Cara Kjeldahl Keseksamaanketelitian precision Batas deteksi dan Batas Kuantitasi

2.4 Cara Kjeldahl

Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein yang kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan nilai tersebut dengan aangka konversi 6,25 diperoleh nilai protein didalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut : 5,95, 5,71,dan 5,83. angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang bisanya mengandung 16 nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah mula – mula bahan di dekstruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung atau dititrasi dengan bantuan indikator Budiyanto, 2001. Penetapan kadar protein yang paling terkenal adalah cara Kjeldahl yang dalam perkembangannya terjadi berbagai modifikasi misalnya ole Gunning dan sebagainya. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi Sudarmadji, 19930.

2.5 Atomic absorption Spectrophotometry AAS

2.5.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah Khopkar, 1990. Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik- teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci Universitas Sumatera Utara pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem alat yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. Anonim, 2003 Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda Hollow Cathode Lamp yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya Darmono,1995. Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan perolehan kembali dapat ditentuka dengan cara membuat sampel plasebo kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi tertentu biasanya 80 samapi 120 dari kadar analit yang diperkirakan, kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi WHO, 2004.

2.6 Keseksamaanketelitian precision

Ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasi. Individual dari rata – rata jika prosedur ditetapkan secara berulang – ulang pada sampel – sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Ketelitian diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif koefisien variasi. Ketelitian dapat dinyatakan sebagai keterulangan repeatability atau ketertiruan reproducibility. Keterulangan adalah ketelitian metode, jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada Universitas Sumatera Utara

2.7 Batas deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisa renik dan diartikan sebagai kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama WHO,2004. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk mengetahui kadar protein dan kalsium pada cibet Orthetrum sp..

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Lembaga Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, Laboratorium Teknologi dan Pangan Fakultas Pertanian USU, dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS Medan.

3.2 Alat – alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kjeldatherm Gerhard, alat destilasi kjeldahl vapodest, neraca analitik Sartorius, statif, klem, buret Nalgene, Spektrofotometer Serapan Atom GBC Avanta ∑, Australia dengan nyala udara-asetilen, lampu kalsium GBC Avanta ∑, Australia, Mikroskop Nikon Japan , hot plate HP-200, neraca kasar, blender, kertas saring Whatman no. 42, spatula, dan alat – alat gelas laboratorium sesuai dengan kebutuhan.

3.3 Bahan – bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam Nitrat 65 bb, Larutan standar kalsium 1000 mcgml, asam sulfat 96 bb, strontium klorida 99 bb, natrium hidroksida. Bahan-bahan tersebut berasal dari E. Merck berkualitas pro analisis kecuali akuadest. Universitas Sumatera Utara