Penetapan Kadar Protein Dan Kalsium (Orthetrm sp.) Dari Cibet Yang Terdapat Dikabupaten Karo

(1)

PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN KALSIUM (Orthetrm sp.) DARI CIBET YANG TERDAPAT DIKABUPATEN KARO

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH: MAHARANI NIM: 071524040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN KALSIUM DARI CIBET ( Orthetrum sp) YANG TERDAPAT DI KABUPATEN KARO

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH: MAHARANI NIM: 071524040

Medan, Oktober 2009

Disetujui oleh: Disahkan oleh:

Pembimbing I, Dekan,

(Dra Masria Lasma Tambunan, MSi., Apt ) (Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195005081977022001 NIP 19531128 198303 1 002

Disetujui oleh: Pembimbing II

(Drs. Immanuel S. Meliala, MSi., Apt.) NIP 195001261983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi

ini untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih yang tiada hentinya kepada Ibunda tercinta Sariati dan Ayahanda

Saminto serta Adinda Tito Suprayogi yang telah memberikan kasih sayang, doa serta

dorongan kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang tulus kepada

1. Dra Masria Lasma Tambunan, MSi., Apt dan Drs. Immanuel S. Meliala,

MSi., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan selama penelitian

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mensahkan

dan memeberikan pengarahan dalam penyusunan skrispsi ini.

3. Bapak Drs. David Sinurat MS.i Apt, selaku dosen wali yang selama

ini telah banyak membina dan membimbing penulis selama masa


(4)

4. Semua mahasiswa/i khususnya stambuk 07 yang telah memberikan

semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Oktober 2009

Penulis


(5)

Penetapan Kadar Protein dan Kalsium dari Cibet ( Orthetrum sp.) Yang Terdapat Di Kabupaten Karo

ABSTRAK

Cibet (Orthetrum sp) merupakan larva yang akan tumbuh menjadi capung. Cibet mengandung protein dan kalsium yang dapat ditentukan kadarnya. Sampel yang diteliti adalah cibet (Orthetrum sp) yang diambil dari Desa Batu karang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

Pemeriksaan secara kualitatif dilakukan terhadap protein dan kalsium. Pemeriksaan kualitatif protein dilakukan dengan pereaksi biuret terbentuk warna violet dan pereaksi xantoprotein terbentuk warna jingga. Pemeriksaan kualitatif kalsium dilakukan dengan uji reaksi nyala dengan kawat nichrome dihasilkan nyala merah bata pada nyala bunsen dan dengan pereaksi amonium oksalat terbentuk endapan putih berupa kristal amplop dibawah mikroskop. Penetapan kadar protein dilakukan dengan cara Makro-Kjeldahl yang dimodifikasi dan penetapan kadar kalsium dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang (λ) absorbsi maksimum 422,7 nm. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan cibet (Orthetrum sp.) mengandung protein dan kalsium.

Dari hasil analisis diperoleh kadar protein sebesar 18,173 % dan kalsium sebesar 48,14 ± 0,97 mg/100g.

Kata kunci : Orthetrum sp., penetapan kadar, protein, kalsium, ,Makro-Kjeldahl, Spektrofotometri Serapan Atom.


(6)

Determined of Protein and Calcium Concentration of Cibet ( Orthetrum sp.) In Karo

ABSTRACT

Cibet (Orthetrum sp.) is a larva it would be grow up as a dragonfly. Cibet (Orthetrum sp) contains protein and calcium where the concentration can be confirmed. The sample has been research is cibet (Orthetrum sp.) that is taken Batu Karang Village, Payung District, Karo.

The Qualitative research had done to protein and calcium. Protein qualitative research is doing by biuret solvent formed violet colour and xantoprotein solvent formed orange colour. Calcium qualitative research is doing by flame reaction test with nichrome wire resulting brick red flame in bunsen flame and with ammonium ocsalat reaction formed white precipitate as a envelope crystal under mikroskop. The disposal of protein concentrate is doing with the methode called Kjeldahl-Makro which has been modified and the disposal of calcium concentrate is doing with Atomic Absorption Spectrofotometry at wave length (λ) maximum absorpsi 422,7 nm. The result of qualitative and quantitative showing that the cibet (Orthetrum sp.) contains protein and calcium.

From the analysis result, protein concentrate is 18,173 % and calcium concentrate 48,14 ± 0,97 mg/100g

Kata kunci: Orthetrum sp., concentrate disposal, protein, calcium, Makro-Kjeldahl, Atomic Absorption Spectrofotometry.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN BAHAN SEMINAR ... ii

KATA PENGANTAR………. iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 2

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian... 3

1.5Manfaat Penelitian. ... 3

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 4

2.1 Lokasi Penelitian ... 4

2.2 Alat-alat ... 4

2.3 Bahan-bahan ... 4


(8)

2.4.1 Larutan natrium hidroksida 40 % b/v ... 5

2.4.2 Larutan strontium klorida 15,2 % b/v ... 5

2.4.3 Larutan asam sulfat 0,02 N ... 5

2.4.4 Indikator Mengsel ... 5

2.4.5 Pembakuan natrium hidroksida 0,1 N ... 5

2.5 Prosedur Penelitian ... 6

2.5.1 Metode Pengambilan Sampel ... 6

2.5.2 Identifikasi Cibet ... 6

2.5.3 Identifikasi Protein... 6

2.5.3.1 Reaksi Biuret ... 6

2.5.3.2 Reaksi Xantoprotein... 6

2.6 Penetapan Kadar Protein... 7

2.6.1 Penyiapan Sampel ... 7

2.6.2 Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Cibet ... 7

2.7 Perhitungan Statistik ... 8

2.8 Penetapan Kadar Kalsium ... 8

2.8.1 Penyiapan Sampel ... 8

2.8.2 Proses Destruksi Basah ... 8

2.9 Identifikasi Kalsium ... 9

2.9.1 Uji Reaksi Nyala ... 9

2.9.2 Uji Reaksi Kristal dengan Amonium Oksalat ... 9


(9)

2.10.2 Penetapan Kadar kalsium dalam Sampel Cibet ... 10

2.11 Analisa Data Secara Statistik ... 11

2.11.1 Uji Q Test ... 11

2.11.2 Perhitungan Statistik Rata-rata Kadar Kalsium dalam Sampel……….. 11

2.12 Uji Perolehan Kembali (Recovery)... 12

2.12.1 Pembuatan Larutan Standar ... . 12

2.12.2 Prosedur Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 12

2.13 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

3.1 Identifikasi Protein ... 14

3.2 Identifikasi Kalsium ... 14

3.3 Penetapan Kadar ... 15

3.3.1 Kadar Protein ... 15

3.3.2 Kadar kalsium ... 15

3.3.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium... 15

3.3.2.2 Kadar Kalsium Pada Cibet (Orthetrum sp.) ... 16

3.3.2.3 Uji Perolehan Kembali ... 17

3.3.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

4.1 Kesimpulan ... 18

4.2 Saran ... 18


(10)

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil Identifikasi Protein pada Cibet ... 14 Tabel 2. Hasil identifikasi Kalsium pada Cibet ... 15 Tabel 3. Data Kadar Kalsium ... 16


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet ... 33

Lampiran 2. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum sabina). ... 34

Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan natrium hidroksida 0,1N ... 35

Lampiran 4. Bagan Prosedur Protein ... 36

Lampiran 5. Nilai Keyakinan Q90% ... 37

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Protein ... 38

Lampiran 7. (Lanjutan) ... 39

Lampiran 8. Bagan Destruksi Basah ... 40

Lampiran 9. Gambar Kristal Amplop Kalsium Oksalat ... 41

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Konsentrasi Terhadap Absorbansi Larutan Baku Kalsium ... 42

Lampiran 11. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) Dari Data Kalibrasi Kalsium ... 43

Lampiran 12. Hasil Analisa Logam Kalsium dalam Sampel ... 45

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Logam Kalsium dalam Sampel . 46 Lampiran 14. Nilai Qkritis taraf Kepercayaan 95 % ... 48

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Kadar Logam Kalsium Pada Cibet (Orthetrum sp.) ... 49

Lampiran 16. Data Hasil Uji Perolehan Kembali Kadar Kalsium dalam Cibet ... 51

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Kadar Logam dalam Sampel Untuk Logam Kalsium ... 52


(14)

Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi kalsium .... 53 Lampiran 19. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 54 Lampiran 20. Gambar Alat Kjeldaterm dan Alat Destilasi ... 55 Lampiran 21. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 56


(15)

Penetapan Kadar Protein dan Kalsium dari Cibet ( Orthetrum sp.) Yang Terdapat Di Kabupaten Karo

ABSTRAK

Cibet (Orthetrum sp) merupakan larva yang akan tumbuh menjadi capung. Cibet mengandung protein dan kalsium yang dapat ditentukan kadarnya. Sampel yang diteliti adalah cibet (Orthetrum sp) yang diambil dari Desa Batu karang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

Pemeriksaan secara kualitatif dilakukan terhadap protein dan kalsium. Pemeriksaan kualitatif protein dilakukan dengan pereaksi biuret terbentuk warna violet dan pereaksi xantoprotein terbentuk warna jingga. Pemeriksaan kualitatif kalsium dilakukan dengan uji reaksi nyala dengan kawat nichrome dihasilkan nyala merah bata pada nyala bunsen dan dengan pereaksi amonium oksalat terbentuk endapan putih berupa kristal amplop dibawah mikroskop. Penetapan kadar protein dilakukan dengan cara Makro-Kjeldahl yang dimodifikasi dan penetapan kadar kalsium dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang (λ) absorbsi maksimum 422,7 nm. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan cibet (Orthetrum sp.) mengandung protein dan kalsium.

Dari hasil analisis diperoleh kadar protein sebesar 18,173 % dan kalsium sebesar 48,14 ± 0,97 mg/100g.

Kata kunci : Orthetrum sp., penetapan kadar, protein, kalsium, ,Makro-Kjeldahl, Spektrofotometri Serapan Atom.


(16)

Determined of Protein and Calcium Concentration of Cibet ( Orthetrum sp.) In Karo

ABSTRACT

Cibet (Orthetrum sp.) is a larva it would be grow up as a dragonfly. Cibet (Orthetrum sp) contains protein and calcium where the concentration can be confirmed. The sample has been research is cibet (Orthetrum sp.) that is taken Batu Karang Village, Payung District, Karo.

The Qualitative research had done to protein and calcium. Protein qualitative research is doing by biuret solvent formed violet colour and xantoprotein solvent formed orange colour. Calcium qualitative research is doing by flame reaction test with nichrome wire resulting brick red flame in bunsen flame and with ammonium ocsalat reaction formed white precipitate as a envelope crystal under mikroskop. The disposal of protein concentrate is doing with the methode called Kjeldahl-Makro which has been modified and the disposal of calcium concentrate is doing with Atomic Absorption Spectrofotometry at wave length (λ) maximum absorpsi 422,7 nm. The result of qualitative and quantitative showing that the cibet (Orthetrum sp.) contains protein and calcium.

From the analysis result, protein concentrate is 18,173 % and calcium concentrate 48,14 ± 0,97 mg/100g

Kata kunci: Orthetrum sp., concentrate disposal, protein, calcium, Makro-Kjeldahl, Atomic Absorption Spectrofotometry.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena

zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai

zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang

mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau

karbohidrat (Budiyanto, 2002).

Penyakit – penyakit gizi di Indonesia yang utama, tergolong ke dalam

kelompok penyakit defisiensi. Salah satu penyakit gizi tersebut adalah penyakit

kekurangan protein (busung lapar). Busung lapar disebabkan karena kekurangan

makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut dan dapat

juga mengakibatkan kematian balita di berbagai daerah di Indonesia. Diperkirakan

jumlah ini akan terus meningkat bila krisis ekonomi tidak juga berlalu. Bahan

makanan bergizi yang sering menjadi masalah adalah protein selain harganya mahal,

banyak orang yang tidak tahu apa saja sumber-sumber protein. Sehingga di tengah

ancaman krisis tersebut, banyak masyarakat mencari sumber pangan alternatif

(Budiyanto, 2002).

Selain protein, mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan

penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ

maupun fungsi secara keseluruhan. Mineral digolongkan dalam mineral makro dan


(18)

terdapat dalam tubuh, kalsium berfungsi membentuk tulang dan gigi, dalam

pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraseluler dan intraseluler, seperti untuk tranmisi

saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

Tubuh dapat mengalami defisiensi kalsium yang akan menyebabkan penyakit

rachitis pada anak-anak dan osteoporosis pada orang dewasa. Apabila asupan

kalsium sudah diberikan pada anak-anak, remaja, sampai dewasa akan berpengaruh

pada kondisi tulang di usia lanjut. Semakin tinggi tabungan kalsium di usia muda

maka kebutuhan kalsium di usia lanjut akan terpenuhi. Oleh karena itu untuk

memenuhi kebutuhan kalsium dalam 1 hari dapat diperoleh dari aneka pangan

(Wirakusumah, 2001).

Di Sumatera utara, khususnya di Kabupaten Karo, terdapat larva yang

dikonsumsi masyarakat biasanya dibuat dalam bentuk menu makanan seperti digulai,

disambal dan lain-lain. Masyarakat Karo menyebutnya dengan nama cibet. Cibet ini

merupakan larva yang akan tumbuh menjadi capung. Cibet hidup disawah terutama

di tanaman padi, dimana pada umumnya larva serangga mengandung protein, mineral

(salah satunya kalsium), dan vitamin. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penetapan kadar protein dan kalsium yang terdapat dalam cibet


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Berapakah kadar protein yang terdapat dalam cibet (Orthetrum sp.) ?

2. Berapakah kadar kalsium yang terdapat dalam cibet (Orthetrum sp.)?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Cibet (Orthetrum sp.) mengandung protein

2. Cibet (Orthetrum sp.) mengandung kalsium

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menentukan kadar protein yang terdapat pada cibet (Orthetrum sp.)

2. Menentukan kadar kalsium yang terdapat pada cibet (Orthetrum sp.)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang kadar protein dan

kalsium dari cibet (Orthetrum sp.) sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cibet (Orthetrum)

Cibet adalah nama larva yang akan tumbuh menjadi capung atau

metamorfosis dari capung. Nama ini berasal dari masyarakat Karo, karena cibet ini

merupakan makanan khas Karo. Cibet berasal dari genus (marga) Orthetrum dari

capung, famili Libelluidae, orthetrum merupakan genus yang sangat luas hampir

lebih dari 80 spesies tersebar diseluruh dunia. Capung adalah kelompok serangga

yang tergolong kedalam bangsa odonata dan merupakan serangga predator yang

menguntungkan, dengan metamorfosis hemimetabolous atau sederhana

(Anonim,2009).

Capung meneyebar luas di hutan-hutan, sawah, kebun, sungai, danau hingga

ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Siklus hidup capung dari telur

hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimum enam

atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tumbuhan yang berada di air. Ada

jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang

menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas larva capung hidup dan

berkembang di dasar perairan mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya

keluar dari air sebagai capung dewasa sebagian siklus hidup capung dihabiskan

dalam bentuk nimfa, dibawah permukaan air dengan menggunakan insang internal


(21)

nimfa capung berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan

anak ikan (Anonim,2009).

2.1.1 Sistematika Larva Capung

Menurut hasil identifikasi Larva Capung dari LIPI Bogor diperoleh :

Kingdom : Animalia

Divisi : Arthropoda

Sub Divisi : Hexapoda

Class : Insecta

Ordo : Odonata

Sub ordo : Anisoptera

Famili : Libelluidae

Genus : Orthetrum sp.

2.2 Protein

Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang penting dalam tubuh. Kata

protein berasal dari kata Yunani yaitu proteios yang artinya “pertama”. Protein adalah

poliamida dimana hidrolisis protein akan menghasilkan asam amino (Fessenden,

1992).

Molekul protein merupakan suatu rantai panjang yang tersusun oleh asam –

asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki gugus karboksil ( COO)

dan gugus amino (NH2) . Asam – asam amino berikatan satu sama lainnya dengan

gugus amino dari asam amino yang lain ( Sudarmadji dkk.,1996).

Bila dua asam amino atau lebih bergabung secara lurus maka disebut


(22)

berstruktur sekunder dan jika membentuk struktur yang lebih kompleks misalnya

bentuk spiral maka maka disebut berstruktur tertier dan quartener. Secara alami

bentuk konfigurasi asam amino adalah bentuk levo, sedangkan yang disintesis dapat

berupa levo dan deksto ( Sueharto, 1994).

NH2 H

R C COOH R C COOH

H NH2

(l – Konfigurasi) (d – Konfigurasi) Gambar 3. Konfigurasi levo dan dekstro asam amino

Asam amino dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu asam amino essensial

dan asam amino non essensial. Asam amino non essensial adalah asam amino yang

dapat disintesis oleh tubuh, sedangkan asam amino essensial adalah asam amino yang

dapat disintesis oleh tubuh, sedangkan asam amino essensial adalah asam amino yang

kurang cukup disintesis atau tidak dapat disintesis sama sekali oleh tubuh hewan

maupun manusia untuk keperluan metabolisme dan untuk pertumbuhan maksimum (

Soeharto, 1994).

Protein merupakan zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini

disamping berfungsi sebagai sumber kalori juga berfungsi sebagai zat pembangun

dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan

– jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang

telah ada. Sebagai zat pengatur, protein mengatur keseimbangan cairan dalam


(23)

asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh

(Winarno,1992).

Dalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting.

Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah

air. Diperkirakan separuh atau 50%dari berat kering sel dalam jaringan seperti

misalnya hati dan daging terdiri dari protein, dan dalam tenunan segar sekitar

20%(Winarno,1992).

Protein dalam tubuh menusia, terutama dalam sel jaringan, bertindak sebagai

bahan membran sel, dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan

elastin, serta membentuk protein yang inert seperti rambut dan kuku. Disamping itu

protein dapat bekerja sebagai enzim, bertindak sebagai plasma (albumin), membentuk

antibodi, membentuk kompleks dengan molekul lain, serta dapat bertindak sebagai

bagian sel yang bergerak (protei otot). Kekurangan protein dalam waktu lama dapat

mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit (Winarno,1992).

2.2.1 Penggolongan Protein

Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu

golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein

yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan

adalah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut

gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau asam nukleat. Protein


(24)

fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk seperti serat atau serabut,

sedangakan protein globular terbentuk bulat (Poedjiadi, 1994).

2.2.2 Mutu Protein

Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang

dikandungnya. Protein komplet adalah protein yang mengandung protein semua jenis

asam amino essensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan.

Semua protein hewani, kecuali gelatin merupakan protein komplit. Protein tidak

komplit adala protein protein bermutu rendah yang hanya mengandung satu atau dua

jenis asam amino saja. Dua jenis protein dalam asam amino yang berbeda, bila

dimakan secara bersamaan di dalam tubuh dapat menjadi susunan protein komplet.

Misalnya, bila nasi yang terbatas dalam lisin yang dicampur dengan tempe yang

terbatas dalam metionin, didapatkan campuran yang memungkinkan pertumbuhan.

Menambahkan sedikit susu yang mengandung semua jenis asam aminlo essensial

kedalam bubur beras akan memberikan cukup lisin kepada bubur tersebut kapada

bubur tersebut untuk memungkinkan pertumbuhan (Almatsier, 2001)

2.3 Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan , organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang,

besi dari hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Di

samping itu mineral berperan dalam berbagai thap metabolisme, terutama sebagai


(25)

keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan – ikatan penting, melalui

membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan

(Almatsier, 2001).

Unsur mineral dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses

pembakaran, bahan – bahan organik tebakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena

itulah disebut abu. Manusia memperoleh mineral melalui konsumsi pangan dan

nabati maupun hewani. Mineral dalam tubuh manusia terdiri dari kalsium, khlor,

yodium, besi, magnesium, phosphor, kalium, flour, nikel, selenium, silikon, dan seng.

Mineral digolongkan dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah

mineral yang dibutuhkan tubuh dari 100 mg sehari, misalnya kalsium (Ca), khlor

(Cl), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan belerang (S). Mineral mikro

dibutuhkan kurang lebih dari 100 mg sehari, seperti tembaga (Cu), Flour (F), besi

(Fe), iodium (I), mangan (Mn), cobalt (Co), dan seng (Zn). Tiga mineral lain yaitu

aluminium (Al), vanadium (Va), dan boron (Bo) telah ditemukan dalam jaringan

tubuh hewan

Mineral dalam tubuh secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai bahan pembentuk bermacam – macam jaringan tubuh, seperti tulang

dan gigi ( Cadan P), rambut, kuku, dan kulit ( S) serta sel darah merah ( Fe ),

kalsium dan phosphor merupakan mineral yang terbanyak dalam tubuh.

b. Memelihara keseimbangan asam dan basa didalam tubuh melalui penggunaan

Cl, P, S sebagai pembentuk asam dan Ca, Fe, Mg, K, serta Na sebagai


(26)

c. Mengkatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak,

protein maupun mengkatalisis pembentukan lemak dan protein tubuh.

2.3.1 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh.

Sekitar 99 % total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang

dan gigi. Kalsium dieksresikan lewat urin serta feses dan untuk mencegah kehilangan

ini diperlukan kalsium melalui makanan. Kalsium tambahan diperlukan dalam

keadaan tertentu seperti masa pertumbuhan mulai dari anak-anak hingga usia remaja

pada saat hamil utuk memenuhi kebutuhan janin ( Budiyanto, 2004).

2.3.2 Fungsi Kalsium

Kalsium mempunyai peran yang penting dalam tubuh, yaitu dalam

pmbentukan tulang dan gigi, dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraseluler

dan intraseluler, seperti untuk tranmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan

menjaga permeabilitas membrane sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan

hormone-hormon dan faktor pertumbuhan ( Almatsier,2001).

Menurut (Almatsier,2001) fungsi kalsium dalam tubuh adalah:

a. Pembentukan Tulang

Kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu : sebagai bagian integral

dari stuktur tulang dan sebagai tempat menyimpan kalsium. Proses pembentukan

tulang di mulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang

kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang dalm tubuh.


(27)

matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu

terbentuknya kristal mneral yang mengandung senyawa kalsium.

Tulang merupakan jaringan pengikat yang sangat khusus bentuknya. Telah

jelaslah bahwa tulang dibentuk dalam dua proses yang terpisah, pembentukan matriks

dalam tersebut. Kalsium dalam tubuh akan bekerja efektif setelah kulit terkena

sengatan singkat radiasi sinar ultraviolet- B, karena paparan sinar matahari dapat

merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini berfungsi sebagai pembuka kalsium

masuk kedalam aliran darah., sampai akhirnya bersatu dengan tulang.

b. Pembentukan Gigi

Mineral yang membentuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah

dan luar dari gigi adalah mineral yang sama dengan pembentukan tulang yaitu

hidroksipatit. Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah.

Protein dalam email gigi adalah keratin., sedangkan dalam dentin adala kolagen.

c. Pertumbuhan

Kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan karena merupkan bagian

penting dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang

lebih kecil untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh.

d Pembekuan Darah

Bila tejadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang pembebasan

fosfolipid tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini

mengatalisis perubahan protombin bagian darah normal, menjadi trobin kemudian

membantu perubahan fibrinogen bagian lain dari darah, menjadi fibrin yang


(28)

2.4 Cara Kjeldahl

Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein yang kasar dalam

bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah

kadar nitrogennya. Dengan mengalikan nilai tersebut dengan aangka konversi ( 6,25)

diperoleh nilai protein didalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum

angka konversi berturut-turut sebagai berikut : 5,95, 5,71,dan 5,83. angka 6,25

berasal dari angka konversi serum albumin yang bisanya mengandung 16 % nitrogen.

Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah mula – mula bahan di dekstruksi dengan

asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium atau butiran Zn. Amonia yang

terjadi ditampung atau dititrasi dengan bantuan indikator (Budiyanto, 2001).

Penetapan kadar protein yang paling terkenal adalah cara Kjeldahl yang dalam

perkembangannya terjadi berbagai modifikasi misalnya ole Gunning dan sebagainya.

Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu

proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi ( Sudarmadji, 19930.

2.5 Atomic absorption Spectrophotometry ( AAS) 2.5.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi

elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode

yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990).

Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.


(29)

pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk

menghasilkan uap atom dalam sampel. (Anonim, 2003)

Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan

larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom

bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari

lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan

ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang

tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan %perolehan kembali dapat

ditentuka dengan cara membuat sampel plasebo kemudian ditambahkan analit dengan

konsentrasi tertentu (biasanya 80% samapi 120% dari kadar analit yang

diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (WHO,

2004).

2.6 Keseksamaan/ketelitian (precision)

Ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaran hasi. Individual dari rata – rata jika prosedur

ditetapkan secara berulang – ulang pada sampel – sampel yang diambil dari campuran

yang homogen. Ketelitian diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku

relatif (koefisien variasi). Ketelitian dapat dinyatakan sebagai keterulangan

(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah ketelitian


(30)

2.7 Batas deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas

deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada

analisa renik dan diartikan sebagai kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan

menggambarkan suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk mengetahui kadar

protein dan kalsium pada cibet (Orthetrum sp.).

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Lembaga Penelitian Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, Laboratorium Teknologi dan Pangan

Fakultas Pertanian USU, dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Medan.

3.2 Alat – alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kjeldatherm (Gerhard),

alat destilasi kjeldahl (vapodest), neraca analitik (Sartorius), statif, klem, buret

(Nalgene), Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta ∑, Australia) dengan nyala udara-asetilen, lampu kalsium (GBC Avanta ∑, Australia), Mikroskop (Nikon Japan ),

hot plate (HP-200), neraca kasar, blender, kertas saring (Whatman no. 42), spatula,

dan alat – alat gelas laboratorium sesuai dengan kebutuhan.

3.3 Bahan – bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam Nitrat 65 %

b/b, Larutan standar kalsium (1000 mcg/ml), asam sulfat 96 % b/b, strontium klorida

99 % b/b, natrium hidroksida. Bahan-bahan tersebut berasal dari E. Merck berkualitas


(32)

3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1 Larutan natrium hidroksida 40 % b/ v

Sebanyak 40 g natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml

(Vogel, 1979).

3.4.2 Larutan strontium klorida 15,2% b/v

Strontium klorida sebanyak 38 g dilarutkan dalam 250 ml air suling

(vogel,1994).

3.4.3 Larutan H2SO4 0,02 N

Larutan asam sulfat 96% b/b sebanyak 0,9808 g asam sulfat dilarutkan dalam

1000 ml air suling ( Ditjen POM, 1979).

3.4.4 Indikator Mengsel

Merah metil 425 mg dan 500 mg metil biru dan dilarutkan dengan 100 ml

alkohol 96%.

3.4.5 Pembakuan NaOH 0,1 N

Ditimbang seksama 0,1000 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

250 ml dan ditambahkan akuadest 25 ml. Setelah larut ditambah 3 tetes indikator

fenolftalein dan dititrasi dengan larutan NaOH sampai warna merah jambu.

Perhitungan N NaOH dari hasil rata-rata 3 kali ulangan.

N larutan NaOH =

NaOH ml

x

x oksalat asam

g

126 , 0

2

(Sudarmadji dkk, 1976).


(33)

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan cibet (Orthetrum sp.) yang sama dari daerah lain. Sampel

yang digunakan adalah sampel yang diambil dari Desa Batu Karang, Kecamatan

Payung, Kabupaten Karo.

3.5.2 Identifikasi cibet

Identifikasi cibet dilakukan di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi

Puslit Biologi – LIPI, Cibinong. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.5.3 Identifikasi Protein 3.5.3.1 Reaksi Biuret

Sebanyak 5 ml larutan

sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan natriun hidroksida

10 %, dikocok perlahan – lahan, kemudian ditambahkan tetes demi tetes larutan

tembaga (II) Sulfat 0,5 % sambil dikocok – kocok setiap kali penambahan, maka

akan terjadi warna violet ( Harrow, 1960).

3.5.3.2 Reaksi Xanthoprotein

Sebanyak 5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi,

ditambahkan beberapa tetes asam nitrat pekat dan beberapa tetes asam sulfat pekat,

kocok – kocok maka terjadi endapan putih dan bila dipanaskan berubah menjadi

larutan berwarna kuning. Setelah dingin ditambahkan larutan ammonium hidroksida


(34)

3.6 Penetapan Kadar Protein 3.6.1 Penyiapan Sampel

Cibet (Orthetrum Sp.) yang telah dikumpulkan dicuci sampai bersih,

ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan lampu 60 watt, dengan jarak lampu 30 cm

dari cibet (Orthetrum sp.). Kemudian setelah kering dihaluskan dengan menggunakan

blender ( Hadikastowo, 1996).

3.6.2 Penetapan kadar Protein dalam Sampel Cibet (Orthetrum Sp.)

Sampel ditimbang seksama 0,2000 g dimasukkan kedalam labu Kjeldahl

ditambahkan 2,0000 g K2SO4 dan CuSO4 serta 2,5 ml H2SO4 (P), didestruksi sampel

sampai larutan yang ada dalam labu Kjeldahl menjadi jernih, dibiarkan dingin lalu

ditambahkan 10 ml akuadest. Kemudian ditambahkan 8 ml larutan NaOH 40%. Labu

Kjeldahl kemudian dihubungkan dengan alat destilasi, tabung pengalir destilat diatur

hingga tercelup dibawah permukaan 25 ml H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator

mengsel dalam labu erlenmeyer, kemudian didestilasi sampai diperoleh 125 ml

destilat yang berwarna ungu. Kemudian destilat dititrasi dengan larutan NaOH 0,0205

N sampai larutan berwarna hijau jernih. Dihitung % N dan kadar proteinnya. Dalam

hal ini dilakukan titrasi blanko dengan prosedur yang sama tanpa menggunakan

sampel ( Sudarmadji dkk, 1976). Bagan dapat dilihat pada Lampiran 4.

% Kadar Nitrogen =

(

)

1000 ) ( 100 008 , 14 x g sampel Berat x x NaOH N x sampel NaOH ml blanko NaOH ml


(35)

3.7 Perhitungan Statistik

Penentuan kadar protein dilakukan sebanyak 6 kali maka dapat digunakan

metode statistik Uji Q yang bertujuan untuk membuang nilai yang terlalu

menyimpang dari data lainnya yang berdasarkan Lampiran 5. sebagai nilai Q dengan

keyakinan yang sangat tinggi (90%). Apabila Q > Q90% maka data yang diduga

menyimpang tersebut dapat dibuang.

Rumus mencari nilai Q pada percobaan adalah:

Q =

W Xn Xq

Keterangan :

Xq : pengamatan yang diragukan

Xn : Pengamatan terdekat dengan yang diragukan

W : lebarnya semua pengamatan

Q : nilai Q pada percobaan

Q90% : nilai Q untuk keyakinan 90% (Day, 1981; Laitinen,1975).

Hasil perhitungan kadar protein dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

3.8 Penetapan Kadar Kalsium 3.8.1 Penyiapan Sampel

Cibet dicuci dengan air hingga bersih, ditiriskan, kemudian ditimbang


(36)

3.8.2 Proses Destruksi Basah

Destruksi basah yang dilakukan merupakan modifikasi dari Darmono, 1995.

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang seksama dalam erlenmeyer lebih

kurang 25,0000 g. Selanjutnya ditambahkan asam nitrat pekat sebanyak 25 ml hingga

sampel terendam. didiamkan selama satu malam ( 24 jam). Setelah itu, sampel

dipanaskan pada hot plate selama 30 menit hingga sampel berwarna kuning muda

jernih. Kemudian dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditepatkan sampai

garis tanda dengan akuabidest. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman no.

42 dengan membuang 5 ml larutan pertama hasil penyaringan. Larutan hasil

desktruksi ini digunakan untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Bagan destruksi basah dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.9 Identifikasi Kalsium 3.9.1 Uji dengan Reaksi Nyala

Kawat Ni-chrome dicelupkan kedalam HCl pekat kemudian dibakar pada

nyala bunsen hingga nyalanya bersih. Kawat dicelupkan lagi ke dalam HCl pekat lalu

kedalam sampel (larutan) dan dibakar. Jika terdapat kalsium, akan dihasilkan nyala

merah bata pada nyala bunsen (Vogel, 1985).

3.9.2 Uji Kristal dengan Amonium Oksalat

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml sampel, kemudian ditambahkan 1 ml

larutan ammonium oksalat, dikocok, dan didiamkan. Terbentuk endapan putih,


(37)

dibawah mikroskop, terlihat kristal berbentuk amplop berarti sampel mengandung

kalsium (Vogel, 1985).

3.10 Penetapan Kadar Kalsium

3.10.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Logam Kalsium

Larutan Standar kalsium (Ca) (1000 mcg/ml) dipipet 10 ml, dan dimasukkan

kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian tepatkan sampai garis tanda dengan air

suling (konsentrasi 100 mcg/ml).

Pipet 1,5, 2,0, 2,5, 3,0, 3,5, 4,0 ml larutan baku (100 mcg/ml), dimasukkan

kedalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan 5 ml strontium klorida, kemudian

ditepatkan dengan aquadest sampai garis tanda. Larutan tersebut mengandung 1,5

mcg/ml, 2,0 mcg/ml, 2,5 mcg/ml, 3,0 mcg/ml, 3,5 mcg/ml, 4,0 mcg/ml. Kemudian

diukur dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang (λ) 422,7 nm (Hasil dapat dilihat pada lampiran 10).

3.10.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Sampel Cibet (Orthetrum sp.)

Larutan sampel sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml

kemudian ditambahkan 5 ml larutan strontium klorida dan diencerkan dengan air

suling hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 50/1 = 50 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang (λ) 422,7 nm. Kadar kalsium dapat dihitung dengan rumus :

C x V x Fp Kadar (mcg/g) =

W

Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml)


(38)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel yang ditimbang(g)

Data hasil perhitungan kadar dapat dilihat pada Lampiran 12

Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13

3.11 Analisa Data Secara Statistik 3.11.1 Uji Q Test

Kadar kalsium sebenarnya dalam sampel dapat diketahui dengan menggunakan uji Q-test. Cara untuk melakukan analisis terhadap data yang menyimpang adalah

dengan Dixon,s Q-test yang dirumuskan sebagai berikut :

Q hitung =

terendah nilai tertinggi nilai terdekat yang nilai dicurigai yang nilai −−

Jika nilai Qhitung lebih kecil dari nilai Qkritis maka hipotesis nol diterima berarti

tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai – nilai yang lain (

Rohman, 2007). Dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.11.2 Perhitungan Statistik Rata – Rata Kadar Kalsium dalam Sampel

Kadar kalsium yang diperoleh dari hasil pengukuran larutan sampel,

ditentukan rata-ratanya secara statistik dengan taraf kepercayaan 95% dengan rumus

sebagai berikut:

µ =

(

)

n S df t x , 2 1 α ±

Keterangan : µ = Interval kepercayaan kadar sampel


(39)

S = Simpangan Baku

t

(

,df

)

2

1 α = nilai iritis dengan df ( derajad bebas) = n-1

n = Jumlah perlakuan (Wibisono, 2005).

Perhitungan kadar kalsium dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 15.

3.12 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

3.12.1 Prosedur Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Sampel yang telah dihomogenkan, ditimbang seksama masing – masing ± 25 gram dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan standar kalsium (Ca)

(konsentrasi 10 mcg/ml). Selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama sesuai

dengan prosedur 3.8.2. Hasil destruksi dilakukan pemeriksaan kuantitatif sesuai

prosedur 3.10 Selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel sesuai

dengan prosedur 3.10.2. Lalu dihitung persentase uji perolehan kembali (uji recovery)

dengan persamaan berikut :

Uji perolehan kembali

= sampel dalam n ditambahka yang dar s jumlah sampel dalam zat kadar dar s n ditambahka setelah zat Kadar tan tan −

x 100 %

( Harmita, 2004). (Hasil dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17).

3.13 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat


(40)

terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan

seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat diperoleh dari kalibrasi stándar

yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali, dan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut ( Harmita, 2004).

Batas deteksi = Slope

SD x 3

Batas kuantitasi =

Slope SD x 10

Keterangan: SB = Simpangan Baku

Simpangan Baku =

( )

1 -n

Y -Yi 2


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Protein

Pemeriksaan kualitatif dilakukan sebagai pemeriksaan pendahuluan untuk

mengetahui adanya protein dalam sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif

dengan metode makro-kjeldahl yang dimodifikasi. Hasil pemeriksaan kualitatif

protein dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan Protein pada cibet (Orthetrum sp.)

Dari hasil uji kualitatif yang dilakukan dalam larutan sampel menunjukkan

bahwa protein positif terdapat pada cibet (Orthetrum sp.).

4.2 Identifikasi Kalsium

Pemeriksaan kualitatif dilakukan sebagai pemeriksaan pendahuluan untuk

mengetahui adanya kalsium dalam sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif

dengan spektrofotometer serapan atom. Hasil pemeriksaan kualitatif kalsium dapat

dilihat pada Tabel 2.

No Yang

dianalisis

Reaksi Hasil Reaksi Ket

1

Protein

Biuret Warna Violet +

2

Xanthoprotein

Warna Kuning setelah ditambah amonium

hidroksida menjadi warna jingga


(42)

Tabel 2. Hasil pemeriksaan Kalsium pada cibet (Orthetrum sp.)

No Mineral yang dianalisis Reaksi Hasil Reaksi Keterangan 1

Kalsium

Uji Nyala Nyala merah bata +

2 Uji kristal Kristal amplop +

Dari hasil uji kualitatif yang dilakukan dalam larutan sampel menunjukkan bahwa kalsium positif terdapat pada cibet (Orthetrum sp.).

4.3 Penetapan Kadar 4.3.1 Kadar Protein

Dari penelitian ini didapatkan kadar protein pada cibet (Orthetrum sp.)

sebesar 18,173%. Hal ini menunjukkan bahwa cibet (Orthetrum sp.) dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif sumber protein hewani bagi masyarakat.

4.3.2 Kadar kalsium

4.3.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar kalsium yang berada dalam

konsentrasi rentang kerja (linear range) kalsium pada λ = 422,7 nm diperoleh persamaan garis regresi y = 0,0713x + 0,0069 dengan koefisien korelasi r = 0,9989

(memenuhi persyaratan). Koefisien korelasi yang masih memberikan linieritas kurva

kalibrasi yang baik dan dinyatakan valid adalah apabila memiliki nilai r tidak kurang


(43)

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan

standar kalsium yang dapat dilihat pada gambar 1.

0 0.1 0.2 0.3

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000

Konsentrasi Ca (mcg/ml)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar 4.3.2.2 Kadar Kalsium pada Cibet (Orthetrum sp.)

Analisis kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada λ = 422,7 nm menghasilkan absorbansi dan diperoleh konsentrasi kalsium yang dihitung berdasarkan persamaan garis regresi. Berdasarkan konsentrasi tersebut

diperoleh kadar kalsium yang telah dianalisis secara statistik. Data kadar kalsium

pada cibet (Orthetrum sp.).

Tabel 3. Data Kadar Kalsium pada cibet (Orthetrum sp.) Sampel Kadar Kalsium

(mg/100g) Cibet 48,14 ± 0,97


(44)

Keterangan : Data kadar kalsium di atas merupakan hasil rata-rata dari enam kali

perlakuan menggunakan uji statistik.

Hasil analisis kuantitatif kalsium pada cibet (Orthetrum sp.) menunjukkan

kadar kalsium yang relatif rendah. Maka cibet (Orthetrum sp.) tidak efektif untuk

digunakan sebagai sumber kalsium.

4.3.2.3 Uji Perolehan Kembali

Data dan perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada Lampiran 16

dan 17. Ternyata dari hasil yang diperoleh dari % uji perolehan kembali menunjukkan bahwa metode ini memenuhi syarat, dengan perolehan % uji perolehan

kembali untuk kalsium adalah 82,45 % yang memenuhi batas-batas yang ditentukan

yaitu 80% – 110% (WHO, 1992).

4.3.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Untuk melihat kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang

masih memberikan respon signifikan dan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang

masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama, maka dilakukan perhitungan

batas deteksi dan kuantitasi (WHO, 2004). Dari hasil perhitungan diperoleh batas

deteksi kalsium 0,2104 mcg/ml, dan batas kuantitasi 0,7013 mcg/ml. Perhitungan

dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa

hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel diatas batas deteksi dan batas

kuantitasi.

Hasil pengukuran konsentrasi larutan sampel menunjukkan bahwa konsentrasi


(45)

data yang diperoleh dari hasil pengukuran masih dapat memenuhi kriteria cermat dan


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisis secara kuantitatif diperoleh kadar protein pada cibet (Orthetrum

sp.) sebesar 18,173 % dan diperoleh kadar kalsium sebesar 48,14 ± 0,97 mg/100g.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk meneliti adanya kandungan lain


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Benjo, A.D., Lawal, O.A. dan Songonuga, E.A. (2006). The Nutritional Value of

Fourteen Species of Edible Insects in Soutwesterm Nigeria. African Journal of

Biotechnology. Page. 298-301.

Budiyanto, A.K. (2002). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM-Press. Hal. 37, 291.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2007). Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal. 163.

Darmono. (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarrta : UI-Press. Hal. 124.

Hadikastowo, dan Simanjuntak R.H. (1996). Mengumpulkan dan Mengawetkan

Serangga. Jakarta : Bhratara. Hal. 71.

Harrow, B. And Mazur, A. (1960). Textbook of Biochemistry. Seven edition.Philadelphia : W.B. Saunders. Hal.159.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan validasi, Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I. No.3. Hal.119, 130 -132.

Laitinen, H.A. and Harris, W.F. (1975). Chemical Analysis. An advances text and

refrences. Second Edition. McGraw Hill. P. Hal. 560 – 561.

Plummer, D.T. (1978). An Introduction to Practical Biochemistry. Second edition, London: Mc. Graw-Hill Book Company. Hal. 136.

Rohman, A. (2007). Kimia farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal : 22.

Sudarmadji, S.,Haryono, B.,dan Suhardi. (1976). Prosedur Analisa Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Edisi ketiga . Liberty: Yogyakarta. Hal : 51-53.

Vogel. (1985). Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Bagian I. Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Hal : 303.

Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi keempat. Jakarta: EGC Kedokteran. Hal. 974.

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 332-354, 385-386.


(48)

Wirakusumah, ES. (2001). Menu Sehat Untuk Lanjut Usia. Cetakan Pertama. Jakarta: Grafindo Persada. Hal. 51.

WHO, (1992). The Validation of Analytical Procedures Used in the Examination Of


(49)

(50)

Lampiran 2. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina)


(51)

Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan NaOH adalah :

Normalitas NaOH =

126 , 0 oksalat Asam Berat x NaOH ml 2 Keterangan :

Berat Asam Oksalat (C2H2.2H2O) = 0,1000 g

Volume NaOH I = 77,6 ml

Volume NaOH II = 73,1 ml

Volume NaOH III = 81,9 ml

Normalitas NaOH I = 126 , 0 1000 , 0 x 6 , 77 2

= 0,0205 N

Normalitas NaOH II = 126 , 0 1000 , 0 x 1 , 73 2

= 0,0217 N

Normalitas NaOH III = 126 , 0 1000 , 0 x 9 , 81 2

= 0,0194 N

Normalitas NaOH rata-rata =

3 0194 , 0 0217 , 0 0205 ,

0 + +


(52)

Lampiran 4. Bagan Prosedur Protein

Dimasukkan dalam labu Kjeldahl

Ditambahkan 2,0000 g CuSO4 dan K2SO4

Ditambahkan 2,5 ml H2SO4(P)

Didestruksi

Ditambahkan 8 ml larutan NaOH 40 %

Didestilasi

Ditampung dalam labu erlenmeyer yang

berisi 25 ml H2SO4 0,02 N dan 3 tetes

indikator mengsel

Dititrasi destilat tersebut dengan larutan

NaOH 0,0205 N

Dihitung % N dan kadar proteinnya 0,2000 g Sampel

Larutan Jernih

125 ml Destilat

Larutan hijau jernih


(53)

Lampiran 5. Nilai keyakinan Q90% untuk beberapa pengamatan

No Banyaknya Pengamatan Q90%

1 3 0,94

2 4 0,76

3 5 0,64

4 6 0,56

5 7 0,51

6 8 0,47

7 9 0,44


(54)

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Protein

Contoh perhitungan kadar protein dengan uji Q untuk sampel cibet :

No Berat Sampel (g) Volume NaOH (ml)

1 0,2000 118,0

2 0,2000 118,4

3 0,2000 118,7

4 0,2000 118,9

5 0,2000 118,5

6 0,2000 118,8

Rumus persen kadar nitrogen dan kadar protein adalah :

% Kadar Nitrogen =

100 008 , 14 1000 ) ( ) ( x x NaOH N x x g sampel Berat sampel NaOH ml blanko NaOH ml

% Kadar Protein = % Kadar nitrogen x Faktor Konversi

Keterangan :

Berat sampel = 0,2000 g

Volume NaOH untuk titrasi blanko =138,8 ml

Volume NaOH 0,0205N yang terpakai = 118,0 ml

N = Normalitas NaOH yang digunakan = 0,0205 N

F = Faktor konversi = 6,25

% Kadar nitrogen

(

)

0,0205 14,008 100 1000 2000 , 0 0 , 118 8 , 138 x x x x − =

= 2,9865 % % Kadar protein = 2,9865 % x 6,25


(55)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Tabel 4. Persen Kadar Protein No % kadar Protein

1 18,6656

2 18,3063

3 18,0375

4 17,8581

5 18,2168

6 17,9475

Maka dicari nilai Q:

Q = W Xn Xq− = 8581 , 17 6656 , 18 3063 , 18 6656 , 18 − − = 0,4441

Kadar nilai Q < Q90% untuk 6 kali pengamatan maka persentase yang sangat

berbeda jauh itu diterima sehingga untuk mengetahui persentase sebenarnya dari

kadar protein dengan merata – ratakan total pengamatan yaitu :

% Kadar protein Rata–rata =

6 9475 , 17 2168 , 18 8581 , 17 0375 , 18 3063 , 18 6656 ,

18 + + + + +


(56)

Lampiran 8. Bagan Destruksi Basah

Ditimbang 25 g

Dimasukkan dalam erlenmeyer

Ditambah 25 HNO3 (P)

Didiamkan 24 jam

Didestruksi selama 30 menit

Didinginkan

Dimasukkan ke dalam labu

Tentukur 100 ml

Ditepatkan dengan akuabidest

sampai garis tanda

Disaring dengan kertas saring

Whatman no.42 dengan

membuang 5 ml larutan pertama Sampel yang telah dihaluskan

Sampel + HNO3 (P)

100 ml larutan sampel


(57)

(58)

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Konsentrasi Terhadap Absorbansi Larutan Baku Kalsium

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0004

2 1,500 0,1181

3 2,000 0,1544

4 2,500 0,1869

5 3,000 0,2233

6 3,500 0,2546


(59)

Lampiran 11. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kalsium

No X Y XY X2 Y2

1 0,00 0,0004 0,0000 0,0000 0,00000016

2 1,50 0,1181 0,1772 2,2500 0,01394761

3 2,00 0,1544 0,3088 4,0000 0,02383936

4 2,50 0,1869 0,4673 6,2500 0,03493161

5 3,00 0,2233 0,6699 9,0000 0,04986289

6 3,50 0,2546 0,8911 12,2500 0,06482116

7 4,00 0,2864 1,1456 16,0000 0,08202496

x=16,5000

y = 1,2241

xy=3,6599

x2 =

49,7500

y2 = 0,26942775 x = 2,3571 y = 0,1749 = 0,5228 = 7,1071 = 0,0388968

( )( )

( )

(

)(

)

(

)

0713 , 0 8571 , 10 7745 , 0 7 5000 , 16 7500 , 49 7 2241 , 1 5000 , 16 6599 , 3 2 2 2 = = − − = − − =

a a a n x x n y x xy a

(

)(

)

0069 , 0 1680 . 0 1749 , 0 3571 , 2 0713 , 0 1749 , 0 = − = − = − = y ax b


(60)

Persamaan regresinya adalah y = ax + b

y = 0,0713x + 0,0069 Keterangan : y = Absorbansi

x = Konsentrasi

( )( )

(

)

( )

(

)

( )

(

)(

)

(

) ( )

(

) (

)

9989 , 0 7753 , 0 7745 , 0 7 2241 , 1 26942775 , 0 7 5 , 16 75 , 49 7 2241 , 1 50 , 16 6599 , 3 2 2 2 2 2 2 = =     −     − − =             −     − − =

r r r n y y n x x n y x xy r


(61)

Lampiran 12. Hasil Analisa Logam Ca dalam Sampel

No Sampel Berat Sampel (g)

Absorbansi (y)

Kadar (mg/100g)

Kadar Rata- Rata (mg/100g)

1 C1 25,0028 0,1821 49,1385

48,1350

2 C2 25,0014 0,1786 48,1593

3 C3 25,0024 0,1810 48,8313

4 C4 25,0020 0,1726 46,4763

5 C5 25,0018 0,1784 47,1025


(62)

Lampiran 13. Contoh Perhitungan kadar Logam Kalsium dalam Sampel Perhitungan Logam Kalsium (Ca)

Persamaan Regresi : Y = 0,0713X + 0,0069

X = 0713 , 0 0069 , 0 − Y

Keterangan : Y = Absorbansi larutan sampel yang diukur

X = Konsentrasi larutan sampel yang diukur (mcg/ml)

Maka : X1 = 0713 , 0 0069 , 0 1821 , 0 −

= 2,4572 mcg/ml

X2 = 0713 , 0 0069 , 0 1786 , 0 −

= 2,4081 mcg/ml

X3 = 0713 , 0 0069 , 0 1810 , 0 −

= 2,4418 mcg/ml

X4 = 0713 , 0 0069 , 0 1726 , 0 −

= 2,3240 mcg/ml

X5 = 0713 , 0 0069 , 0 1784 , 0 −

= 2,4053 mcg/ml

X6 = 0713 , 0 0069 , 0 1784 , 0 −

= 2,4053 mcg/ml

Kadar Kalsium dalam cibet yang ditimbang dihitung menggunakan rumus :

Kadar (mcg/g) =

W Fp V x C


(63)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (g)

Maka :

Kadar 1 = (2,4572 mcg/ml x 100 ml x 50/1)/25,0028 g

= 491,3849649 mcg/g = 49,1385 mg/100g

Kadar 2 = (2,4081 mcg/ml x 100 ml x 50/1)/25,0014 g

= 481,5930308 mcg/g = 48,1593 mg/100g

Kadar 3 = (2,4418 mcg/ml x 100 ml x 50/1)/25,0024 g

= 488,3131219 mcg/g = 48,8313 mg/100g

Kadar 4 = (2,3240 mcg/ml x 100 ml x 50/1 )/25,0020 g

= 464,762819 mcg/g = 46,4763 mg/100g

Kadar 5 = (2,4053 mcg/ml x 100 ml x 50/1)/25,0018 g

= 481,0253662 mcg/g = 48,1025 mg/100g

Kadar 6 = (2,4053 mcg/ml x 100 ml x 50/1)/25,0022 g


(64)

Lampiran 14. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95 %

No Banyaknya Pengamatan Q95%

1 4 0,831

2 5 0,717

3 6 0,621

4 7 0,570


(65)

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Kadar Logam Ca pada Cibet (Orthetrum sp) 1. Perhitungan statistik kadar logam Ca pada cibet

No Kadar (mg/100g)

(X)

( )

X-X

( )

2 X -X

1 49,1385 1,0035 1,007012 2 48,1593 0,0243 0,000590 3 48,8313 0,6963 0,484834 4 46,4763 -1,6587 2,751286 5 47,1025 -0,0325 0,001056 6 47,1018 -0,0332 0,001102

∑ X = 288,8097 ∑

( )

2 X

-X = 4,24588 Xi= 48,1350 = 0,7076

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke 4 adalah data

yang paling menyimpang.

Qhitung =

4763 , 46 1385 , 49 1018 , 47 4763 , 46

−− = 0,6106

Nilai Qkritis untuk 6 data pada taraf kepercayaan 95% (P = 0,05%) adalah =

0,621

Qhitung < Qkritis ; maka semua data diterima

(

)

5 24588 , 4 1 2 = − − =

S n X Xi S


(66)

Rata – rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% pada cibet (Orthetrum

sp.) adalah sebagai berikut:

µ =

(

)

n S df t

x ,

2 1 α

±

µ = 48,1350 ± 2,5706 . 0,9215 / 6

µ = 48,1350 ± 0,9670 mg/100g

Dibulatkan menjadi µ = 48,14 ± 0,97 mg/100g


(67)

Lampiran 16. Data Hasil Uji Perolehan Kembali Kadar Kalsium dalam Cibet.

No Sampel Berat Sampel (g)

Absorbansi (y)

Kadar (mg/100g)

Kadar Rata- Rata(mg/100g)

1 C1 25,0028 0,2033 55,0858

54,7309

2 C2 25,0014 0,1985 53,7401

3 C3 25,0024 0,2046 55,4507

4 C4 25,0020 0,2035 55,1436

5 C5 25,0018 0,2026 54,8900


(68)

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Kadar Logam dalam Sampel untuk Logam Ca Untuk logam Ca :

Persamaan regresi : Y = 0,0713x + 0,0069

Kadar rata-rata Ca awal dalam sampel = 48,1350 mg/100g

Kadar rata – rata Ca setelah penambahan Ca baku = 54,7309 mg/100g

Berat sampel rata-rata uji recovery = 25,0021 g

Kalsium baku yang ditambahkan 2 ml dengan konsentrasi 1000 mcg/ml

Kadar Ca baku yang ditambahkan

=

0021 , 25

/ 1000mcg ml

x 2 ml

= 79,9933 = 7,9993 mg/100g

% Perolehan Kembali logam Ca

= sampel dalam n ditambahka yang dar s jumlah sampel dalam zat kadar dar s n ditambahka setelah zat Kadar tan tan −

x 100 %

= g mg g mg g mg 100 / 9993 , 7 100 / 1350 , 48 100 / 7309 , 54 −

x 100 %


(69)

Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Persamaan garis regresi logam Kalsium:

y = ax + b

y = 0,0713x + 0,0069

No Konsentrasi Absorbansi Yi Y-Yi (Y-Yi)²

(X) (Y)

1 0,0 0,0004 0,0069 -0,0065 0,00004225

2 1,5 0,1181 0,1139 0,0042 0,00001764

3 2,0 0,1544 0,11495 0,0049 0,00002401

4 2,5 0,1869 0,1852 0,0017 0,00000289

5 3,0 0,2233 0,2208 0,0025 0,00000625

6 3,5 0,2546 0,2565 -0,0019 0,00000361

7 4,0 0,2864 0,2921 -0,0057 0,00003249

∑(Y-Yi)² = 0,00012914

SD = 2 ) ( 2 − −

n Yi Y = 2 7 00012914 , 0

= 0,0050 Batas Deteksi =

slope SD x 3 = 0713 , 0 0050 , 0 3 x

= 0,2104 mcg/ml

Batas Kuantitasi =

slope SD x 10 = 0713 , 0 0050 , 0 10 x


(70)

(71)

(72)

(1)

Lampiran 16. Data Hasil Uji Perolehan Kembali Kadar Kalsium dalam Cibet.

No Sampel Berat Sampel (g)

Absorbansi (y)

Kadar (mg/100g)

Kadar Rata- Rata(mg/100g)

1 C1 25,0028 0,2033 55,0858

54,7309

2 C2 25,0014 0,1985 53,7401

3 C3 25,0024 0,2046 55,4507

4 C4 25,0020 0,2035 55,1436

5 C5 25,0018 0,2026 54,8900


(2)

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Kadar Logam dalam Sampel untuk Logam Ca Untuk logam Ca :

Persamaan regresi : Y = 0,0713x + 0,0069

Kadar rata-rata Ca awal dalam sampel = 48,1350 mg/100g

Kadar rata – rata Ca setelah penambahan Ca baku = 54,7309 mg/100g Berat sampel rata-rata uji recovery = 25,0021 g

Kalsium baku yang ditambahkan 2 ml dengan konsentrasi 1000 mcg/ml Kadar Ca baku yang ditambahkan

=

0021 , 25

/ 1000mcg ml

x 2 ml

= 79,9933 = 7,9993 mg/100g % Perolehan Kembali logam Ca

= sampel dalam n ditambahka yang dar s jumlah sampel dalam zat kadar dar s n ditambahka setelah zat Kadar tan tan −

x 100 %

= g mg g mg g mg 100 / 9993 , 7 100 / 1350 , 48 100 / 7309 , 54 −

x 100 %


(3)

Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Persamaan garis regresi logam Kalsium:

y = ax + b

y = 0,0713x + 0,0069

No Konsentrasi Absorbansi Yi Y-Yi (Y-Yi)²

(X) (Y)

1 0,0 0,0004 0,0069 -0,0065 0,00004225

2 1,5 0,1181 0,1139 0,0042 0,00001764

3 2,0 0,1544 0,11495 0,0049 0,00002401

4 2,5 0,1869 0,1852 0,0017 0,00000289

5 3,0 0,2233 0,2208 0,0025 0,00000625

6 3,5 0,2546 0,2565 -0,0019 0,00000361

7 4,0 0,2864 0,2921 -0,0057 0,00003249

∑(Y-Yi)² = 0,00012914

SD = 2 ) ( 2 − −

n Yi Y = 2 7 00012914 , 0

= 0,0050 Batas Deteksi =

slope SD x 3 = 0713 , 0 0050 , 0 3 x

= 0,2104 mcg/ml

Batas Kuantitasi = slope SD x 10 = 0713 , 0 0050 , 0 10 x


(4)

(5)

(6)