Cryptococcus spp. Topoisomerase I dan II dapat juga menjadi sasaran , sebab penghambatannya dapat menjadi fungisidal. Sintesa asam amino dan membran plasma
ATPase juga berpotensial untuk menjadi sasaran obat antijamur. Gene kapsul pada C.neoformans merupakan faktor virulensi. Protease yang dijumpai pada Candida spp.
juga berfungsi sebagai faktor virulensi. Faktor virulensi ini dapat menjadi sasaran pada pengobatan antijamur.
1
Gambar 1. Tempat kerja dari obat antijamur.
1
B. UJI SENSITIVITAS OBAT ANTIJAMUR
Belakangan ini pemeriksaan sensitifitas antijamur sudah banyak diperbincangkan. Amphoterisin B adalah salah satu antimikroba yang digunakan untuk mengatasi infeksi
sistemik, pemeriksaan uji sensitifitas obat tidak begitu terlihat efek klinisnya. Tetapi semakin berkembangnya obat-obat baru antijamur dan semakin banyaknya jamur yang
Universitas Sumatera Utara
resisten dengan penggunaan obat antijamur, membuat pemeriksaan uji sensitifitas obat antijamur semakin perlu dilakukan. Galgiani et al menunjukkan ada 50.000 cara dalam
uji sensitifitas obat antijamur dan tidak ada metode standard untuk pemeriksaan uji sensitifitas tersebut.
1
Pada uji sensitifitas antijamur sebenarnya diperlukan suatu metode yang mudah dilakukan, sederhana, jamur dapat berkembang dengan baik dan tidak mahal. Faktor-
faktor yang berpengaruh dalam proses uji sensitifitas antijamur antara lain pH, ukuran inokulum, media yang digunakan, waktu dan suhu inkubasi, serta metode yang berbeda
antara uji sensitifitas pada ragi dengan uji sensitifitas pada jamur berfilamen.
1
I. Metode yang digunakan untuk uji sensitifitas ragi
Banyak metode yang digunakan untuk memeriksa uji sensitifitas obat antijamur, antara lain dengan mengukur bahan biakan, mengukur ambilan metabolit, flow
cytometry, metode agar dan metode pengenceran. Diantara semua metode diatas, metode dengan menggunakan agar yang paling diminati sebab metode ini mudah dan biaya yang
rendah tetapi hasil bervariasi tergantung pada ukuran inokulum, suhu, waktu inkubasi, dan kemampuan obat yang digunakan pada agar.
Tabel 1. Metode uji sensitifitas antijamur bentuk ragi Metode
Keterangan NCCLS macrobroth
NCCLS microbroth Colorimetri
Alamar blue Garam tetrazolium
E-test Pengenceran agar
Difusi disk Standardized, reproducible, baik pada
invitro maupun in vivo Korelasi yang baik dengan macrobath
Korelasi yang baik dengan macrobath Beberapa penelitian pernah dilaporkan
Korelasi lebih baik dengan macrobath 24 jam daripada 48 jam
Mungkin baik digunakan untuk screening dengan korelasi yang sangat baik vs
macrobath Hasil tidak begitu baik
Pada penelitian yang membandingkan metode kaldu dengan disk difusi, ternyata metode kaldu memberikan hasil yang baik. Metode pengenceran agar dengan flukonazole
digunakan sebagai metode identifikasi yang cepat untuk menentukan adanya isolate yang resisten dan menunjukkan hubungan yang sangat baik dengan hasil NCCLS. Metode
Universitas Sumatera Utara
pengenceran kaldu adalah metode yang sangat luas digunakan saat ini dan telah distandarisasi oleh NCCLS. Saat ini metode pengenceran kaldu hanya dianjurkan pada
pemeriksaan Candida dan Criptococcus sp. Walaupun mempunyai konsistensi yang sama antara interlaboratory dan intralaboratory dan sering berhubungan dengan gejala klinis
yang tampak.
1
II. Metode uji sensitifitas pada jamur yang berfilamen
Pada uji sensitifitas ini mempunyai masalah yang khas, dimana timbul pertanyaan kita, bagaimana proses penghambatan pertumbuhan dari sel jamur yang mengalami
perubahan bentuk morfologi. Sebagai contoh, spesies Aspergillus yang mempunyai konidia yang kecil, melingkar, dan banyak, tetapi tidak mempunyai bentuk hifa.
Sedangkan indikator uji sensitifitas yang digunakan adalah dengan melihat pertumbuhan hifa. Bentuk kaldu dan agar merupakan metode dasar yang digunakan. Saat ini NCCLS
mengusulkan metode pengenceran kaldu untuk uji sensitifitas dari jamur berfilamen yang dibuat oleh M-38P. Inokulum dispectrophotometri dan diinkubasi sesuai dengan jenis
spesies yang diuji. Espinel-Ingroff diduga menggunakan metode ini ketika menguji efek azole terhadap aspergilus. Pada penelitian yang dilakukan Pfaller et al menyebutkan
bahwa metode E-test berguna untuk uji sensitifitas beberapa jamur berfilamen.
1
C. ANTIJAMUR SISTEMIK AMFOTERISIN B