obat antijamur yang baru untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak seperti
perkembangan dari obat-obat antibakteri, perkembangan obat antijamur tidak begitu signifikan. Hal ini disebabkan karena jamur mempunyai jenis sel yang mirip dengan
dengan sel mamalia dimana sama-sama masuk dalam kelompok eukariota, sehingga harus dicari antijamur yang dapat merusak jamur tetapi tidak merusak sel mamalia. Hal
ini sulit dilakukan. Berbeda dengan antibakteri, bakteri termasuk kelompok prokariota sehingga sel yang menjadi target antibakteri tidak dijumpai pada sel mamalia, sehingga
perkembangan obat antibakteri lebih maju dibanding obat antijamur.
1
Sebagian besar obat antijamur digunakan secara sistemik, yang tergantung dari interaksi antijamur dengan ergosterol, baik secara langsung amphoterisin B atau secara
tidak langsung azole. Di bawah ini ada beberapa tempat yang merupakan target dari obat antijamur.
a. Ergosterol dan sintesis ergosterol
Belakangan ini banyak obat antijamur yang dapat menghambat sintesis atau interaksi dengan ergosterol, yang merupakan sterol yang sangat penting pada membrane
sel jamur. Polyenes, seperti amphoterisin B dapat berikatan dengan sterol membrane, terutama ergosterol, dan menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel, kemudian terjadi
kebocoran intraselluler sel jamur dan akhirnya menyebabkan kematian sel.
1
Sitokrom P450 –dependent-14- α-demethylase adalah sasaran dari obat
antijamur golongan azole flukonazol, ketokonazol, itrakonazol, dan lain sebagainya
yang secara umum bersifat fungistatik. Squalene epoxidase adalah sasaran lain pada
jalur biosintesis ergosterol yang dapat memberikan efek fungistatik dan fungisid. Allylamines terbinafin dan thiocarbamate tolnaftat bekerja pada sasaran ini dan
menimbulkan reaksi silang yang minimal dengan enzim yang bekerja dalam sintesis kolesterol. Semakin banyaknya penggunaan antijamur di klinik, memerlukan penelitian
yang lebih lanjut untuk menemukan penghambat ergosterol yang lebih poten.
1
Universitas Sumatera Utara
b. Sintesis asam nukleat
Hanya satu obat yang bekerja pada sintesis asam nukleat sel jamur yaitu flusitosin
5-fluorositosin, 5-FC. 5-fluorositosin dikonversikan menjadi 5-fluorouridin yang
kemudian membentuk triphosphat. Triphosphat menghambat sintesis timidilate dan menghambat sintesis DNA sel jamur. Yang akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.
1
c. Dinding sel
Dinding sel jamur merupakan sasaran yang menjadi perhatian dalam perkembangan obat antijamur yang baru. Komponen dari dinding sel jamur bervariasi
antar sesama spesies jamur tetapi pada umumnya hampir sama. Salah satu dari komponen
mayor adalah 1,3- β-glucan, dalam bentuk struktur helocoidal. Komponen lain adalah
chitin yang berbentuk pita dan merupakan rangka dari dinding sel. Mannoprotein juga
merupakan komponen mayor dari dinding sel luar dan berfungsi dalam memberi bentuk sel jamur.
1
Masing-masing komponen mayor dari dinding sel tersebut dapat menjadi sasaran dari obat antijamur. Sintase glucan merupakan sasaran yang penting pada dinding sel,
karena setiap sel jamur mempunyai komponen ini termasuk Pneumocystic carinii, dan menghambat sintase glucan dapat menyebabkan kematian sel jamur fungisid. Obat
antijamur yang menghambat sintase glucan misalnya echinocandins.
1
Sintesis chitin merupakan komponen yang penting pada sel jamur. Polyoxins dan nikkomycins adalah penghambat sintesis chitin yang diperlukan pada transport lipid ke
dalam sel. Pradmicins dan bananomicins adalah antijamur yang berikatan dengan mannoprotein, yang mempunyai aktivitas yang sangat luas, tetapi tidak terlihat adanya
efek penghambatan terhadap sintesis mannoprotein.
1
d. Sasaran yang lain